• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT

SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI

(TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUHAMMAD IMAM HANIF

NIM 11111150

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.iainsalatiga.ac.id Email : administrasi@iainsalatiga.ac.id

Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd. Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi

: Saudara Muhammad Imam Hanif

Kepada

Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Muhammad Imam Hanif

Nim : 111 11 150

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh

Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab

Sullam Taufiq)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 9 Agustus 2015

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Wibsite : www.iainsalatiga.ac.id Email : administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ)

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD IMAM HANIF

NIM : 111 11 150

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil. __________________

Sekretaris Penguji : Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. __________________

Penguji I : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. __________________

Penguji II : Drs. A. Bahrudin, MA. __________________

Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga

(5)

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : MUHAMMAD IMAM HANIF

NIM : 111 11 150

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan : Tarbiyah

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 9 Agustus 2015

Penulis

Muhammad Imam Hanif

(6)

MOTTO

BBM

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati, saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Allah SWT, semoga menjadi amal jariyah di sisi-Nya.

2. Nabi Muhammad SAW, semoga menjadi bukti kecil tanda kecintaanku

kepada Baginda Nabi SAW.

3. Keluarga yang aku cintai. Bapak K.H. Abdul Choliq (Alm) telah banyak

menunjukkan jalan rahasia ma‟rifat. Ibu Nyai Hj. Siddiqoh (Almh) yang telah

menunjukkan jalan perjuangan. Kakak tercinta Fauzi Al Hidayat yang selalu

menjaga penuh kasih sayang. Ibu Hj. Ninik Lestari yang berkenan

mendampingi.

4. Simbah K.H. Munawir Munajat Al Hafidz dan simbah K.H. Maslikhudin

Yazid, beliau-beliau mursyid Thoriqoh Qadariyyah wa Naqsyabandiyah yang

telah membimbing ruhaniyahku dalam pengajian lapanan Su‟biyah Jam‟iyyah

Ahlith Thoriqoh Al Mu‟tabaroh An Nahdliyyah Kota Salatiga. Beserta

seluruh jama‟ahnya.

5. Sahabat-sahabatku alumni SMA N 1 Salatiga yang menjadi motivatorku

untuk selalu maju saat kemalasan datang melanda.

6. Sahabat-sahabatku IAIN Salatiga dari berbagai angkatan.

7. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di kampus yaitu kelas PAI

D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN.

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Bismillahir rohmanir rohim.

Alhamdulillah, Allahumma sholli „ala sayyidina Muhammad.

Segala puji syukur harus penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

senantiasa membanjiri penulis dengan kasih sayang, melimpahkan rahmat,

memberikan petunjuk, dan memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Semoga penulis dan pembaca diridloi Allah mendapatkan syafa‟at beliau terutama

di hari kiamat nanti.

Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Disamping tujuan mulia tersebut, penulisan ini dimaksudkan untuk amal

jariyah kepada pendidikan Islam di Indonesia dengan harapan dapat membantu

mencetak generasi bangsa yang selalu dekat dengan Sang Pencipta. Skripsi ini

dapat selesai berkat limpahan hidayah Allah melalui dukungan, bantuan dan

bimbingan hamba-hamba yang dekat dengan Allah oleh karena itu perkenankan

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(9)

4. Bapak Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah ikhlas memberikan bimbingan spritual sehingga

penulisan skripsi ini semakin memiliki ruh dalam setiap kata yang

dicantumkan.

5. Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak, ibu dan kakakku tercinta. Tak lupa kepada saudara-saudara

yang senantiasa memberikan dukungan dalam berbagai hal.

8. Semua pihak yang selalu mendo‟akan penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kekurangan diri, penulis mendo‟akan beliau-beliau supaya Allah SWT senantiasa memberikan keridloan di dunia hingga akhirat

kelak.

Semoga tulisan sederhana ini diterima Allah sebagai amal jariyah.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat memberi manfaat bagi penulis dan para

pembaca sekalian.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 9 Agustus 2015

Penulis

Muhammad Imam Hanif

(10)

ABSTRAK

Hanif, Muhammad Imam. 2015. Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd.

Kata kunci: Pendidikan Akhlak Tasawuf dan Kitab Sullam Taufiq

Akhlak yang ditunjukkan oleh para pelajar semakin lama semakin merosot. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerhati pendidikan di Indonesia. Demi terwujudnya pelajar yang berakhlakul karimah maka diadakan penelitian terhadap kitab Sullam Taufiq karya Syaikh Abdullah bin Husain

Ba‟alawi. Disusun tiga rumusan masalah untuk mengetahui lebih dalam lagi

tentang pendidikan akhlak tasawuf buah pikiran Syaikh Abdullah bin Husain, yaitu: (1) Bagaimana konsep pendidikan akhlak tasawuf menurut Syaikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi? (2) Bagaimana implikasi pendidikan akhlak

tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia?

Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni metode deduktif untuk menemukan ilmu baru dengan cara mengulas ilmu pengetahuan secara umum ke arah yang lebih spesifik lagi. Metode kedua menggunakan metode induktif. Metode yang menjelaskan berbagai permasalahan khusus dengan diakhiri dengan kesimpulan yang umum.

Berdasarkan hasil penelitan ini, maka dapat kami simpulkan bahwa: (1) Konsep pendidikan akhlak tasawuf tersebut adalah adanya hubungan antara ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf. (2) Pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan oleh

Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi relevan diterapkan di Indonesia. Dengan penerapan pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi tentang pendidikan

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... Iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... V MOTTO ... Vi PERSEMBAHAN... Vii KATA PENGANTAR ... Viii ABSTRAK ... X DAFTAR ISI ... Xi DAFTAR BAGAN DAN TABEL... Xiv DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian... 13

(12)

BAB II BIOGRAFI

A. Biografi Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 17 B. Biografi Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 19 C. Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam Taufiq ... 20

D. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 22

BAB III SISTEMATIKA KITAB DAN DISKRIPSI

PEMIKIRAN SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN

BA’ALAWI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF

A. Sistematika Penulisan Kitab Sullam Taufiq... 23

B. Konsep Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 27 C. Penerapan Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syeikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 29

BAB IV ANALISIS DAN RELEVANSI PEMIKIRAN SYAIKH

ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI TENTANG

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF DALAM KITAB

SULLAM TAUFIQ

A. Analisis Pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

(13)

B. Relevansi Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 100

B. Saran... 102

C. Penutup... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN 3.1 Hubungan ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu

tasawuf... 29

TABEL 4.1 Unsur-unsur dalam akhlak tasawuf... 60

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TRANSLITERASI

LAMPIRAN 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 3 LEMBAR KONSULTASI

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang besar

dan dikaruniai dengan berbagai kenikmatan oleh Allah SWT. Kesadaran

tersebut telah mengantarkan para leluhur Bangsa untuk membangun

Indonesia dengan fondasi yang kokoh. Fondasi atau dasar Negara tersebut

tertuang dalam lima sila yang disebut Pancasila. Pancasila sebagai dasar

Negara Indonesia bersifat final dan mengikat bagi seluruh penyelenggara

Negara dan seluruh warga Negara Indonesia (MPR, 2013: 88).

Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan sila pertama dan utama yang menerangi keempat sila lainnya (MPR, 2013:91). Sila pertama tersebut

sebagai tanda yang jelas bahwa Indonesia merupakan Negara yang berasas

Ketuhanan. Indonesia dibangun dengan nilai-nilai Agama. Sila “Ketuhanan

Yang Maha Esa” mencakup suasana batiniah dari Negara Indonesia. Dengan

demikian, setiap warga Negara Indonesia harus menanamkan, menghayati,

dan melaksanakan Pancasila terutama sila pertama.

Nilai sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” ditanamkan dalam hati setiap

warga Negara Indonesia secara mendalam. Di dalam Islam nilai tersebut

terdapat dalam ketauhidan. Tertuang dengan jelas dalam kalimat syahadat

(16)

syahadat tauhid bukan hanya terucap di lisan namun juga tertanam dalam hati

setiap muslim.

