NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR
AL-JAZAIRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
MUHAMAD DIDIK NURSIDIK
NIM: 111 13 093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v
MOTTO
ٗبأ ٌبك لٕمٚ ٍي ٗتفنا سٛن
بَا اذ بْ لٕمٚ ٍي ٗتفنا ٍكنٔ
( بلاط ىبا نبا ىلع اندمّيس )
Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan bapakku adalah orang yang hebat
vi
PERSEMBAHAN
1. Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
2. Bapak-Ibu (Bp. Nuhari & Ibu Siti Asmaroh), adik M. Haril Ulil Albab
yang selalu mencurahkan kasih sayang luar biasa, membimbing dan
memberikan motivasi untuk semangat dan menjadi yang lebih baik.
3. Abah K. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As‟ad Haris N.F., Abah K.
Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah Ny. Chusnul
Halimah, serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan PP.
Al-Manar yang senantiasa memberi tempat, wejangan, nasehat kepadaku
dalam ngalap kaweruh (ilmu).
4. Pon-pes Al-Manar yang menjadikan a place of “Kawah Condrodimuko”
inspirasike padaku dalam mengajarkan kuberbagai ilmu pengetahuan yang
dulu Aku belum reti.
5. Jajaran Dewan Asatidz Pon-pes Al-Manar dan seluruh Santriwan,
Santriyati Pon-pes Al-Manar.“Qumuu wanhadlu Yabnal_Manar”
6. Semua teman-teman yang menjadi curhatan emosiku mas Humaidi, Topo,
Huda, Wahab, Labib, Faza, Darul, Aziz Lutfi, Ahmad, Gus Faza yang
selalu memeberiku inspirasi canda, tawa ndagel.
7. Teruntuk someone yang disana.
8. Posko KKN 98 IAIN Salatiga 2017 Zuhri, Isni, Puput, Tamara, Ela, Dan
vii 9. Almamaterku IAIN Salatiga.
10.Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, dan
seluruh pembaca yang telah mendo‟akan dan member semangat yang tidak
viii
menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh
dari sempurna. Sholawat dan salam Allah Swt, semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi
cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad Saw).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan
xi
ABSTRAK
Nursidik, Muhamad Didik. 2017. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Minhajul Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, Kitab Minhajul Muslim, Al-Jazairi.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi adalah seorang yang alim, ahli tafsir dan seorang dai yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan selalu ingin mengamalkan ilmu yang beliau miliki. Salah satu kitabnya adalah Minhajul Muslim, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim, Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:(1) Bagaimanakah pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim, dan (2) Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research).Sumber data primer adalah kitab Minhajul Muslim, sumber sekundernya adalah kitab-kitab terjemahannya dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode Deduktif dan Induktif,
xii DAFTAR ISI
NOTA PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. DEKLARASI ... Error! Bookmark not defined.
MOTTO ... v
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
BIOGRAFI DAN KARYA ILMIAH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI ... 12
A. Latar Belakang Penulisan Kitab Minhajul Muslim ... 12
B. Sistematika Penulisan Kitab Minhajul Muslim ... 13
1. Kata pengantar ... 14
2. Pembahasan ... 14
3. Penutup ... 19
C. Nama dan Nasab ... 20
D. Kelahiran dan perkembangan ... 20
xiii
F. Profesi ... 22
BAB III ... 26
PEMIKIRAN ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI DALAM KITAB MINHAJUL MUSLIM ... 26
A. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 26
1. Pengertian Pendidikan ... 26
2. Pengertian akhlak ... 29
B. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Minhajul Muslim ... 32
1. Tawakkal kepada Allah Swt ... 33
2. Sabar karena Allah Swt... 34
3. Malu ... 35
4. Jujur ... 35
5. Tawadhu‟ ... 36
6. Mengutamakan orang lain ... 37
7. Kasih sayang ... 37
8. Dermawan ... 38
BAB IV ... 45
ANALISIS DAN RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DARI KITAB MINHAJUL MUSLIM DALAM KEHIDUPAN ... 45
A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dari Kitab Minhajul Muslim dalam Kehidupan sehari-hari ... 45
1. Akhlak kepada Allah Swt ... 45
2. Akhlak terhadap diri sendiri ... 52
3. Akhlak terhadap lingkungan ... 60
BAB V ... 66
PENUTUP ... 66
A Kesimpulan ... 66
xiv
2. Analisis dan relevansi pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim pada kehidupan sehari-hari... 67
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna. Seluruh aspek
kehidupan manusia telah diatur dalam Islam, dari yang kecil hingga yang
besar, tiada satupun yang terlewatkan. Mulai dari aqidah (idiologi), ibadah,
akhlak, dan muamalah, semua dapat ditemukan keterangannya di dalam
sumber utama agama Islam yaitu al-Quran dan Sunnah (hadis) Nabi
Muhammad Saw hanya saja sedikit sekali yang mampu menggali nilai-nilai
tersebut secara langsung dari ke dua sumber di atas.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,
yang berkaitan dengan tingkah laku manusia nampak amat ideal dan agung.
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progesif (Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 17).
Problematika akhlak senantiasa mewarnai kehidupan manusia dari
masa ke masa. Dengan seiringnya perkembangan zaman, dalam kurun waktu
dan tempat tertentu muncul tokoh yang memperjuangkan tegaknya nilai-nilai
akhlak. Termasuk di dalamnya Rasul atau utusan Allah Swt, khususnya
Rasulullah Muhammad Saw, yang memiliki tugas menegakkan nilai-nilai
2
mencapai keharmonisan dalam kehidupan. Maka perlu dicari untuk
mengetahui nilai-nilai baru mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
suatu kitab, dengan harapan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru
dalam aspek pendidikan akhlak yang terlupakan.
Begitu juga diterlantarkan tidak disentuh pendidikan yang memadai
atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur kebaikannya yang
tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik oleh pendidikan yang
buruk sehingga kejelekan menjadi kegemarannya, kebaikan menjadi
kebenciannya, dan omongan serta perbuatan tercela mengalir tanpa merasa
terpaksa, maka jiwa yang demikian disebut akhlak buruk, perkataan dan
perbuatan tercela yang keluar darinya disebut akhlak tercela, seperti ingkar
janji, khianat, dusta, putus asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata
kotor dan pendorongnya. Di sini Islam menjadi penyeru pada akhlak yang
baik dan mengajak pada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin,
menumbuhkannya di dalam jiwa mereka, dan menilai keimanan seorang
dengan kemuliaan akhlaknya. Allah Swt memuji Nabi-nya Saw. karena
akhlaknya yang agung.
Artinya:”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi perkerti yang
agung” (Q.S.Al-Qalam:4). (http//www.al-qur‟an-digital.com).
Selain Allah Swt memberikan keagungan kepada Nabi-Nya, Allah
3 Rasulullah Saw. Bersabda:
للهِ عَلاْخعَْلّا عَمللهِر عَكعَ عَمِّعَ دُللهِلأ دُ ْ للهِعدُب عَنَّمَ للهِإ
.
(
ىر خبلا هاور
)
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia” (HR. Bukhari). (http//www.maktabahsamilah.com).
Dari uraian di atas dan dikuatkan dangan ayat al-Quran dan Hadis
bahkan banyak kitab-kitab, buku-buka yang menjelaskan akhlak yang
tercermin pada Nabi Muhammad Saw dengan harapan dapat mengambil suri
tauladan Nabi Muhammad Saw. Sehingga dapat menjadi insan yang
mempunyai akhlak yang luhur, dan dapat mengamalkannya.
