• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiah"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan STAIN Salatiga

iiniHiMiinn

07TD1010911.01

REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

(Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid)

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiah

Ahmad Zazuli

111 03011

JURUSAN TARBIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2007

(2)

DEKLARASI

Bismillahirrahmaanir rahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau

pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang

lain,, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang

munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaKlumi.

Salatiga, 20 September 2007

Penulis

(3)

D E P A R T E M E N A G A M A RI

SEKO LAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

Dra. Siti Asdiqoh

Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

Salatiga, 20 Septem ber 2007

NOTA PEMBIMBING

Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Ahmad Zazuli

NIM : 111 03 011

Jumsan/Progdi: Tarbiyah/PAI

Judul : REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN

(4)

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara: Ahmad Zazuli dengan Nomor Induk Mahasiswa 11103011 yang berjudul: Rekonstruksi Sistem Pendidikan Pesantren (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid) telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Senin, 01 Oktober 2007 M

yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah

01 Oktoberber 2007 M. Salatiga,

---19 Ramadhan 1428 H.

PANITIA UJIAN

Pembimbing

£

-Dr. Mansur, M.Ag NIP. 150 267 027

(5)

MOTTO

"Motivasi diri adalah bahan bakar bagi kehidupan "

"Percaya diri adalah gas penggera kehidupan "

(6)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

❖ Bpk dan Ibu (Aim), yang telah mendidikku, menyayangiku dari kecil

hingga aku dewasa.

❖ Saudara-saudara ku, kakak, Embak, yang telah banyak memberikan

dukungan, motifasi demi tercapainya cita-cita ku

❖ Teman-teman kos gedung putih tampa terkecuali, yang senantiasa

membuat penulis selalu bahagia, tempat berbagi suka maupun duka

❖ Teman-teman sepecial for Widi, Tengku, David, Jaya, onny, Naim, dan

semua temen tarbiyah khususnya PAI angkatan 2003 yang sama-sama

berjuang dan belajar bersama di STAIN Salatiga.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada junjungan kita Rosulallah Muhammad Saw, beserta

seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbungan

melalui ajaran-ajarannya.

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan

judul REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

(TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN NURGHOLISH MADJID) ini

telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak

yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan

dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak v mg telah memberikan kontribusi.

Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih

kepada:

1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

(8)

5. Segenap dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi

sehingga skripsi ini dapat selesai

Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat

banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa

bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua

pembaca secara umum. AMIN.

Salatiga, 20 September 2007

Penulis

Ahmad Zazuli NIM. 111 03 011

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

DEKLARASI... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR IS I...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Penegasan Istilah... 8

C. Rumusan Masalah... 11

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Hasil Penelitian... 12

F. Metode Penelitian... 12

G. Sistematika Penulisan... 15

BAB II RIWAYAT HIDUP NURCHOLISH MADJID A. Biografi Nurcholish M adjid...17

B. Latar Belakang Pendidikan Nurcolish M adjid...19

C. Karya-Karya Tulish Nurcholish M adjid... 22

D. Arah Pemikiran Nurcholish M adjid...27

(10)

B. Sejarah Pendidikan pesantren...38

C. Pemikaran Nurcholish Madjid Tentang Rekonstruksi Sistem

Pendidikan Pesantren... 46

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN PESANTREN MENURUT

NURCHOLISH MADJID

A. Konsep Pendidikan Pesantren Yang Ditawarkan Oleh Nurcholish

Madjid Dalam Era Kekinian... 61

B. Realitas dan Idealitas Pendidikan Pesantren Di Indonesia Dalam Lintas

Sejarah...64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...67

B. Saran-Saran...70

C. Penutup... 70

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren sejak jaman penjajahan, merupakan lembaga

pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kita.

Dalam catatan sejarah pendidikan Islam Indonesia, pondok pesantren atau

lebih umum (di Jawa) disebut pesantren, adalah sistem pendidikan yang

tumbuh dan lahir dari kultur asli Indonesia yang bersifat lndegenous.1

Eksistensi lembaga tersebut telah lama mendapat pengakuan masyarakat.

Pesantren ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak

hanya dalam segi moril, namun ikut serta pula dalam memberi sumbangsih

yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya di

Indonesia.

Namun demikian, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat,

pesantren mengalami perubahan dan perkembangan berarti, diantara

perubahan-perubahan itu yang paling penting menyangkut penyelenggaraan

pendidikan. Dewasa ini tidak sedikit pesantren di Indonesia yang mengadopsi

sistem pendidikan formal seperti yang diselenggarakan pemerintah. Akan

tetapi tidak sedikit pula pesantren-pesantren yang masih lekat dan tetap

mempertahankan kekhasanya yaitu pesantren tradisional atau sering pula

disebut pesantren salaf.

'Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta, Pramadinah, 1997, him. 3.

(12)

Dalam proses perubahan tersebut, nampaknya pesantren dihadapkan

pada keharusan merumuskan kembali sistem pendidikan yang

diselenggarakan. Di sini, pesantren tengah berada dalam proses pergumulan

antara identitas dan keterbukaan. Disatu pihak pesantren dituntut untuk

menemukan identitasnya kembali sebagai lembaga pendidikan Islam.

Sementara dipihak lain, ia juga harus bersedia membuka diri terhadap sistem

pendidikan moderen yang bersumber dari luar pesantren.

Dari sini, penulis coba merujuk dari pemikiran Nurcholosh Madjid

yang mana menurut beliau pesantren pada saat sekarang harus merumuskan

kembali sistem pendidikan yang dicanangkan. Dalam artian pesantren yang

lekat dengan sistem pendidikan tradisional, harus dapat merumuskan kembali

sistem pendidikan. Karena pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan

tradisional memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kualitas

sumberdaya manusia Indonesia. Namun di sisi lain menurut Nurcholis Madjid

lembaga pendidikan pesantren memiliki sisi kelemahan. Kritik Nurcolish

Madjid mengenai pendidikan pesantren ini dianggap penting, sebab

modernisasi pendidikan yang digagas nurcholish Madjid pada dasarnya

berangkat dari potensi dasar yang dimiliki pesantren yang patut untuk

dikebumikan kembali.2 selain itu juga mengingat saat ini wacana intlektual

dari para santri dituntut untuk mampu bersaing dengan dunia luar. Pesantren

harus menjadi institusi yang mampu mengakomodir berbagai persoalan dan

menjadi fasilitas pemecahan problem tersebut.

(13)

3

Pondok pesantren sebagai pusat pendidikan Islam, pengkaderan dan

pembinaan umat yang lahir dari budaya bangsa sendiri telah terbukti cukup

mampu berkopetensi dengan corak zaman yang mengitarinya sehingga tidak

sedikit pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari pendidikan pesantren.

Namun ketika kita lihat pesantren yang tumbuh berkembang saat sekarang ini,

memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Artinya satu pesantren

dengan pesantren yang lainnya dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan

tidak mesti sama. Tergantung pihak pengelola ataupun kebijaksanaan dari

seorang kyai sebagai pemilik pesantren tersebut.