Sebuah keyakinan mendasar yang harus tertanam dengan kuat dalam

hati setiap muslim. Allah SWT telah menerangkan dengan sangat jelas di

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”

(QS. Ali-Imran [3]: 2).

Penanaman Tauhid sangat mempengaruhi keimanan seseorang. Menjadi tugas

setiap individu Umat Islam untuk menjaga dan meningkatkan kualitas iman.

Peningkatan kualitas iman sangat berpengaruh terhadap bertambahnya

ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu dan iman memiliki hubungan yang

erat. Ilmu yang diamalkan akan semakin mendekatkan diri kepada Allah

(17)

Rasulullah SAW menuntun setiap umatnya untuk bersemangat

menuntun ilmu. Sebagai pembakar semangat jiwa, Rasulullah SAW

mewajibkan setiap muslimin dan muslimat untuk mencari ilmu. Pencarian

tersebut tidak hanya terbatas dalam satu kurun waktu, namun selama hidup di

dunia. Maka menjadi sebuah kewajaran bila ilmu sangat mempengaruhi

kualitas iman seseorang hingga Rasulullah SAW mewajibkannya. Sebagai

sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana yang telah

dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tersebut.

Penguasaan ilmu menjadi sasaran utama bagi Bangsa Indonesia.

Sasaran utama sebagai pembangkit SDM (Sumber Daya Manusia) demi

mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan; sosial, politik,

ekonomi, teknologi, dan lain-lain. Para pejabat Negara Indonesia memahami

bahwa ujung tombak untuk mencapai kemajuan adalah dengan ilmu melalui

dunia pendidikan. Dunia pendidikan sebagai wadah yang strategis untuk

mewujudkan SDM yang berkualitas. Negara menempuh berbagai upaya

untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya adalah pendidikan

berkarakter. Sebagai wujud pelaksanaan Pembukaan UUD 1945 untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan berkarakter telah menjadi kajian utama diberbagai forum

pendidikan Indonesia. Mencapai kualitas SDM meliputi kualitas badaniah

dan kualitas rohaniah. Kemajuan dalam ranah akal dan spiritual. Pendidikan

(18)

nilai-nilai luhur spiritual. Mengingat bahwa ideologi Bangsa adalah

Pancasila. Pendidikan karakter ditempuh dalam rangka mewujudkan

Indonesia yang maju serta bermoral tinggi.

Pendidikan karakter berpengaruh secara langsung bagi Pendidikan

Agama Islam (PAI). PAI menjadi jalan strategis untuk menanamkan karakter

kepada setiap individu warga Indonesia. Pelajaran akhlak menjadi bahan

pembelajaran yang diutamakan. Akhlak ditanamkan agar setiap warga

memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Mewujudkan SDM Indonesia yang

berakhlak karimah bukanlah hal yang mudah. Terdapat delapan belas (18)

nilai karakter yang ingin ditanamkan dari pendidikan karakter, yakni religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

tanggungjawab.

Pendidikan karakter diharapkan dapat menjawab tantangan zaman.

Indonesia sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih

telah kehilangan berbagai nilai-nilai luhur Bangsa. Pendidikan karakter

diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai luhur tersebut. Namun terdapat

satu fokus yang kemudian hilang dari pendidikan. Fokus tersebut adalah ruh

pendidikan. Dengan berbagai tuntutan pencapaian dalam pendidikan karakter

menyebabkan pendidikan Indonesia secara tidak sadar pelan tapi pasti

(19)

menjadi tujuan pencapaian pendidikan karakter merupakan akhlak karimah.

Namun akhlak yang tampak seakan hanya wujud dari formalitas pelaksanaan

pendidikan brebasis karakter.

Islam menjunjung tinggi akhlak. Bukan hanya sekedar akhlak secara

perbuatan (lahiriah) namun akhlak yang bertauhid. Akhlak yang bertauhid

merupakan suatu hal yang lebih menukik daripada akhlak. Semua ini tertuang

dalam ilmu Tasawuf. Sebagaimana telah diutarakan oleh K.H. Said Aqil Siroj

(2012: 65), “Bertasawuf merupakan upaya penyempurnaan wujud keruhanian

manusia. Dalam bahasa Agama disebut itmamul akhlaq (penyempurnaan

akhlak).”

Indonesia telah mengalami degradasi moral yang sangat

mengkhawatirkan. Korupsi, perzinahan, perjudian, pembunuhan, dan tindak

kriminal lainnya telah meraja lela diberbagai pelosok Indonesia. Kenyataan

yang terjadi tersebut, menyadarkan untuk kembali menanamkan moralitas

kepada setiap warga Indonesia. Penanaman mulai dini diharapkan dapat

efektif memperbaiki moral anak Bangsa. Peran pendidikan menjadi sangat

penting. Pendidikan menjadi fokus utama bagi kesuksesan penanam moralitas

Bangsa. Tasawuf memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung

kesuksesan tersebut. Hati yang bersih akan mewujudkan manusia berperilaku

mulia, begitu pula sebaliknya. Tasawuf ialah ilmu qulub, ilmu mengolah hati

(Siroj, 2012: 69). Dengan demikian, tasawuf sangat tepat untuk mewujudkan

(20)

Dalam perkembangannya ilmu tasawuf dispesifikkan dalam

akhlak-tasawuf. Akhlak-tasawuf dimaksudkan agar ilmu tasawuf dikerucutkan pada

persoalan akhlak secara lebih mendalam. Akhlak yang timbul dari pancaran

hati yang bersih. Akhlak bukan hanya sebagai penghias perilaku lahiriah,

namun akhlak yang benar-benar timbul sebagai pancaran hati yang bersih

(akhlak-tasawuf). Akhlak-tasawuf sangat diperlukan oleh Indonesia, terutama

bagi dunia pendidikan.

Pendidik dan peserta didik memiliki peran yang penting dalam

pendidikan. Peserta didik sebagai obyek dan pendidik sebagai subyek

pendidikan. Keduanya haruslah memiliki akhlak yang bersumber dari hati

nurani. Akhlak-tasawuf membantu pendidik dan peserta didik untuk

memunculkan akhlak yang bersumber dari hati. Pendidik menjadi pentransfer

ilmu yang ikhlas dari hati yang jernih. Peserta didik sebagai penerima ilmu

dengan hati yang jernih pula. Hati yang jernih menimbulkan akhlak yang

murni, di sinilah akhlak-tasawuf berperan.

Hati manusia memiliki dua pintu. Pintu yang pertama terbuka untuk

makhluk dan pintu yang kedua terbuka untuk Allah. Dalam hal ini, manusia

terbagi ke dalam empat kondisi, yaitu:

1. Manusia yang kedua pintu hatinya ditutup oleh Allah. Ia adalah orang gila.

2. Manusia yang pintu hatinya menuju Allah tertutup, namun pintu untuk

(21)

melupakan Tuhannya. Jika ia ingat Tuhannya, ia hanya ingat dengan

lidahnya saja.

3. Manusia yang pintu hatinya tertutup ke arah makhluk, namun terbuka

untuk Allah. Hatinya akan dipenuhi dengan cahaya-cahaya. Ia akan

menjadi hamba yang tertarik menuju Allah. Namun ia belum mencapai

sempurna.

4. Manusia yang pintu hatinya untuk Allah dan untuk makhluk terbuka lebar.

Inilah hati orang-orang arif. (Jum‟ah, 2013:105)

Akhlak-tasawuf mewujudkan manusia berkategori nomer empat. Membuka

pintu hati untuk Allah dan pintu hati untuk makhluk. Terpancar akhlak dari

hati yang jernih, bukan sekedar formalitas. Pendidik dan peserta didik

diharapkan menjadi manusia berkategori nomer empat, dan menuju Indonesia

yang bermartabat tinggi di sisi dunia terlebih di sisi Allah SWT.