Nilai pendidikan yang terkandung pada kitab Minhajul Muslim karya
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berpendapat bahwa akhlak adalah satu bentuk
jiwa yang kuat di dalam jiwa sebagai sember otomatis dengan suka rela, baik
atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh
pendidikan kepadanya. Perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas suka
rela dan tanpa paksaan itulah yang dinamakan akhlak terpuji seperti
kemuliaan hati, lembut serta kesempurnaan hati lainnya begitu juga sebaiknya
ketika perbuatan didasari dengan kesombongan dan keterpaksaan maka yang
tercermin pada diri orang tersebut adalah akhlak yang tercela.
Penulis memilih ialah “Minhajul Muslim” yaitu tentang pedoman dan
aturan aturan yang mengcakup segala sesuatu yang berkenaan dengan
muslim, mulai dari masalah aqidahnya, etik (adab) dirinya, keistiqomahan
4
saudaranya sebagai kajian dalam skripsi ini, karena dalam meriwayatkannya,
beliau bersandar kepada al-Qur‟an dan al-Hadis. (Al-Jazairi, t.t: 3).
Minhajul Muslim merupakan kitab yang membahas berbagai
persoalan mendasar dalam Agama dalam kehidupan sehari-hari. Kitab
Minhajul Muslim tersebut cukup praktis dan singkat serta mudah dipahami
bagi para pelajar karena telah terbit terjemahannya telah diperjual belikan di
pasaran.
Kitab ini menggunakan sistematika penulisan yang digunakan adalah
tematik, yakni penulisannya dari satu bab ke bab lain berdasarkan jumlah
pokok pembahasan yeng terkandung di dalamnya.
Berangkat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut untuk mengenai sosok Abu Bakar Jabir Al-Jazairi lebih
mendalam serta kitab Minhajul Muslim karangannya, karena menurut penulis
sangat penting dalam kehidupan. maka penulis mencoba untuk menyusun
skripsi yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
KITAB MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI
yang diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi lembaga pendidikan formal
maupun non formal, untuk dapat mengembangkan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan
5
2. Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab
Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan
Akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim.
2. Mengetahui relevansi Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab
Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khasanah keilmuan yang
dapat memberikan modal utama dalam dalam meningkatkan pedidikan
akhlak serta menjadi motivasi kepada generasi muda untuk menjadi insan
yang berakhlakul karimah.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai kontribusi dalam dunia pendidikan dan, sarana bagi dunia
pendidikan untuk memperbaiki akhlak generasi muda sehingga dapat
menjadi insan yang memiliki akhlakkul karimah, menjadi masukan yang
membangun kualitas pendidikan Islam dan dapat menjadi pertimbangan
6
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah fahaman, maka
penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul ini sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Akhlak
Nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh
individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam
situasi sosial tertentu (Asrori, 2008: 153).
Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudakan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Sadullah, 2010:5).
Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai
sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau
jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan
kepadanya, baik maupun jelek kepadanya (Al-Jazairi, tt:223).
2. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Nama beliau adalah Jabir dan nama ayah beliau adalah Musa bin
Abdul Qadir bin Jabir, dan kuniah (nama panggilan) beliau adalah Abu
Bakar, dan Al-Jazair adalah nisbah ke negri dimana beliau dilahirkan
7
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dilahirkan di daerah Lira, yang berada
di Al-Jazair bagian Selatan, pada tahun 1921 M, beliau memulai
belajarnya yang pertama kali adalah di negerinya, beliau menghafal
al-Quran, belajar beberapa pelajaran dasar tentang bahasa Arab, Fiqh dalam
madzhab Maliki. Kemudian beliau pindah dari Lira ke daerah Biskra, di
sana beliau belajar berbagai ilmu kepada sejumlah besar dari para
Masyaikh, yang hal inilah (setelah Allah Ta‟ala) yang menjadikan beliau
mampu mengajar disalah satu sekolah di sana (http: //alsofwah .or. id
/cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).
3. Kitab Minhajul Muslim
Minhajul Muslim adalah sebuah kitab karya Abu Bakar Jabir
Al-Jazairi yang bisa disebut pedoman atau aturan yang mencakup segala
sesuatu yang berkenaan dengan seorang muslim mulai dari masalah
aqidah, etika (adab), keistiqomahan akhlak, ibadah kepada Allah Swt dan
muamalah.
Kitab ini terdiri dari lima bab dan setiap bab mempunyai beberapa
pasal, adapun pembahasan yang ada pada Minhajul Muslim adalah
pertama yang menguraikan tentang masalah aqidah, kedua menguraikan
tentang etika (adab), ketiga menguraikan tentang akhlak, keempat
menguaikan tentang ibadah, dan bab kelima menguraikan tantang
muamalah. Dengan demikian, kitab ini mencakup seluruh dasar-dasar
8
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research). Karena yang dijadikan objek kajian
adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.
2. Sember Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun
yang menjadi sumber primer adalah kitab Minhajul Muslim dan
terjemahannya karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.
Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah terjemah
Risalatul Mu‟awanah wa Al-Mudhaharah wa Al-Muwazarah li
Ar-Rhaghibin min Al-Mu‟minim fi Suluk Thariq Al Akhirah, terjemah
Idzatun Nasyi‟in, aplikasi pendidikan, buku pendidikan akhlak serta
buku-buka dan kitab-kitab lainnya yang ada relevansinya dangan objek
pembahasan penulis.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
adalah dengan cara mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi
sember data primer kitab Minhajul Muslim dan terjemahannya dan
sumber data sekunder yaitu terjemah Minhajul Muslim, terjemah
Ar-9
Rhaghibin min Al-Mu‟minim fi Suluk Thariq Al Akhirah, terjemah
Idzatun Nasyi‟in, aplikasi pendidikan, buku pendidikan akhlak serta
buku-buku dan kitab-kitab lainnya yang relevan. Setelah data terkumpul
maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan
masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan
penelitian.
4. Tehnik Analisis Data
Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis
masalah adalah sebagai berikut:
a. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah sesuatu yang dipandang benar
dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang
benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas dan jenis. Hal
ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum
dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan
yang khusus (Hadi, 1990: 26).
Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa data
tentang konsep pendidikan akhlak dalam kitab Minhajul Muslim.
b. Metode Induktif
Metode induktif adalah metode yang berangkat dari
fakta-10
fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang
bersifat umum (Hadi, 1990: 26).
Metode ini digunakan penulis untuk menganalisis data
konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul
Muslim.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran kesan runtutannya pembahasan dan
mempermudah membaca dalam mencari keterangan dalam memperoeh
pengetahuan, maka disusunlah pembahasan dalam suatu sistematika sebagai
berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, munguraikan tentang: Latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, sistematika penulisan sebagai gambaran awal
dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua. Biografi Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya
Minhajul Muslim, menguraikan tentang: Latar belakang penulisan kitab
Minhajul Muslim, biografi Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang meliputi riwayat
kelahiran, kehidupan intelektual, perjalanan karirnya, karya-karyanya.
Bab Ketiga. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab
Minhajul Muslim.
Bab Keempat. Analisis dan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak
11
12
BAB II
BIOGRAFI DAN KARYA ILMIAH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI
A. Latar Belakang Penulisan Kitab Minhajul Muslim
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi adalah seorang yang alim, ahli tafsir dan
seorang dai yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan selalu ingin
mengamalkan ilmu yang beliau miliki. Beliau selalu berpengan teguh kepada
Allah Swt dan Rasul-Nya yang selalu memerintahkan untuk selalu berbuat
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Sebagaimana Allah berfirman:
menyerukan kepada kebajikan, menyerukan kedapa yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imron: 104). (http//www.al-qur‟an-digital.com).Karena kecintaan beliau terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya dan
selalu berbuat kebajikan beliau menyusun sebuah karya tulis yang berbentuk
ringkas yang menggambarkan ajaran Islam secara menyeluruh dan dapat
menjadi pedoman orang muslim dan merujukannya kepada al-Quran dan
Hadis Nabi Saw.
