• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI - Test Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR

AL-JAZAIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUHAMAD DIDIK NURSIDIK

NIM: 111 13 093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

ٗبأ ٌبك لٕمٚ ٍي ٗتفنا سٛن

بَا اذ بْ لٕمٚ ٍي ٗتفنا ٍكنٔ

( بلاط ىبا نبا ىلع اندمّيس )

Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan bapakku adalah orang yang hebat

(7)

vi

PERSEMBAHAN

1. Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

2. Bapak-Ibu (Bp. Nuhari & Ibu Siti Asmaroh), adik M. Haril Ulil Albab

yang selalu mencurahkan kasih sayang luar biasa, membimbing dan

memberikan motivasi untuk semangat dan menjadi yang lebih baik.

3. Abah K. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As‟ad Haris N.F., Abah K.

Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah Ny. Chusnul

Halimah, serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan PP.

Al-Manar yang senantiasa memberi tempat, wejangan, nasehat kepadaku

dalam ngalap kaweruh (ilmu).

4. Pon-pes Al-Manar yang menjadikan a place of “Kawah Condrodimuko”

inspirasike padaku dalam mengajarkan kuberbagai ilmu pengetahuan yang

dulu Aku belum reti.

5. Jajaran Dewan Asatidz Pon-pes Al-Manar dan seluruh Santriwan,

Santriyati Pon-pes Al-Manar.“Qumuu wanhadlu Yabnal_Manar”

6. Semua teman-teman yang menjadi curhatan emosiku mas Humaidi, Topo,

Huda, Wahab, Labib, Faza, Darul, Aziz Lutfi, Ahmad, Gus Faza yang

selalu memeberiku inspirasi canda, tawa ndagel.

7. Teruntuk someone yang disana.

8. Posko KKN 98 IAIN Salatiga 2017 Zuhri, Isni, Puput, Tamara, Ela, Dan

(8)

vii 9. Almamaterku IAIN Salatiga.

10.Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, dan

seluruh pembaca yang telah mendo‟akan dan member semangat yang tidak

(9)

viii

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh

dari sempurna. Sholawat dan salam Allah Swt, semoga senantiasa

terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi

cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad Saw).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan

(10)
(11)
(12)

xi

ABSTRAK

Nursidik, Muhamad Didik. 2017. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Minhajul Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, Kitab Minhajul Muslim, Al-Jazairi.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi adalah seorang yang alim, ahli tafsir dan seorang dai yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan selalu ingin mengamalkan ilmu yang beliau miliki. Salah satu kitabnya adalah Minhajul Muslim, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim, Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:(1) Bagaimanakah pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim, dan (2) Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research).Sumber data primer adalah kitab Minhajul Muslim, sumber sekundernya adalah kitab-kitab terjemahannya dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode Deduktif dan Induktif,

(13)

xii DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. DEKLARASI ... Error! Bookmark not defined.

MOTTO ... v

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

BIOGRAFI DAN KARYA ILMIAH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI ... 12

A. Latar Belakang Penulisan Kitab Minhajul Muslim ... 12

B. Sistematika Penulisan Kitab Minhajul Muslim ... 13

1. Kata pengantar ... 14

2. Pembahasan ... 14

3. Penutup ... 19

C. Nama dan Nasab ... 20

D. Kelahiran dan perkembangan ... 20

(14)

xiii

F. Profesi ... 22

BAB III ... 26

PEMIKIRAN ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI DALAM KITAB MINHAJUL MUSLIM ... 26

A. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 26

1. Pengertian Pendidikan ... 26

2. Pengertian akhlak ... 29

B. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Minhajul Muslim ... 32

1. Tawakkal kepada Allah Swt ... 33

2. Sabar karena Allah Swt... 34

3. Malu ... 35

4. Jujur ... 35

5. Tawadhu‟ ... 36

6. Mengutamakan orang lain ... 37

7. Kasih sayang ... 37

8. Dermawan ... 38

BAB IV ... 45

ANALISIS DAN RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DARI KITAB MINHAJUL MUSLIM DALAM KEHIDUPAN ... 45

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dari Kitab Minhajul Muslim dalam Kehidupan sehari-hari ... 45

1. Akhlak kepada Allah Swt ... 45

2. Akhlak terhadap diri sendiri ... 52

3. Akhlak terhadap lingkungan ... 60

BAB V ... 66

PENUTUP ... 66

A Kesimpulan ... 66

(15)

xiv

2. Analisis dan relevansi pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim pada kehidupan sehari-hari... 67

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna. Seluruh aspek

kehidupan manusia telah diatur dalam Islam, dari yang kecil hingga yang

besar, tiada satupun yang terlewatkan. Mulai dari aqidah (idiologi), ibadah,

akhlak, dan muamalah, semua dapat ditemukan keterangannya di dalam

sumber utama agama Islam yaitu al-Quran dan Sunnah (hadis) Nabi

Muhammad Saw hanya saja sedikit sekali yang mampu menggali nilai-nilai

tersebut secara langsung dari ke dua sumber di atas.

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,

yang berkaitan dengan tingkah laku manusia nampak amat ideal dan agung.

Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progesif (Tim Pengembang

Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 17).

Problematika akhlak senantiasa mewarnai kehidupan manusia dari

masa ke masa. Dengan seiringnya perkembangan zaman, dalam kurun waktu

dan tempat tertentu muncul tokoh yang memperjuangkan tegaknya nilai-nilai

akhlak. Termasuk di dalamnya Rasul atau utusan Allah Swt, khususnya

Rasulullah Muhammad Saw, yang memiliki tugas menegakkan nilai-nilai

(17)

2

mencapai keharmonisan dalam kehidupan. Maka perlu dicari untuk

mengetahui nilai-nilai baru mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

suatu kitab, dengan harapan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru

dalam aspek pendidikan akhlak yang terlupakan.

Begitu juga diterlantarkan tidak disentuh pendidikan yang memadai

atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur kebaikannya yang

tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik oleh pendidikan yang

buruk sehingga kejelekan menjadi kegemarannya, kebaikan menjadi

kebenciannya, dan omongan serta perbuatan tercela mengalir tanpa merasa

terpaksa, maka jiwa yang demikian disebut akhlak buruk, perkataan dan

perbuatan tercela yang keluar darinya disebut akhlak tercela, seperti ingkar

janji, khianat, dusta, putus asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata

kotor dan pendorongnya. Di sini Islam menjadi penyeru pada akhlak yang

baik dan mengajak pada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin,

menumbuhkannya di dalam jiwa mereka, dan menilai keimanan seorang

dengan kemuliaan akhlaknya. Allah Swt memuji Nabi-nya Saw. karena

akhlaknya yang agung.

Artinya:”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi perkerti yang

agung” (Q.S.Al-Qalam:4). (http//www.al-qur‟an-digital.com).

Selain Allah Swt memberikan keagungan kepada Nabi-Nya, Allah

(18)

3 Rasulullah Saw. Bersabda:

للهِ عَلاْخعَْلّا عَمللهِر عَكعَ عَمِّعَ دُللهِلأ دُ ْ للهِعدُب عَنَّمَ للهِإ

.

(

ىر خبلا هاور

)

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia” (HR. Bukhari). (http//www.maktabahsamilah.com).

Dari uraian di atas dan dikuatkan dangan ayat al-Quran dan Hadis

bahkan banyak kitab-kitab, buku-buka yang menjelaskan akhlak yang

tercermin pada Nabi Muhammad Saw dengan harapan dapat mengambil suri

tauladan Nabi Muhammad Saw. Sehingga dapat menjadi insan yang

mempunyai akhlak yang luhur, dan dapat mengamalkannya.