Dengan adanya perbedaan sistem pendidikan tersebut menjadikan

beragamnya corak dunia pesantren. Saat ini dunia pesantren dapat

diklasifikasikan menjadi tiga katagori:3

1. Pesantren Moderen

a. Memiliki manajemen dan administrasi dengan standar moderen

b. Tidak terikat pada figur kyai sebagai tokoh sentral

c. Pola dan sistem pendidikan moderen dengan kurikulum tidak hanya

ilmu agam tetapi juga pengetahuan umum

d. Saran dan bentuk bangunan pesantren lebih mapan dan teratur

2. Pesantren Tradisional

a. Tidak memiliki manajemen dan administrasi moderen, sistem

pengelolaan pesantren berpusat oleh aturan yang dibuat kyai dan

diterjemahkan oleh pengurus pondok pesantren

(14)

b. Terikat kuat terhadap figur kyai sebagai tokoh sentral, setiap kebijakan

pondok mengacu pada wewenang yang diputuskan kyai

c. Pola dan sistem pendidikan bersifat konvensional berpijak pada tradisi

lama, pengajaran bersifat satu arah, kyai mengajar sanlri

mendengarkan secara seksama

d. Bangunan asrama santri tidak tertata rapi, pondok pesantren menyatu

dengan masyrakat sekitar, dalam artian tidak adanya pembatas antara

wilayah pondok pesantren dan lingkungan mansyarakat sekitar.

3. Semi Moderen Paduan Antara Tradisional dan Moderen

Pesantren seperti ini bercirikan nilai-nilai tradisional masih kental

dipegang, kyai masih memegang figur sentral, norma dan kode etik

pesantren klasik tetap menjadi standar pola relasi dan norma keseharian.

Tetapi mengadopsi sistem pendidikan moderen dan sarana fisik pesantren.

Dengan ketiga corak tersebut sudah terlihat bahwa adanya perbedaan

diantara setiap pondok pesantren tentang penyelenggaraan pendidikan.

Namun di sini penulis lebih cendrung pada pembahasan khususnya

mengenai pesantren trasisional dan pengelolaan pondok pesantren pada

umumnya. Diman agenda penting pondok pesantren agar lebih eksis pada

dasawarsa sekarang ini selain tetap mempertahankan kemurniannya sebagai

lembaga Islam, yang tetap berpegang dan berlandaskan norma-norma Islam,

juga harus dapat mempertimbangkan pada kehidupan dewasa ini yaitu

memenuhi tantangan modernisasi. Yang menuntut tenaga trampil disektor-

(15)

5

pesantren diharapkan mampu menyumbangkan SDM yang dibutuhkan

dalam kehidupan moderen.

Modernisme dan modernisasi sistem kelembagaan pendidikan Islam

itu sebenarnya sudah berlangsung sejak awal abad XX an. Tetapi,

modernisme sistem pendidikan dan kelembagaan Islam, berlangsung bukan

tanpa problem dan kritik. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini kritik

yang berkembang di tengah masyarakat muslim, khususnya dikalangan

pemikir pendidikan Islam dan pengelola pendidikan Islam itu sendiri.4

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren juga

harus mengadakan rekonstruksi ulang berkenaan dengan sistem pendidikan.

Menurut Azyumardi Azra, pesantren perlu mengkaji ulang secara cermat

dan hati-hati berbagai gagasan untuk mengorientasikan pesantren pada

tantangan kekinian. Sebab, bukan tidak mungkin orientasi semacam ini akan

menimbulkan implikasi negatif terhadap eksistensi dan fungsi pokok

pesantren itu sendiri. Harus dipahami, bahwa dengan menyitakan hal ini,

tidak berarti pesantren harus tidak peduli sama sekali terhadap

perkembangan di iuar dunianya. Sebaliknya, pesantren harus menumbuhkan

apresiasi yang sepatutnya terhadap perkembangan yang terjadi dimasa kini

dan mendatang, sehingga dapat memproduksi calon ulama yang

berwawasan luas.5 Dari sini diharapkan penataan kembali sistem pendidikan

pesantren agar tetap dapat bersaing ditahun-tahun yang akan datang.

4Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, Cet I. 1999, him. 39.

(16)

Nurcholish Madjid mengatakan faktor pertama yang menyebabkan

kurangnya kemampuan pesantren mengikuti dan menguasai perkembangan

zaman terletak pada lemahnya visi dan tujuan yang dibawa pendidikan

pesantren. Relatif sedikit pesantren yang mampu secara sadar merumuskan

tujuan pendidikan serta menuangkannya dalam tahapan-tahapan rencana

kerja atau program. Kondisi ini menurut Nurcholish Madjid lebih

disebabkan oleh adanya kecendrungan visi dan tujuan pesantren pada proses

inprovisasi yang dipilih sendiri oleh seorang kyai atau bersama-sama para

pembantunya.6 Berangkat dari pendapat-pendapat Nurcholish Madjid ini,

sebenarnya merupakan sebuah kritikan yang membangun dikalangan

pesantren. Harapannya, agar pesantren dapat merumuskan kembali tujuan

pendidikan yang dilaksanakan. Sehingga adanya kejelasan visi dan tujuan

yang akan dicapai pesantren.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Endang Turmudi, dalam

penetapan sistem pendidikan pesantren, bahwasanya salah satu faktor yang

olehnya sistem pendidikan dibangun adalah kyai. Karena ia adalah orang

yang memberi landasan sistem.7 Akibatnya hampir semua pesantren dalam

pandangan Nurcholish Madjid merupakan hasil usaha pribadi atau

individual, karena dari pancaran kepribadian pendirinyalah dinamika

pesantren itu akan terlihat. Dalam hal ini Nurcholish Madjid melihat ketidak

jelasan arah, sasaran yang ingin dicapai pesantren lebih disebabkan oleh

6Yasmadi, modernisasi Pesantren , kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Quantum Teaching, Ciputat, Cetakan II, him 72.

(17)

7

faktor kyai yang memainkan peran cukup sentral dalam sebuah pondok

pesantren.8 Maka dari sini sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu

pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kyai.

Kritik Nurcholish Madjid tersebut di atas cukup beralasan bila

dihadapkan pada pesantren salaf. Yang mana pesantren-pesantren salaf

tersebut masih sangat besar pengaruh kyai terhadap sistem pendidikan

pesantren. Hal lain juga tercermin dari sifat pesantren salaf yang menolak

terhadap modernisasi, pesantren salaf pada umumnya masih terbelenggu

dengan tradisi dan menolak untuk menerima perubahan. Konsekuensinya,

tidaklah mengherankan pada giliranya pesantren hanya melahirkan produk-

produk pesantren yang dianggap kurang siap dalam mewarnai kehidupan

moderen. Atau dengan kata lain pesantren hanya memunculakn santri-santri

dengan kemapuan terbatas.9

Berangkat dari beberap pendapat di atas, penulis coba mengkaji

bagaimana pendidikan pesantren dapat membuka diri terhadap sistem

pendidikan moderen yang bersumber dari luar pesantren. Karena salah satu

agenda penting pesantren pada dewasa ini adalah memenuhi tantangan

zaman yaitu modernisasi. Yang menuntut pesantren tidak hanya mengkaji

ilmi-ilmu keislaman semata namun lebih kepada semua cabang ilmu

pengetahuan, yang diharapkan pesantren mampu menyumbangkan SDM

yang dibutuhkan pada kehidupan moderen, sehingga pada akhirnya

pesantren akan tetap mampu bersaing pada kehidupan dewasa ini.

(18)

lebih pada out put pesantren yang mampu menyumbangkan keahlianya

dalam bidang tertentu.

Dari sini, penulis tertarik untuk coba mengkaji pemikiran Nurcholish

Madjid mengenai sistem pendidikan pesantren, maka penulis mengambil

judul : ’’REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

(Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid)”.

B. Penegasan Istilah

Dalam penulisan ini, penulis terlebih dahulu menjelaskan beberapa

istilah dalam judul, agar adanya pengertian dan pemahaman yang jelas serta

menghindari kesalahan tulisan. Maka di sini perlu diuraikan sebagai berikut:

1. Rekonstruksi

Rekonstruksi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ; pengembalian

seperti semula, penyusunan (penggambaran) kembali.10 Namun di sini penulis

lebih pada rekonstruksi dimaknai sebagai pembaharuan atau perbaikan.