Pendidikan menjadi ujung tombak kesuksesan pembentukan karakter

Bangsa. Akhlak-tasawuf mewujudkan akhlak yang murni sebagai cerminan

karakter Bangsa. Apabila setiap pendidik dan peserta didik mengamalkan

akhlak-tasawuf, pendidikan akan mewujudkan Indonesia yang berakhlak

mulia dan bermartabat tinggi di sisi dunia terlebih di sisi Allah SWT.

Indonesia akan dipenuhi berkah dari Allah SWT, karena Indonesia penuh

dengan orang-orang yang berakhlak murni sebagai ciri dari taqwa. Allah

(22)

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah

dari langit dan bumi.” (QS. Al-A‟raaf [7]: 96).

Pembentukan karakter menjadi problematika bagi dunia pendidikan secara

lebih khusus dan bagi Indonesia secara luas. Akhlak-tasawuf membentuk

karakter yang tumbuh dan mengakar di pusat ruhani (hati) bukan hanya

sekedar formalitas.

Orang yang bahagia adalah yang hatinya bersinar dan larut dalam

ketaatan kepada Tuhannya (Al-Sakandari, 2013:71). Hati yang bersinar akan

memancarkan akhlak yang ikhlas. Imam Al-Hakim al-Tirmidzi (2011: 228)

telah mengatakan, “Ketika anda menjalani pekerjaan sehari-hari, bayangkanlah bahwa hati anda adalah bunga matahari yang memancarkan

cahaya kepada setiap orang dan kepada apapun yang anda temui.”

Salah satu karya yang sangat bermanfaat demi memperbaiki moralitas

Bangsa terutama dunia pendidikan Indonesia adalah kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq. Kitab ini merupakan karya dari Syaikh

Abdullah bin Husein Ba‟alawi. Kitab yang sangat familiar di kalangan

pesantren ini lebih akrab disebut kitab Sullam Taufiq. Syaikh Abdullah bin

Husain Ba‟alawi menulis kitab ini dengan susunan yang indah dan

(23)

berurutan diawali dengan ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan diakhiri dengan ilmu

akhlak-tasawuf.

Secara khusus pembahasan akan dikerucutkan pada akhlak-tasawuf.

Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi membahas akhlak-tasawuf dalam

sebelas (11) bab terakhir. Pembasahan dimulai dari bab “Kewajiban Hati” dan ditutup dengan bab “Cara Bertaubat”. Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

secara detail memperhatikan penanaman akhlak-tasawuf bagi setiap orang.

Beliau menjelaskan dengan bahasa yang sederhana dan singkat sehingga

mudah untuk dipelajari para pelaku dunia pendidikan. Syaikh Abdullah bin

Husain Ba‟alawi memfokuskan penanam akhlak-tasawuf pada hati, dimana hati sebagai pusat dari ruhani manusia. Hati sebagai pusat menjadi garapan

yang pertama kali. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, akhlak yang murni

bersumber dari hati yang bersih. Bukan hanya sekedar akhlak sebagai

formalitas, namun akhlak yang benar-benar berlandaskan ketauhidan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis akan menyusun sebuah

karya skripsi yang berjudul: PENDIDIKAN AKHLAK-TASAWUF

MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA‟ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ). Penulis akan mengulas tentang pendidikan

akhlak-tasawuf dalam kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq hasil pemikiran dari Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi. Semoga

bermanfaat dan barokah bagi penulis, dunia pendidikan secara khusus dan

(24)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh Abdullah

bin Husain Ba‟alawi?

2. Bagaimana implikasi pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia? C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui konsep pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh Abdullah

bin Husain Ba‟alawi.

2. Mengetahui implikasi pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia. D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai kontribusi bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mencapai

keseimbangan antara dunia dan akhirat.

2. Sebagai kontribusi agar menimbulkan kesadaran masyarakat betapa

pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Sebagai kontribusi bagi masyarakat Indonesia agar menjunjung tinggi dan

mengahayati akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis

(25)

1. Pendidikan akhlak-tasawuf

Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk

mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran

dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004: 365). Pendidikan

dalam arti luas adalah meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk

mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan

serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk

menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik

jasmaniah maupun rohaniah (Mansur, 2011:84). Pendidikan dipandang

sebagai suatu keseluruhan daya budaya yang dapat mempengaruhi

kehidupan perseorangan aupun kelompok dalam masyarakat (As Said,

2011: 11).

Akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang

mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir (Mansur,

2011:222). Akhlak menyangkut sikap dan tingkah laku seorang muslim

terhadap Tuhan, sesama manusia, dan alam (Ensiklopedi Nasional

Indonesia, 2004: 207). Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan

yang menjelaskan makna baik dan buruk, serta menjelaskan bagaimana

seharusnya berinteraksi antar sesama manusia dan menjelaskan tentang

tujuan yang akan didapatkan dalam segala aktivitas (Amin, 2012: 2)

Tasawuf adalah merupakan pengetahuan yang membahas keadaan

(26)

dengan sesuatu selain Allah dan meningkatkan jiwa ke alam kesucian

dengan beribadah kepada Allah semata (Ensiklopedi Nasional Indonesia,

2004: 122). Ada pula yang mendefinisikan tasawuf sebagai upaya agar

ruhani kita mendapatkan status di hadapan Allah (Siroj, 2012:48).

Berdasarkan dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan akhlak-tasawuf adalah upaya yang dilakukan secara sadar

melalui pengajaran dan latihan untuk mendatangkan perubahan perilaku

dan sikap sebagai upaya mendorong potensi-potensi diri secara optimal

agar ruhani mendapatkan status kesucian di hadapan Allah semata.

2. Sullam Taufiq

Kitab Sullam Taufiq merupakan karya dari Syaikh Abdullah bin

Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim Ba‟alawi. Kitab ini judul aslinya ialah Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq, namun lebih

familiar disebut Sullam Taufiq. Berdasarkan judul yang asli, kitab ini membahas tentang tangga pertolongan menuju mencintai Allah secara

nyata. Terdiri dari tiga puluh tujuh (37) bab (fashlun) yang diawali dengan

mukadimah dari Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi. Tiga puluh tujuh bab tersebut dibagi dalam tiga tema besar. Tiga bab awal bertemakan

tauhid, bab keempat hingga kedua puluh enam bertemakan fiqh, diakhiri

dengan tema akhlak-tasawuf dalam sebelas bab terakhir. Pada bagian akhir

(27)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dengan obyek kitab klasik. Penelitian

didukung dengan literatur dari beberapa kitab klasik serta berbagai sumber

tertulis lainnya yang relevan.

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun

referensi yang menjadi data primer adalah kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiqkarya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi.

Literatur yang lain sebagai sumber data sekunder adalah buku-buku

tentang pendidikan, akhlak-tasawuf serta informasi dari media internet

yang relevan dengan obyek pembahasan penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian

ini adalah dengan mencari, menghimpun, dan memahami kitab yang

menjadi sumber data primer yakni kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq, kitab-kitab, buku-buku pendidikan, akhlak-tasawuf, serta

informasi dari media internet yang relevan lainnya.

Selanjutnya dilakukan penelaahan terhadap berbagai kitab dan

(28)

diperoleh kemudian dihubungkan dengan masalah yang diteliti, sehingga

diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan

jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain

untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis

masalah adalah sebagai berikut:

a. Metode Deduktif

Yaitu cara berpikir untuk mencari dan menguasai ilmu

pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju ke arah yang

lebih spesifik (Sukardi, 2009:12). Metode deduktif adalah metode

berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus

(http://ainasitianingsih.blogspot.com). Merupakan proses berpikir

(penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada,

menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan

(http://arhamulwildan.blogspot.com). Metode ini bertujuan untuk

mengetahui perpindahan pola pemikiran yang bersifat umum kepada

pemikiran yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk

menganalisis data tentang Pendidikan Agama Islam di Indonesia

(29)

b. Metode Induktif

Yaitu proses berpikir yang diawali dari fakta-fakta pendukung

yang spesifik menuju arah yang lebih umum guna mencapai suatu

kesimpulan (Sukardi, 2009:12). Metode induktif adalah metode yang

diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus

(mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri

dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum

(http://ainasitiningsih.blogspot.com). Metode ini merupakan proses

berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual yang

menurunkan suatu kesimpulan dari khusus menjadi umum.