Nilai pendidikan yang terkandung pada kitab Minhajul Muslim karya

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berpendapat bahwa akhlak adalah satu bentuk

jiwa yang kuat di dalam jiwa sebagai sember otomatis dengan suka rela, baik

atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh

pendidikan kepadanya. Perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas suka

rela dan tanpa paksaan itulah yang dinamakan akhlak terpuji seperti

kemuliaan hati, lembut serta kesempurnaan hati lainnya begitu juga sebaiknya

ketika perbuatan didasari dengan kesombongan dan keterpaksaan maka yang

tercermin pada diri orang tersebut adalah akhlak yang tercela.

Penulis memilih ialah “Minhajul Muslim” yaitu tentang pedoman dan

aturan aturan yang mengcakup segala sesuatu yang berkenaan dengan

muslim, mulai dari masalah aqidahnya, etik (adab) dirinya, keistiqomahan

(19)

4

saudaranya sebagai kajian dalam skripsi ini, karena dalam meriwayatkannya,

beliau bersandar kepada al-Qur‟an dan al-Hadis. (Al-Jazairi, t.t: 3).

Minhajul Muslim merupakan kitab yang membahas berbagai

persoalan mendasar dalam Agama dalam kehidupan sehari-hari. Kitab

Minhajul Muslim tersebut cukup praktis dan singkat serta mudah dipahami

bagi para pelajar karena telah terbit terjemahannya telah diperjual belikan di

pasaran.

Kitab ini menggunakan sistematika penulisan yang digunakan adalah

tematik, yakni penulisannya dari satu bab ke bab lain berdasarkan jumlah

pokok pembahasan yeng terkandung di dalamnya.

Berangkat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut untuk mengenai sosok Abu Bakar Jabir Al-Jazairi lebih

mendalam serta kitab Minhajul Muslim karangannya, karena menurut penulis

sangat penting dalam kehidupan. maka penulis mencoba untuk menyusun

skripsi yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

KITAB MINHAJUL MUSLIM KARYA ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI

yang diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi lembaga pendidikan formal

maupun non formal, untuk dapat mengembangkan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan

(20)

5

2. Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Pendidikan

Akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim.

2. Mengetahui relevansi Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab

Minhajul Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khasanah keilmuan yang

dapat memberikan modal utama dalam dalam meningkatkan pedidikan

akhlak serta menjadi motivasi kepada generasi muda untuk menjadi insan

yang berakhlakul karimah.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai kontribusi dalam dunia pendidikan dan, sarana bagi dunia

pendidikan untuk memperbaiki akhlak generasi muda sehingga dapat

menjadi insan yang memiliki akhlakkul karimah, menjadi masukan yang

membangun kualitas pendidikan Islam dan dapat menjadi pertimbangan

(21)

6

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah fahaman, maka

penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Akhlak

Nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh

individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam

situasi sosial tertentu (Asrori, 2008: 153).

Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudakan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara (Sadullah, 2010:5).

Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai

sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau

jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan

kepadanya, baik maupun jelek kepadanya (Al-Jazairi, tt:223).

2. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi

Nama beliau adalah Jabir dan nama ayah beliau adalah Musa bin

Abdul Qadir bin Jabir, dan kuniah (nama panggilan) beliau adalah Abu

Bakar, dan Al-Jazair adalah nisbah ke negri dimana beliau dilahirkan

(22)

7

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dilahirkan di daerah Lira, yang berada

di Al-Jazair bagian Selatan, pada tahun 1921 M, beliau memulai

belajarnya yang pertama kali adalah di negerinya, beliau menghafal

al-Quran, belajar beberapa pelajaran dasar tentang bahasa Arab, Fiqh dalam

madzhab Maliki. Kemudian beliau pindah dari Lira ke daerah Biskra, di

sana beliau belajar berbagai ilmu kepada sejumlah besar dari para

Masyaikh, yang hal inilah (setelah Allah Ta‟ala) yang menjadikan beliau

mampu mengajar disalah satu sekolah di sana (http: //alsofwah .or. id

/cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).

3. Kitab Minhajul Muslim

Minhajul Muslim adalah sebuah kitab karya Abu Bakar Jabir

Al-Jazairi yang bisa disebut pedoman atau aturan yang mencakup segala

sesuatu yang berkenaan dengan seorang muslim mulai dari masalah

aqidah, etika (adab), keistiqomahan akhlak, ibadah kepada Allah Swt dan

muamalah.

Kitab ini terdiri dari lima bab dan setiap bab mempunyai beberapa

pasal, adapun pembahasan yang ada pada Minhajul Muslim adalah

pertama yang menguraikan tentang masalah aqidah, kedua menguraikan

tentang etika (adab), ketiga menguraikan tentang akhlak, keempat

menguaikan tentang ibadah, dan bab kelima menguraikan tantang

muamalah. Dengan demikian, kitab ini mencakup seluruh dasar-dasar

(23)

8

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research). Karena yang dijadikan objek kajian

adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

2. Sember Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun

yang menjadi sumber primer adalah kitab Minhajul Muslim dan

terjemahannya karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.

Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah terjemah

Risalatul Mu‟awanah wa Al-Mudhaharah wa Al-Muwazarah li

Ar-Rhaghibin min Al-Mu‟minim fi Suluk Thariq Al Akhirah, terjemah

Idzatun Nasyi‟in, aplikasi pendidikan, buku pendidikan akhlak serta

buku-buka dan kitab-kitab lainnya yang ada relevansinya dangan objek

pembahasan penulis.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian

adalah dengan cara mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi

sember data primer kitab Minhajul Muslim dan terjemahannya dan

sumber data sekunder yaitu terjemah Minhajul Muslim, terjemah

(24)

Ar-9

Rhaghibin min Al-Mu‟minim fi Suluk Thariq Al Akhirah, terjemah

Idzatun Nasyi‟in, aplikasi pendidikan, buku pendidikan akhlak serta

buku-buku dan kitab-kitab lainnya yang relevan. Setelah data terkumpul

maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan

masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan

penelitian.

4. Tehnik Analisis Data

Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis

masalah adalah sebagai berikut:

a. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah sesuatu yang dipandang benar

dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang

benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas dan jenis. Hal

ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum

dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan

yang khusus (Hadi, 1990: 26).

Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa data

tentang konsep pendidikan akhlak dalam kitab Minhajul Muslim.

b. Metode Induktif

Metode induktif adalah metode yang berangkat dari

(25)

fakta-10

fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang

bersifat umum (Hadi, 1990: 26).

Metode ini digunakan penulis untuk menganalisis data

konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Minhajul

Muslim.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran kesan runtutannya pembahasan dan

mempermudah membaca dalam mencari keterangan dalam memperoeh

pengetahuan, maka disusunlah pembahasan dalam suatu sistematika sebagai

berikut:

Bab Pertama. Pendahuluan, munguraikan tentang: Latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, sistematika penulisan sebagai gambaran awal

dalam memahami skripsi ini.

Bab Kedua. Biografi Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya

Minhajul Muslim, menguraikan tentang: Latar belakang penulisan kitab

Minhajul Muslim, biografi Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang meliputi riwayat

kelahiran, kehidupan intelektual, perjalanan karirnya, karya-karyanya.

Bab Ketiga. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab

Minhajul Muslim.