2. Sistem Pendidikan

a. Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani system yang berarti hubungan

•>

fungsional yang teratur antara unit-unit atau komponen-komponen.11

Rumusan lain menyatakan, bahwa sistem adalah kumpulan berbagai

,0Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hlm.942

(19)

9

komponen yang berinteraksi satu dengan lainnya membentuk satu

kesatuan dengan tujuan yang jelas.12

Dengan demikian sudah jelas bahwa sistem adalah merupakan

himpunan komponen atau hubungan yang saling berkaitan yang bersama-

sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan,

b. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, mendapat awalan pe-dan

akhiran -an yang berarti bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik untuk

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.13 Devinisi lain mengatakan

bahwa pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan

me sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam Bahasa Inggns, education (pendidikan) berasal dari kata

educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to),

dan mengembangkan (to evolve, to develov) .14 *

Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti

perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

nIbid., h!m. 27.

(20)

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan.15

Selain itu, dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun

1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan

pada hakikatnya merupakan satu usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan

di dalam ataupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.16

Dari paparan di atas, maka yang dimaksud dengan sistem

pendidikan dapat diartikan sebagai satu keseluruhan dari unsur-unsur

pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain serta saling

mempengaruhi, dalam satu kesatuan.

3. Pesantren

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan

dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.17 Pesantren pada dasarnya

adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya

belajar bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru

yang lebih dikenal dengan sebutan kyai.18 Pesantren itu terdiri dari lima

elemen pokok, yaitu ; kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab

l9Ibid, him. 10.

6 Coirul Mahftid, Pendidikan Multikultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cetakan I, 2006, him.33.

17 Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, Setudi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3ES, 1994, him. 18.

(21)

11

Islam klasik.19 Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki

pesantren yang membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

C. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan di atas, dapat diangkat beberapa topik yang

menarik untuk dikaji lebih mendalam dalm skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana seting sosial yang melatar belakangi pemikiran

Nurcholish Madjid?

b. Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid tentang rekonstruksi

sistem pendidikan pesantren?

c. Bagaimana Implikasi Pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem

pendidikan pesantren?

D. Tujuan Penelitian

Yang akan dicapai dari penulisan sekripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui seting sosial yang melatar belakangi pemikiran

Nurcholish Madjid.

b. Untuk mengetahui pandangan Nurcholish Madjid tentang

pendidikan pesantren.

c. Untuk mengetahui implikasi pemikiran Nurcholish Madjid tentang

sistem pendidikan pesantren.

19 Yasmadi, op cit. him. 63.

m i l i k

P E R P U S T A K A A N

(22)

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat

baik secara teoritis maupun praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian, dapat diketahui konsep Nurcholis Madjid

tentang sistem pendidikan pesantren

2. Manfaat Praktis

Setelah mengetahui beberapa sistem pendidikan dalam pesantren

diharapkan bermanfaat bagi pembaca atau pengelola lembaga pendidikan

Islam khususnya pesantren dan menambah khasanah pustaka Islami.

F. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode

sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah, diantaranya adalah:

1. Sumber Data

Penelitian ini termasuk dalam penelitian literer, datanya bersumber

dari literatur. Data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini penulis

peroleh dari research kepustakaan {library research) yaitu hasil dari

penelitian berbagai buku dan karya ilmiah yang ada relevansinya dengan

permasalahan. Adapun sumberdata dibagi menjadi dua:

(23)

13

Sumbar data primer yaitu yang diambil dari sumber pokoknya.20

Data ini mengambil dari buku-buku karya Nurcholish Madjid.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu, data yang dipergunakan untuk

melengkapi, menunjang dan merupakan alat bantu untuk menganalisis

permasalahan yang ada kaitanya dengan judul di atas.21 Adapun data ini

diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan pesantren.

2. Analisa Data

Mengingat obyek penulisan skripsi ini adalah buku-buku literatur yang

termasuk kategori penelitian kepustakaan, maka penelitianya adalah

"research kepustakaan".22 Untuk memperoleh data mengenai pemikiran

Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan pesantren.

Untuk mencari interpretasi yang tepat mengenai pemikiran ini penulis

menggunakan analisa deduktif, yaitu mengambil atau menarik kesimpulan

yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum kedalam hal-hal yang

bersifat khusus. Dari interprestasi itu kemudian ditarik generalisasi dalam

perspektif rekonstruksi sistem pendidikan pesantren, satu persatu dalam

hubungan antara keduanya (induksi) dapat disimpulkan suatu sintensis

(generalisasi baru).

Agar memperoleh makna pemikiran yang kongkrit sebagaimana

pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan Islam penulis

20 Winamo Surakhmad, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metode Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1990, him 123.

21 Ibid, him.

(24)

menggunakan metode interpretasi, yakni karya tokoh diselami untuk

menangkap arti dan nuansa yang dimaksud tokoh itu secara khas.23

Metode koherensi intern yang dimaksud untuk memperoleh

interpretasi yang tepat mengenai pemikiran tokoh. Semua konsep dan aspek

dilihat menurut keselarasan satu sama lainnya.24 Yaitu dengan menetapkan

inti pemikiran yang mendasar dan topik-topik sentral yang ada pada tokoh

itu semua, kemudian meneliti susunan logis dan sistematis dalam

mengembangkan pemikirannya. Metode ini penulis gunakan untuk

memperoleh data-data yang utuh setelah mengakumulasikan dan menyusun

data dari karya Nurcholish Madjid yang berkaitan dengan rekonstruksi

sistem pendidikan pesantren.

Selanjutnya agar memperoleh gambaran pemikiran Nurcholish Madjid

yang khusus tentang sistem pendidikan pesantren, yang membedakan

dengan pemikiran umum penulis gunakan metode komparasi, yaitu dengan

pemikiran yang lain baik yang dekat dengannya atau justru sangat

berbeda.25 Selanjutnya untuk menyesuaikan dengan manuskrip atau naskah

baru, atau (untuk terjemahan) berhubungan dengan perkembangan bahasa

diusahakan menentukan dengan lebih tepat lagi istilah-istilah dan teks yang

otentik, atau dicoba menemukan terjemahan baru yang lebih baik, maka

penulis juga menggunakan metode heuristik.26

23 Anton Bakker dan Ahmad Zubair, Metode Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 63.

24 Ibid., him. 64. 25 Ibid, him, 65. 26 Ibid, him. 75-76.

(25)

15

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah

gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat

memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka

penulis membagi sistematika ke dalam lima bab sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai pokok permasalahan yang

mencakup : latar belakang pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

2. Bab II Riwayat Hidup Nurcholish Madjid

Bab ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya tentang, biografi

Nurcholish Madjid, latar belakang pendidikan Nurcholish Madjid, Karya-

karya tulis Nurcholish Madjid, arah pemikiran Nurcolish Madjid.

3. Bab III Konsep Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid

Bab ini membahas beberapa hal yaitu, Pengertian pendidikan pesantren,

pesantren dilihat dari segi sejarah, Pemikiran Nurcholish Madjid tentang

rekonstruksi sistem pendidikan pesantren.