(http://arhamulwildan.blogspot.com). Metode bertujuan untuk

mengetahui fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus

kemudian disimpulkan menjadi umum. Metode ini digunakan untuk

menganalisis data tentang konsep pendidikan akhlak-tasawuf

menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi yang terdapat dalam kitab Sullam Taufiq.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika

penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar

(30)

Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

Bab II : Biografi, menguraikan tentang : Biografi Syaikh Abdullah bin

Husain Ba‟alawi yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karir beliau. Dalam bab ini juga

memaparkan guru-guru beserta murid-murid, dan karya-karya

beliau.

Bab III : Sistematika Kitab dan Deskripsi Pemikiran, meliputi :

Sistematika Penulisan kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq, pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

tentang Pendidikan Akhlak-tasawuf dalam kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq.

Bab IV : Pembahasan meliputi uraian pemikiran dan implikasinya.

(31)

BAB II

BIOGRAFI

A. Biografi Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

Sayyid Abdullah bin Al-Husain bin Thohir Al-„Alawi Al-Hadhromi

atau lebih dikenal Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi adalah seorang

ulama‟ yang dikenal sebagai ahli ilmu fiqih yang bermadzhab Syafi‟i dan

sekaligus ahli ilmu nahwu. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadhromaut, Yaman

pada tahun 1191 H atau bertepatan pada tahun 1778 M tepatnya pada bulan

Dzulhijjah (http://id.wikipedia.org). Beliau pernah mukim beberapa tahun di

Mekah dan Madinah untuk belajar kepada beberapa ulama yang masyhur

(http://www.fikihkontemporer.com).

Setelah beberapa tahun di Mekah dan Madinah beliau kembali ke

negaranya dan bermukim di Masilah, satu daerah yang terletak disebelah

selatan kota Tarim. Setelah kembali ke negaranya, beliau mengabdikan

dirinya untuk memberikan ceramah, mengajarkan ilmu-ilmu agama dan

mengisi waktunya untuk beribadah (http://www.fikihkontemporer.com).

Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menguasai beberapa cabang ilmu yakni

fiqih, ilmu hadits, lebih-lebih dalam bidang tasawuf

(http://pbkaligung.blogspot.com). Beliau wafat pada malam Kamis, 17 Rabiul

akhir 1272 H/ 1855 M (http://id.wikipedia.org).

Di samping sebagai seorang intelektual yang pakar dan pandai dalam

(32)

menggerakkan masa. Hal itu bisa di lihat saat beliau mampu menjadi salah

satu pemimpin dari Tsaurah atau pemberontakan di Yaman dalam rangka melawan kekuasaan Yafi‟iyyin pada tahun 1265 H. Sehingga beliau dan beberapa pemimpin pemberontakan itu diasingkan dari Tarim, Sewun dan

Taris. Beliau juga ikut andil dalam upaya mendirikan kekuasaan Al-Katsiri

yang di pimpin oleh sultan Ghalib bin Muhsin di Tarim

(http://anjangsanasantri.blogspot.com).

Dalam sebuah buku, Habib Luthfi bin Yahya telah memberikan

keterangan sebagai berikut: Al-Qutbil Ghauts Al-Habib Abdullah bin Husain

bin Thahir ini maqamnya, kedudukan ruhaninya kalau tidak karena haya‟,

adab yang tinggi kepada kakek moyangnya Faqih Al-Muqadam, Al-Habib

Abdullah bin Husain bin Thahir melebihi maqamnya Al-Faqih Al-Muqadam.

Maka Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir berkata diantaranya, “Saya

tidak rela kalau ada orang yang mempunyai maqam (kedudukan) melebihi

maqamnya Al-Faqih Al-Muqadam.” Itu merupakan adab para wali terhadap

sesamanya sebagai tarbiyyah (pendidikan) untuk murid-muridnya. Itu

tawadhu‟nya Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir. Sehingga

fatwa-fatwanya sangat masyhur dalam bidang fiqh, dalam ilmu hadits, dalam bidang

tasawuf lebih-lebih (bin Yahya, 2012: 119).

(33)

Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin

Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin

Maghfun bin Abdurrahman bin Ahmad bin 'Alawi bin Ahmad bin

Abdurrahman bin 'Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa

ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far

ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali

bin Abi Thalib dan Siti Fatimah binti Nabi Muhammad SAW.

(http://id.wikipedia.org).

B. Biografi Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

Adapun beberapa guru yang menjadi tempat menuntut ilmu bagi

Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi diantaranya:

1. As-Sayyid Hamid bin Umar al-Munfir Ba'alawi.

2. Al-'Allamah as-Sayyid Umar bin as-Sayyid Ahmad bin Hasan bin

Abdullah al-Haddad.

3. Al-'Allamah as-Sayyid 'Alawi bin as-Sayyid Ahmad bin Hasan bin

Abdullah al-Haddad.

4. Al-'Allamah Abdurrahman bin 'Alawi bin Syaikh Maula al-Bathaiha.

5. Al-'Allamah as-Sayyid 'Aqil bin 'Umar bin 'Aqil bin Yahya.

(http://id.wikipedia.org)

Sedangkan para murid yang belajar dari Syaikh Abdullah bin Husain

Ba‟alawi adalah sebagai berikut:

(34)

2. Al-'Allamah Sayyid Abdurrahman bin 'Ali bin 'Umar as-Saqqaf.

3. Al-'Allamah Muhammad bin Husain al-Habsyi, Mufti Mekkah.

4. Al-Imam 'Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Ketika usia beliau menginjak 68 tahun, beliau mengarang sebuah kitab

maulid yang diberi nama Simtud Durar. Sebuah kitab maulid yang

masyhur dan penuh barokah, yang sehingga kini dibaca di Hadramaut,

Nusantara dan Afrika. Beliau mula mengarang pada Khamis, 26 Shafar

1327 H dan menyempurnakannya pada 10 Rabiul Awwal 1327 H (

http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com).

5. Al-'Allamah Sayyid Muhsin bin 'Alawi bin Saqqaf as-Saqqaf.

6. Al-'Allamah Syaikh Abdullah bin Ahmad. (http://id.wikipedia.org)

7. Al-Habib Idrus bin Umar bin Idrus al-Habsyi

(http://www.fikihkontemporer.com).

8. Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Tholib bin Abdullah bin Tholib

al-Atthas (http://pbkaligung.blogspot.com).

C. Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam Taufiq

Umat Islam adalah umat yang kelak akan menjadi saksi di hari kiamat.

Umat Islam adalah orang-orang yang memikul tanggung jawab penuh atas

kedamaian, ketentraman, serta memikul beban berat untuk mengajak manusia

kepada kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan (Jum‟ah, 2014: 48).

Tanggung jawab yang besar ini mendorong agar Pendidikan Agama Islam

(35)

Aqidah, ilmu syariat dan akhlak menjadi begitu penting. Membentuk

kebribadian yang berkarakter baik terlihat dari tampilan fisik maupun dari

batin seseorang.

Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi kemudian menulis sebauh kitab

kecil yang berisi tentang hal-hal pokok dari Agama Islam. Beliau dalam

mukadimah telah menuliskan, “Selanjutnya, ini adalah sebuah karya kecil

yang telah diberi kemudahan oleh Allah SWT. untuk menghimpunnya

mengenai hal-hal yang wajib dipelajari, diajarkan dan dipraktekkan, baik untuk kalangan awam maupun kalangan khusus. Wajib adalah sesuatu yang

Allah menjadikan pelakunya dengan pahala dan mengancam orang yang

tidak mengajarkannya dengan siksaan.” (Sunarto, 2012: 8). Besar harapan

beliau kitab ini dapat menjadi pegangan setiap muslim untuk dipelajari,

diajarkan bahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mampu

untuk memahami dan melakukan hal-hal yang wajib, dengan senang hati akan

melakukan hal-hal yang bersifat sunnah, akhirnya mampu benar-benar

menggapai cinta Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya.