Bab Keempat. Analisis dan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak

(26)

11

(27)

12

BAB II

BIOGRAFI DAN KARYA ILMIAH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI

A. Latar Belakang Penulisan Kitab Minhajul Muslim

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi adalah seorang yang alim, ahli tafsir dan

seorang dai yang selalu haus akan ilmu pengetahuan dan selalu ingin

mengamalkan ilmu yang beliau miliki. Beliau selalu berpengan teguh kepada

Allah Swt dan Rasul-Nya yang selalu memerintahkan untuk selalu berbuat

kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Sebagaimana Allah berfirman:



menyerukan kepada kebajikan, menyerukan kedapa yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imron: 104). (http//www.al-qur‟an-digital.com).

Karena kecintaan beliau terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya dan

selalu berbuat kebajikan beliau menyusun sebuah karya tulis yang berbentuk

ringkas yang menggambarkan ajaran Islam secara menyeluruh dan dapat

menjadi pedoman orang muslim dan merujukannya kepada al-Quran dan

Hadis Nabi Saw.

Kitab karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi ini tersusun atas dua faktor,

yakni:

(28)

13

Muallif terdorong menyusun kitab ini adalah keinginan kuat dan

keras Abu Bakar Jabir Al-Jazairi untuk menyatukan kaum muslimin di

dalam satu jalan dan amalan yang benar lagi diterima dan upaya tersebut

sabagai upaya yang diridhai Allah Swt dan disyukuri agar bermanfaat

kepada siapa saja yang mempelajari dan mengamalkannya dan menjadi

petunjuk melalui pedoman agar mendapat hidayah-Mu (Al-Jazairi, t.t: 5).

2. Faktor ekstenal

Muallif terdorong menyusun kitab ini karena permintaan dari

orang-orang yang shalih yang berasal dari kota Wujdah di Maroko untuk

menyusun buku yang dapat menjadi pedoman atau aturan bagi muslim di

Wujdah dan merupakan sumber kekuatan dan kebaikan bagi mereka

sepanjang zaman dan disetiap tempat yang tidak keluar dari al- Quran dan

Hadis Nabi Saw (Al-Jazairi, t.t: 5).

B. Sistematika Penulisan Kitab Minhajul Muslim

Sistematika penulisan kitab Minhajul Muslim menggunakan

sistematika penulisan yang digunakan adalah tematik, yakni penulisannya

dari satu bab ke bab lain berdasarkan jumlah pokok pembahasan yang

terkandung di dalamnya. Jumlah pembahasan dalam kitab Minhajul Muslim

adalah lima bab dan setiap bab terdapat pasal di dalamnya. Adapun rincian

penulisan yang terdapat dalam kitab Minhajul Muslim terdiri dari tiga bagian,

(29)

14 1. Kata pengantar

Beliau menuliskan lafad hamdalah serta pujian di dalam

muqoddimahnya yang bertujuan mengungkapkan rasa syukur kepada

Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan

kitab karangannya dengan harapan karyanya tersebut dapat bermanfaat dan

menjadi pedoman umat Islam diseluruh tempat dan tak lupa beliau

menuliskan shalawat kapada Nabi Muhammad Saw sebagaimana Allah

Swt berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat

kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Q.S. Al-Ahzab:56) (http//www.al-qur‟an-digital.com).

2. Pembahasan

Berisikan pedoman-pedoman bagi muslim yang terdiri dari lima

bab yang setiap babnya terdapat pasal-pasal yang menerangkan isi

pembahasan yang terdapat di dalam kitab.

Hanya memohon kepada Allah Swt semoga karya ini menjadi

pedoman bagi kaum muslim dimanapun berada dan demi Allah yang tiada

(30)

15

dan Sunnah Nabi-Nya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan tidak

juga keluar dari pendapat para ulama kaum mukminin dan apa yang

mereka amalkan serta dipatuhi oleh jutaan kaum muslimin. (Al-Jazairi, t.t :

5).

Berikut rincian isi bab pada kitab Minhajul Muslim.

Bab Al-Awwal

Fi Al ‘Aqidah

Al-Iman Billah :

Faslu Al-Awwal

Al-Iman Bi Rubbubiyati Lillahi Likulli Syain :

Faslu Al-Tsany

Al-Iman Bi Ilahiyatillahi Ta‟ala Li Awwalina Wa

Al Akhirina :

Faslu Al-Tsalis

Al-Iman Bi Asmaihi Ta‟ala Wa Sifatihi :

Faslu Al-Rabi’a

Al-Iman Bi Al-Malaikati „Alaihim Al-Salam :

Al-Iman Bi Al-Rasuli „Alaihim Al-Salam :

Faslu Al-Tsamin

Faslu Al-Tasi’ : Al-Iman Bi Risalati Muhammad Salallahu

„Alaihi Wasallam

Faslu Al-Al-‘Asara : Al-Iman Bi Al-Yaumi Al-Akhir

Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Al-„Adab Al-Qubri Wa Na‟iimihi

(31)

16

Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Tauhid Al-„Ibadati

Faslu Al-Rabi’‘Asara : Fi Al-Wasilati

Faslu Al-Khomis ‘Asara : Fi Auliya Illahi Wa Karamatihim Wa Auliya

Al-Syaithani Wa Dhilalatihim

Faslu Al-Tsadis ‘Asara : Al-Iman Bi Wujubi Al-Amru Bi Al-Ma‟rufi Wa

Al-Nahi „Ani Al-Munkar Wa Adabihi

Faslu Al-Tsabi’ ‘Asara : Al-Iman Bi Wujubi Mahabbati Ashabi

Rasululillahi Wa Afdholitihim Wa Ijlali Aimmati

Al-Islami, Wa Tha‟ati Wulati Umuri Al

-Muslimina

Bab Al-Tsany

Fi Al-Adabi

Faslu Al-Awwal : Adab Al-Niati

Faslu Al-Tsany : Al-Adabu Ma‟a Allah Azza Wa Jalla

Faslu Al-Tsalis :

Al-Adabu Ma‟a Kalamillahi Ta‟ala Al-Qur‟an Al -Karim

Faslu Al-Rabi’a :

Al-Adabu Ma‟a Rasulillahi Shalallahu „Alaihi Wassallam

Faslu Al-Khomis : Fi Al-Adabi Ma‟a Al-Nafsi

Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Adabi Ma‟a Al-Khalqi

Faslu Al-Tsabi’ :

Adab Ukhuwati Fi Illahi Wa Hubbu Wa

Al-Baghdu Fihi Subhanahu Wa Ta‟ala

(32)

17

Faslu Al-Tasi’ : Adab Al-Akli Wa Al-Surbi

Faslu Al-‘Asara : Fi Adab Al-Dhiyafati

Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Adab Al-Safari

Faslu Al-Tsany ‘Asara : Fi Adab Al-Libasi

Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Adabi Khisoli Al-Fitrati

Faslu Al-Rabi’ ‘Asara : Fi Adab Al-Naumi

Bab Al-Tsalis

Fi Al-Akhlaqi

Faslu Al-Awwal : Fi Husni Al-Khuluqi Wa Bayanihi

Faslu Al-Tsany : Fi Khuluqi Al-Sabri, Wa Ihtimali Al-Adha

Faslu Al-Tsalis

: Fi Khuluqi Al-Tawakuli „Ala Allahi Ta‟ala Wa Al

-I‟timadi „Ala Al-Nafsi

Faslu Al-Rabi’a : Fi Al-Itsari Wa Hubbi Al-Khoiri

Faslu Al-Khomis : Fi Khuluqi Al-„Adli Wa Al-I‟tidali

Faslu Al-Tsadis : Fi Khuluqi Al-Rahmati

Faslu Al-Tsabi’ : Fi Khuluqi Al-Haya‟

Faslu Al-Tsamin : Fi Khuluqi Al-Ihsani

Faslu Al-Tasi’ : Fi Khuluqi Al-Shidqi

Faslu Al-‘Asara : Fi Khuluqi Al-Sakha‟ Wa Al-Karimi

Faslu Al-Hady ‘Asara : Fi Khuluqi Al-Tawadhu‟i, Wa Al-Kibri

Faslu Al-Tsany ‘Asara : Fi Jumlati Akhlaqi Dhamiimati Dhalmi,

(33)