4. Bab IV Analisis Konsep Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish

Madjid

Dalm bab ini membahas tentang: Realitas dan Idealitas pendidikan

Pesantren di Indonesia Dalam Lintas Sejarah, Konsep Pendidikan

(26)

Bab V Penutup

(27)

BAB II

RIWAYAT HIDUP NUR CHOLISH MADJID

A. Biografi Nurcholish Madjid

Nurcholish, satu kata yang mungkin kita sering mendengar, kama

begitu banyak orang memakai kata itu sebagai panggilan dalam

berkomunikasi. Begitu juga nama Nurcholish Madjid yang akrab disapa

Cak Nur, tentunya tidak asing lagi bagi sebagian besar orang Indonesia,

terutama kita sebagai insan akademik yang sering menggunakan karya-

karyanya sebagai rujukan dalam tugas-tugas perkuliahan. Nurcholis

Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, itu merupakan ikon pembaruan

pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Ia cendekiawan muslim milik

bangsa.

Nurcholish madjid dilahirkan di Jombang, sebuah kota kabupaten

di Jawa Timur, enam tahun menjelang Indonesia merdeka. Tepatnya, ia

dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1939 M, bertepatan dengan 26

Muharram 1358 H, dari keluarga kalangan pesantren tradisional.

Ayahnya, bernama H. Abdul Madjid, adalah seorang kyai alim hasil

godokan pesantren tebuireng, dan termasuk dalam keluarga besar

Nahdatul 'Ulama (NU), yang secara personal memiliki hubungan sangat

akrab dengan K.H. Hasyim Asy'ary, salah seorang dari founding father

Nahdatul Ulama. Sementara ibunya, adalah adik dari rois akbar NU, dari

(28)

ayah seorang aktivis syarikat dagang Islam (SDI) di Kediri, sewaktu

organisasi ini masih banyak dipegang oleh para kyai.27

Nurcholish Madjid kecil semula bercita-cita menjadi masinis kereta

api. Namun, setelah dewasa malah menjadi kandidat masinis dalam

bentuk lain, menjadi pengemudi lokomotif yang membawa gerbong

bangsa. Sebenarnya menjadi masinis lokomotif politik adalah pilihan yang

lebih masuk akal. Nurcholish muda hidup di tengah keluarga yang lebih

kental membicarakan soal politik ketimbang mesin uap. Keluarganya

berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dan ayahnya, Kyai Haji

Abdul Madjid, adalah salah seorang pemimpin partai politik Masyumi.

Saat terjadi “geger” politik NU keluar dari Masyumi dan membentuk

^ Q

partai sendiri, ayahnya tetap bertahan di Masyumi.

Nurcholis Madjid menghembuskan nafas terakhir dengan wajah

damai setelah melafalkan nama Allah pada Senin 29 Agustus 2005 pukul

14.05 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.

Cendekiawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939, itu

meninggal akibat penyakit hati yang dideritanya.Cak Nur, mengembuskan

napas terakhir di hadapan istrinya Omi Komariah, putrinya Nadia Madjid,

putranya Ahmad Mikail, menantunya David Bychkon, sahabatnya Utomo

Danandjaja, sekretarisnya Rahmat Hidayat, stafnya Nizar, keponakan dan

adiknya. Jenazah Rektor Universitas Paramadina itu disemayamkan di

Auditorium Universitas Paramadina di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

27 Siti Nadroh, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid, Jakarta, Rajawali Pers, Cet I, 1999, Hlm.21.

(29)

19

Kemudian jenazah penerima Bintang Mahaputra Utama itu

diberangkatkan dari Universitas Paramadina setelah upacara penyerahan

jenazah dari keluarga kepada negara yang dipimpin Menteri Agama

Maftuh Basyuni, untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP)

Kalibata Selasa (30/8) pukul 10.00 WIB. Sementara, acari pemakaman

secara kenegaraan di TMP Kalibata dipimpin oleh Menteri Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab.29

B. Latar Belakang Pendidikan Nurcholish Madjid

Pendidikan dasar Nurcholish Madjid ditempuh didua sekolah

tingkat dasar, yaitu di Madrasah al-Wathaniyah yang dikelola oleh orang

tuanya sendiri dan di sekolah Rakyat (SR) di Mojoayar, Jomkbang.

Kemudian, Nurcholish Madjid melanjutkan ke sekolah tingkat pertama

(SMP) di kota yang sama. Jadi, sejak ditingkat pendidikan dasar,

Nurcholish telah mengenal dua model pendidikan. Pertama, pendidikan

dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan kitab-kitab kuning

sebagai bahan rujukan. Kedua, Nurcholish juga memperoleh pendidikan

umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan metode pengajaran

moderat. Pada masa pendidikan dasarnya inilah, khususnya di madrasah

al-Wathoniyah Nurcholish sudah menampakkan kecerdasannya dengan

berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya.30

(30)

Selanjutnya, Nurcholish dimasukan ayahnya ke pesantren Darul

Ulum Rojoso Jombang, Namun hanya bertahan dua tahun karena alas an

politik. Ayah Nurcholish, K.H. Abdul Madjid, sebagai warga NU tetap

memegang pilihannya pada masyum (sebuah Organisasi politik, yang

memiliki masa Islam terbesar, pada mulanya juga merupakan pilihan

politis warga NU termasuk para tokoh-tokohnya), sementara tokoh-tokoh

NU lainya yang karena satu dan lain hal memilih keluar dari Masyumi.

Sikap politik ayah Nurcholish yang tetap berafiliasi ke Masyumi inilah,

yang berbeda dengan tokoh-tokoh NU lainnya, membawa dampak

kehadiran Nurcholish di pesantren Darul Ulum kurang dapat sambutan

hangat. Nurcholish diaggap sebagai anak Masyumi yang kesasar

kekandang NU.31 Situasi inilah, maka Ayahnya memindahkan Nurcholish

dari basis tradisional ke oesantren modem terkenal Darussalam Gontor

Ponorogo. Menurut Nurcholish sendiri di sinilah masa palirg menentukan

pembentukan sikap keagamaannya.32

Gontor memang sebuah pondok pesantren yang moderen, malah

sangat moderen untuk ukuran waktu itu. Yang membuatnya demikian

adalah berbagai kegiatanya, sistem, orientasi, dan metodologi pendidikan,

serta pengajaranya. Kemodemannya juga tampak pada materi yang

diajarkannya. Dalam soal bahasa, di pesantren itu sudah diajarkan bahasa

Inggris, bahasa Arab, termasuk bahasa Belanda sebelum akhirnya

dilarang. Pera santri diwajibkan bercakap sehari-hari dalam bahasa Arab

31 Ibid., him. 22.

(31)

21

atau Inggris.33 Di pesantren inilah, Nurcholish masuk ke KMI (Kulliyat

al-Mu'allimin al-Islamiyyah) selama enam tahun (I960).34 Dengan

pendidikan dasar dan menengah inilah kita sediki banyak dapat membaca

bahv/a Nurcholish dididik dalam ilmu-ilmu keislaman, ditambah lagi

dengan kemahirannya berbahasa internasional Arab dan Inggris sehingga

memudahkan Nurcholish untuk mengakses buku umum yang cukup luas.

Dari pesantren Gontor yang sangat moderen pada waktu itu,

Nurcolish Madjid kemudian memasuki fakultas Adab, jurusan sastra

Arab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sampai tamat sarjana lengkap

(Drs.), pada 1968. pada tahun 1968 atas undangan departemen luar Negeri

AS, Nurcolish berkesempatan untuk mengunjungi negeri tersebut. Selama

itu, ia sampai keberbagai universitas. Dan Nurcholish Madjid kemudian

mendalami ilmu politik dan filsafat Islam di Universitas Chicago, 1978-

1984, sehingga mendapat gelar Ph.D. dalam bidang filsafat Islam (Islamic

Thought, 1984) dengan disertasi mengenai filsafat dan kalam (teologi)

menurut Ibnu Taimiyah.35

Kemudian, dorongan lain yang tidak bias dikesampingkan dalam

membuat pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid berwawasan luas

adalah pergaulannya dengan Prof. Dr. Buya Hamka. Kurang lebih 5 (lima)

tahun Nurcholish Madjid sempat menjalin hubungan yang sangat akarab

33 Budhy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban, Mizan, Jakarta, Cet 1, 2006, him. lv.

34 Siti Nadroh, op cit, him. 23.

(32)

dengan Buya Hamka, pada saat :tu ia masih menjadi mahasiswa dan

tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.