Kitab karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi ini tersusun atas dua faktor,
yakni:
13
Muallif terdorong menyusun kitab ini adalah keinginan kuat dan
keras Abu Bakar Jabir Al-Jazairi untuk menyatukan kaum muslimin di
dalam satu jalan dan amalan yang benar lagi diterima dan upaya tersebut
sabagai upaya yang diridhai Allah Swt dan disyukuri agar bermanfaat
kepada siapa saja yang mempelajari dan mengamalkannya dan menjadi
petunjuk melalui pedoman agar mendapat hidayah-Mu (Al-Jazairi, t.t: 5).
2. Faktor ekstenal
Muallif terdorong menyusun kitab ini karena permintaan dari
orang-orang yang shalih yang berasal dari kota Wujdah di Maroko untuk
menyusun buku yang dapat menjadi pedoman atau aturan bagi muslim di
Wujdah dan merupakan sumber kekuatan dan kebaikan bagi mereka
sepanjang zaman dan disetiap tempat yang tidak keluar dari al- Quran dan
Hadis Nabi Saw (Al-Jazairi, t.t: 5).
B. Sistematika Penulisan Kitab Minhajul Muslim
Sistematika penulisan kitab Minhajul Muslim menggunakan
sistematika penulisan yang digunakan adalah tematik, yakni penulisannya
dari satu bab ke bab lain berdasarkan jumlah pokok pembahasan yang
terkandung di dalamnya. Jumlah pembahasan dalam kitab Minhajul Muslim
adalah lima bab dan setiap bab terdapat pasal di dalamnya. Adapun rincian
penulisan yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim terdiri dari tiga bagian,
14 1. Kata pengantar
Beliau menuliskan lafad hamdalah serta pujian di dalam
muqoddimahnya yang bertujuan mengungkapkan rasa syukur kepada
Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan
kitab karangannya dengan harapan karyanya tersebut dapat bermanfaat dan
menjadi pedoman umat Islam diseluruh tempat dan tak lupa beliau
menuliskan shalawat kapada Nabi Muhammad Saw sebagaimana Allah
Swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat
kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Q.S. Al-Ahzab:56) (http//www.al-qur‟an-digital.com).
2. Pembahasan
Berisikan pedoman-pedoman bagi muslim yang terdiri dari lima
bab yang setiap babnya terdapat pasal-pasal yang menerangkan isi
pembahasan yang terdapat di dalam kitab.
Hanya memohon kepada Allah Swt semoga karya ini menjadi
pedoman bagi kaum muslim dimanapun berada dan demi Allah yang tiada
15
dan Sunnah Nabi-Nya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan tidak
juga keluar dari pendapat para ulama kaum mukminin dan apa yang
mereka amalkan serta dipatuhi oleh jutaan kaum muslimin. (Al-Jazairi, t.t :
5).
Berikut rincian isi bab pada kitab Minhajul Muslim.
Bab Al-Awwal
Fi Al ‘Aqidah
Al-Iman Billah :
Faslu Al-Awwal
Al-Iman Bi Rubbubiyati Lillahi Likulli Syain :
Faslu Al-Tsany
Al-Iman Bi Ilahiyatillahi Ta‟ala Li Awwalina Wa
Al Akhirina :
Faslu Al-Tsalis
Al-Iman Bi Asmaihi Ta‟ala Wa Sifatihi :
Faslu Al-Rabi’a
Al-Iman Bi Al-Malaikati „Alaihim Al-Salam :
Al-Iman Bi Al-Rasuli „Alaihim Al-Salam :
Faslu Al-Tsamin
Faslu Al-Tasi’ : Al-Iman Bi Risalati Muhammad Salallahu
„Alaihi Wasallam
Faslu Al-Al-‘Asara : Al-Iman Bi Al-Yaumi Al-Akhir
Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Al-„Adab Al-Qubri Wa Na‟iimihi
16
Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Tauhid Al-„Ibadati
Faslu Al-Rabi’‘Asara : Fi Al-Wasilati
Faslu Al-Khomis ‘Asara : Fi Auliya Illahi Wa Karamatihim Wa Auliya
Al-Syaithani Wa Dhilalatihim
Faslu Al-Tsadis ‘Asara : Al-Iman Bi Wujubi Al-Amru Bi Al-Ma‟rufi Wa
Al-Nahi „Ani Al-Munkar Wa Adabihi
Faslu Al-Tsabi’ ‘Asara : Al-Iman Bi Wujubi Mahabbati Ashabi
Rasululillahi Wa Afdholitihim Wa Ijlali Aimmati
Al-Islami, Wa Tha‟ati Wulati Umuri Al
-Muslimina
Bab Al-Tsany
Fi Al-Adabi
Faslu Al-Awwal : Adab Al-Niati
Faslu Al-Tsany : Al-Adabu Ma‟a Allah Azza Wa Jalla
Faslu Al-Tsalis :
Al-Adabu Ma‟a Kalamillahi Ta‟ala Al-Qur‟an Al -Karim
Faslu Al-Rabi’a :
Al-Adabu Ma‟a Rasulillahi Shalallahu „Alaihi Wassallam
Faslu Al-Khomis : Fi Al-Adabi Ma‟a Al-Nafsi
Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Adabi Ma‟a Al-Khalqi
Faslu Al-Tsabi’ :
Adab Ukhuwati Fi Illahi Wa Hubbu Wa
Al-Baghdu Fihi Subhanahu Wa Ta‟ala
17
Faslu Al-Tasi’ : Adab Al-Akli Wa Al-Surbi
Faslu Al-‘Asara : Fi Adab Al-Dhiyafati
Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Adab Al-Safari
Faslu Al-Tsany ‘Asara : Fi Adab Al-Libasi
Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Adabi Khisoli Al-Fitrati
Faslu Al-Rabi’ ‘Asara : Fi Adab Al-Naumi
Bab Al-Tsalis
Fi Al-Akhlaqi
Faslu Al-Awwal : Fi Husni Al-Khuluqi Wa Bayanihi
Faslu Al-Tsany : Fi Khuluqi Al-Sabri, Wa Ihtimali Al-Adha
Faslu Al-Tsalis
: Fi Khuluqi Al-Tawakuli „Ala Allahi Ta‟ala Wa Al
-I‟timadi „Ala Al-Nafsi
Faslu Al-Rabi’a : Fi Al-Itsari Wa Hubbi Al-Khoiri
Faslu Al-Khomis : Fi Khuluqi Al-„Adli Wa Al-I‟tidali
Faslu Al-Tsadis : Fi Khuluqi Al-Rahmati
Faslu Al-Tsabi’ : Fi Khuluqi Al-Haya‟
Faslu Al-Tsamin : Fi Khuluqi Al-Ihsani
Faslu Al-Tasi’ : Fi Khuluqi Al-Shidqi
Faslu Al-‘Asara : Fi Khuluqi Al-Sakha‟ Wa Al-Karimi
Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Khuluqi Al-Tawadhu‟i, Wa Al-Kibri
Faslu Al-Tsany ‘Asara : Fi Jumlati Akhlaqi Dhamiimati Dhalmi,
18
Bab Al-Rabi’
Fi Al-‘Ibadati
Faslu Al-Awwal : Fi Al-Thaharati
Faslu Al-Tsany : Fi Adabi Qadha‟ Al-Hajati
Faslu Al-Tsalis : Fi Al-Wudhu‟
Faslu Al-Rabi’ : Fi Al-Ghusli
Faslu Al-Khomis : Fi Al-Tayamumi
Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Mashi „Ala Khufain, Wa Al-Jabairi
Faslu Al-Tsabi’ : Fi Hukmi Al-Haidh, Wa Al-Nifasi
Faslu Al-Samin : Fi Al-Sholati
Faslu Al-Tasi’ : Fi Ahkami Al-Janaiz
Faslu ‘Asara : Fi Al-Zakat
Faslu Al-Hadi ‘Asara : Fi Al-Shiyam
Faslu Al-Tsani ‘Asara : Fi Al-Haji Wa Al-„Umrati
Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Ziyarati Al-Masjidi Al-Nabawi Wa Al-Salam
