• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM KITAB

RISALATUL

MU’AWANAH

KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN

MUHAMMAD AL-HADDAD

(1634 - 1720 H / 1044 - 1132 H)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

ARIF HIDAYATULOH

NIM: 111 08 128

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Apabila keyakinan seseorang telah menjadi kuat bagaikan gunung yang menjulang tinggi, maka segala keragu-raguan tidak akan mampu menggoyahkannya, tidak diombang-ambingkan oleh segala prasangka,

dan hal-hal yang ghoib terlihat nyata baginya, serta syaitan pun tidak mampu mendekatinya, bahkan mereka lari terbirit-birit dan menjauh

dari bayangannya, serta menerimanya dengan pasrah.

)

دادلحا ىولع نب للهادبع للهاب فراعلا

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Bapak-ibuku tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti

memberikan kasih sayang, semangat serta do’anya sehingga

skripsi ini bisa penulis selesaikan.

Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih

untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang

Penciptanya.

Semua instansi yang membutuhkan pengajaran tentang akhlak

para penghuni surga.

Semua santri Al-Manar, yang sedang mempelajari dan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

حمّرلا للها مسب

مميّرلا ن

َرّصبو ،َينِقتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلاطلل َقيراطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا

َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِن يِّدلا في ِماكيلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِقدصلدا َرئاصب

لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقملاو ِناسيلإا

ّلإ هلإ

،ُينبلدا قلحا َُللدا ُهل ََيرش ل َديو ُللها

ِهِب ُللها ِدِرُي ْن َم ُلئاقلا ،ُينملا ُدعولا ُقداّصلا هُلوسرو ُدبع اًدممح انَدّمس ّنأ ُدهشأو

ِّقَفُ ي اًرْ مَخ

َلَإ ٍناسيإب ملذ ،َينِعباّتلاو هِباحصأو هِلآ ىَلعو ِهملع ُللها ىّلص ،ِن ْيِّدلا ِفي ُهْه

.ِن يّدلا ِموي

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah

„Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh

dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa

terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi

cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan

membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama

(9)

ix

3. Bapak Dr. Muh Saerozi, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah

(10)

x ABSTRAK

Arif Hidayatuloh. 2015. Studi Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab

Risalatul Mu’awanah Karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh Saerozi, M.Ag.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.

Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Risalatul Mu’awanah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut Al-Habib Abdullah Bin Alwi Bin Muhammad Al-Haddad dalam kitab Risalatul

Mu’awanah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah, (2) Bagaimana pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah, dan (3) Bagaimana relevansi model pendidikan akhlak kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.

Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis,

content analysis dan reflektif thinking. Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para pelajar yang saat ini masih berakhlak madhmumah (jelek), menjadi pribadi yang berakhlakul karimah (baik). Model pendidikan akhlak dalam kitab Risalatul

Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan

(11)

xi DAFTAR ISI

1. JUDUL ... i

2. LOGO IAIN ... ii

3. NOTA PEMBIMBING ... iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

6. MOTTO... vi

7. PERSEMBAHAN... vii

8. KATA PENGANTAR... viii

9. ABSTRAK ... x

10.DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelilitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 9

(12)

xii

A. Riwayat Hidup Al-Habib Abdullah bin Alwi bin

Muhammad Al-Haddad ... 11

B. Pemerintahan Masa Kehidupan Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad ... 18

C. Madzhab Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad …………...………..…...……. 19

D. Guru-guru Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad ……...……... 20

E. Karya-karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad ... 24

F. Bidang Ilmu kitab Risalatul Mu’awanah ...…... 30

BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD A. Pemikiran Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad Tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Risalatul Mu’awanah ... 34

1. Akhlak kepada Allah SWT... 35

2. Akhlak terhadap diri sendiri ... 37

3. Akhlak terhadap lingkungan ... 41

B. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan ... 45

(13)

xiii

BAB IV. ANALISIS RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK KITAB RISALATUL MU’AWANAH DALAM

PENDIDIKAN AKHLAK SEKARANG

A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah .. 54

B. Metode yang Digunakan dalam Pendidikan Akhlak ... 57

C. Relevansi Pendidikan Akhlak Kitab Risalatul Mu’awanah dalam Konteks Kehidupan Pelajar Sekarang ... 61

1. Akhlak kepada Allah SWT... 61

2. Akhlak terhadap diri sendiri ... 66

3. Akhlak terhadap lingkungan ... 79

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

C. Implikasi Penelitian ... 92

D. Kata Penutup ... 93

11.DAFTAR ISI

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini lingkungan pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan,

karena sudah sangat banyak hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh

remaja. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam

kehidupan, dan dapat membentuk suatu kebiasaan terhadap seseorang.

(Al-Jaza‟iri, tt: 223). Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk

di bangku sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti

oleh mereka. Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku

orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan.

Kemerosotan akhlak pada anak-anak saat ini dapat dilihat dengan

banyaknya tawuran, mabuk, membolos, berani dan durhaka kepada orang

tua, bahkan sampai membunuh. (Jawa Pos, 2014: 1). Hal ini menjadi

keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi

anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan

mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, dan bukan tidak

mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan

yang buruk.

Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi,

kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi

dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk

(15)

2

secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini,

melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap

bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).

Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya

dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya

mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk

seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi

pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku (akhlak) yang

baik, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan

Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al-qur‟an sebagai referensi paling

penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga,

masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat

bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan

menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi

individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan

berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).

Dengan bekal pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui

batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan

sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berakhlak dapat

memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia

dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan

(16)

3

sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh

sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).

Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan

akhlak secara mendalam adalah Al-Habib Abdullah bin Alwi bin

Muhammad Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang

pendidikan akhlak, baik akhlak dhahir (lahir) maupun bathin (batin).

Sejarah menyebutkan bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad tidak

tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian

itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan

oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja.

Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al-Muzammil: 1-2). (http//www.al-quran-digital.com).

Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam

dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT :



Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan

segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”.

(17)

4

pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahunya, karena

rambut Rasulullah SAW adalah demikian.

(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-alwi-al.html).

Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik akhlak,

Al-Habib Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang

produktif dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karyanya

banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak

dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab Risalatul

Mu’awanah. Kitab ini tergolong praktis, di dalamnya terdapat berbagai

ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak

beserta dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan acuan untuk

mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar).

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali

nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah,

yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Al-Habib Abdullah bin Alwi

bin Muhammad Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah

seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat.

Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: STUDI

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN

ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD. Penulis akan berusaha

(18)

5

Mu’awanah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam

pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah?

2. Bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

Risalatul Mu’awanah?

3. Bagaimanakah relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Risalatul

Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui latar belakang sosial dari kitab Risalatul Mu’awanah.

2. Mengetahui bagaimanakah model Pendidikan Akhlak yang terdapat

dalam kitab Risalatul Mu’awanah.

3. Mengetahui relevansi model Pendidikan Akhlak kitab Risalatul

Mu’awanah dalam konteks kehidupan pelajar sekarang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitianini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis

(19)

6

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan

kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis

kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akhlak

Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefrensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan

perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedia Pendidikan, 2009: 106).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, bagi

peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).

Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai

sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah

atau jelek, sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan

kepadanya, baik maupun jelek kepadanya. (Al-Jaza‟iri, tt: 223).

Dengan demikian Nilai Pendidikan Akhlak adalah adalah

sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan

(20)

7

yang terpuji, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Risalatul Mu’awanah

Ini adalah kitab yang ditulis oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi

bin Muhammad Al-Haddad pada abad ke-12 Hijriyah. Ketika ia masih

berumur 26 tahun. Arti kitab ini mempunyai pengertian ringkasan

pertolongan bagi orang-orang mukmin yang cinta bersikap menuju

jalan akhirat. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan

berbagai mau’idloh (nasehat) tentang tata cara dan langkah-langkah

yang harus ditempuh oleh setiap orang mukmin yang mengharapkan

kebahagian di dunia dan akhirat. Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan,

dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (ta’rif al-muallif),

kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga sampai

38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat al-rohaniah (wasiat

yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui

beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang shahih, yang

diriwayatkan dari Rasulullah SAW,dan fahrasat (daftar isi).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif

Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan

(21)

8

pendidikan akhlak dalam Kitab Risalatul Mu’awanah dan

relevansinya dengan kehidupan kontemporer.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research

(penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang

diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan

buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari

tiga sumber:

a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan

permasalahan yang didapat yaitu: kitab Risalatul Mu’awanah.

b. Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan

kitab Risalatul Mu’awanah.

c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya penulis

ambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti

internet, yang mendunkung objek penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua

metode yaitu:

a. Metode Content Analysis

Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber

(22)

9

Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:

“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini

penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang

terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Risalatul Mu’awanah dan

kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

b. Metode Reflektif Thinking

Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya

mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi

yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang

abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi

emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat

dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67).

Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab

Risalatul Mu’awanah dan nilai-nilai pendidikan akhlak

kontemporer.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah

sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini

menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini

(23)

10

penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai

gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi

bin Muhammad Al-Haddad, menguraikan tentang: Biografi Al-Habib

Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat

kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu dalam

bab ini juga membahas perkembangan intelektual dan karya-karyanya.

Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin

Muhammad Al-Haddad.

Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran,

relevansi pemikiran, dan implikasi.

Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi

(24)

11 BAB II

BIOGRAFI HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD

A. Riwayat Hidup Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

1. Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal

Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

dilahirkan pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli

tahun 1634 M. di Subair (sebuah perkampungan di pinggiran kota

Tarim, Hadlramaut, Yaman). Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah

Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal

sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad

Al-Arifin (ma‟rifat) dan Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin

Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai wanita yang

shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).

Nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad bersambung kepada

kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna

Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi

Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari

Rasulullah SAW.

Urutan nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad sampai Nabi

(25)

12

Sayyiduna Muhammad SAW

Sayyidatuna Khatijah Al-Kubro RA

Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA

Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib

Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

Ubaidillah Alwi Ba‟lawi Shohib Saml

Alwi Muhammad

Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath

Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam

Ahmad Al-Faqih Abdullah

Ahmad Muhammad

Abu Bakar Ahmad Al-Haddad

Muhammad Alwi

Abdullah Ahmad

Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad

Syarifah Salma binti Idrus

(26)

13

Demikianlah runtunan nasab Al-Habib Abdullah Al-Haddad

yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur

Sayyiduna Al-Husain RA.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah

kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi)

pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri

(Sejarawan dari Hadlramaut) berkata: ”Sesungguhnya Al-Habib

Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk

mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya

serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada pentadbiran

(pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang

strategi untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan

kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat

itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi

dihormati.

Habib Abdullah Haddad membangun rumahnya di

Al-Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada

tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan

rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan

pagi hari kamis dan senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam

(27)

14

menjadi tumpuan kepada para ulama‟, dan orang-orang shaleh, serta

tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona

selamat, aman, dan tenteram.