Dari sedikit gambaran ataupun sejarah yang melatarbelakangi

pendidikan Nurcholish Madjid ini, sedikit banyak kita dapat membaca dan

mengambil pelajaran dari kisah perjuangannya dalam mencari ilmu.

Nurcholish Madjid, seperti paparan di atas, tidak hanya seseorang yang

mudah putus asa, tetapi Nurcholish Madjid juga tekun dan rajin dalam

menuntut ilmu. Hingga pada akhirnya Nurcholish sering disebut sebagai

ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia.

C. Karya-karya Tulis Nurcholish Madjid

Nurcholish dapat digolongkan sebagai cendikiawan yang

produktif. Dalam peijalanan hidupnya sudah banyak karya-karya ilmiah

baik berupa artikel, makalah maupun artikel/makalah yang dibukukan, dan

lain-lain. Di ranah pemikiran keislaman dan keindonesiaan, figure

Nurcholish Madjid adalah fenomenal. Sebagai seorang yang well-versed

dalam masalah-masalah keislaman, dalam kalitanya dengan khazanah

klasik dan moderen, Nurcholish Madjid telah melakukkan jihad intlektual

tanpa henti sampai akhir hayatnya.j6 Karyanya yang kini telah beredar

dalam bentuk buku di pasaran Indonesia antara lain:36 37

1. Khazanah intlektual Islam (1984)

36Abdul Halim, (Pengantar,) Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan Yang Membebaskan: Refleksi atas Pemikiran Nurcholish Madjid, Paramadina, Kompas, Jakarta, 2006, cet. 1, Him. vii.

(33)

23

Karya ini dimaksudkan untuk memperkenalkan salah satu segi

kejayaan Islam dibidang pemikiran, khususnya yang berkenaan

dengan falsafah dan teologi. Nurcholish Madjid dalam buku ini

memperkenalkan sarjana-sarjana muslim klasik, seperti halnya al-

Kindi, Al-Asy'ary, Ibn Sina, Al-Ghazali, dan sarjana-sarjana

muslim klasik lainnya.

2. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (1987)

Buku ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan Nurcholish Madjid,

sebagai respon terhadap berbagai persoalan dan isu-isu yang

berkembang pada saat itu. Di bawah prinsip "untuk mencari kebenaran, secara tidak tx rkepulusa/i. Dan berkeyakinan luhan

adalah kebenaran dan bahwa hannya Dia-lah kebenaran mutlak,

Nurcholish Madjid melontarkan gagasan-gagasannya di sekitar

kemoderenan, keislaman dan keindonesiaan.

3. Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah telaah kritis Tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan. (1992)

Di dalamnya berisikan kumpulan-kumpulan makalah, yang ditulish

Nurcholish Madjid pasca setudi di Chicago, buku ini

mengungkapkan gagasan-gagasannya di bawah tema tauhid dan

emansipasi harkat manusia, disiplin ilmu keislaman tradisional,

membangun masyarakat etika, serta universalisme islam dan

(34)

4. Islam, Kerakyatan dan Keindonesiaan: Pikiran-Pikiran

Nurcholish "Muda" (1994)

Dalam buku ini Nurcholish Madjid berbcara mengenai keislaman,

keindonesiaan dan kemoderenan, dengan penekanan bagaimana

menciptakan masyarakat yang berkeadilan berdasarkan prinsip-

prinsip tauhid.

5. Pintu-Pintu Ijtihad (1994)

Buku ini merupakan penjelasan yang lebih sederhana menenai

ajaran yang inklusif dan universal yang menjadi tema besar dalam

buku Islam Doktrin dan Peradaban. Dalam buku ini, tema-tema

besar tersebut, mencakup masalah iman, peradaban, etika, moral

dan politik Islam kontemporer, disajikan dengan bahasa yang

lugas, ringan dan sederhana, sehingga mudah dimengerti.

6. Islam Agama Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi

Doktrin Islam dalam Sejarah (1995)

Pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid dalam buku ini

merupakan analisis dan refleksi terhadap wacana keislaman secara

mendasar.hanya saja, pemikiran Nurcholish yang tertuanga dalam

buku ini lebih terarah pada makna dan implikasi penghayatan iman

terhadap prilaku sosial. Nurcholish Madjid pada buku ini

membahas tema-tema pokok ajaran Islam yang telah berkembang

dan mengalami distorts ditengah umat Islam sendiri, sehingga

(35)

25

dibedakan antara nlai-nilai Islam yang bersifat subtansial dan

fundamental dari ajaran yang sekunder dan terbuka untuk

penafsiran bahkan perubahan.

7. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi

Baru Islam Indonesia (1995)

Buku ini menghadirkan ajaran Islam secara lebih human, adil,

inklusif dan egaliter yang bertolak dari paradigma tauhid dan etika.

Hanya saja pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid dalam buku

ini, menyajikannya dengan wawasan yang lebih kosmopolit dan

universal sekaligus mempertimbangkan aspek parsial dan kultural

paham-paham keagamaan yang berkembang.

8. Masyarakat Riligius (1997)

Buku ini mengetengahkan Islam dan konsep kemasyarakatan,

komitmen pribadi dan sosial, konsep keluaga muslim. Prinsip

medis dan kesehatan keluarga muslim serta konsep mengenai

eskatologis dan kekuatan supra alami.

9. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di

Indonesia (1997)

Buku ini berisikan kajian ilmiah terhadap Islam di Indonesia,

sebagaiman peran umat Islam Indonesia menyongsong era tinggal

landas. Dimensi sosial budaya dan pembangunan di Indonesia serta

demokrasi di Indonesia. Dalam buku ini Nurcholish Madjid

(36)

politik dan golkar, pemilu, demokrasi, demokratisasi, oposisi,

keadilan, dan dinamika perkembangan intelektaual Islam di

Indonesia.

10. Kaki Langit Peradaban Islam (1997)

Buku ini berisi tiga bab. Pertama, mengetengahkan wawasan

peradaban Islam. Kedua, menjelaskan sumbangan pemikiran-

pemikiran para tokoh muslim. Dan ketiga, mengenai dunia Islam

dan dinamika global.

11. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (1997)

Dalam buku ini, Nurcholish Madjid menyumbang 17 buah entry, di

bawah tema-tema penafsiran Al-Qur'an, konsep dasar Al-Qur'an,

disiplin ilmu keislaman trasisional, fiqih dan realitas umat Islam,

dimensi esoteris ibadah dan implikasinya pada pengembangan

etika sosial, serta dimensi social dari ajaran Islam.

12. Bilik-Bilik Pesantren, Sebauah Potret Perjalanan (1997)

Buku ini memuat diskripsi dunia pesantren dengan segala dinamika

perkembangannya, berhadapan dengan wacana modernisasi.

Meskipun telah berlalu kurang lebih 20 tahun, kehadiran buku ini

tetap menunjukkan signifikansinya dalam rangka mencari dan

menemukan format baru dunia pesantren berhadapan dengan

realitas eksternal yang mengitarinya.