„Ala Al-Nabi Shalawallahu „Alaihi Wassallam Fi
Qabrihi Al-Syarifi
Faslu Al-Rabi’ ‘Asara : Fi Al-Adhiyati, Wa Al-Aqiqati
Bab Al-Khomis
19
Faslu Al-Awwal : Fi Al-Jihadi
Faslu Al-Tsany : Fi Al-Sabaqi Wa Al-Munadhilati Wa Al-Riyadhoti
Al-Badaniyati Wa Al-„Aqiliyati
Faslu Al-Tsalis : Fi Al-Buyu‟
Faslu Al-Rabi’ : Fi Jumlati „Uqudi
Faslu Al-Khomis : Fi Julati Ahkami
Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Nikahi, Wa Al-Thalaqi, Wa Al-Raj‟ati, Wa
Al-Khulu‟ Wa Al-Li‟an, Wa Al-Ila‟, Wa Al-Dhihar,
Wa Al-„Adad, Wa Al-Nafaqati, Wa Al-Hadhonah
Faslu Al-Tsabi’ : Fi Al-Mawarisi Wa Ahkamiha
Faslu Al-Samin : Fi Al-Yamini Wa Al-Nadhri
Faslu Al-Tasi’ : Fi Al-Dhakati, Wa Al-Shaidi Wa Al-Tha‟ami, Wa
Al-Syarab
Faslu ‘Asara : Fi Al-Jinayati Wa Ahkamihi
Faslu Al-Hadi ‘Asara : Fi Al-Hudud
Faslu Al-Tsani ‘Asara : Fi Al-Ahkami Al-Qadha‟ Wa Al-Syahadati
Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Al-Raqiq
Fahras Al-Mahtuyati
3. Penutup
Pada akhir penulisan kitab ini, beliau mengucap hamdalah seraya
20
sebagai bentuk rasa syukur beliau kepada Allah Swt atas selesainya kitab
Minhajul Muslim dan doa kepada beliau, para pembaca, dan seluruh umat
Islam (Al-Jazairi, t.t: 6)
C. Nama dan Nasab
Nama beliau adalah Jabir dan ayah beliau adalah Musa bin Abdul
Qadir bin Jabir, dan kuniah (nama panggilan) beliau adalah Abu Bakar dan
Al-Jazairi adalah nisbah ke negeri dimana beliau dilahirkan yaitu Al-Jazairi.
Beliau adalah seorang Syaikh, Alim, ahli tafsir, dan seorang dai kepada
agama Allah. Kontribusi beliau dalam berdakwah dan pendidikan sangatlah
banyak, beliau juga memiliki andil besar dalam penulisan karya tulis Islami
dan ceramah-ceramah. Abu Bakar Al-Jazairi juga telah banyak melakukan
kunjungan ke berbagai negara yang hal itu tidak lain adalah dalam rangka
menyebarkan dakwah Islam. Beliau adalah seorang yang fashih, dan ilmunya
sangat luas (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses
pada hari Jumat, 9 juni 2017).
D. Kelahiran dan perkembangan
Abu Bakar Jazairi dilahirkan di daerah Lira, yang berada di
Al-Jazair bagian selatan, pada tahun 1921 M, beliau memulai belajarnya yang
pertama kali adalah di negerinya, beliau menghafal al-Quran, belajar
beberapa pelajaran dasar tentang bahasa Arab, Fiqh dalam madzhab Maliki.
Kemudian beliau pindah dari Lira ke daerah Biskra, di sana beliau belajar
21
(setelah Allah Ta‟ala) yang menjadikan beliau mampu mengajar di sebuah di
salah satu sekolah di sana (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh
.php?id=153/9-3-15. Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).
E. Pendidikan
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, pindah lagi dari Biskra ke Madinah
al-Munawwarah Saudi Arabia bersama keluarga. Di sana beliau berusaha
menyempurnakan belajarnya tentang ilmu syar‟i, maka beliau pun menghadiri
halaqah-halaqah ilmiah para Ulama senior dan para Masyaikh. Beliaupun
mendapatkan „Ijazah‟ (izin pengajaran) dari pimpinan Qadhi Makkah
al-Mukarramah, yang demikian itu agar beliau dapat mengajar di Masjid
Nabawi, sehingga beliau memiliki halaqah khusus dalam bimbingan beliau,
yang di sana mengajar tafsir ayat-ayat al-Quran, Hadis dan yang lainnya.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi sibuk dengan berbagai kegiatan ilmiah,
diantara: Berprofesi sebagai dosen di beberapa madrasah di bawah
Departemen Pendidikan, demikian pula beliau sebagai pengajar di Ma‟had
Darul Hadits di Madinah al-Munawwarah, Sebagaimana pula beliau adalah
termasuk salah satu dari dosen-dosen generasi pertama yang mengajar di
Jami‟ah Islamiah (Universitas Islam Madinah) ketika telah dibuka yaitu tahun
1380 H, dan beliau tetap mengajar di sana hingga masa pensiunnya tahun
22
F. Profesi
Telah diketahui aktivitas Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam dunia
dakwah, bahwa beliau banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara
dalam rangka dakwah, kajian-kajian agama dan nasihat, ceramah-ceramah
umum, risalah-risalah ilmiah, dan tidak hanya mencukupkan di negaranya
saja dalam menyampaikan kajiannya, akan tetapi beliau berkeliling ke
berbagai negara untuk menyebarkan dakwah hak ini. Melihat uslub beliau
yang lemah lembut dalam memberikan penjelasan, dan menafsirkan ayat-ayat
serta hadis-hadis Nabi Muhammad Saw maka banyak dari para penuntut ilmu
dan mahasiswa yang mengelilingi dan menyertai beliau untuk mendapatkan
ilmu darinya (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15.
Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).
Karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Adapun karya tulis beliau adalah:
1. Aqidatul Mu‟min
Kitab ini berisikan tentang akidah seorang muslim yang
membahas mengenai hakikat aqidah seorang mukmin yang Allah Swt
dan Rasulnya kehendaki dan ridhai. Dengan aqidah yang baik dan
benar, menjadi bekal seseorang menuju surga Allah Swt karena aqidah
yang benar adalah kunci surga, sedangkan kesyirikan adalah bentuk
aqidah yang buruk serta penghalang seseorang masuk surga,
23
akidah, kebutuhan manusia akan akidah, alasan urgensi agama bagi
manusia, iman kepada Allah, Rabb seluruh alam,tauhid (Al-Jazairi, t.t:
4).
2. Aisar Rasa‟il al-Jazairi ut Tafasir li Kalamil „Aliyil Kabir
Berisikan tentang penafsiran al-Quran sesuai dengan
pemahaman Salafus Salih, suatu kitab tafsir yang diharapkan
memudahkan kaum muslimin dalam memahami ayat-ayat yang
terkandung dalam al-Quran, sebagaimana namanya “al-Aisar” (yang
termudah) yang menggabungkan antara arti yang dimaksud dalam
firman Allah Swt dengan uraian-uraian bahasa yang mudah, sehingga
kalangan awam pun dapat dengan mudah memahaminya.