2. Ketekunan Ibadahnya

Pada tahun 1079 H, Al-Habib Abdullah bin Alwi bin

Muhammad Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah

haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang

menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh

Husain Ba Fadal. Al-Habib Abdullah Al-Haddad menceritakan

keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Al-Habib Abdullah

berkata: “Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku mempunyai dua

lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah

lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan

batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT

telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai

penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya. Ketika

Al-Habib Abdullah Al-Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia

didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a

kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa

memberitahu apakah hajatnya itu), maka Habib Abdullah

(28)

-15

Habib Abdullah Al-Haddad bertanya: Siapakah dia itu? ia diberitahu

kalau dia adalah salah seorang yang besar di Makkah. Lalu Al-Habib

Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi raja di Makkah, dan

Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”. Syarif Barakaat di

lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan

masuknya waktu salat fajar, Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah di

pelawa untuk menjadi imam pada salat subuh di Masjidil Haram di

Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.

Al-Habib Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya

menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia

tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit

sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia

mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:

ِّبُْلحا صِلاَخ ْن ِم َحاَوْرلأا َطلاَخ الد * ىَرَكلا انل ّذلي َل ْنأ َانَل ّذلَي

Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu

dengan ruh”.

Ketika Al-Habib Abdullah Al-Haddad menghampiri kota

Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya

yang bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:

يرزي ىذش انمشم * ا هعو برو ًةب مط ان غلب املف

ِبنعلا فرعب

(29)

16

رفاس ِةداعّسلاب انملع ٍحابص * ن م باط ةنيدلدا انمفاو انلصو رجفلا عم

Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar. Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik manusia. Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke

Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.

Sejarah menyebutkan bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad

tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang

demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang

di perintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam

kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:



Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al -Muzammil: 1-2). (http//www.al-quran-digital.com).

Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan

malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:



Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S. Adz-Dzariyat: 17). (http//www.al-quran-digital.com).

Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata: "Kami telah

melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah yang

kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau

pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya sehingga bahunya,

(30)

17

(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-alwi-al.html)

3. Peristiwa Wafatnya

Al-Habib Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk

menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya

dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak

ikut salat asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia

memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian

seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam

harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah dan tarawih. Keesokan harinya ia

tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin

parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7

Dzul-qo‟dah 1132 H / 10 September 1712 M, ia kembali menghadap

Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam

usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum

di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan.

(Al-Badawi, 1994: 171-172).

Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit.

Habib Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Al-Habib Abdullah

Al-Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir

dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:

،ِناَسِّللا ىَلَع ِناَتَفمِفَخ ِناَتَمِلَك

اَُهُ ،ِن َْحمَّرلا َلَِإ ِناَتَبمِبَي ،ِناَزمِمْلا ِفي ِناَتَلمِقَث

(31)

18

Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh Yang maha Pengasih yaitu:

ِممِظَعْلا ِهَّللا َناَحْبُس ,ِ ِدْمَِبَِو ِهَّللا َناَحْبُس

.

Al-Habib Abdullah Al-Haddad meninggal dunia pada 1/3

malam yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita

kewafatannya kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat

memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang

untuk menghadiri pemakamannya.

Al-Habib Hasan (putranya) dan Al-Habib Umar bin Hamid

adalah orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah

diimamkan oleh Al-Habib Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih

kurang dua puluh ribu (20.000) orang. Al-Habib Abdullah Al-Haddad

di makamkan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh karena

terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi,

1994: 173).

B. Pemerintahan Masa Kehidupan Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad (1044-1132 H/ 1634-1720 M)

Al-Habib Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki

Usmani, yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman

yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Al-Habib

Abdullah Al-Haddad melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan,

mereka adalah:

1. Sultan Murad IV (1623-1640 M).

2. Sultan Ibrahim (1640-1648 M).

(32)

19

4. Sultan Sulaiman II (1678-1691 M).

5. Sultan Ahmad II (1691-1695 M).

6. Sultan Musthofa II (1695-1703 M).

7. Sultan Ahmad III (1703-1730 M).

Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini,

menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode

kemunduran, keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami

masa stagnan. Pada masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman,

sedang Portugis telah menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai.

Ekspansi Islam pun sudah berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut

mengalami periode kehancuran. Ketika Al-Habib Abdullah Al-Haddad

berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan oleh kelompok Qasimi Zaydiyah

dari Yaman Utara. Kaum Hadrami mendapatkan kembali kemerdekaannya

pada tahun 1715 Hijriyyah, saat Al-Habib Abdullah berusia 81 tahun.

(http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki -usmani.html).

C. Madzhab Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

Al-Habib Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal

sebagai salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut

aqidah Sunni Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Al-Habib

Abdullah sangat memahami kitab-kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai

-sampai yang dahulu adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah

satunya yaitu Sheikh Bajubair, dimana Al-Habib Abdullah Al-Haddad

(33)

20

telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari

Sheikh Bajubair.

Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama

berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah di

Hadlramaut ia belajar kitab Ihya ‘Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali

kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan

keluasan ilmu Al-Habib Abdullah yang di berikan oleh Allah SWT

kepadanya.

D. Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tumbuh

besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari

ayahandanya Al-Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad dan ibundanya

Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa

kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-Qur‟an, dan

bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului

rekan-rekannya.

Al-Habib Abdullah Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu.

Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan

berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin

(orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari

mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Al-Habib

(34)

21

guru-gurunya itu. Di antara guru-guru dari Al Habib Abdullah Al-Haddad

adalah sebagai berikut:

1. Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin

„Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin

Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H),

2. Al-„Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid

Ba'Alawy (wafat: 1068 H),

3. Al-„Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad BaHasan Al-Hudaily

Ba'Alawy,

4. Al-„Allamah Al-Habib „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin

Ali bin „Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin

Abdurrahman Asseqaf,

5. Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin

Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di

Mekkah (1002–1071 H).