13. Dialok keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana

(37)

27

Buku ini merupakan kumpulan wawancara yang pernah dimuat

dalam berbagai media masa dari sekitar tahun 1970-an sampai

1996-an, dengan tema yang sangat beragam dan sepontan, meliputi

berbagai persoalan aktual; politik, budaya, pendidikan.

14. Cita-Cita Politik Isalm Era Reformasi (1999)

Buku ini merupakan perjalanan panjang pandangan sosial politik

Nurcholish madjid, dalam wacana perpolitikan di Indonesia.

Dan masih banyak lagi karya-karya tulis Nurcholish Madjid yang

belum dapat penulis paparka, ada pula karya Nurcholish yang berupa

artikel-artikel baik yang berbahasa Arab, Inggris ataupun yang berbahasa

Indonesia. Melihat begitu banyaknya karya-karya ilmiah yang dihasilakan

oleh Nurcholish Madjid menunjukkan satu kenyataan bahwa Nurcholish

Madjid merupakan seorang intelektual muslim yang produktif.

Pemikirannya dalam berbagai bidang telah diakui, khususnya dalam

wacana pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia.

D. Arah Pemikiran Nurcholish Madjid

Membicarakan tentang Nurcholish Madjid yang lebih kental di sapa

Cak Nur, tentunya kita tidak akan terlepas dari pembahasan tentang arah

pemikiran Cak Nur, di mana Nurcholish Madjid pernah disebut sebagai

"lokomotif' pemkiran Islam Indonesia. Sebagaimana ditunjukkan oleh

kata itu, Cak Nur dianggap sebagai penggerak sekaligus "frontier" atau

(38)

lain di Negeri ini.38 Dari sini tentunya sedikit banyak kita dapat membaca

bagaimana seorang tokoh seperti halnya Nurcholish merupakan salah satu

cendikiawan muslim milik bangsa, yang dengan pemikiran-pemikiranya

dapat diterima oleh banyak masyarakat Indonesia.

Karir intlektualnya, sebagai pemikir muslim, dimulai pada masa di

IAIN Jakarta, khususnya ketika menjadi ketua umum PB HMI (Himpunan

Mahasiswa Islam), selama dua kali priode, yang dianggapnya sebagai

"kecelakaan sejarah" pada 1966-1968 dan 1969-1971. di tahun 1968 ia

menulis karangan "Modernisasi ialah Rasionalisasi, Bukan Westernisasi"

sebuah karangan yang sibicarakan di kalangan HMI seluruh Indonesia. Di

masa ini pula banyak karya nurcholish Madjid, diantaranya ia menulis

sebuah buku pedoman idiologis HMI, yang disebut Nilai-Nilai Dasar

Perjuangan (NDP), ini di tulis Cak Nur setelah perjalanan panjang keliling

Amerika Serikat selama sebulan sejak November 1968, beberapa hari

setelah lulus saijana IAIN Jakarta, yang kemudian dilanjutkan perjalanan

ke Timur Tenggah, dan pergi haji, selama tiga bulan.39

Nurcholish Madjid, pada 1968 juga, merumuskan modernisasi

sebagai rasionalisasi. Pengertian Cak Nur tentang "modernisasi sebagai

rasionalisasi", dimaksudkan sebagai dorongan kepada umat Islam untuk

menggeluti modernisasi sebagai apresiasi kepada ilmu penmgetahuan.

Dalam tinjauan Islam, menurutnya, modernisasi itu berarti " berpikir dan

bekerja menurut frtrah atau sunatullah. Pemahaman manusia terhadap

38 Abdul Halim, op. cit. him. 143.

(39)

29

hokum-hukum alam, melahirkan ilmu pengetahuan, sehingga modem

berarti ilmiah. Dan ilmu pengetahuan diperoleh oleh manusia melalui

akalnya (rasionya), sehingga moderen berarti ilmiah.40 Yang dimaksud

sikap rasional disini ialah memperoleh daya guna yang maksimal untuk

memanfaatkan alam ini bagi kebahagiaan manusia.

Selanjutnya Nurcholish Madjid juga mengatakan bahwa seseorang

muslim adalah seseorang yang senantiasa moderen, maju dan progresif.

Karena modernisasi itu sendiri identik dengan rasionalisasi. Sementara

Islam adalah agama yang sangat menjunjung dimensi rasionalitas. Jadi,

sesuatu disebut moderen manakala bersifat rasional, ilmiah, dan

berkesesuaian dengan hokum-hukum alam. Oleh karena itu, dibutuhkan

adanya suatu kelompok pembaharu Islam yang liberal yang non-

tradisionalisme dan non-sektarianisme.41 Yang dimaksud dengan non-

sektarianisme adalah tidak membela suatu sakte atau mazhab,

kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dengan pandangan

agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut.

Sisi lain dari pola pemikiran Nurcholish Madjid juga mengenai neo­

modernis, dari pola pemikiran ini Nurcholisah Madjid coba

menggabungkan dua faktor penting: modernisme dan tradisionalisme.

Baik tradisionalisme maupun modersisme memiliki kelemahannya

masing-masing. Modernisme Islam cendrung menampilkan dirinya

«bagai pemikiran Islam yang tegar, bahkan kaku. Sementara dipihak lain,

40 Ibid., him. lx.

(40)

tradisionalisme Islam cukup kaya dengan berbagai pemikiran klasik Islam,

tetapi justru dengan kekayaan itu, para pendukung pola pemikiran ini

sangat berorientasi pada masa lampau, dan sangat selektif menerima

gagasan-gagasan modernisasi. Sedangkan neo-modemisme Islam

berusaha menjebatani, bahkan mengatasi dua pemikiran konvensional

ini.42

Pada pola pemikiran neo-modemisme ini, Nurcholish Madjid berda

pada posisi seimbang dalam menilai tradisi dan modernitas. Tradisi disatu

sisi jelek karena mengunkung, tetapi disisi lain baik karena memberi dasar

pijakan untuk pengembangan. Sebaliknya, modernitas disatu sisi jelek

karena ekses negatif yang ditimbulkannya, tetapi disisi lain kehadirannya

tidak dapat ditolak dan malah menjadi keharusan sejaiah.

Dalam pemikiran neo-modemisme, Nurcholish Madjid merumuskan

apa yang hams dibangun oleh ide pembaharuan Islam, yaitu usaha

penyegaran pemahaman. Jadi, inti makna pembaharuan adalah up dating

pemahaman orang atas jaran agamanya dan cara mewujudkan agama itu

dalam masyarakat. Sedangkan tujuan pembaharuan itu sendiri, seperti

sering dikatakannya, adalah untuk membuat agama yang diyakini itu lebih

fungsional dalam memberi jawaban terhadap tantangan moderen. Sampai

disini dapat dipahami bahwa pemikiran Nurcholish Madjid memang

melampaui batasan tradisionalisme ataupun modernisme. Nurcholish

Madjid sendiri tidak mau terjebak sama sekali kedalam dikotomi salah

(41)

31

satu atau keduanya. Inilah salah satu alasan mendasar, setudi ini

menempatkan Nurcholish Madjid sebagai salah seorang figure neo-

modernisme.43

Tidal, hanya sampai disni pembahasan mengenai modernisme

maupun neo-modemisme, tetapi masih luas lagi pembahasan tentang

kedua hal tersebut. Namun di sini penulis hanya sedikit membahas

mengenai pemikiran Nurcholish Madjid tentang modernisme maupun

neo-modemisme. Dari sini tentunya sedikit banyak dapat memberikan

pemahaman tentang arah pemikiran yang bangun oleh Nurcholish Madjid.

Dan yang paling penting dari pola pikir tersebut yaitu adanya kesesuaian

arah dengan apa yang digagas oleh penulis dalam karya tulis ini.