Sesuai dengan maksud Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

menyusun kitab yang berisi hal-hal pokok dari Islam, maka beliau menyusun

kitab Sullam Taufiq dengan tiga cabang ilmu Islam yang wajib diketahui oleh setiap orang Islam. Tiga cabang ilmu tersebut terdiri dari ilmu tauhid, fiqh,

tasawuf. Syaikh Abdullah bin Husian Ba‟alawi menyadari bahwa ketiga

(36)

ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf ditulis dalam satu kitab yang ringkas yakni

Sullam Taufiq. Dalam hadits yang menceritakan tentang kedatangan Malaikat

Jibril saat para sahabat sedang berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW.

mencakup seluruh aspek amal zhahir dan yang batin („Ied, tt: 35). Poin paling

penting yang harus diingat dalam hadits ini adalah penjelasan tentang Islam,

iman, dan ihsan serta wajibnya mengimani kekuasaan Allah Ta‟ala („Ied, tt:

40). Jika ilmu fiqh menjaga Islam, ilmu aqidah menjaga iman, maka ilmu

tazkiyyah dan suluk menjaga ihsan. Maka, muncullah sebuah ilmu yang

dinamakan tasawuf (Jum‟ah, 2013: 1).

D. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

Adapun beberapa buku karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

diantaranya:

1. Al-Majmu

2. Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq

3. Miftahu al-I'rab fi an-Nahwi (http://id.wikipedia.org)

(37)

BAB III

SISTEMATIKA KITAB DAN DISKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH

ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI TENTANG PENDIDIKAN

AKHLAK-TASAWUF

A. Sistematika Penulisan Kitab Sullam Taufiq

Sistematika penulisan kitab Sullam Taufiq terdiri dari tiga puluh tujuh

bab yang didahului dengan sebuah mukadimah. Tiga puluh tujuh bab tersebut

terbagi menjadi tiga tema besar yaitu tauhid, fiqh, dan tasawuf. Dalam tema

tasawuf, penulis lebih mengerucut pembahasan pada konsep akhlak-tasawuf.

Dalam buku terjemah Sullam Taufiq oleh Achmad Sunarto (Al-Jawi,

2012:5-6) tiga puluh tujuh bab tersebut sebagai berikut:

1.Sifat Allah, dan Rasul

2.Hal-hal yang menyebabkan murtad

3.Hukum-hukum orang yang murtad

4.Kewajiban menunaikan kefardhuan dan menjauhi keharaman

5.Waktu-waktu shalat

6.Kewajiban wali anak kecil dan penguasa

7.Fardhu-fardhu wudhu

8.Yang membatalkan wudhu

9.Yang mewajibkan bersuci

10.Hal-hal yang mewajibkan mandi

(38)

12.Hal-hal yang diharamkan bagi orang yang berhadats

13.Bersuci dari najis

14.Syarat-syarat shalat

15.Hal-hal yang membatalkan shalat

16.Syarat-syarat shalat diterima (sah)

17.Rukun-rukun shalat

18. Shalat jama‟ah dan Jum‟at

19.Syarat-syarat mengikuti imam

20.Mengurus jenazah

21.Zakat

22.Puasa dan permasalahannya

23.Haji dan umrah

24. Mu‟amalah (hubungan antar manusia)

25.Riba dan jual beli yang diharamkan

26.Kewajiban menafkahi

27.Kewajiban hati

28.Sebagian dari maksiat hati

29.Sebagian dari maksiat perut dan hukuman bagi peminum khamr

30.Diantara maksiat-maksiat mata

31.Diantara maksiat-maksiat lisan

32.Sebagian maksiat-maksiat telinga

(39)

34.Diantara maksiat-maksiat kemaluan

35.Diantara maksiat-maksiat kaki

36.Diantara maksiat-maksiat badan

37.Cara bertaubat

Tiga puluh tujuh bab tersebut apabila dicermati dapat dibagi dalam

ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf. Berikut pembagian ketiga puluh tujuh bab

tersebut dalam tiga tema besar (tauhid, fiqh, dan tasawuf):

1. Tauhid

a. Sifat Allah, dan Rasul

b. Hal-hal yang menyebabkan murtad

c. Hukum-hukum orang yang murtad

2. Fiqh

a. Kewajiban menunaikan kefardhuan dan menjauhi keharaman

b. Waktu-waktu shalat

c. Kewajiban wali anak kecil dan penguasa

d. Fardhu-fardhu wudhu

e. Yang membatalkan wudhu

f. Yang mewajibkan bersuci

g. Hal-hal yang mewajibkan mandi

h. Syarat-syarat bersuci

i. Hal-hal yang diharamkan bagi orang yang berhadats

(40)

k. Syarat-syarat shalat

l. Hal-hal yang membatalkan shalat

m. Syarat-syarat shalat diterima (sah)

n. Rukun-rukun shalat

o. Shalat jama‟ah dan Jum‟at

p. Syarat-syarat mengikuti imam

q. Mengurus jenazah

r. Zakat

s. Puasa dan permasalahannya

t. Haji dan umrah

u. Mu‟amalah (hubungan antar manusia)

v. Riba dan jual beli yang diharamkan

w. Kewajiban menafkahi

3. Tasawuf

a. Kewajiban hati

b. Sebagian dari maksiat hati

c. Sebagian dari maksiat perut dan hukuman bagi peminum khamr

d. Diantara maksiat-maksiat mata

e. Diantara maksiat-maksiat lisan

f. Sebagian maksiat-maksiat telinga

g. Sebagian maksiat-maksiat tangan

(41)

i. Diantara maksiat-maksiat kaki

j. Diantara maksiat-maksiat badan

k. Cara bertaubat

B. Konsep Pendidikan Akhlak-tasawuf Menurut Syaikh Abdullah bin

Husain Ba’alawi

Konsep pendidikan akhlak-tasawuf yang ditulis oleh Syaikh Abdullah

bin Husain Ba‟alawi merupakan sebuah konsep yang mudah dipelajari dan

dimengerti oleh banyak orang. Konsep yaitu definisi secara singkat dari

sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu

diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ada hubungan

secara empiris (Arifin, 2012:96). Konsep pendidikan akhlak-tasawuf tersebut

terdiri dari tiga disiplin ilmu Islam yang pokok yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqh,

dan ilmu tasawuf yang dikerucutkan ke dalam ilmu akhlak-tasawuf. Maksud

dari konsep pendidikan akhlak-tasawuf tersebut adalah adanya hubungan

antara ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf. Tiga disiplin ilmu tersebut juga

sekaligus sebagai tahapan yang harus dilalui dalam pendidikan

akhlak-tasawuf. Bukan terkhusus bagi orang yang bergelut dalam dunia thariqah saja.

Hal ini termasuk dalam kekhasan Thariqah Alawiyah yang diikuti oleh

Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi. Dalam pengamalan wirid dan dzikir

bagi para pengikutnya tidak ada keharusan bagi para murid untuk terlebih

(42)

Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi dengan kitab Sullam Taufiq ingin menanamkan nilai tasawuf kepada setiap orang dengan cara yang

mudah. Melalui tiga disiplin ilmu Islam yang harus dipelajari oleh setiap

orang Islam. Ilmu tauhid, fiqh dan akhlak. Ilmu tauhid sebagai fondasi bagi

setiap orang Islam. Ilmu fiqh yang merupakan ilmu yang harus dipelajari

setiap orang Islam agar dapat melaksanakan nilai-nilai ilmu tauhid dalam

bentuk perbuatan, yaitu ibadah. Sedangkan ilmu akhlak sebagai buah dari

ibadah diisi oleh Syeikh Abdullah bin Husain dengan akhlak-tasawuf.

Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menyadari bahwa pendidikan

akhlak-tasawuf harus dimulai dengan penanaman ilmu syariat yang mapan

terlebih dahulu. K.H. Muslih (1994:20) dalam kitab Al-Futuhatir

Rabbaniyyah fil Qadiriyyah wan Naqsabandiyah menukil perkataan ulama

ahli tahqiq, berikut:

“Sopo wonge kang nggulawentah ilmu fiqih utawa ilmu syariat

nanging ora kersa ngagem ilmu tasawuf utawa ilmu thariqah mangka temen dadi fasik sopo iku wong. Lan sopo wong kang nggulawentah ilmu tasawuf utawa ilmu thariqah ing kono ora kersa ngagem ilmu fiqih utawa ilmu syariat mangka temen dadi kafir zindik sopo iku wong. Lan sopo wong kang nggulawentah ilmu tasawuf utawa ilmu thariqah sarta barengi ngagem ilmu fiqih utawa ilmu syariat mangka dadi ahlil haq utawa ahli haqiqah sopo iku wong.”

Dalam Bahasa Indonesia artinya, “ Barang siapa yang menggeluti ilmu fiqih

atau ilmu syariat tetapi tidak mau menggunakan ilmu tasawuf atau ilmu

thariqah maka orang tersebut akan menjadi fasik. Dan barang siapa yang

(43)

Dan barang siapa yang menggeluti ilmu tasawuf atau ilmu thariqah disertai

ilmu fiqih atau syariat maka orang tersebut akan menjadi ahlil haq atau ahli

hakikat.” Dengan demikian tepat Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

mengajarkan akhlak-tasawuf diawali dengan ilmu tauhid dan ilmu fiqh.

Ilmu tauhid, fiqh dan akhlak-tasawuf dalam kitab Sullam Taufiq

dijelaskan oleh Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi secara berurutan

dengan pembahasan yang terpisah. Terpisah dalam arti Syaikh Abdullah bin

Husain menjelaskan setiap pembahasan sesuai disiplin ilmu tanpa mencampur

adukkannya (dalam pembahasan), namun tetap memiliki hubungan antar

disiplin ilmu. Pemikiran konsep pendidikan akhlak-tasawuf Syaikh Abdullah

bin Husain Ba‟alawi dapat lebih dipahami melalui bagan berikut:

Bagan 3.1 Hubungan ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu tasawuf

C. Penerapan Pendidikan Akhlak-tasawuf Menurut Syeikh Abdullah bin

Husain Ba’alawi

Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menuturkan pendidikan akhlak-Ilmu

Fiqh

Ilmu Tasawuf Ilmu

(44)

langsung menyebutkan berbagai contoh perilaku akhlak-tasawuf. Pendidikan

akhlak-tasawuf dalam Sullam Taufiq dibagi menjadi sebelas bab oleh Syeikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi. Dari ketiga belas bab Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menyebutkan 193 (seratus sembilan puluh tiga) contoh tasawuf yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut

akhlak-tasawuf yang diajarkan oleh Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi.

1. Kewajiban hati

a. Beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah.

b. Beriman kepada utusan Allah dan apa-apa yang datang dari utusan

Allah.

Iman seseorang sering diartikan sebagai kepercayaan atau

keyakinan yang mantap akan adanya Allah SWT, para malaikat,

kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat dan takdir yang baik

ataupun takdir buruk (Abdusshomad, 2008:31). Iman menurut Abu

Abdullah bin Khafif adalah pembenaran hati terhadap sesuatu yang

telah dijelaskan oleh Al-Haqq tentang masalah-masalah gaib

(An-naisaburi, 2007:43).

c. Membenarkan ajaran Nabi.

Kebenaran adalah ucapan yang benar ditempat-tempat yang rusak.

Kebenaran adalah kesesuaian antara rahasia dan ucapan

(An-naisaburi, 2007: 302). Dengan demikian membenarkan adalah

(45)

Membenarkan dapat juga diartikan menyesuaikan antara rahasia dan

ucapan.

d. Meyakininya (ajaran Nabi).

Manurut Abu Utsman Al-Hiri, yang dimaksud yakin adalah

sedikitnya cita-cita di masa yang akan datang. Menurut Sahal bin

Abdullah, yakin merupakan tambahan iman dan realitas kebenaran.

Yakin merupakan cabang dari iman, bukan pembenaran

(An-naisaburi, 2007:252).

e. Ikhlas.

f. Menyesali atas kemaksiatan.

g. Menyerahkan diri kepada Allah (tawakal).

h. Merasa selalu dalam pengawasan Allah.

i. Ridlo atas takdir Allah

j. Berbaik sangka kepada Allah dan makhluk Allah.

k. Mengagungkan syiar-syiar Allah.

l. Mensyukuri nikmat-nikmat Allah.

m. Bersabar dalam melaksanakan apa-apa yang diwajibkan Allah.

n. Bersabar dalam menjauhi apa-apa yang di haramkan Allah.

o. Bersabar atas cobaan-cobaan Allah.

p. Yakin dengan rezeki.

q. Berburuk sangka terhadap nafsu.

(46)

s. Membenci syaitan.

t. Membenci perkara duniawi.

u. Membenci para pelaku kemaksiatan.

v. Mencintai Allah.

Menurut Imam Qusyairi cinta adalah suatu hal yang mulia. Rahmat

adalah keinginan spesial, dan cinta lebih khusus daripada rahmat.

Karena itu, keinginan Allah untuk menyampaikan pahala dan

nikmat kepada hamba-Nya disebut rahmat, sedangkan

keinginan-Nya untuk mengkhususkan hamba-keinginan-Nya dengan kedekatan dan

kedudukan yang tinggi dinamakan cinta (mahabbah) (An-Naisaburi,

2007:475).

w. Mencintai Kalamullah.

x. Mencintai Rasul-Nya.

y. Mencintai para sahabat Nabi SAW.

z. Mencintai keluarga Nabi.

aa. Mencintai para sahabat Anshor.

bb.Mencintai para sholihin.

2. Sebagian dari maksiat hati

a. Riya‟ dengan amal.

b. Meragukan wujudnya Allah.

c. Merasa aman dari azabnya Allah.

(47)

e. Sombong atas hamba-hamba Allah.

f. Dendam.

g. Hasut.

h. Mengungkit-ungkit sedekah.

i. Terus-menerus melakukan dosa.

j. Berprasangka buruk kepada Allah dan hamba-hamba-Nya.

k. Membohongkan takdir Allah.

l. Bergembira dengan kemaksiatan yang dilakukannya atau dilakukan

orang lain.

m. Menghianati janji, meskipun dengan orang kafir.

n. Melakukan tipu daya

o. Membenci sahabat Nabi, keluarga Nabi atau kaum sholihin.

p. Kikir atas sesuatu yang diwajibkan Allah.

q. Rakus

r. Menghina sesuatu yang diagungkan Allah.

s. Meremehkan sesuatu yang diagungkan Allah, yakni ketaatan,

kemaksiatan, Al-Qur‟an, ilmu, surga atau neraka.

3. Sebagian dari maksiat perut

a. Memakan riba.

b. Memakan pungutan liar.

(48)

e. Memakan harta yang dihasilkan dari muamalah yang diharamkan

syara‟.

f. Meminum arak.

g. Memakan sesuatu yang memabukkan.

h. Memakan segala sesuatu yang najis.

i. Memakan sesuatu yang menjijikkan.

j. Memakan harta anak yatim.

k. Memakan harta wakaf yang menyalahi ketentuan yang disyaratkan

oleh orang yang wakaf.

l. Memakan harta yang diberikan pemiliknya karena merasa malu.

4. Di antara maksiat-maksiat mata

a. Memandang kepada wanita-wanita lain.

b. Melihat aurat.

c. Diharamkan bagi wanita membuka bagian tubuhnya.

d. Diharamkan bagi lelaki dan wanita membuka bagian tubuh antara

pusar dan lutut di hadapan orang yang melihat aurat tersebut,

meskipun sejenisnya dan ada hubungan mahrom, selain dengan

orang yang halal.

e. Diharamkan bagi lelaki dan wanita membuka qubul dan duburnya

manakala sendirian dengan tanpa ada hajat, kecuali di hadapan

(49)

f. Diharamkan memandang orang Islam dengan pandangan

meremehkan.

g. Diharamkan melihat ke dalam rumah orang lain dengan tanpa seizin

pemiliknya atau melihat sesuatu yang disembunyikan dengan tanpa

seizin pemiliknya.

h. Menyaksikan kemungkaran sementara itu ia tidak mengingkari.