6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu

Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,

7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,

8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin

Syaikh Abu Bakar bin Salim,

9. Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman

(35)

22

Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin

Abdullah Al-Idrus (1035-1112 H),

10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo,

11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat

1071 H).

12. Al-„Arifbillah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki

Dari guru-gurunya itulah Al-Habib Abdullah Al-Haddad menerima

banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut

dengan kajiannya yang mendalam di berbagai ilmu keislaman

menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai

seluk-beluk syari`at dan hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam

bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai

diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia.

Hingga diakhiri memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi

yang bisa menjadi wasilah pertolongan).

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Sanad keilmuan Al-Habib Abdullah Al-Haddad dengan

guru-gurunya di atas, bersambung sampai Rasulullah SAW, dan Rasul sendiri

menerimanya dari Allah SWT. Di sini penulis akan menerakan salah satu

mata rantai keilmuan Al-Habib Abdullah yang hingga sampai kepada

Allah SWT. Penulis akan menerakan urutan keilmuannya, yang melalui

Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-„Athos. Mata rantai

(36)

23

Allah ‘Azza wa Jalla

Sayyiduna Muhammad SAW

Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib

Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

Ubaidillah Alwi Shohib Saml

Alwi Muhammad

Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath

Muhammad al Faqih al Muqaddam Ali

Alwi al Ghoyur Ali

Syeikh Abdurrahman As-Seggaf Muhammad Maulah Dawilah

Abdullah Abdurrahman

Salim Ubaidullah

Aqil Abdurrahman

Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar Al-„Athos

(37)

24

Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah seorang da‟i yang

menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan

sebagai seorang penulis yang produktif, yang karya-karyanya tetap

dipelajari orang sampai saat ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang

datang untuk berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah

menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad ( Wali Tertinggi yang

memimpin dakwah).

Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Al-Habib Abdullah

Al-Haddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah

SWT dan guru-gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di

seluruh penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para

murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang

hanya dari Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka

datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan

serta tabarrukan (mencari berkah), memohon do‟a darinya.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

E. Karya-karya Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad

Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam berdakwah,

Al-Habib Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai salah seorang penulis

yang produktif. Ia mulai menulis ketika berumur 25 tahun dan karya

terakhirnya ditulis pada ketika usianya 86 tahun. Keindahan susunan

(38)

25

menunjukkan akan keahliannya dalam berbagai ilmu agama. Bukan hanya

kaum awam saja yang membaca dan menggemarinya, akan tetapi sebagian

ulama‟ pun menjadikannya sebagai pegangan dalam berdakwah. (Al

-Badawi, 1994: 163).

Keistimewaan dari karya-karya Al-Habib Abdullah adalah mudah

difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing.

Sehingga buku-bukunya telah dicetak beberapa kali dan sudah

diterjemahkan kedalam beberapa bahasa.

Adapun karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Risalah Al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Muhibbin Min Ahl

Al-Khair Wa Ad-Din (ٍِّىاو زٍخىا وهأ ٍٍِِّثحَىاو ُاىخلإا عٍ جزماذَىا حىاسر)

Berisi tentang definisi takwa, cinta menuju jalan akhirat, zuhud

dari dunia, kitab ini sangat cocok untuk menerangkan hati. Kitab ini

selesai ditulis oleh Al-Habib Abdullah pada hari ahad sebelum waktu

dhuhur, akhir bulan Jumadil Awwal tahun 1069 H. (Al-Badawi, 1994:

163).

2. Risalah al-Mu’aawanah wa al-Mudzaaharah wa al-Mu`aazirah li

ar-Raghibin minal Mu’minin fi Suluki Thoriqil Akhirah ( حّواعَىا حىاسر

جرساؤَىاو جزهاظَىاو يس ىف ٍٍِْؤَىا ٍِ ٍِثغازيى جرسؤَىاو

جزخلأا كٌزط ل )

Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Al-Habib

Abdullah berusia 26 tahun. Dan ditulis atas permintaan Habib Ahmad

(39)

26

3. Risalah Aadab Suluk al-Murid (ذٌزَىا كىيس بادآ حىاسر)

Tentang kewajiban bagi seorang murid (orang yang mencari

Allah dan kehidupan akhirat) meliputi adab dan amal lahir dan batin.

Kitab ini selesai penulisannya pada tanggal 7 atau 8 Ramadhan, tahun

1071 H. (Al-Badawi, 1994: 164).

4. Ithaf as-Saail bi Jawaab al-Masaail (وئاسَىا حتىجأت وئاسىا فاحّذا)

Kitab ini selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072

H, Ketika itu Al-Habib Abdullah berumur 28 tahun. Kitab ini adalah

merupakan kumpulan jawaban atas berbagai persoalan yang diajukan

kepadanya oleh Syaikh „Abdurrahman Ba‟Abbad Asy-Syibaami.

Kitab itu ditulis sewaktu ia berkunjung ke Dau‟an pada tahun 1072 H.

Kitab ini mengandung 15 pertanyaan dengan jawaban dan ulasan yang

mendalam darinya. Selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram

1072 H. (Al-Badawi, 1994: 165).

5. An-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah ( حٌٍّْذىا حئاصْىا

حٍّّاٌَلإا اٌاصىىاو)

Kitab ini Al-Habib Abdullah tulis pada usia 45 tahun. Selesai

ditulis pada hari Ahad, 22 Sya‟ban tahun 1089 H. Kitab ini mendapat

pujian dari para ulama‟ karena isinya merupakan suatu ringkasan

daripada kitab Ihya‟. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya

jelas, pembahasannya sederhana dan disertai dengan dalil yang kukuh.