18

Bab Al-Rabi’

Fi Al-‘Ibadati

Faslu Al-Awwal : Fi Al-Thaharati

Faslu Al-Tsany : Fi Adabi Qadha‟ Al-Hajati

Faslu Al-Tsalis : Fi Al-Wudhu‟

Faslu Al-Rabi’ : Fi Al-Ghusli

Faslu Al-Khomis : Fi Al-Tayamumi

Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Mashi „Ala Khufain, Wa Al-Jabairi

Faslu Al-Tsabi’ : Fi Hukmi Al-Haidh, Wa Al-Nifasi

Faslu Al-Samin : Fi Al-Sholati

Faslu Al-Tasi’ : Fi Ahkami Al-Janaiz

Faslu ‘Asara : Fi Al-Zakat

Faslu Al-Hadi ‘Asara : Fi Al-Shiyam

Faslu Al-Tsani ‘Asara : Fi Al-Haji Wa Al-„Umrati

Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Ziyarati Al-Masjidi Al-Nabawi Wa Al-Salam

„Ala Al-Nabi Shalawallahu „Alaihi Wassallam Fi

Qabrihi Al-Syarifi

Faslu Al-Rabi’ ‘Asara : Fi Al-Adhiyati, Wa Al-Aqiqati

Bab Al-Khomis

(34)

19

Faslu Al-Awwal : Fi Al-Jihadi

Faslu Al-Tsany : Fi Al-Sabaqi Wa Al-Munadhilati Wa Al-Riyadhoti

Al-Badaniyati Wa Al-„Aqiliyati

Faslu Al-Tsalis : Fi Al-Buyu‟

Faslu Al-Rabi’ : Fi Jumlati „Uqudi

Faslu Al-Khomis : Fi Julati Ahkami

Faslu Al-Tsadis : Fi Al-Nikahi, Wa Al-Thalaqi, Wa Al-Raj‟ati, Wa

Al-Khulu‟ Wa Al-Li‟an, Wa Al-Ila‟, Wa Al-Dhihar,

Wa Al-„Adad, Wa Al-Nafaqati, Wa Al-Hadhonah

Faslu Al-Tsabi’ : Fi Al-Mawarisi Wa Ahkamiha

Faslu Al-Samin : Fi Al-Yamini Wa Al-Nadhri

Faslu Al-Tasi’ : Fi Al-Dhakati, Wa Al-Shaidi Wa Al-Tha‟ami, Wa

Al-Syarab

Faslu ‘Asara : Fi Al-Jinayati Wa Ahkamihi

Faslu Al-Hadi ‘Asara : Fi Al-Hudud

Faslu Al-Tsani ‘Asara : Fi Al-Ahkami Al-Qadha‟ Wa Al-Syahadati

Faslu Al-Tsalis ‘Asara : Fi Al-Raqiq

Fahras Al-Mahtuyati

3. Penutup

Pada akhir penulisan kitab ini, beliau mengucap hamdalah seraya

(35)

20

sebagai bentuk rasa syukur beliau kepada Allah Swt atas selesainya kitab

Minhajul Muslim dan doa kepada beliau, para pembaca, dan seluruh umat

Islam (Al-Jazairi, t.t: 6)

C. Nama dan Nasab

Nama beliau adalah Jabir dan ayah beliau adalah Musa bin Abdul

Qadir bin Jabir, dan kuniah (nama panggilan) beliau adalah Abu Bakar dan

Al-Jazairi adalah nisbah ke negeri dimana beliau dilahirkan yaitu Al-Jazairi.

Beliau adalah seorang Syaikh, Alim, ahli tafsir, dan seorang dai kepada

agama Allah. Kontribusi beliau dalam berdakwah dan pendidikan sangatlah

banyak, beliau juga memiliki andil besar dalam penulisan karya tulis Islami

dan ceramah-ceramah. Abu Bakar Al-Jazairi juga telah banyak melakukan

kunjungan ke berbagai negara yang hal itu tidak lain adalah dalam rangka

menyebarkan dakwah Islam. Beliau adalah seorang yang fashih, dan ilmunya

sangat luas (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses

pada hari Jumat, 9 juni 2017).

D. Kelahiran dan perkembangan

Abu Bakar Jazairi dilahirkan di daerah Lira, yang berada di

Al-Jazair bagian selatan, pada tahun 1921 M, beliau memulai belajarnya yang

pertama kali adalah di negerinya, beliau menghafal al-Quran, belajar

beberapa pelajaran dasar tentang bahasa Arab, Fiqh dalam madzhab Maliki.

Kemudian beliau pindah dari Lira ke daerah Biskra, di sana beliau belajar

(36)

21

(setelah Allah Ta‟ala) yang menjadikan beliau mampu mengajar di sebuah di

salah satu sekolah di sana (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh

.php?id=153/9-3-15. Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).

E. Pendidikan

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, pindah lagi dari Biskra ke Madinah

al-Munawwarah Saudi Arabia bersama keluarga. Di sana beliau berusaha

menyempurnakan belajarnya tentang ilmu syar‟i, maka beliau pun menghadiri

halaqah-halaqah ilmiah para Ulama senior dan para Masyaikh. Beliaupun

mendapatkan „Ijazah‟ (izin pengajaran) dari pimpinan Qadhi Makkah

al-Mukarramah, yang demikian itu agar beliau dapat mengajar di Masjid

Nabawi, sehingga beliau memiliki halaqah khusus dalam bimbingan beliau,

yang di sana mengajar tafsir ayat-ayat al-Quran, Hadis dan yang lainnya.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi sibuk dengan berbagai kegiatan ilmiah,

diantara: Berprofesi sebagai dosen di beberapa madrasah di bawah

Departemen Pendidikan, demikian pula beliau sebagai pengajar di Ma‟had

Darul Hadits di Madinah al-Munawwarah, Sebagaimana pula beliau adalah

termasuk salah satu dari dosen-dosen generasi pertama yang mengajar di

Jami‟ah Islamiah (Universitas Islam Madinah) ketika telah dibuka yaitu tahun

1380 H, dan beliau tetap mengajar di sana hingga masa pensiunnya tahun

(37)

22

F. Profesi

Telah diketahui aktivitas Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam dunia

dakwah, bahwa beliau banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara

dalam rangka dakwah, kajian-kajian agama dan nasihat, ceramah-ceramah

umum, risalah-risalah ilmiah, dan tidak hanya mencukupkan di negaranya

saja dalam menyampaikan kajiannya, akan tetapi beliau berkeliling ke

berbagai negara untuk menyebarkan dakwah hak ini. Melihat uslub beliau

yang lemah lembut dalam memberikan penjelasan, dan menafsirkan ayat-ayat

serta hadis-hadis Nabi Muhammad Saw maka banyak dari para penuntut ilmu

dan mahasiswa yang mengelilingi dan menyertai beliau untuk mendapatkan

ilmu darinya (http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15.

Diakses pada hari Jumat, 9 juni 2017).

Karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi

Adapun karya tulis beliau adalah:

1. Aqidatul Mu‟min

Kitab ini berisikan tentang akidah seorang muslim yang

membahas mengenai hakikat aqidah seorang mukmin yang Allah Swt

dan Rasulnya kehendaki dan ridhai. Dengan aqidah yang baik dan

benar, menjadi bekal seseorang menuju surga Allah Swt karena aqidah

yang benar adalah kunci surga, sedangkan kesyirikan adalah bentuk

aqidah yang buruk serta penghalang seseorang masuk surga,

(38)

23

akidah, kebutuhan manusia akan akidah, alasan urgensi agama bagi

manusia, iman kepada Allah, Rabb seluruh alam,tauhid (Al-Jazairi, t.t:

4).

2. Aisar Rasa‟il al-Jazairi ut Tafasir li Kalamil „Aliyil Kabir

Berisikan tentang penafsiran al-Quran sesuai dengan

pemahaman Salafus Salih, suatu kitab tafsir yang diharapkan

memudahkan kaum muslimin dalam memahami ayat-ayat yang

terkandung dalam al-Quran, sebagaimana namanya “al-Aisar” (yang

termudah) yang menggabungkan antara arti yang dimaksud dalam

firman Allah Swt dengan uraian-uraian bahasa yang mudah, sehingga

kalangan awam pun dapat dengan mudah memahaminya.

Oleh karena itu beliau dalam menyusun kitab tafsirnya dalam

bentuk pelajaran yang berkesinambungan dan saling terkait,

menjelaskan kata-katanya secara literal, menjelaskan maknanya secara

global, kemudian yang terakhir dalam penafsirannya menyebutkan

satu persatu pelajaran yang dapat diambil dan diamalkannya.

Kitab Tafsir Al-Aisar menggunakan sistematika penafsiran

yang khas, menjelaskan makna kata per kata secara literal dan diakhiri

dengan fawaid (pelajaran/manfaat) yang dapat dipetik dari

masing-masing ayat tersebut. Sebagaimana namanya Al-Aisar yang berarti

“yang termudah”, tafsir ini ditujukan untuk menjadi sebuah buku

(39)

24 3. Adh-Dharuriyyat al-Fiqhiyyah

Berisikan tentang risalah yang menjelaskan hukum-hukum

fiqh yang mengikuti mazhab imam Maliki.

4. Hadza al-Habib Muhammad shallallahu „alaihi wasallam –Ya

Muhibb fis Sirah

Kitab ini diterbitkan oleh Maktabah Tauqifiyah yang

menguraikan perjalanan kehidupan Nabi Muhammad Saw mulai dari

zaman jahiliyah sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, kitab ini juga

membahas tentang kejadian-kejadian yang dilalui Nabi Muhammad

mulai dari diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rosul, perjalanan

dakwah, hijrahnya dan peperangan di zaman Nabi Muhammad.

Kitab ini, Al-Habib (sang kekasih tercinta) Muhammad Saw

merupakan potret kehidupan Nabi Muhammad Saw di dalamnya

menceritakan berbagai pelajaran dan keteladanan, juga berbagai

peristiwa menakjubkan dan pengorbanan tiada tara dari Nabi

Muhammad Saw dan para sahabat beliau, yang dapat diambil

pelajaran.

5. Al-Mar‟ah al-Muslimah

6. Ad-Daulah al-Islamiyah

7. Kamalul Ummah fi Shalahi Aqidatiha

8. At-Tashawwuf Ya „Ibadallah

(40)

25

Mencakup 23 risalah yang membahas tentang Islam dan Dakwah

(http: //alsofwah .or. id /cetak tokoh .php?id=153/9-3-15. Diakses pada

(41)

26

BAB III

PEMIKIRAN ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI DALAM KITAB

MINHAJUL MUSLIM

A. Pengertian Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan

Islam menekankan pendidikan yang berorientasi pada pencapaian

kebaikan bagi individu dengan menawarkan amal saleh sebagai simbol

orientasi baru. Dengan amal saleh akan lahir manusia baru yang berhak

memperoleh kebaikan, sebab amal saleh yang dilakukannya akan

membuatnya berbeda dari sebelum memperoleh pendidikan dan amal

saleh (Aly, 2008: 80).

Pendidikan adalah tindakan atau pengalaman yang memiliki

pengaruh terhadap pembentukan pikiran, watak dan kemampuan fisik

seseorang. Dalam pengertian teknik, pendidikan adalah proses yang

mewariskan kumpulan pengetahuan, keterampilan dan norma secara

turun-temurun oleh masyarakat (https: //id. Wikiquote .org /wiki/

Pendidikan).

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (Indar,

(42)

27

Dalam buku kapita selekta pendidikan Islam, bahwa untuk

memahami pengertian pendidikan dengan benar, pedidikan dapat

dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat filosofis, dan dan

pengertian pendidikan dalam arti praktis (Nata, 2003: 210).

Pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat diartikan

secara luas. Secara sempit dapat diartikan: “bimbingan yang diberikan

kepada anak-anak sampai dewasa” Maribah, (1981:31). Sedangkan

pendidikan dalam arti luas adalah “segala sesuatu yang menyangkut

proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya

menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik” (Nata,

2003: 210).

Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah

pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk

memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan pada

pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, nasional filosofis,

maupun historis filosofis (Nata, 2003: 210).

Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan

pengetahuan ataupun pengembangan-pengembangan potensi-potensi

yang dimiliki subjek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal

serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai

(43)

28

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN,

bab 1 pasal 1) pendidikan diartikan sebagai “usaha sadar untuk

mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan atau latihan, bagi perannya di masa yang akan datang” (Nata, 2003:

211).

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan

tidak hanya memanusiakan manusia tetapi juga agar manusia menyadari

posisinya sebagai khalifatullah fil ardhi, yang pada gilirannya akan

semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang bertakwa,

beriman, berilmu dan beramal saleh (Tim Pengembangan Ilmu

Pendidikan FIP-UPI, 2007: 9).

Dikatakan dalam kitab Idzatun Nasyi‟in, bahwa anak-anak itu

dikemudian hari akan menjadi generasi, jadi ketika telah terbiasa

berprilaku baik yang bisa meningkatkan derajatnya, dan menghasilkan

ilmu yang manfaat bagi negaranya (Al-Ghulayaini, 2009: 69).

Anak-anak itu akan menjadi pondasi kokoh yang akan menjadi

landasan umat, ketika membiasakan budi pekerti yang baik, dan

meninggalkan ilmu yang dapat merusak negara yang ditempati umat itu

sendiri (Al-Ghulayaini, 2009: 69).

Pendidikan bagi kaum muslimin itu merupakan hal yang wajib,

sebagaimana dikatakan Imam Ghazali bahwa, mendidik anak adalah

(44)

29

bagi kedua orang tuanya, hati anak yang bersih itu merupakan hal yang

paling berharga dibanding berlian, karena anak yang dididik dan terbiasa

berbudi baik dan ia menjadi ahli kebaikan, maka orang yang mendidik

dan kedua orang tuanya dapat pahala dari amal yang akan dikerjakan

oleh anak tersebut (Al-Ghulayaini, 2009: 70).

Mendidik anak itu adalah menanamkan pekerti yang baik

dihatinya para pemuda, sehingga dapat menciptakan generasi yang ikhlas

beramal, lebih mementingkan maslahah umat, dan akan menjadikan

negara yang makmur dan diridhai Allah Swt (Al-Ghulayaini, 2009: 70).

Jadi, pendidikan itu merupakan sesuatu yang mendasar bagi

manusia yang harus diberikan dan dimiliki, karena pendidikan adalah

kunci kesuksesan dalam menjalankan kehidupan ini, baik berkeluarga,

bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

Seseorang yang berpendidikan dan terdidik akan memiliki

perilaku atau akhlaknya dan setiap mengambil keputusan, bertindak, dan

bersosialisasi dengan masyarakat akan didasari dengan apa yang dia

ketahui kemudia mengamalkannya.