Oleh karena itu beliau dalam menyusun kitab tafsirnya dalam
bentuk pelajaran yang berkesinambungan dan saling terkait,
menjelaskan kata-katanya secara literal, menjelaskan maknanya secara
global, kemudian yang terakhir dalam penafsirannya menyebutkan
satu persatu pelajaran yang dapat diambil dan diamalkannya.
Kitab Tafsir Al-Aisar menggunakan sistematika penafsiran
yang khas, menjelaskan makna kata per kata secara literal dan diakhiri
dengan fawaid (pelajaran/manfaat) yang dapat dipetik dari
masing-masing ayat tersebut. Sebagaimana namanya Al-Aisar yang berarti
“yang termudah”, tafsir ini ditujukan untuk menjadi sebuah buku
24 3. Adh-Dharuriyyat al-Fiqhiyyah
Berisikan tentang risalah yang menjelaskan hukum-hukum
fiqh yang mengikuti mazhab imam Maliki.
4. Hadza al-Habib Muhammad shallallahu „alaihi wasallam –Ya
Muhibb fis Sirah
Kitab ini diterbitkan oleh Maktabah Tauqifiyah yang
menguraikan perjalanan kehidupan Nabi Muhammad Saw mulai dari
zaman jahiliyah sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, kitab ini juga
membahas tentang kejadian-kejadian yang dilalui Nabi Muhammad
mulai dari diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rosul, perjalanan
dakwah, hijrahnya dan peperangan di zaman Nabi Muhammad.
Kitab ini, Al-Habib (sang kekasih tercinta) Muhammad Saw
merupakan potret kehidupan Nabi Muhammad Saw di dalamnya
menceritakan berbagai pelajaran dan keteladanan, juga berbagai
peristiwa menakjubkan dan pengorbanan tiada tara dari Nabi
Muhammad Saw dan para sahabat beliau, yang dapat diambil
pelajaran.
5. Al-Mar‟ah al-Muslimah
6. Ad-Daulah al-Islamiyah
7. Kamalul Ummah fi Shalahi Aqidatiha
8. At-Tashawwuf Ya „Ibadallah
25
Mencakup 23 risalah yang membahas tentang Islam dan Dakwah
(http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses pada
26
BAB III
PEMIKIRAN ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI DALAM KITAB
MINHAJUL MUSLIM
A. Pengertian Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Islam menekankan pendidikan yang berorientasi pada pencapaian
kebaikan bagi individu dengan menawarkan amal saleh sebagai simbol
orientasi baru. Dengan amal saleh akan lahir manusia baru yang berhak
memperoleh kebaikan, sebab amal saleh yang dilakukannya akan
membuatnya berbeda dari sebelum memperoleh pendidikan dan amal
saleh (Aly, 2008: 80).
Pendidikan adalah tindakan atau pengalaman yang memiliki
pengaruh terhadap pembentukan pikiran, watak dan kemampuan fisik
seseorang. Dalam pengertian teknik, pendidikan adalah proses yang
mewariskan kumpulan pengetahuan, keterampilan dan norma secara
turun-temurun oleh masyarakat (https: //id. Wikiquote .org /wiki/
Pendidikan).
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (Indar,
27
Dalam buku kapita selekta pendidikan Islam, bahwa untuk
memahami pengertian pendidikan dengan benar, pedidikan dapat
dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat filosofis, dan dan
pengertian pendidikan dalam arti praktis (Nata, 2003: 210).
Pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat diartikan
secara luas. Secara sempit dapat diartikan: “bimbingan yang diberikan
kepada anak-anak sampai dewasa” Maribah, (1981:31). Sedangkan
pendidikan dalam arti luas adalah “segala sesuatu yang menyangkut
proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik” (Nata,
2003: 210).
Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah
pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk
memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan pada
pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, nasional filosofis,
maupun historis filosofis (Nata, 2003: 210).
Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan
pengetahuan ataupun pengembangan-pengembangan potensi-potensi
yang dimiliki subjek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal
serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai
28
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN,
bab 1 pasal 1) pendidikan diartikan sebagai “usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan, bagi perannya di masa yang akan datang” (Nata, 2003:
211).
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan
tidak hanya memanusiakan manusia tetapi juga agar manusia menyadari
posisinya sebagai khalifatullah fil ardhi, yang pada gilirannya akan
semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang bertakwa,
beriman, berilmu dan beramal saleh (Tim Pengembangan Ilmu
Pendidikan FIP-UPI, 2007: 9).
Dikatakan dalam kitab Idzatun Nasyi‟in, bahwa anak-anak itu
dikemudian hari akan menjadi generasi, jadi ketika telah terbiasa
berprilaku baik yang bisa meningkatkan derajatnya, dan menghasilkan
ilmu yang manfaat bagi negaranya (Al-Ghulayaini, 2009: 69).
Anak-anak itu akan menjadi pondasi kokoh yang akan menjadi
landasan umat, ketika membiasakan budi pekerti yang baik, dan
meninggalkan ilmu yang dapat merusak negara yang ditempati umat itu
sendiri (Al-Ghulayaini, 2009: 69).
Pendidikan bagi kaum muslimin itu merupakan hal yang wajib,
sebagaimana dikatakan Imam Ghazali bahwa, mendidik anak adalah
29
bagi kedua orang tuanya, hati anak yang bersih itu merupakan hal yang
paling berharga dibanding berlian, karena anak yang dididik dan terbiasa
berbudi baik dan ia menjadi ahli kebaikan, maka orang yang mendidik
dan kedua orang tuanya dapat pahala dari amal yang akan dikerjakan
oleh anak tersebut (Al-Ghulayaini, 2009: 70).
Mendidik anak itu adalah menanamkan pekerti yang baik
dihatinya para pemuda, sehingga dapat menciptakan generasi yang ikhlas
beramal, lebih mementingkan maslahah umat, dan akan menjadikan
negara yang makmur dan diridhai Allah Swt (Al-Ghulayaini, 2009: 70).
Jadi, pendidikan itu merupakan sesuatu yang mendasar bagi
manusia yang harus diberikan dan dimiliki, karena pendidikan adalah
kunci kesuksesan dalam menjalankan kehidupan ini, baik berkeluarga,
bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.
Seseorang yang berpendidikan dan terdidik akan memiliki
perilaku atau akhlaknya dan setiap mengambil keputusan, bertindak, dan
bersosialisasi dengan masyarakat akan didasari dengan apa yang dia
ketahui kemudia mengamalkannya.
2. Pengertian akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya
akhlak. Secara etimologi (lughah) akhlak berarti perangai, tabiat, budi
30
Akhlak secara bahasa berasal dari Bahasa Arab (قلاخا), jamak dari
kata “Khuluqun” (كهخ) yang artinya kejadian. Akhlak berhubungan juga
dengan “Khaliq” (كنبخ) yang berarti pencipta dan kata “makhluk” (قٕهخي)
yang berarti yang diciptakan. Akhlak juga bisa berarti perangai, watak,
tingkah laku, dan budi pekerti. Adapun pengertian akhlak secara istilah
adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Siroj, 2009: 1).
Sedangkan istilah akhlak diartikan sebagai semua ucapan, sikap
dan tindakan orang yang berakal sehat sebagai cerminan jiwanya secara
spontanitas, tanpa rekayasa dan dilakukan secara berulang-ulang
(Hermawan, 2016:1).