Sesuai dibaca oleh orang awam dan juga khawas (khusus).

(40)

27

6. Sabil al-Iddikar wa al-I’tibaar bima Yamurru bi al-Insan wa

Yanqadhi lahu min al-’A’maar ( ٍِ ُاسّلإات ّزٌَ اَت راثرعلااو رامّدلاا وٍثس

راَعلأا)

Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Imam Al-Haddad

pada saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan pada ketika ia

berusia 67 tahun (1110 H). dan ada yang mengatakan kitab ini

diselesaikan pada hari Ahad 29 Sya‟ban 1110 H. Kitab ini

membahaskan mengenai fasa-fasa hidup manusia. (Al-Badawi, 1994:

166).

7. Ad-Da’wah at-Tammah wa at-Tadzkirah al-‘Ammah ( حٍارىا جىعذىا

زمذرىاو حٍاعىا ج )

Kitab ini diselesaikan oleh Al-Habib Abdullah pada saat

usianya 70 tahun. Selesai ditulis pada jum‟at pagi 27 atau 28

Muharram tahun 1114 H. (Al-Badawi, 1994: 166).

8. An-Nafais al-‘Uluwiyyah fi al-Masaail as-Shufiyyah ( ًف حٌّىيعىا سئافّْىا

وئاسَىا حٍّفىّصىا )

Kitab ini selesai ditulis pada hari kamis, bulan Dzulqo‟dah

tahun 1125 H. Usia Al-Habib Abdullah pada waktu itu adalah 81

tahun. Kitab ini membahaskan masalah yang berkaitan dengan sufi.

9. Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyah ( حٍَّيعىا هىصفىا

(41)

28

Terdiri dari 40 fasal. Kitab ini selesai ditulis pada 12 Shafar

tahun 1130 H, ketika Al-Habib Abdullah berusia 86 tahun, yaitu 2

tahun sebelum kewafatannya. (Al-Badawi, 1994: 167).

Selain itu, terdapat pula ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran yang

sempat dicatat oleh murid-muridnya dan para pecintanya, diantaranya

adalah :

1. Kitab al-Hikam (ٌنحىا بارم)

2. Al-Mukhatabat wa Washoya (اٌاصووخاثذانَىا)

3. Wasilah al-‘Ibaad ila Zaad al-Ma’aad (داعَىا داس ىىإ داثعىا حيٍسو)

Kitab ini dikumpulkan oleh As-Sayyid Alwi bin Muhammad

bin Thohir Al-Haddad.

4. Ad-Durr al-Mundzum li Dzaawil ‘Uqul wa al-Fuhuum ( يوذى ًىظَْىا رّذىا

ًىهفىاو هىقعىا)

Kitab ini dikumpulkan oleh muridnya Alwi bin Ahmad bin

Hasan bin Abdillah Al-Haddad.

5. Tastbit al- Fuad bi adz-Dzikri Majaalisi al-Quthbi Abdillah

Al-Haddad (داّذحىا الله ذثع ةطقىا سىاجٍ زمذت داؤفىا دٍثثذ)

Dikumpul oleh muridnya Syaikh Ahmad bin Abdul Karim

al-Hasawi asy-Syajjar tahun 1981 M. (Al-Badawi, 1994: 169).

6. Ghoyah al-Qosod wa al-Murod (دازَىاو ذصقىا حٌاغ)

Diakui oleh para sufi, bahwa ada ketinggian dan keindahan

spiritualitas yang tinggi pada kesufian Al-Habib Abdullah. Dapat dilihat

(42)

29

Tasawwuf bagi Al-Habib Abdullah adalah ibadah, zuhud, akhlak, dan

dzikir, suatu jalan membina dan memperkuat kemandirian menuju kepada

Allah SWT.

Selain karya tulis, Al-Habib Abdullah juga meninggalkan banyak

do‟a-do‟a serta dzkir-dzikir susunannya. Di antara do‟a dan dzikir-dzikir

yang disusun, Ratib Al-Haddad inilah yang paling masyhur di kalangan

ummat Islam, khususnya di Indonesia. Ratib ini disusun oleh Al-Habib

Abdullah pada salah satu malam di bulan Ramadhan tahun 1071 H, untuk

memenuhi permintaan salah seorang muridnya yang bernama `Amir dari

keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di

propinsi Hadlramaut). Tujuan `Amir meminta Al-Habib Abdullah untuk

menyusun ratib ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di

kampungnya, supaya mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan

diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadlramaut. Mulanya

ratib ini hanya dibaca di kampung `Amir sendiri, yaitu kota Syibam.

Setelah mendapat izin dan ijazah dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad, ratib

ini pun kemudian mulai dibaca di masjid-masjid di kota Tarim.

Pada kebiasaannya, ratib ini dibaca secara berjama‟ah setelah salat

Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum salat Isya`

untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan salat tarawih, dan ini adalah

waktu yang telah ditartibkan Al-Habib Abdullah untuk kawasan-kawasan

(43)

30

yang mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak terpengaruh dari ajaran

sesat tersebut.

Setelah Al-Habib Abdullah Al-Haddad berangkat menunaikan

ibadah haji, Ratib Al-Haddad pun mulai dibaca, diamalkan di Makkah dan

Madinah. al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi berkata, “Barangsiapa yang

membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan keikhlasan,

niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaannya”.