Dalam kaitanya dengan pemikiran Nurcholish Madjid tentang

modernisme maupun neo-modemisme ini pula, Nurcholis juga

menggunakan kata modernisasi dalam pembahasan tentang pendidikan.

Dimana menurut nutnya hams adanya pembaharuan dalam pendidikan

khususnya di Indonesia. Modernisme dalam hal pendidikan yang digagas

oleh Nurcholish madjid juga peda pendidikan Islam teradisional atau

sering disebut pendidikan pesantren.

Modernisme pesantren, sering kita mendengar kata-kata tersebut,

baik dalam seminar atau dari membaca buku-buku yang membahas

tentang modernisasi pendidikan pesantren. Dengan adanya modernisasi

tersebut diharapkan pendidikan pesantren diharapkan mampu memberikan

(42)

jawaban pada tantangan zaman. Artinya, pendidikan pesantren mampu

bersaing sehingga lulusan-lulusan dari pesantren dapat seimbang dengan

lulusan-lulusan dari pendidikan umum.

Perlu diketahui pula bahwa modernisasi sistem pendidikan di

Indonesia sebenarnya tidak bersumber dari kalangan kaum muslimin

sendiri. Sistem pendidikan moderen pertama kali, yang pada gilirannya

mempengaruhi sistem pendidikan Islam, justru diperkenalkan oleh

pemerintah kolonia Belanda. Ini bermula dengan perluasan kesempatan

bagi pribumi dalam paruh abad ke-19 untuk mendapatkan pendidikan.

Waktu itu kolonial belanda mendirikan volkschoolen, sekolah rakyat, atau

sekolah dasar (negeri) dengan masa belajar selama tiga tahun.44

Selain mendapat tantangan dari sistem pendidikan belanda,

pesantren sebagai pendidikan Islam trasidional juga harus berhadapan

dengan sistem pendidikan moderen Islam. Dari sini diharapkan dengan

adanya pembaharuan sistem pendidikan pesantren, pesantren mampu

mengantarkan kaum muslimin kegerbang rasionalitas dan kemajuan tanpa

meninggalkan makna aslinya. Artinya, pesantren tetap berfungsi sebagai

pesantren dalam pengertian aslinya, yakni tempat pendidikan dan

pengajaran bagi para santri yang ingin memperoleh pengetahuan Islam

secara mendalam dan sekaligus sebagai tempat menimba ilmu-ilmu umum

dan tempat mengembangkan kemampuan.

44 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

(43)

33

Selain itu juga, pesantren diharapkan mampu untuk terus menjaga

eksistensinya juga sekaligus bias mengimbangi dan menjawab perubahan

dan tuntutan akibat modernisasi. Agar tradisi pesantren dapat terus

berkembang ditengah masyarakat. Dengan harapan bahwa tranformasi

tidak menggeser ciri khas dan sekaligus kekuatannya sebagai lembaga

(44)

A. Pengertian Pendidikan Pesantren

Pondok peasantren sebagai lembaga dan wahana pendidikan Islam

yang mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, pondok

pesantren telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan

tradisi keislaman, dan telah banyak mereproduksi ulama.

Pendidikan berasal dari kata didik, mendapat awalan pe-dan

akhiran -an yang berarti bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik untuk

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.45 Devinisi lain mengatakan

bahwa pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan

me sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam Bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata

educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to),

dan mengembangkan (to evolve, to develov).46

Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti

perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

45Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, Bandung, Al Ma'arif, 1962, him. 19. 4bMuhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet VIII, 2003, him. 10.

(45)

35

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan.47

Sedangkan Pengertian dasar dari pondok pesantren itu sendiri

adalah tempat belajar para santri untuk mengkaji berbagai masalah

keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya. Sedangkan kata

pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhan awalan pe-dan akhiran

-an yang menunjukan tempat belajar para santri. Menganggap kata santri

ini merupakan gabungan dari kata sant yang berarti manusia baik, dan

suku kata tra yang berarti suka menolong, sehingga kata pesantren dapat

berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.48 Pendapat lain tentang kata

pesantren, berasal dari kata cantrik yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran

-an. Karena pergeseran tertentu, kata itu menjadi kata santri.49

Zamarkasih Dhofier mengatakan bahwa kata santri ada yang mengatakan

berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, ada juga yang

mengtakan dari bahasa India shastri yang berarti orang yang tahu buku-

buku suci agama Hindu, dan ada pula yang memngatakan berasal dari kata

s has tra yang berarti buku-buku suc:, buku-buku agama, atau buku-buku

tentang ilmu pengetahuan.50 Perkataan pesantren tidak dapat terlepasa dari

kata santri itu sandiri. Di mana perkataan santri merujuk pada orang-orang

41 Ibid.,, him. 10.

48 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Gema Insani Press, Jakarta, 1997, him. 70. 49 Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, him. 195.

(46)

Islam yang memiliki kecenderungan lebih kuat pada ajaran Islam,

sedangkan untuk orang yang lebih mengutamakan tradisi

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan pesantren adalah proses

belajar mengajar atau transfer ilmu yang dilaksanakan pada tempat

tertentu dan mempunyai metode-metode pengajaran tersendiri. Metode-

metode pembelajaran yang dipakai dalam pendidikan pesantren antara

lain adalah:

a. Metode Sorogan

Sorogan berasal dari kata sorong (bahasa Jawa), yang berarti

menyodorkan.31 Disebut demikian karena setiap santri yang belajar di

pondok pesantren pada hari dan waktu-waktu tertentu, mengaji dengan

menyodorkan kitabnya dihadapan seorang kyai atau seseorang yang

ditunjuk kyai untuk menggantikannya. Sistem sorogan ini termasuk

belajar individual, dimana santri diharuskan belajar sendiri kitab yang

akan disodorkan pada kyai. Dimana seorang santri berhadapan dengan

seorang guru dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.

Sistem sorogan ini biasanya dilaksanakan pada ruang atau tempat

tertentu. Adapula sistem sorogan ini seringkah dilaksanakan langsung

dirumah-rumah kyai.

b. Metode Watonan/Bandongan

Watonan, istilah watonan ini berasal dari waktu (bahasa Jawa)

yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut dilakukan pada waktu

(47)

37

tertentu yaitu sebelum atau sesudah melakukan shalat fardhlu. Metode

watonan ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti

pelajaran dengan duduk disekeliling kyai yang menerangkan pelajaran

secara kuliah, santri mnyimak kitab masing-masing dan membuat

catatan padanya. Istilah watonan ini di jawa barat disebut

bandongan.32

Metode bandongan juga sama dengan metode watonan, metode

bandongan ini dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap

sekelompok santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang telah

dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab. Kyai membaca,

menteijemahkan, menerangkan dan sekaligus mengulas teks-teks

berbahasa Arab tanpa harakat (gundul). Kemudian santri

mendengarkan dan menyimak serta menyalin pada kitabnya,

c. Metode Musyawarah/Bahsul Masa'il

Metode musyawarah merupakan metode pembelajaran yang

lebih merip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang

santri dengan jumlah tertentu membuat halakoh yang dipimpin

langsung oleh kyai atau ustad senior untuk membahas atau mengkaji

persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya

para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau

pendapatnya. Dengan demikian lebih menitik beratkan pada

kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan

(48)

satu persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab

tertentu.53

d. Metode Hafalan

Metode hafalan ini diberikan ketika para santri diberi tugas

menghafal bacaan-bacaan tertentu. Dengan waktu-waktu tertentu pula.

Setelah santri dapat menghafalkan kemudian dihafalkan dihadapan

kyai atau ustadz yang memberikan tugas hafalan tersebut.