Akhlak adalah kondisi di dalam hati yang tetap dan menjadikan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa adanya suatu keinginan untuk
memikirkan dan mempertimbangkannya. Apabila kondisi tersebut
sekiranya menjadikan perbuatan-perbuatan yang elok dan terpuji secara
akal dan syara‟, maka hal tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik.
Dan apabila hal tersebut menjadikan perbuatan-perbuatan yang tercela,
maka dinamakan dengan akhlak yang jelek (Al-Qasimi, tt: 204).
Al-Khuluk ialah sifat yang tertanan dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
31
Bila dibentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan
kemuliaan dan kebenaran, cinta kebijakan, gemar berbuat baik, dilatih
mencintai yang indah, membenci keburukan sehingga menjadi wataknya,
maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah
tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik
(Al-Jazairi, t.t: 223)
Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan
itu disebut akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut,
sabar, teguh, mulia, berani, adil, ihsan, dan akhlak-akhlak mulia serta
kesempurnaan jiwa lainnya (Al-Jazairi, t.t: 223).
Begitu juga jika ditelantarkan, tidak disentuh oleh pendidikan yang
memadai atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur
kebaikannya yang tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik
oleh pendidik yang buruk sehingga kejelekan menjadi kegemarannya,
kebaikan menjadi kebenciannya, dan omongan serta perbuatan tercela
mengalir tanpa terpaksa, maka jiwa yang demikian disebut akhlak buruk,
perkataan dan perbuatan tercela, seperti ingkar janji, khianat, dusta, putus
asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata kotor dan pendorongnya
(Al-Jazairi, t.t: 223)
Jadi, pendidikan akhlak adalah perbuatan atau usaha
mengembangkan diri yang timbul dari jiwa manusia tanpa ada paksaan
32
menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan
tanpa direncanakan terlebih dahulu sesuai kebiasaanya dan apa yang telah
diyakininya.
B. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Nilai Pendidikan Akhlak
dalam kitab Minhajul Muslim
Salah satu karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang sudah dikenal dalam
dunia Islam adalah kitab Minhajul Muslim yang merupakan kitab yang
membahas berbagai persoalan mendasar agama dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab Minhajul Muslim merupakan karya tulis yang cukup praktis dan singkat
serta mudah dipahami oleh pelajar karena telah terbit terjemahannya telah
diperjual belikan di pasaran.
Karya beliau yang satu ini mengajak kita semua untuk menjadi hamba
yang santun dan bijak dalam mencari ilmu. Dengan harapan agar dalam
mencari ilmu tidak hanya memperoleh pemahaman saja, namun juga
keberkahan dari ilmu yang dicari dan diharapkan dapat mengamalkan
sehingga ilmu tersebut bermanfaat.
Pemikiran yang menonjol dari Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab
Minhajul Muslim dalam kitabnya adalah bila bentuk di dalam jiwa ini dididik
tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar
berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga
menjadi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah
33
baik pendapat ini senada dengan pendapat Ghozali, (t.t: 52) bahwa
Al-Khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatandengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran
danpertimbangan”.
Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang akhlak di dalam kitab
Minhajul Muslim memang sangatlah luas. Di dalam kitab karya beliau
terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan akhlak dapat ditanamkan kepada
para pelajar dan kalangan umum agar mereka semua dapat mengetahui nilai
pendidikan akhlak di dalam kitab karena mudah dipahami.
Adapun pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam
kitab Minhajul Muslim yang dapat diterapkan adalah:
1. Tawakkal kepada Allah Swt
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
ُبْسَذَف بًِٛمْهَخ بًبِجأَ ِِّنبًَْعَا ِعًَِْٛج ِٙف ٗنبَعَت ِالله َٗهَع َمَّكََّٕتنا َٖزَٚ َلا ُىِهْسًُْنَا
ِِّب ٗنبَعَت ِالله ِزْيَ ِ َ ِنَذَٔ ً َِّٛيَلاْ ِ ً َ ِْٛمَع ُِدُّ ُعََٚٔ ً َُِِّْٛٚ ً َ ِْٚزَف ِاَزَٚ ْمَب
Artinya:“Seorang muslim tidak hanya menganggap tawakkal kepada
34
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang yang mukmin bertawakkal kepada
Allah saja” (Q.S. At Taghabun: 13). (http//www.al-qur‟an-digital.com).
Karena itu tawakkal secara mutlak kepada Allah Swt adalah
bagian dari akhlak orang yang beriman kepada Allah (Al-Jazairi, t.t:
231).
2. Sabar karena Allah Swt
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
بَِٓب َّٗهَذَتَٚ ِٙتَنَا ِىِهْسًُْنا ِقَلاْخَأ ٍِِ بَذُي ٍِْي
Artinya: “Di antara keindahan akhlak orang-orang Islam dalam berhias
adalah sabar karena sabar Allah Swt. Kesabaran adalah menahan jiwa atas hal-hal yang tidak disukai, atau mengganggu yang tidak disukai dengan rela dan pasrah” (Al-Jazairi, 2012:104).
Seorang muslim yang menahan jiwanya atas cobaan yang
menimpanya, sehingga tidak membiarkan bersedih dan membenci,
karena kata ahli hikmah (orang bijak), “kesedihan atas hal yang berlalu
35
melemahkan akal”, dan benci dengan takdir adalah mencela Allah dzat
Yang Maha Esa, yang maha kuasa lagi maha perkasa (Al Jazairi, t.t:
226).
3. Malu
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
ُىِهْسًُْنَا
Artinya: “Seorang muslim pandai menjaga diri dan pemalu. Malu adalah
salah satu akhlaknya, bahkan malu itu bagian dari iman yang merupakan pedoman muslim dan penegak hidupnya” (Al-Jazairi, 2012: 115).
Keimanan menyuruh seorang mukmin melakukan kebaikan dan
meninggalkan kemaksiatan. Sedangkan rasa malu mencegah perilakunya
dari kurang bersyukur kepada pemberi nikmat, termasuk mengurangi hak
dari orang yang berhak. Sebagaimana orang yang pemalu mencegah
dirinya dari berbuat keburukan atau berkata buruk, menjaga dari cela dan
36
Artinya: “Seorang mukmin adalah orang yang jujur, mencintai
kebenaran dan senantiasa menetapi kebenaran, lahir maupun batin, di dalam berkata dan berbuat, kerna kebenaran itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukan ke surga, sedangkan surga itu puncak cita-cita seorang muslim dan angan-angannya yang terlalu jauh” (Al Jazairi, 2012: 118).
Seorang muslim memandang kejujuran bukan sekedar akhlak yang
utama saja yang wajib dilakukan tanpa lainnya, akan tetapi ia
memandang lebih jauh lagi daripada itu, ia berpendapat kejujuran adalah
penyempurna imannya, menyempurnakan Islamni, sebab Allah
memerintah demikian seraya menuji hamba yang menyandang sifat ini.
Sebagaimana Rasulullah Saw menganjurkan dan mengajak
kepadanya. Allah Swt berfirman di dalam memerintahkan kejujuran,
Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan Hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (Q.S. At-taubah: 119). (http//www.al-qur‟an-digital.com).