(http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html)

Ketahuilah bahwa setiap ayat, do‟a, dan nama Allah SWT yang

disebutkan dalam ratib ini dipetik dari Al-Qur`an dan Hadis Nabi SAW.

Bilangan bacaan di setiap do‟a dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah

bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk Al-Habib

Abdullah Al-Haddad sendiri. Ia menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan

dibaca berulang kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek

ini jika selalu dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir

yang panjang namun tidak dibaca secara istiqamah.

(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-alwi-al.html).

F. Bidang Ilmu yang Ada dalam Kitab Risalatul Mu’awanah

Kitab ini berisi tentang kewajiban bagi seorang muslim, untuk

memenuhi semua kewajiban, kesunahaan, melakukan amalan-amalan yang

memiliki keutamaan, berakhlak, menjaga diri dari hal-hal yang bisa

merusak ibadah dan keharmonisan dalam bermasyarakat. Serta berisi

(44)

31

Al-Habib Abdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini, lebih

menekankan pada ke-Tasawuf-an. Segala amal perbuatan yang dilakukan

ditujukan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepadaNya. Agar

semakin dekat kepada Allah SWT. Lebih utamanya, beliau membahas

tentang peribadatan yang ditujukan untuk menggapai esensi ma’rifatullah.

Pokok isi kitab Risalatul Mu‟awanah terdiri dari 38 pembahasan

diantaranya yaitu:

1. Yakin.

2. Niat.

3. Muroqobah (mawas diri).

4. Memanfaatkan Waktu.

5. Membaca Al Qur‟an.

6. Menelaah Ilmu.

7. Dzikir Kepada Allah SWT.

8. Memelihara Dzikir dan Do‟a-do‟a.

9. Bersegera.

10. Perpegang Teguh Pada Al Qur‟an Dan Sunnah.

11. Akidah.

12. Menunaikan Fardlu.

13. Mencari Ilmu.

14. Wajib Menjaga Kebersihan.

15. Menjaga Kesucian.

(45)

32

17. I‟tikaf.

18. Adzan dan Iqomah.

19. Menunaikan Salat.

20. Menjadi Makmum.

21. Mengeluarkan Zakat.

22. Memperbanyak Amal Baik Di Bulan Ramadhan.

23. Haji Dan Adabnya.

24. Salat Istikharoh, Nadzar, Sumpah Dan Saksi.

25. Wira‟i.

26. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar.

27. Adil.

28. Berbakti Kepada Orang Tua Dan Mengikat Persaudaraan.

29. Suka Dan Benci Karena Allah SWT.

30. Nasihat.

31. Menjaga Pergaulan.

32. Taubat.

33. Sabar.

34. Bersyukur.

35. Zuhud.

36. Tawakkal.

37. Cinta Kepada Allah SWT.

(46)

33

Ke-38 bab di atas adalah pokok isi yang ada di dalam kitab

Risalatul Mu’awanah Karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Dilihat dari

isin-isinya di atas dapat disimpulkan bahwa bidang ilmu yang ada dalam

kitab Risalatul Mu’awanah adalah bidang ilmu tasawwuf. Karena dari

ke-38 bab di atas semuanya berhubungan dengan amaliah yang bersifat lahir

(47)

34 BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH

A. Pemikiran Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad tentang Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Risalatul

Mu’awanah

Salah satu karya monumental Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang

berbicara tentang pendidikan akhlak secara mendalam adalah kitab

Risalatul Mu’awanah. Karakteristik pemikiran pendidikan akhlak

Al-Habib Abdullah dalam kitab tersebut dapat digolongkan dalam corak

praktis yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis.

Kecenderungan pemikiran yang menonjol dari Al-Habib Abdullah

dalam kitab Risalatul Mu’awanah adalah mengetengahkan nilai-nilai etis

yang bernafaskan sufistik. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam

gagasan-gagasannya, misalnya keutamaan menguatkan keyakinan.

Menurut Al-Habib Abdullah, menguatkan keyakinan hukumnya adalah

wajib, karena akhlak yang mulia dapat terwujud jika seseorang itu

keyakinannya kuat. Pendapatnya ini juga senada dengan pendapat seorang

tokoh akhlak yang dibicarakan di dalam Al-Qur‟an, yaitu Luqman AS.

(48)

35

ِينقملاب ّلإ ُلمعلا ُعاطتسي ل

هُلمع ُرصقي لو ،هِنمقي ِردقب ّلإ ُدبعلا ُلمعي لو ،

هُنمقي َصقني ّتّي

.

Artinya: ”Suatu amal tidak mampu diwujudkan, kecuali dengan yaqin.

Tidaklah seorang hamba mampu mengerjakan apapun, kecuali sesuai dengan kadar yakinnya dan tidaklah amalnya terkurangi hingga

keyakinannya berkurang”. (Al-Haddad, 2010: 18).

Pemikiran Al-Habib Abdullah tentang akhlak di dalam kitab

Risalatul Mu’awanah memang sangat luas. Di dalam kitab ini terdapat

banyak sekali nilai-nilai pendidikan akhlak yang bisa ditanamkan dan

diterapkan kepada para pelajar, agar mereka mengetahui dan bisa

mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Pendidikan akhlak yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah dapat

penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: Akhlak kepada

Allah SWT. Kedua: Akhlak terhadap diri sendiri. Ketiga: Akhlak terhadap

lingkungan.

1. Akhlak kepada Allah SWT

Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq

(makhluk). Sebagai makhluk tentu saja manusia sangat tergantung

kepadaNya. Sebagaimana firmanNya:

 



Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala

sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.al-quran-digital.com).

Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang

(49)

36

Dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak pada para

pelajar tentang akhlak kepada Allah SWT, sikap yang harus

ditanamkan antara lain:

a. Cinta kepada Allah SWT

Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip

yang harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus

dibiasakan untuk mencintai Allah SWT dengan diwujudkan

dalam bentuk sikap selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan

menjauhi larangan-laranganNya.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ْلب ،ُ اَوس اَّمم ََملإ َّبيأ ُهَناحبس َيرصي ّتّي ِللها ِفِ ِّبلحاب ََملعو

ُ اّيإ ّلإ ٌبوبمح ََل َيرصي ل َّتّي

Artinya: “Dan wajib bagimu cinta kepada Allah, sehingga Allah SWT menjadi lebih kamu cintai daripada yang lain. Bahkan kamu

tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (Al -Haddad, 2010: 146).

b. Rela dengan keputusan Allah SWT

Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap

(50)

37

keputusan Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan

ma‟rifat kepadaNya.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ن م ِءاضقلاب اَضّرلاف ِ،للها ِءاضقب اَضّرلاب ََملعو

ِةّبلمحا ِتارثم ِفرشأ

اًّرم وأ ناك اًولي هِبوبمح ِلعفل ىَضري ْنأ ِّبلمحا ِنأش ْن ِمو ،ِةفرعلداو

Artinya: “Dan wajib bagimu rela dengan ketetapan Allah, karena

rela dengan keputusan Allah merupakan buah rasa cinta dan

ma‟rifat. Sedangkan diantara sikap orang yang cinta itu sendiri

adalah rela terhadap perilaku yang ia cintai (Allah)”. (Al-Haddad, 2010: 148).

c. Berharap dan takut kepada Allah SWT

Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut

kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan

buah yakin yang paling mulia.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ِينقملا ِترثم ِفارشأ ْن ِم امّنّإف ، ِفولخاو ِءاجّرلا َن ِم ِراثكلإاب ََملعو

Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut

(kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin

yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129).

2. Akhlak terhadap diri sendiri

Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, ia

diberi akal dan juga nafsu. Apabila dia mampu menggunakan akalnya

dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang

tidak pernah membangkang atau bermaksiat padaNya yaitu malikat.

Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya

(51)

38

dibekali dengan pendidikan yang berhubungan dengan dirinya,

meliputi hal-hal yang harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak pada para

pelajar tentang akhlak kepada diri sendiri, sikap yang harus

ditanamkan antara lain:

a. Selalu memperkuat keyakinan

Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan

merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta

memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan

ridlaNya.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

َن ّكتم اذإ َينقملا َّنإف ،هِنمستحو َِنمقي ِةّيوقتب ُبمبلحا ُخلأا اَهّ يأ ََملعو

ٌةداهش هّنأك ُبمغلا َراص ِهملع لَوتساو ِبلقلا َن ِم

Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk

menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16).

b. Selalu bersikap mawas diri

Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena

dengan selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada

Allah SWT. sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap

(52)

39

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ََملعو

Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa

merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”. (Al-Haddad, 2010: 22).

c. Selalu bersikap wira‟i.

Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena

dengan selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam

naungan para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam

setiap langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti

dari agama.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

يذّلاو ِن يّدلا ُكلام َعرولا ّنإف ، ِتاهبّشلاو ِتامّرلمحا ن ع ِعرولاب ََملعو

َينلماعلا ِءاملعلا دنع ُرادلدا ِهملع

.

Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orang-orang yang berada di kawasan itu, adalah orang yang di

antara bimbingan ulama‟”. (Al-Haddad, 2010: 90).

d. Selalu bertobat atas segala dosa.

Para pelajar harus diajari untuk selalu bertobat dari segala

dosa baik besar maupun kecil. Dengan selalu bertobat dari segala

(53)

40

menjadi orang yang baik. Karena inti dari taubat adalah

memperbaiki diri.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ّتلاب ََملعو

وأ اًرهاظ ،اًيربك وأ اًيرغص َناك ٌءاوس ، ٍبنذ ِّلك ْن ِم ِةبو

ِعمجم ُساسأ يهو ،ِللها ِقيرط فِ ُدبعلا اهُعضي ٍمَدَق ُلّوأ َةبوّتلا ّنإف ،اًنطاب

.َينباّوّ تلا بيح ُللهاو ، ِتاماقلدا

Artinya: “Dan wajib bagimu bertaubat dari semua dosa, yaitu

bertaubat baik dari dosa kecil maupun besar, baik dhohir ataupun bathin, karena taubat merupakan langkah pertama seorang hamba yang hendak menapakkan kakinya di jalan Allah. Taubat pun merupakan pondasi dari seluruh maqom (tingkatan) karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat”. (Al-Haddad, 2010: 127).

e. Selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah

Para pelajar harus ditekankan untuk selalu bersabar dalam

menghadapi segala masalah. Karena dengan itu mereka akan

mendapatkan ilmu yang banyak, dan pengetahuan yang memadai.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

،ِراّدلا ِ ذه فِ ْتمدام ُهنم ََل َّدبلو ،ِرملأا ُكلام هّنإف ،ِبّصلاب ََملعو

ِةممظعلا ِلئاضفلاو ِةيمركلا ِقلاخلأا ن م وهو

.