5. Di antara maksiat-maksiat lisan

a. Ghibah (Menggunjing).

b. Menghasut

c. Mengadu tanpa perantara ucapan

d. Dusta, yaitu berbicara dengan menyalahi kenyataan.

e. Mengadu domba.

f. Sumpah palsu.

g. Ucapan-ucapan qadzaf (tuduhan). h. Mencela para sahabat Nabi SAW.

i. Saksi palsu.

j. Tidak memenuhi janji, ketika seseorang berjanji kepada orang lain,

ia berniat menyembunyikan untuk tidak memenuhinya.

k. Penundaan pembayaran hutang oleh orang yang sudah mampu.

l. Mencela, mencacat dan melaknat.

m. Menghina orang Islam.

(50)

o. Tuduhan bohong.

p. Menjatuhkan talak bid‟iy (menceraikan istrinya yang sudah

disetubuhi ketika sedang haid atau nifas).

q. Zhihar (suami menyerupakan istrinya seperti ibunya atau saudara

perempuan suaminya).

r. Keliru di dalam membaca Al-Qur‟an, meskipun tidak sampai merubah arti.

s. Orang kaya yang meminta harta atau pekerjaan.

t. Nadzar dengan tujuan mencegah ahli waris dan meninggalkan

wasiat utang atau suatu benda yang tidak diketahui oleh orang lain.

u. Membuat nasab (keturunan) bukan pada ayah atau orang yang

memerdekakannya.

v. Melamar gadis yang sedang dilamar saudaranya yang muslim.

w. Berfatwa tanpa ilmu.

x. Meratapi dan menangisi dengan menjerit-jerit yang berlebihan pada

seorang mayit.

y. Setiap ucapan yang mendorong pada keharaman atau memutuskan

dari kewajiban.

z. Setiap pembicaraan yang mencela agama atau salah seorang dari

para Nabi, ulama, ilmu, syariat, Al-Qur‟an atau sesuatu dari

beberapa syiar Allah.

(51)

bb.Diam dari memerintahkan melakukan kebaikan dan mencegah

kemungkaran tanpa adanya udzur.

cc. Menyembunyikan ilmu yang wajib padahal ada yang belajar.

dd.Tertawa karena keluar kentut atau terhadap seorang muslim karena

meremehkannya.

ee. Menyembunyikan kesaksian dan melupakan Al-Qur‟an.

ff. Tidak menjawab salam yang wajib.

gg.Melakukan ciuman yang menggerakkan syahwat bagi orang yang

sedang ihram haji atau umrah, orang yang berpuasa fardhu, atau

bagi orang yang haram melakukan ciuman tersebut.

6. Sebagian maksiat-maksiat telinga

a. Mendengarkan pembicaraan suatu kaum yang dirahasiakan dari

pendengarannya.

b. Mendengarkan seruling dan suara-suara yang diharamkan.

c. Mendengarkan gunjingan, adu domba, dan semua perkataan yang

haram. Lain halnya jika mendengarkannya secara tidak sengaja, lalu

membencinya dan wajib mengingkari apabila mampu.

7. Sebagian maksiat-maksiat tangan

a. Mengurangi takaran, timbangan dan ukuran panjang.

b. Mencuri.

c. Merampok.

(52)

e. Mengambil pungutan liar dana mengambil dengan cara haram.

f. Membunuh.

g. Memukul tanpa hak.

h. Mengambil atau menerima suap.

i. Membakar hewan, kecuali jika hewan tersebut mengganggu dan

hanya dengan cara itu (membakar) untuk menolaknya.

j. Menyiksa hewan.

k. Bermain dadu (tarad) dan thob (sejenis alat pemukul untuk berjudi),

dan setiap sesuatu yang mengandung perjudian.

l. Memainkan alat-alat musik yang diharamkan, seperti thanbur,

rebab, seruling, dan senar yang digunakan sebagai alat musik.

m. Menyentuh wanita yang bukan mahramnya dengan sengaja tanpa

penghalang atau dengan adanya penghalang namun dengan syahwat

walaupun sejenis atau ada hubungan mahram.

n. Menggambar hewan.

o. Mencegah (tidak menunaikan) zakat.

p. Menghalangi pekerjaan untuk memperoleh upah.

q. Menahan harta yang sangat dibutuhkan orang lain untuk menutupi

kebutuhannya atau tidak menyelamatkan orang yang tenggelam,

padahal tidak ada udzur untuk melaksanakan dua hal tersebut.

r. Menulis sesuatu yang haram diucapkan.

(53)

8. Di antara maksiat-maksiat kemaluan

a. Zina dan liwath (homoseks).

b. Menyetubuhi hewan meskipun miliknya.

c. Onani dengan tidak menggunakan tangan istrinya.

d. Bersetubuh pada masa haid atau nifas atau setelah berhenti haid dan

nifas tetapi sebelum mandi (bersuci).

e. Membuka aurat di hadapan orang yang haram melihatnya atau

tatkala sendirian tanpa adanya tujuan.

f. Menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang air kecil atau

buang air besar tanpa adanya penghalang (tutup).

g. Buang air besar di pemakaman (kuburan), buang air kecil di dalam

masjid walaupun pada wadah dan haram buang air kecil pada

tempat yang diagungkan.

h. Meninggalkan khitan sampai pada masa baligh.

9. Di antara maksiat-maksiat kaki

a. Berjalan pada kemaksiatan.

b. Pelarian diri seorang budak (dari tuannya), istri (dari suaminya) dan

orang yang mempunyai kewajiban hak berupa qishash, utang,

nafkah, berbakti kepada kedua orang tua dan mengasuh anak-anak

kecil.

c. Congkak ketika berjalan.

(54)

e. Lewat di depan orang yang sedang shalat, jika syarat-syarat batas

tempat shalat telah terpenuhi.

f. Memanjangkan (menyelonjorkan) kaki ke arah mushhaf

(Al-Qur‟an), ketika tidak berada pada tempat yang tinggi.

g. Setiap berjalan pada sesuatu yang diharamkan atau meninggalkan

suatu kewajiban.

10. Di antara maksiat-maksiat badan

a. Mendurhakai kedua orang tua.

b. Melarikan diri dari peperangan.

c. Memutus tali silaturrahmi (persaudaraan)

d. Menyakiti tetangga.

e. Mewarnai rambut dengan warna hitam.

f. Laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya.

g. Merendahkan pakaian bagian bawah sampai menyentuh tanah

karena sombong. Memakai pacar pada kedua tangan dan kaki oleh

laki-laki tanpa adanya keperluan.

h. Memutus mengerjakan ibadah fardhu tanpa udzur, dan memutus

mengerjakan kesunnahan ibadah haji dan umrah.

i. Menceritakan seorang mukmin untuk tujuan menghina dan meneliti

beberapa kejelekan (cacat) manusia.