5. Tawadhu‟
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
ِ َِٛنبَثًُْنا ِِّل َلاْخَأ ٍِْي ُعَ إََّتنأَ ٍ ََبَُٓي َلأَ ٍ َّنِذُي ِزَْٛغ ِْٙف ُعَّ إََتَٚ ُىِهْسًُْنَا
ُىِهْسًُْنا ِذِ ؛ ِِّهْثًِِن ِٙغَبَُْٚ َلأَ َُّن َسَْٛن ّزدُّبَكْنا ٌََّأ بًََك ِ َِٛنبَعْنَا ِِّتبَفِصَٔ
ِعْفَر ِٙف ٌ َِٚربَج ِالله ُ َُُّ ِذِ ؛ ُضِمْخَٚ َّلاَئِن ُزَّبَكَتَٚ َلأَ َعِمَتْزَِٛن ُعَ إََتَٚ
ٍَِْٛعرِّ إََتًُنْا
Artinya: “Seorang muslim bertawadhu‟ dengan tidak merendahkan
37
agar tidak dicampakan, sebab sunnah Allah berlaku mengangkat derajat orang-orang yang bertawadhu” (Al Jazairi, 2012: 122).
Seorang muslim di kala telingan dan hatinya mendengar kabar
maha benar ini dari firman Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw tentang
pujian bagi orang-orang yang sengat tawadhu‟ dan tentang celaan bagi
orang-orang yang amat sombong, yang satunya memerintahkan
bertawadhu‟ dan yang lainnya melarang kesombongan, maka bagaimana
mungkin dia tidak bertawadhu‟ dan tidak menjadi akhlaknya (Al-Jazairi,
t.t: 265).
6. Mengutamakan orang lain
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
مِ مِ أَ مْسمِا مِنمِساأَ مُ أَ مِ مِنمْيمِد مِ مْيمِلاأَ أَ مْنمِ اأَ مُبأَسأَ مْ مِا مِ لَّلأَا مِ مِلمْسمُ مْلا مِ أَ مْ أَ مْنمِ
Artinya: “Itsar atau mengutamakan orang lain dan mencintai orang lain
adalah termasuk akhlak seorang muslim yang dia peroleh sebagai hasil pendidikan agamanya dan kebaikan keislamannya” (Al-Jazairi, 2012: 109).
karena itu seorang muslim memiliki kesempatan untuk berbuat
itsar dia segera melakukannya, dan melebihi atas dirinya, sehingga dia
lapar agar orang lain kenyang, bahkan rela mati demi hidupnya orang
lain. Hal tersebut bukanlah hal aneh bagi orang Islam yang membentuk
watak kebaikan dan cinta keutamaan dan keindahan (Al-Jazairi, t.t: 236)
7. Kasih sayang
38
ِسْفَُّنا ُءبَفِص ِ ًَْدَّزنا َأِشُُْي َذِ ِِّل َلاْخَأ ٍِْي ٌكْهَخ ُ ًَْدَّزنأَ ُىِْٛدَر ُىِهْسًُْنَا
ِحْٔدُّزنا ِ َربََٓطَٔ
Artinya: “Seorang muslim adalah amat penyayang, salah satu akhlaknya
adalah kasih sayang, sebab sumber kasih sayang adalah kejernihan jiwa dan kesucian rohani” ( Al-jazairi, 2012: 113).
Seorang muslim yang melakukan kebaikan dan amal shalih,
menjauhi kejahatan, menghindari kerusakan, maka dia selalu di dalam
kesucian jiwa dan kesehatan rohani. Siapapun yang keadaannya tetap
demikian, maka rohmat dan kasih sayang tidak akan terlepas dari
hatinya. Oleh karena itu seorang muslim mencintai kasih sayang dan
bersungguh-sungguh melaksanakan dan mewasiatkannya, serta mengajak
kepada kasih sayang (Al-Jazairi, t.t: 245).
Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dia termasuk orang-orang yang beriman dan untuk bersabar
dan selalu berpesan untuk kasih sayang” (Q.S Al-Balad: 17) (http//www.al-qur‟an-digital.com).
8. Dermawan
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
ًلاِْٛخَب َلأَ بًذِْٛذَش ٌُُْٕكَٚ َلا ُىِهْسًُْنأَ ُُّتًَِْٛش ُوَزَكْنأَ ِىِهْسًُْنا ُكْهَخ ُءبَخَّسنَا
ِبْهَمْنا ُ ًَْهُظَٔ ِسْفَُّنا ُ َْٛخ بًَُُْْٕشَُْي ٌِبًَِْٛيَذ ٌِبَمْهَخ ُمِخَبْنأَ ُخِذَّشنا َذِ
Artinya: “Kedermawanan adalah ciri orang Islam, dan kemurahan hati
39
dan bakhil karena akhlak kikir dan bakhil itu keduanya adalah akhlak tercela, yang sumbernya dari jiwa yang kotor dan hati yang gelap” (Al-Jazairi, 2012: 120).
Sedangkan seorang muslim dengan iman dan amal shalihnya,
jiwa menjadi bersih dan hatinya menjadi cemerlang, maka sirnalah sifat
kikir dan bakhil oleh bersihnya jiwa dan cemerlangnya hati, sehingga
seorang muslim tidak akan menjadi kikir dan bakhil.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka
orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9). (http//www.al-qur‟an -digital.com).
Adapun pendapat mengenai tawakkal, sabar, malu, jujur, tawadhu,
mementingkan orang lain, kasih sayang dan dermawan sebagai berikut:
1. Tawakkal
Tawakkal memiliki arti berserah diri atau berpasrah diri
setelah berusaha secara maksimal dihadapan Allah Swt, tawakkal
adalah sikap pasrah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam sehingga
apapun hasil dari usaha yang telah diupayakan tidak menjadikannya
putus asa sekiranya tidak berhasil (Tualeka, 2001: 102)
Hendaknya engkau selalu tawakkal kepada Allah Swt karena
barang siapa yang tawakkal dan pasrah kepada Allah Swt maka ia pun
40
alasan bagi setiap makhluk untuk tidak selalu bertawakkal, bahkan
Allah Swt pun selalu memerintahkan mereka untuk itu karena ia
sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal (Al-Haddad, 2007:
221).
Ketahuilah bahwa inti tawakkal kepada Allah Swt ialah
sadarnya hati bahwa segala sesuatu berada di tangan-Nya baik yang
bermanfaat, bermadharat, yang menyusahkan serta yang
membahagiakan (Al-Haddad, 2007: 222).
Barangsiapa konsekuen dalam bertawakkal, maka ia tidak akan
berlebihan mencari keduniaan dan mampu menjauhinya semaksimal
mungkin serta menetapkan dirinya pada Allah Swt dengan kesucian
hati tanpa menelantarkan tanggungan keluarganya (Al-Haddad, 2007:
222).
2. Sabar
Sabar adalah menahan hawa nafsu agar tetap berada dalam
batas-batas yang telah ditentukan oleh agama. Orang yang memiliki
akal yang sempurna adalah orang yang sabar menghadapi
persoalan-persoalan yang dianggapnya berat dan sanggup menghadapi dengan
tabah hatinya tanpa mundur, tidak lari, dan tidak gemetar hatinya
41
Sabar merupakan sikap seorang muslim yang rela menerima
segala cobaan, baik berupa kesenangan maupun berupa bencana
(Tualeka, 2001: 101).
Sabar diklarifikasikan ke dalam tiga kelompok:
a. Sabar dalam menghadapi cobaan hidup
b. Sabar dalam menjauhi perbuatan dosa
c. Sabar dalam beribadah kepada Allah Swt
Allah Swt berfirman:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S Al-Baqarah:152)
Orang sabar tidak pernah mengeluh, tidak putus asa, tidak
mudah marah, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sikap sabar
sangat dibutuhkan, karena setiap langkah atau detik dalam kehidupan
kita selalu diuji. Jika ingin mencapai kesuksesan hendaknya kita
bersabar sebab sabar ini diperintahkan oleh Allah Sw. Setiap upaya
menegakkan kebenaran pasti akan mengalami ujian, cobaan, atau
rintangan contoh Nabi Muhammad Saw menyebarkan agama Islam
42
Berkat kesabarannya itu datanglah pertolongan Allah Swt,
sehingga orang-orang jahiliyah menjadi sadar dan berduyun-duyun
masuk Islam. Begitu pula kita mendapatkan musibah, kita harus dapat
menghadapinya dengan sabar (Sumitro, 2005: 28).