Artinya: “Dan wajib bagimu bersabar, karena sabar itu

merupakan pusat penentu segala permasalahan, dan hal itu harus kamu lakukan sepanjang hidup di dunia ini, ia pun termasuk dari

akhlakul karimah serta terdapat beberapa keutamaan”. (Al -Haddad, 2010: 133).

f. Selalu bertawakkal kepada Allah SWT

Sikap selalu bertawakal kepada Allah SWT adalah obat

dari segala masalah. Karena ia sadar bahwa semua itu adalah

(54)

41

untuknya. Sikap seperti ini adalah menunjukkan eksistensi dari

seorang hamba kepada Tuhannya.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

هَناعأو ُ اَفك ِللها ىلع َلّكوت ْن َم ّنإف ،لَاعت ِللها ىلع ِلّكوّتلاب ََملعو

َلوأو ّلوتو

.

Artinya: “Dan wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah SWT,

karena sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah, maka ia akan diberi kecukupan, ditolong , dilindungi serta

diutamakan oleh Allah”. (Al-Haddad, 2010: 143).

3. Akhlak terhadap lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat

hidup dan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Di

lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam

lingkungan ini ada berbagai macam kalangan. Di sini penulis akan

membahas tentang kalangan keluarga, kalangan sekolah dan kalangan

masyarakat. Adapun dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak

pada para pelajar tentang akhlak terhadap lingkungannya, sikap yang

harus ditanamkan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Akhlak di lingkungan keluarga

Sikap utama yang harus dikembangkan pada anak atau

para pelajar dalam lingkungan keluarga, yang utama yaitu:

1) Berbakti kepada kedua orangtua

Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah

payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang,

(55)

42

sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu

termasuk dosa yang sangat besar.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

،مهِقوقعو َكاّيإو ؛ ِتابجاولا ِبجوأ ْن ِم ُهّنإف ،ِن يدلاولا ِّبب ََملعو

ِرئابكلا ِبكأ ْن م ُهّنإف

Artinya: “Dan wajib bagimu berbakti kepada kedua orang

tua, karena hal itu merupakan yang paling wajib diantara perkara wajib yang lain, takutlah kamu durhaka kepada keduannya, karena hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar yang lainnya”. (Al-Haddad, 2010: 103).

Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat baik

kepada kedua orang tuanya dan berlaku lemah lembut kepada

keduanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan

kepadaNya, dan menjalin hubungan dengan keduanya,

bahkan sekalipun keduanya kafir. (Al-Ghomidi, 2011: 138).

2) Menyayangi saudara

Pendidikan untuk selalu berbicara baik dengan

anggota keluarga. Para pelajar harus diajari untuk selalu

berbicara baik dengan anggota keluarga. Karena hal itu yang

akan menjadikan suasana rumah menjadi damai dan tentram.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ََملعو

ّلإ ُقطنت ل نأ

ُمريح ِهب ُقطّنلا ليح ل ٍملاك َّلكو ،ٍيربخ

،ُهْبِّ تَرو َََملاك ْلّترف َتْمّلكت اذإو ،ِهملإ ُعامتسلإا ََملع

Artinya: “Dan wajib bagimu, agar tidak mengucapkan

(56)

43

serta mendengarkan perkataan yang haram didengarkan. Jika kamu ingin mengucapkan suatu perkataan, maka hendaklah ditata terlebih dahulu dan susunlah dengan kalimat yang

benar”. (Al-Haddad, 2010: 63).

b. Akhlak di lingkungan sekolah

Untuk terciptanya suasana yang khidmat di lingkungan

sekolah, para pelajar harus di tanamkan sikap-sikap seperti:

1) Adil pada dirinya dan dan pada orang lain

Bersikap adil pada diri sendiri dan pada orang lain ini,

harus ditanamkan pada para pelajar. Supaya mereka tidak

mudah berbuat curang, dan semena-mena pada temannya

yang lain.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ِدّقفتلاو ِظفلحا ِلمكو ِةماعلاو ِةّصالخا َِتمعر فِ ِلدعلاب ََملعو

ِهِتّمعر ن ع ٌلؤسم ٍعار لكو ،اَهنع َُلئاس َللها َّنإف ،اَلذ

Artinya: “Dan wajib bagimu berbuat adil di dalam pengembalaanmu, baik yang khusus maupun yang umum, di samping tetap dengan sempurna menjaga dan mengawasinya, Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban kepada kamu atasnya. sebab setiap pengembala pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas gembalaannya”. (Al-Haddad, 2010: 101).

2) Amar ma‟ruf nahi munkar

Penanaman Amar ma‟ruf nahi munkar ini harus ada

pada para pelajar. Supaya mereka dapat mengingatkan antara

Referensi

Dokumen terkait

Perspektif ilmu pendidikan Islam terhadap pemikiran Habib Abdullah Alawi Al-Hadad tentang pendidikan akhlak dalam kitab Adabu Sulukil Murid di bidang tujuan pendidikan.

Hadis puasa Daud riwayat Abdullah bin Amr tersebut memuat nilai pendidikan akhlak yang dapat diaplikasikan dalam rangka mengantarkan dan mendidik anak agar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai Religius Pada Anak Usia Remaja Di Majlis Ta’lim Wad Da’wah Lil Ustadz Al Habib Sholeh Bin Ahmad Al Aydrus

Manusia agung ini adalah Asy Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdur Rahman bin Abdullah bin Abdur Rahman As Seggaf bin Muhammad Maula Ad Dawilah bin Ali bin Alwi bin Al

Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Minhajul Muslim karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi sangat relevan apa

Dengan batasan-batasan istilah diatas, maka yang dimaksud dari judul penelitian ini Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Cinta Rasul yang terkandung dalam kitab Maulid Shimthu’d-Durar adalah

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa proses internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah melalui kitab Ratib Al-Haddad yang menunjang kehidupan sehari-hari