Dan masih banyak lagi metode yang diajarkan pada pendidikan

pesantren khususnya pada pesantren salaf. Meskipun kita tahu pada saat

sekarang ini, banyak sistem pendidikan pesantren, tidak hanya

menggunakan metode-metode seperti dlatas, pesantren pada saat sekarang

telah banyak yang mengadopsi atau menggunakan metode-metode

pendidikan secara umum. Namun tentunya setiap pandok pesantren tidak

akan menghilankan metode-metode seperti yang disebut di atas. Sebagai

metode dan menunjukkan keaslian dari sebuah pesantren.

B. Sejarab Pendidikan Pesantren

Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang, dalam

pengertian seluas-luasnya. Pendidikan Islam berkembang seiring dengan

kemunculan Islam itu sendiri. Begitu juga halnya pesantren yang

merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia, begitu tuanya sampali

banyak para ahli saling silang pendapat tentang kemunculan pesantren,

(49)

39

atau pesantren apa yang pertama kali muncul dan dikenal di bumi

Nusantara ini. Menurut Yusuf Amir Faisal kemunculannya berbarengan

dengan kedatangan Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, dan pada

tahun 674 sudah ada pemukiman orang-orang arab di pantai barat

Sumatra.54 Sumber lain juga mengatakan bahwa pesantren pertama kali

didirikan oleh Syekh Maulana Maghribi, yang wafat pada tanggal 12

Robiulawal 822 H, bertepatan pada tanggal 8 April 1419 M.55

Kemunculan pesantren yang sangat misterius ini, kemungkinan

disebabkan oleh tradisi keilmuan yang belum dikenal di Indonesia waktu

itu, atau mungkin juga karena pesantren sudah sangat mentradisi di bumi

nusantara sehingga sudah tidak diperlukan lagi data-data intelektual yang

mendukung eksistensi pesantren sendiri. Walaupun banyak polemik

tentang kemunculan pesantren, akan tetapi tidak mengurangi pengakuan

para pakar dan tokoh tentang keberadaan pesantren dtn peran yang

dimainkan sejak kemunculannya hingga saat ini.

Hal serupa juga diakui oleh masyarakat Indonesia mengenai

pendidikan pesantren, Eksistensi lembaga tersebut telah lama mendapat

pengakuan masyarakat. Pesantren k u t terlibat dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa. Tidak hanya dalam segi moril, namun ikut serta pula

dalam memberi sumbangsih yang cukup signifikan dalam

penyelenggaraan pendidikan khususnya di Indonesia.

54 Yusuf Amir Faisal, op. cit. him. 195.

5:>Muhtarom, H.M, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi: Resistensi Tradisional Islam,

(50)

Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di

Indonesia, pesantren selain telah berhasil membina dan mengembangkan

kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan

rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia, serta pesantren telah

menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan

telah berjasa turut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ditinjau dari segi historis, pendidikan pesantren memiliki

perjalanan yang panjang hingga keberadaannya sampai pada saat

sekarang. Pesantren sejak kelahirannya merupakan institusi yang berbasic

pada ajaran Islam, bahkan institusi ini mengemban misi untuk

mensosialisasikan ajaran Islam ketengah-tengah masyarakat. Menurut

Nurcholish Madjid, pesantren dari segi historis tidak hanya identik dengan

makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia

(Indegenous).56

Karena peinsip-prinsip keagamaan yang dijadikan landasan dalam

menjalankan berbagai aktifitasnya sudah tentu pesantren akan mempunyai

banyak hambatan yang tidak sedikit. Pada masa awal dimungkinkan

pesantren akan berhadapan secara konfrontatif dengan budaya-budaya

lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Budaya-budaya lokal itu

misalnya saja faham animisme dan dinamisme, dimana budaya in lebih

familier dengan ajaran hindu budha. Dari sini boleh dikatakan, bahwa

perang budaya itu sebenarnya sudah ada semenjak kedatangan Islam di

56 Nurcholish madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Poiret Perjalanan, 1997, Jakarta, Paramadina, him. 3.

(51)

41

Indonesia, dikemukakkan juga oleh Nurcholish Madjid, bahwa lembaga

yang serupa dengan pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa

kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga ket.ka Islam datang ke Indonesia

tinggal meneruskan dan mengislamkannya dengan memasukkan materi-

materi keislaman.5' Dan Islam hanya meneruskan lembaga yang sudah ada

itu dan mewamauinya dengan nilai-nilai yang Islami.

Pengajaran keislaman atau penanaman nilai-nilai Islam pada masa

awal-awal Islam di Indonesia seperti halnya yang dikemukakan oleh Karel

A. Steenbrik, pada mulanya model pengajaran Islam di laksanakan secara

individu di rumah-rumah, surau, langgar atau masjid dengan mengkaji al-

Qur’an. Tujuan utama dalam pendidikan dasar ini sudah tercapai, kalau si

murid pertama kali telah menamatkan bacaan al-Qur'an secara keseluruha.

Maka berawal dari model pengajaran ini, kemudian dilanjutkan dengan

pengajian kitab-kitab.

Dari sinilah kemudian mumncul pendidikan pesantren yang sangat

terkenal sebagai lembaga pendidikan Islam, yang mendidik para santrinya.

Biasanya pesantren didirikan oleh pemrakarsa kelompok belajar, yang

mengadakan perhitungan dan memperkirakan kemungkinan kehidupan

bersama bagi para santri dan ustaz. Pesantren pada dasarnya adalah

sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya belajar

bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) Guru yang 57 *

57 Ibid., him. 3.

(52)

lebih dikenal dengan sebutan kyai.59 Di akui bahwa eksistensi suatu

pesantren sangat tergantung pada tokoh sentral yang tida lain adalah kyai

yang memimpin,

Sebagaimana pendapat Prof. Mukti Ali juga, bahwa pesantren

merupakan lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat seorang

kyai yang mengajar dan mendidik para santri dengan sarana masjid yang

dipergunakan untuk menyelenggarakan pendidikan te;sebut, serta

didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.60 Yang

kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya sangat sederhana, pada

waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga

pendidikan yang tersetruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sangat

bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami

doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan

keagamaan.

Lembaga pendidikan pesantren semakin berkembang secara cepat

dengan adanya sikap non-konprontatif ulama terhadap kebijakan "Politik

Etis" pemerintah kolonial belanda pada akhir abad ke 19. kebijakan

pemerintah kolonial ini dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat

indonesia dengan memberikan pendidikan modem, termasuk budaya

Barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik dari segi

59 Ibid, him. 44.

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kebijakan implementasi uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir program pendidikan merujuk pada berbagai peraturan perundang- undangan yang

634.508,104 juta (47,35%) yang berarti bahwa sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Sungai Penuh mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan

Sebagai orang yang beriman pada kitabullah Al Qur'an, Ahmad Dahlan sekali-kali tidak pernah meragukan (me-dhoni-kan) Al Qur'an, ia mengajarkan pemahaman terhadap

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengecekan kelulusan mahasiswa dengan memperhitungkan konversi kurikulum dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi

Mengkoordinasikan penyusun dan pedoman pelaksanaan kebijakan pengelolaan keuangan daerah, mengkoordinasikan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Perlindungan tangan Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian

Berdasarkan Surat Keputusan ... 10) telah melaksanakan tugas sebagai ... masih melaksanakan tugas tersebut. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 138 tahun 2014 sdr ...12) berhak

Mencermati dari hasil penelitian di atas maka perkembangan city hotel di Kota Denpasar, memang sangat mengkhawatirkan pengusaha hotel melati, bukan saja karena adanya