2. Pengertian akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya

akhlak. Secara etimologi (lughah) akhlak berarti perangai, tabiat, budi

(45)

30

Akhlak secara bahasa berasal dari Bahasa Arab (قلاخا), jamak dari

kata “Khuluqun” (كهخ) yang artinya kejadian. Akhlak berhubungan juga

dengan “Khaliq” (كنبخ) yang berarti pencipta dan kata “makhluk” (قٕهخي)

yang berarti yang diciptakan. Akhlak juga bisa berarti perangai, watak,

tingkah laku, dan budi pekerti. Adapun pengertian akhlak secara istilah

adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan

apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dan menunjukkan jalan

untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Siroj, 2009: 1).

Sedangkan istilah akhlak diartikan sebagai semua ucapan, sikap

dan tindakan orang yang berakal sehat sebagai cerminan jiwanya secara

spontanitas, tanpa rekayasa dan dilakukan secara berulang-ulang

(Hermawan, 2016:1).

Akhlak adalah kondisi di dalam hati yang tetap dan menjadikan

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa adanya suatu keinginan untuk

memikirkan dan mempertimbangkannya. Apabila kondisi tersebut

sekiranya menjadikan perbuatan-perbuatan yang elok dan terpuji secara

akal dan syara‟, maka hal tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik.

Dan apabila hal tersebut menjadikan perbuatan-perbuatan yang tercela,

maka dinamakan dengan akhlak yang jelek (Al-Qasimi, tt: 204).

Al-Khuluk ialah sifat yang tertanan dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

(46)

31

Bila dibentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan

kemuliaan dan kebenaran, cinta kebijakan, gemar berbuat baik, dilatih

mencintai yang indah, membenci keburukan sehingga menjadi wataknya,

maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah

tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik

(Al-Jazairi, t.t: 223)

Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan

itu disebut akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut,

sabar, teguh, mulia, berani, adil, ihsan, dan akhlak-akhlak mulia serta

kesempurnaan jiwa lainnya (Al-Jazairi, t.t: 223).

Begitu juga jika ditelantarkan, tidak disentuh oleh pendidikan yang

memadai atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur

kebaikannya yang tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik

oleh pendidik yang buruk sehingga kejelekan menjadi kegemarannya,

kebaikan menjadi kebenciannya, dan omongan serta perbuatan tercela

mengalir tanpa terpaksa, maka jiwa yang demikian disebut akhlak buruk,

perkataan dan perbuatan tercela, seperti ingkar janji, khianat, dusta, putus

asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata kotor dan pendorongnya

(Al-Jazairi, t.t: 223)

Jadi, pendidikan akhlak adalah perbuatan atau usaha

mengembangkan diri yang timbul dari jiwa manusia tanpa ada paksaan

(47)

32

menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan

tanpa direncanakan terlebih dahulu sesuai kebiasaanya dan apa yang telah

diyakininya.

B. Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang Nilai Pendidikan Akhlak

dalam kitab Minhajul Muslim

Salah satu karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang sudah dikenal dalam

dunia Islam adalah kitab Minhajul Muslim yang merupakan kitab yang

membahas berbagai persoalan mendasar agama dalam kehidupan sehari-hari.

Kitab Minhajul Muslim merupakan karya tulis yang cukup praktis dan singkat

serta mudah dipahami oleh pelajar karena telah terbit terjemahannya telah

diperjual belikan di pasaran.

Karya beliau yang satu ini mengajak kita semua untuk menjadi hamba

yang santun dan bijak dalam mencari ilmu. Dengan harapan agar dalam

mencari ilmu tidak hanya memperoleh pemahaman saja, namun juga

keberkahan dari ilmu yang dicari dan diharapkan dapat mengamalkan

sehingga ilmu tersebut bermanfaat.

Pemikiran yang menonjol dari Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab

Minhajul Muslim dalam kitabnya adalah bila bentuk di dalam jiwa ini dididik

tegas mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar

berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga

menjadi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah

(48)

33

baik pendapat ini senada dengan pendapat Ghozali, (t.t: 52) bahwa

Al-Khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatandengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran

danpertimbangan”.

Pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi tentang akhlak di dalam kitab

Minhajul Muslim memang sangatlah luas. Di dalam kitab karya beliau

terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan akhlak dapat ditanamkan kepada

para pelajar dan kalangan umum agar mereka semua dapat mengetahui nilai

pendidikan akhlak di dalam kitab karena mudah dipahami.

Adapun pendidikan akhlak menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam

kitab Minhajul Muslim yang dapat diterapkan adalah:

1. Tawakkal kepada Allah Swt

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

ُبْسَذَف بًِٛمْهَخ بًبِجأَ ِِّنبًَْعَا ِعًَِْٛج ِٙف ٗنبَعَت ِالله َٗهَع َمَّكََّٕتنا َٖزَٚ َلا ُىِهْسًُْنَا

ِِّب ٗنبَعَت ِالله ِزْيَ ِ َ ِنَذَٔ ً َِّٛيَلاْ ِ ً َ ِْٛمَع ُِدُّ ُعََٚٔ ً َُِِّْٛٚ ً َ ِْٚزَف ِاَزَٚ ْمَب

Artinya:“Seorang muslim tidak hanya menganggap tawakkal kepada

(49)

34

Artinya: “Dan hendaklah orang-orang yang mukmin bertawakkal kepada

Allah saja” (Q.S. At Taghabun: 13). (http//www.al-qur‟an-digital.com).

Karena itu tawakkal secara mutlak kepada Allah Swt adalah

bagian dari akhlak orang yang beriman kepada Allah (Al-Jazairi, t.t:

231).

2. Sabar karena Allah Swt

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

بَِٓب َّٗهَذَتَٚ ِٙتَنَا ِىِهْسًُْنا ِقَلاْخَأ ٍِِ بَذُي ٍِْي

Artinya: “Di antara keindahan akhlak orang-orang Islam dalam berhias

adalah sabar karena sabar Allah Swt. Kesabaran adalah menahan jiwa atas hal-hal yang tidak disukai, atau mengganggu yang tidak disukai dengan rela dan pasrah” (Al-Jazairi, 2012:104).

Seorang muslim yang menahan jiwanya atas cobaan yang

menimpanya, sehingga tidak membiarkan bersedih dan membenci,

karena kata ahli hikmah (orang bijak), “kesedihan atas hal yang berlalu

(50)

35

melemahkan akal”, dan benci dengan takdir adalah mencela Allah dzat

Yang Maha Esa, yang maha kuasa lagi maha perkasa (Al Jazairi, t.t:

226).

3. Malu

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

ُىِهْسًُْنَا

Artinya: “Seorang muslim pandai menjaga diri dan pemalu. Malu adalah

salah satu akhlaknya, bahkan malu itu bagian dari iman yang merupakan pedoman muslim dan penegak hidupnya” (Al-Jazairi, 2012: 115).

Keimanan menyuruh seorang mukmin melakukan kebaikan dan

meninggalkan kemaksiatan. Sedangkan rasa malu mencegah perilakunya

dari kurang bersyukur kepada pemberi nikmat, termasuk mengurangi hak

dari orang yang berhak. Sebagaimana orang yang pemalu mencegah

dirinya dari berbuat keburukan atau berkata buruk, menjaga dari cela dan

(51)

36

Artinya: “Seorang mukmin adalah orang yang jujur, mencintai

kebenaran dan senantiasa menetapi kebenaran, lahir maupun batin, di dalam berkata dan berbuat, kerna kebenaran itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukan ke surga, sedangkan surga itu puncak cita-cita seorang muslim dan angan-angannya yang terlalu jauh” (Al Jazairi, 2012: 118).