(55)

k. Mendiamkan (tidak menghiraukan) pada seorang muslim lebih dari

tiga hari kecuali karena ada udzur syar‟i.

l. Menemani duduk bersama orang yang melakukan bid‟ah atau orang

fasik, karena menyenangkan mereka.

m. Memakai emas, perak, sutra atau pakaian yang timbangan berat

sutranya lebih banyak daripada yang lainnya bagi seorang laki-laki

yang sudah baligh, kecuali cincin dari perak.

n. Menyepi dengan wanita lain (yang bukan mahramnya), dan seorang

wanita yang bepergian tanpa disertai mahramnya.

o. Mempekerjakan seorang yang merdeka secara paksa.

p. Menghina para ulama, imam (kepala pemerintahan) yang adil dan

orang muslim yang lanjut usia.

q. Memusuhi kekasih Allah (wali Allah).

r. Menolong untuk melakukan kemaksiatan dan melariskan barang

palsu.

s. Memakai dan membawa wadah dari emas dan perak.

t. Meninggalkan ibadah fardhu atau mengerjakan fardhu, namun

meninggalkan rukunnya atau syaratnya atau dengan perkara yang

membatalkan fardhu.

u. Tidak mengerjakan shalat Jum‟at, padahal shalat tersebut wajib bagi

(56)

v. Ahli suatu daerah (desa) meninggalkan jama‟ah pada shalat-shalat fardhu.

w. Mengakhirkan (terlambat) mengerjakan fadhu dari waktunya

dengan tanpa adanya udzur.

x. Melempar binatang buruan dengan sesuatu yang berat, yang bisa

mempercepat keluar nyawanya, dan membuat hewan sebagai

sasaran.

y. Tidak berdiam di rumah bagi wanita yang beriddah tanpa adanya

udzur, dan tidak adanya ihdad (menunjukkan duka dengan tidak bersolek) atas kematian suaminya.

z. Menajisi masjid dan mengokotorinya walaupun dengan sesuatu

yang suci.

aa. Menganggap mudah pada pelaksanaan haji setelah mampu sampai

datang kematiannya.

bb.Berhutang bagi orang yang tidak bisa diharapkan melunasinya

secara zhahir, sedangkan orang yang memberikan hutang tidak

mengetahui hal tersebut.

cc. Tidak memberi kesempatan kepada orang yang belum mampu

membayar hutang.

dd.Menyerahkan harta untuk kemaksiatan.

ee. Menghina mushhaf (Al-Qur‟an) dan setiap ilmu syariat.

(57)

gg.Mengubah batas-batas tanah.

hh.Mempergunakan jalan raya untuk keperluan yang tidak

diperbolehkan oleh syara‟.

ii. Mempergunakan barang pinjaman tidak sesuai dengan izin yang

diberikan atau melebihi waktu yang diizinkan atau dipinjamkan lagi

kepada orang lain.

jj. Menghalangi dari mempergunakan fasilitas umum.

kk.Menggunakan barang temuan sebelum diumumkan sesuai dengan

syarat-syarat.

ll. Duduk dengan menyaksikan kemungkaran ketika seseorang tidak

ada udzur.

mm.Menyerobot masuk dalam pesta-pesta, yaitu masuk tanpa adanya

izin atau orang-orang memasukkannya karena sungkan.

nn.Seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatannya.

oo.Tidak sama (tidak adil) di antara beberapa istri.

pp.Wanita yang keluar dengan memakai wangi-wangian atau berhias,

walaupun menutupi aurat dan dengan seizin suaminya, jika wanita

tersebut melewati orang-orang laki-laki lain (bukan mahramnya).

qq.Mengerjakan sihir.

(58)

ss. Mengurusi (harta) anak yatim, masjid, atau menerima jabatan

sebagai hakim atau jabatan-jabatan lainnya, padahal mengetahui

tidak akan mampu melaksanakan tugas tersebut.

tt. Melindungi orang zalim dan menghalangi orang yang hendak

mengambil haknya dari orang zalim tersebut.

uu.Membuat takut pada orang-orang muslim.

vv.Merampok.

ww.Tidak menepati nadzar.

xx.Berpuasa tanpa berbuka (wishol).

yy.Mengambil tempat duduk orang lain, atau berdesakan dengan orang

lain yang menyekitkan atau mengambil giliran orang lain (tidak

disiplin antri).

11. Cara bertaubat

a. Menyesali perbuatannya.

b. Melepaskan diri.

c. Berniat tidak kembali lagi pada perbuatan seperti itu.

d. Memohon ampunan (istighfar).

e. Jika melakukan dosa berupa meninggalkan kewajiban, maka harus

mengqadhanya. Jika bertanggung jawab pada seseorang, maka

(59)

BAB IV

ANALISIS DAN RELEVANSI PEMIKIRAN SYAIKH ABDULLAH BIN

HUSAIN BA’ALAWI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK-TASAWUF

DALAM KITAB SULLAM TAUFIQ

C. Analisis Pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi Tentang

Pendidikan Akhlak-tasawuf

Pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi tentang pendidikan

akhlak-tasawuf menjadi sangat penting bagi kehidupan setiap orang Islam

untuk mencapai kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat kelak. Bila mampu

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, akan membuahkan kehidupan yang

teratur dan indah. Baik diterapkan oleh generasi saat ini pengerak Bangsa,

lebih-lebih diterapkan oleh generasi-generasi muda penerus Bangsa. Dalam

buku Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, Prof. Dr. K.H. Said Aqil

Sirodj (Masyhuri, 2014:xiv) telah memberikan kata pengantar sebagai

berikut. Para sufi sesungguhnya adalah tokoh-tokoh pembangun peradaban

(tsaqafah wa tamaddun) yang sangat impresif dan konkrit. Tasawuf yang

diembannya telah menjadi „tsaurah ar-ruhiyah‟, yakni revolusi spiritual yang

hasilnya bisa dinikmati secara nyata oleh generasi berikutnya.

Dengan lebih gamblang Prof. Dr. K.H. Said Aqil Sirodj (2012:vii)

dalam buku beliau yang berjudul Dialog Tasawuf Kiai Said Akidah, Tasawuf

(60)

menjadi bangsa yang ramah, menghormati perbedaan, dan mampu mengelola keragaman, sesuai salah satu pilar bangsa: Bhinneka Tunggal Ika.”. Dengan demikian, tasawuf dapat menjadi kunci pembuka pintu

kemakmuran dan kesejahteraan Bangsa Indonesia.

Dunia pendidikan sebuah ladang subur untuk membentuk generasi

penerus bangsa yang ramah, menghormati perbedaan, dan mampu mengelola

keragaman, sesuai salah satu pilar bangsa: Bhinneka Tunggal Ika. Tasawuf menjadi salah satu yang dipelajari dalam dunia pendidikan Islam. Pendidikan

tasawuf difokuskan pada akhlak-tasawuf. Tepat apabila pemikiran Syeikh

Abdullah bin Husain Ba‟alawi tentang pendidikan akhlak-tasawuf ini diangkat kepermukaan dan menjadi kontribusi penting demi terwujudnya

generasi penerus bangsa.

Pada zaman sekarang, tantangan pendidikan Islam sangat dipengaruhi

oleh globalisasi. Saat ini globalisasi dunia ditandai oleh lima kecenderungan

(Nata, 2013:14) berikut:

Pertama, kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya

persaingan bebas dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan termasuk yang

diperdagangkan, maka dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada logika

bisnis.

Kedua, kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya

peningkatan tuntunan dan harapan dari masyarakat. Kecenderungan ini

Gambar

Tabel 4.1 Unsur-Unsur Dalam Akhlak-tasawuf
Tabel tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa akhlak-

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu contoh sinkretisme yang diyakini dapat dilihat saat pelaksanaan upacara ritual Ider Bumi yaitu pelaksanaannya tepat pada hari raya Idul Fitri yang

Guru menyuruh siswa untuk mengambil kertas kosong yang ada di media kotak pembelajaran, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan

H3 = Tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap keputusan pengambilan modal pada lembaga kredit informal. Budaya

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII F di SMP Negeri 1 Bantarsari masih rendah, hal ini disebabkan karena

This study is aimed to develop teaching material based on learning style whether visual, auditory, and kinesthetic based on mathematical reflective thinking ability (MRTA) stages

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling , dengan kriteria Jumlah deposito dan tingkat suku bunga yang tercatat dalam laporan

Kerusakan pada Driver Masalah yang sering dihadapi kemudian adalah setelah windows telah terinstal, terkadang driver yang ada dalam software windows tidak cocok dengan hardware

Dengan demikian metode reading text merupakan suatu cara atau alat yang dapat digunakan dalam mengadakan proses pembelajaran agar tujuan yang hendak dicapai dari