3. Malu
Yang dimaksud malu menurut syara‟, karena ia termasuk iman,
ibadah itu terdiri dari 72 bagian yang 71 bagian dari rasa malu kepada
Allah Swt dan yang satu bagian dalam segala macam kebijakan.
Sesungguhnya memiliki rasa malu akan menemukan zuhud dan wara‟
di dalamnya tapi apa bila tidak maka keduannya akan pergi dan tanda
orang yang merasa malu ialah bila ia tidak melakukan dosa
(Asy-sya‟rani, 2010:93).
4. Jujur
jujur adalah sifat atau sikap seorang yang menyatakan sesuatu
dengan sesungguhnya, atau menyatakan sesuatu dengan dengan benar
baik dalam perkataan maupun perbuatan (Sumitro, 2005: 28).
Sikap jujur termasuk Akhlak yang mulia dan terpuji dan
mempunyai manfaat yang sangat besar sekali dan mempunyai nilai
yang sangat tinggi di sisi Allah Swt sikap jujur akan disenangi banyak
orang, akan di hargai oleh orang dan dan akan dipercaya oleh
43 5. Tawadhu‟
Tawadhu‟ adalah sikap hati yang senantiasa merendahkan diri
dihadapan Allah Swt ketika beribadah dan rendah hati dihadapan
manusia. Orang yang bertawadhu‟ dalam beribadah tidak suka dipuji
dan tidak merasa kecewa apa bila di cela, sebab dalam hatinya
tertanam iman dan taqwa bahwa yang mengetahui keadaan dirinya
dan isi hatinya adalah Allah Swt saja. Oleh karena itu ia selalu
merendahkan diri dalam beribadah serta rendah hati dalam bergaul
sesama manusia (Sumitro, 2005: 76).
6. Mengutamakan orang lain
Iman seseorang belum sempurna, kecuali ia dapat mencintai
dan mengutamakan orang lain tanpa membeda-bedakan salah satu
dengan yang lain sebagaimana ia mencintai dirinya.
7. Kasih sayang
Berkumpul dengan orang-orang yang baik akan menanamkan
rasa cinta di dalam hati, dan hendaklah selalu bersikap kasih sayang
terhadap makhluk Allah Swt dan janganlah sekali-kali bersifat keras
dan kasar terhadap mereka (Al-Haddad, 2007: 162).
Sebab timbulnya kasih sayang dan cinta ialah bila yang
dicintai itu memiliki kesempurnaan dan dapat memberikan sesuatu
pada yang dicintai karena kemurahan hatinya (Al-Haddad, 2007: 224).
44
Harta, sabagaimana juga halnya kekuatan berfungsi sebagai
pelayan bagi manusia disaat manusia dalam keadaan sangat
membutuhkan. Apabila perumpaman di muka bumi itu menunjukkan
cara berkorban atau bersedekah dengan tenaga, kekuatan, nyawa atau
darah, maka ada pula cara berkorban atau bersedekah dengan harta
kekayaan, uang atau benda-benda yang lain (Al-Ghulayaini, 2000:
172).
Hendaknya senantiasa menempuh jalan orang-orang yang
shalih yang memiliki sifat kedermawanan, lagi berhati mulia. Itulah
jalan s atu-satunya yang jelas benar dan lurus, tiada bercampur dengan
keburukan dan kejahatan. Sifat dermawan adalah i‟tikal. Di situlah
setiap manusia ingin berhenti, malahan itulah yang diidam-idamkan
oleh setiap manusia yang bergelar insan kamil atau sempurna lahir
batin. Maka dari itu, berpegang teguhlah dengan sifat dermawan
jangan bakhil atau boros, berlindunglah dalam benteng kedermawanan
(Al-Ghulayaini, 2000: 172).
Dari pendapat tersebut bahwa tawakkal, sabar, malu, jujur, tawadhu‟,
mengutamakan orang lain, kasih sayang, dan dermawan adalah akhlak yang
45
BAB IV
ANALISIS DAN RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DARI KITAB MINHAJUL MUSLIM DALAM KEHIDUPAN
A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dari Kitab Minhajul Muslim
dalam Kehidupan sehari-hari
Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh
orang yang bertanggung jawab, baik secara formal, informal, ataupun non
formal, dalam hal ini pendidikan akhlak bertujuan agar siswa memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka berbuat baik sesama manusia,
beribadah kepada Allah Swt dan semakin dekat dengan Allah, disamping itu
pelajar diharapakan tidak hanya belajar nilai–nilai akhlak saja, akan tetapi
dapat memberi makna serta menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (Machali, 2004: 26-27).
Dari pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul
Muslim yang telah diuraikan sebelumnya. Kemudian penulis kelompokan
pendidikan Akhlak tersembut menjadi Tiga: Pertama akhlak kedapa Allah.
Kedua akhlak terhadap diri sendiri. Ketiga akhlak terhadap lingkungan.
1. Akhlak kepada Allah Swt
Akhlak kepada Allah Swt merupakan salah satu sikap atau
perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia sebagai hamba, kepada
46
Apapun yang dilakukan manusia yang bernilai baik bisa dijadikan
sebagai serana ibadah tetapi harus disandarkan dan berorientasi kepada
nilai ketundukan, kepatuhan, dan sikap merendahkan diri kepada Allah
Swt. hal ini sesuai dengan fiman Allah Swt:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”(Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).
(http//www.al-qur‟an-digital.com).
Dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak kepada para
pelajar dan kalangan umum tentang akhlak kepada Allah Swt, adapun
akhlak kepada Allah yang sebagai berikut:
a. Tawakkal kepada Allah Swt
Tawakkal berasal dari bahasa arab at tawakul yang dibentuk
dari kata wakala, yang artinya menyerahkan, mempercayai, atau
mewakilkan jadi pengertian tawakkal secara istilah rasa pasrah hamba
kepada Allah Swt yang disertai dengan segala daya dan upaya. Orang
yang mempunyai sikap tawakkal akan senantiasa bersyukur jika
mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya.
Bersikap tawakkal kepada Allah Swt bukti bahwa seseorang
47
Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:
بًِٛمْهَخ بًبِجأَ ِِّنبًَْعَا ِعًَِْٛج ِٙف ٗنبَعَت ِالله َٗهَع َمَّكََّٕتنا َٖزَٚ َلا ُىِهْسًُْنَا
ِزْيَ ِ َ ِنَذَٔ ً َِّٛيَلاْ ِ ً َ ِْٛمَع ُِدُّ ُعََٚٔ ً َُِِّْٛٚ ً َ ِْٚزَف ِاَزَٚ ْمَب ُبْسَذَف
ِِّب ٗنبَعَت ِالله
Artinya:“Seorang muslim tidak hanya menganggap tawakkal kepada
Allah SWT di dalam seluruh amalnya sebagai beban moral saja bahkan memandangnya sebagai kewajiban agama dan menghitungnya sebagai aqidah Islam, yang demikian itu karena perintah Allah Swt (Al-Jazairi, 2012: 106).
Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang yang mukmin bertawakkal
kepada Allah saja” (Q.S. At Taghabun: 13). (http//www.al-qur‟an
-digital.com).
Wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah Swt, karena
sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah Swt, maka ia
akan diberi kecukupan, ditolong, dilindungi serta diutamakan oleh