Seorang muslim memandang kejujuran bukan sekedar akhlak yang

utama saja yang wajib dilakukan tanpa lainnya, akan tetapi ia

memandang lebih jauh lagi daripada itu, ia berpendapat kejujuran adalah

penyempurna imannya, menyempurnakan Islamni, sebab Allah

memerintah demikian seraya menuji hamba yang menyandang sifat ini.

Sebagaimana Rasulullah Saw menganjurkan dan mengajak

kepadanya. Allah Swt berfirman di dalam memerintahkan kejujuran,

Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan Hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (Q.S. At-taubah: 119). (http//www.al-qur‟an-digital.com).

5. Tawadhu‟

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

ِ َِٛنبَثًُْنا ِِّل َلاْخَأ ٍِْي ُعَ إََّتنأَ ٍ ََبَُٓي َلأَ ٍ َّنِذُي ِزَْٛغ ِْٙف ُعَّ إََتَٚ ُىِهْسًُْنَا

ُىِهْسًُْنا ِذِ ؛ ِِّهْثًِِن ِٙغَبَُْٚ َلأَ َُّن َسَْٛن ّزدُّبَكْنا ٌََّأ بًََك ِ َِٛنبَعْنَا ِِّتبَفِصَٔ

ِعْفَر ِٙف ٌ َِٚربَج ِالله ُ َُُّ ِذِ ؛ ُضِمْخَٚ َّلاَئِن ُزَّبَكَتَٚ َلأَ َعِمَتْزَِٛن ُعَ إََتَٚ

ٍَِْٛعرِّ إََتًُنْا

Artinya: “Seorang muslim bertawadhu‟ dengan tidak merendahkan

(52)

37

agar tidak dicampakan, sebab sunnah Allah berlaku mengangkat derajat orang-orang yang bertawadhu” (Al Jazairi, 2012: 122).

Seorang muslim di kala telingan dan hatinya mendengar kabar

maha benar ini dari firman Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw tentang

pujian bagi orang-orang yang sengat tawadhu‟ dan tentang celaan bagi

orang-orang yang amat sombong, yang satunya memerintahkan

bertawadhu‟ dan yang lainnya melarang kesombongan, maka bagaimana

mungkin dia tidak bertawadhu‟ dan tidak menjadi akhlaknya (Al-Jazairi,

t.t: 265).

6. Mengutamakan orang lain

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

مِ مِ أَ مْسمِا مِنمِساأَ مُ أَ مِ مِنمْيمِد مِ مْيمِلاأَ أَ مْنمِ اأَ مُبأَسأَ مْ مِا مِ لَّلأَا مِ مِلمْسمُ مْلا مِ أَ مْ أَ مْنمِ

Artinya: “Itsar atau mengutamakan orang lain dan mencintai orang lain

adalah termasuk akhlak seorang muslim yang dia peroleh sebagai hasil pendidikan agamanya dan kebaikan keislamannya” (Al-Jazairi, 2012: 109).

karena itu seorang muslim memiliki kesempatan untuk berbuat

itsar dia segera melakukannya, dan melebihi atas dirinya, sehingga dia

lapar agar orang lain kenyang, bahkan rela mati demi hidupnya orang

lain. Hal tersebut bukanlah hal aneh bagi orang Islam yang membentuk

watak kebaikan dan cinta keutamaan dan keindahan (Al-Jazairi, t.t: 236)

7. Kasih sayang

(53)

38

ِسْفَُّنا ُءبَفِص ِ ًَْدَّزنا َأِشُُْي َذِ ِِّل َلاْخَأ ٍِْي ٌكْهَخ ُ ًَْدَّزنأَ ُىِْٛدَر ُىِهْسًُْنَا

ِحْٔدُّزنا ِ َربََٓطَٔ

Artinya: “Seorang muslim adalah amat penyayang, salah satu akhlaknya

adalah kasih sayang, sebab sumber kasih sayang adalah kejernihan jiwa dan kesucian rohani” ( Al-jazairi, 2012: 113).

Seorang muslim yang melakukan kebaikan dan amal shalih,

menjauhi kejahatan, menghindari kerusakan, maka dia selalu di dalam

kesucian jiwa dan kesehatan rohani. Siapapun yang keadaannya tetap

demikian, maka rohmat dan kasih sayang tidak akan terlepas dari

hatinya. Oleh karena itu seorang muslim mencintai kasih sayang dan

bersungguh-sungguh melaksanakan dan mewasiatkannya, serta mengajak

kepada kasih sayang (Al-Jazairi, t.t: 245).

Allah Swt berfirman:

Artinya: “Dia termasuk orang-orang yang beriman dan untuk bersabar

dan selalu berpesan untuk kasih sayang” (Q.S Al-Balad: 17) (http//www.al-qur‟an-digital.com).

8. Dermawan

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

ًلاِْٛخَب َلأَ بًذِْٛذَش ٌُُْٕكَٚ َلا ُىِهْسًُْنأَ ُُّتًَِْٛش ُوَزَكْنأَ ِىِهْسًُْنا ُكْهَخ ُءبَخَّسنَا

ِبْهَمْنا ُ ًَْهُظَٔ ِسْفَُّنا ُ َْٛخ بًَُُْْٕشَُْي ٌِبًَِْٛيَذ ٌِبَمْهَخ ُمِخَبْنأَ ُخِذَّشنا َذِ

Artinya: “Kedermawanan adalah ciri orang Islam, dan kemurahan hati

(54)

39

dan bakhil karena akhlak kikir dan bakhil itu keduanya adalah akhlak tercela, yang sumbernya dari jiwa yang kotor dan hati yang gelap” (Al-Jazairi, 2012: 120).

Sedangkan seorang muslim dengan iman dan amal shalihnya,

jiwa menjadi bersih dan hatinya menjadi cemerlang, maka sirnalah sifat

kikir dan bakhil oleh bersihnya jiwa dan cemerlangnya hati, sehingga

seorang muslim tidak akan menjadi kikir dan bakhil.

Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka

orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9). (http//www.al-qur‟an -digital.com).

Adapun pendapat mengenai tawakkal, sabar, malu, jujur, tawadhu,

mementingkan orang lain, kasih sayang dan dermawan sebagai berikut:

1. Tawakkal

Tawakkal memiliki arti berserah diri atau berpasrah diri

setelah berusaha secara maksimal dihadapan Allah Swt, tawakkal

adalah sikap pasrah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam sehingga

apapun hasil dari usaha yang telah diupayakan tidak menjadikannya

putus asa sekiranya tidak berhasil (Tualeka, 2001: 102)

Hendaknya engkau selalu tawakkal kepada Allah Swt karena

barang siapa yang tawakkal dan pasrah kepada Allah Swt maka ia pun

(55)

40

alasan bagi setiap makhluk untuk tidak selalu bertawakkal, bahkan

Allah Swt pun selalu memerintahkan mereka untuk itu karena ia

sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal (Al-Haddad, 2007:

221).

Ketahuilah bahwa inti tawakkal kepada Allah Swt ialah

sadarnya hati bahwa segala sesuatu berada di tangan-Nya baik yang

bermanfaat, bermadharat, yang menyusahkan serta yang

membahagiakan (Al-Haddad, 2007: 222).

Barangsiapa konsekuen dalam bertawakkal, maka ia tidak akan

berlebihan mencari keduniaan dan mampu menjauhinya semaksimal

mungkin serta menetapkan dirinya pada Allah Swt dengan kesucian

hati tanpa menelantarkan tanggungan keluarganya (Al-Haddad, 2007:

222).

2. Sabar

Sabar adalah menahan hawa nafsu agar tetap berada dalam

batas-batas yang telah ditentukan oleh agama. Orang yang memiliki

akal yang sempurna adalah orang yang sabar menghadapi

persoalan-persoalan yang dianggapnya berat dan sanggup menghadapi dengan

tabah hatinya tanpa mundur, tidak lari, dan tidak gemetar hatinya

(56)

41

Sabar merupakan sikap seorang muslim yang rela menerima

segala cobaan, baik berupa kesenangan maupun berupa bencana

(Tualeka, 2001: 101).

Sabar diklarifikasikan ke dalam tiga kelompok:

a. Sabar dalam menghadapi cobaan hidup

b. Sabar dalam menjauhi perbuatan dosa

c. Sabar dalam beribadah kepada Allah Swt

Allah Swt berfirman:

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S Al-Baqarah:152)

Orang sabar tidak pernah mengeluh, tidak putus asa, tidak

mudah marah, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sikap sabar

sangat dibutuhkan, karena setiap langkah atau detik dalam kehidupan

kita selalu diuji. Jika ingin mencapai kesuksesan hendaknya kita

bersabar sebab sabar ini diperintahkan oleh Allah Sw. Setiap upaya

menegakkan kebenaran pasti akan mengalami ujian, cobaan, atau

rintangan contoh Nabi Muhammad Saw menyebarkan agama Islam

(57)

42

Berkat kesabarannya itu datanglah pertolongan Allah Swt,

sehingga orang-orang jahiliyah menjadi sadar dan berduyun-duyun

masuk Islam. Begitu pula kita mendapatkan musibah, kita harus dapat

menghadapinya dengan sabar (Sumitro, 2005: 28).

3. Malu

Yang dimaksud malu menurut syara‟, karena ia termasuk iman,

ibadah itu terdiri dari 72 bagian yang 71 bagian dari rasa malu kepada

Allah Swt dan yang satu bagian dalam segala macam kebijakan.

Sesungguhnya memiliki rasa malu akan menemukan zuhud dan wara‟

di dalamnya tapi apa bila tidak maka keduannya akan pergi dan tanda

orang yang merasa malu ialah bila ia tidak melakukan dosa

(Asy-sya‟rani, 2010:93).

4. Jujur

jujur adalah sifat atau sikap seorang yang menyatakan sesuatu

dengan sesungguhnya, atau menyatakan sesuatu dengan dengan benar

baik dalam perkataan maupun perbuatan (Sumitro, 2005: 28).

Sikap jujur termasuk Akhlak yang mulia dan terpuji dan

mempunyai manfaat yang sangat besar sekali dan mempunyai nilai

yang sangat tinggi di sisi Allah Swt sikap jujur akan disenangi banyak

orang, akan di hargai oleh orang dan dan akan dipercaya oleh

(58)

43 5. Tawadhu‟

Tawadhu‟ adalah sikap hati yang senantiasa merendahkan diri

dihadapan Allah Swt ketika beribadah dan rendah hati dihadapan

manusia. Orang yang bertawadhu‟ dalam beribadah tidak suka dipuji

dan tidak merasa kecewa apa bila di cela, sebab dalam hatinya

tertanam iman dan taqwa bahwa yang mengetahui keadaan dirinya

dan isi hatinya adalah Allah Swt saja. Oleh karena itu ia selalu

merendahkan diri dalam beribadah serta rendah hati dalam bergaul

sesama manusia (Sumitro, 2005: 76).

6. Mengutamakan orang lain

Iman seseorang belum sempurna, kecuali ia dapat mencintai

dan mengutamakan orang lain tanpa membeda-bedakan salah satu

dengan yang lain sebagaimana ia mencintai dirinya.

7. Kasih sayang

Berkumpul dengan orang-orang yang baik akan menanamkan

rasa cinta di dalam hati, dan hendaklah selalu bersikap kasih sayang

terhadap makhluk Allah Swt dan janganlah sekali-kali bersifat keras

dan kasar terhadap mereka (Al-Haddad, 2007: 162).

Sebab timbulnya kasih sayang dan cinta ialah bila yang

dicintai itu memiliki kesempurnaan dan dapat memberikan sesuatu

pada yang dicintai karena kemurahan hatinya (Al-Haddad, 2007: 224).

(59)

44

Harta, sabagaimana juga halnya kekuatan berfungsi sebagai

pelayan bagi manusia disaat manusia dalam keadaan sangat

membutuhkan. Apabila perumpaman di muka bumi itu menunjukkan

cara berkorban atau bersedekah dengan tenaga, kekuatan, nyawa atau

darah, maka ada pula cara berkorban atau bersedekah dengan harta

kekayaan, uang atau benda-benda yang lain (Al-Ghulayaini, 2000:

172).

Hendaknya senantiasa menempuh jalan orang-orang yang

shalih yang memiliki sifat kedermawanan, lagi berhati mulia. Itulah

jalan s atu-satunya yang jelas benar dan lurus, tiada bercampur dengan

keburukan dan kejahatan. Sifat dermawan adalah i‟tikal. Di situlah

setiap manusia ingin berhenti, malahan itulah yang diidam-idamkan

oleh setiap manusia yang bergelar insan kamil atau sempurna lahir

batin. Maka dari itu, berpegang teguhlah dengan sifat dermawan

jangan bakhil atau boros, berlindunglah dalam benteng kedermawanan

(Al-Ghulayaini, 2000: 172).

Dari pendapat tersebut bahwa tawakkal, sabar, malu, jujur, tawadhu‟,

mengutamakan orang lain, kasih sayang, dan dermawan adalah akhlak yang

(60)

45

BAB IV

ANALISIS DAN RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DARI KITAB MINHAJUL MUSLIM DALAM KEHIDUPAN

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dari Kitab Minhajul Muslim

dalam Kehidupan sehari-hari

Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh

orang yang bertanggung jawab, baik secara formal, informal, ataupun non

formal, dalam hal ini pendidikan akhlak bertujuan agar siswa memiliki ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam rangka berbuat baik sesama manusia,

beribadah kepada Allah Swt dan semakin dekat dengan Allah, disamping itu

pelajar diharapakan tidak hanya belajar nilai–nilai akhlak saja, akan tetapi

dapat memberi makna serta menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

sehari-hari (Machali, 2004: 26-27).

Dari pemikiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul

Muslim yang telah diuraikan sebelumnya. Kemudian penulis kelompokan

pendidikan Akhlak tersembut menjadi Tiga: Pertama akhlak kedapa Allah.

Kedua akhlak terhadap diri sendiri. Ketiga akhlak terhadap lingkungan.

1. Akhlak kepada Allah Swt

Akhlak kepada Allah Swt merupakan salah satu sikap atau

perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia sebagai hamba, kepada

(61)

46

Apapun yang dilakukan manusia yang bernilai baik bisa dijadikan

sebagai serana ibadah tetapi harus disandarkan dan berorientasi kepada

nilai ketundukan, kepatuhan, dan sikap merendahkan diri kepada Allah

Swt. hal ini sesuai dengan fiman Allah Swt:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”(Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).

(http//www.al-qur‟an-digital.com).

Dalam hubungannya dengan pendidikan akhlak kepada para

pelajar dan kalangan umum tentang akhlak kepada Allah Swt, adapun

akhlak kepada Allah yang sebagai berikut:

a. Tawakkal kepada Allah Swt

Tawakkal berasal dari bahasa arab at tawakul yang dibentuk

dari kata wakala, yang artinya menyerahkan, mempercayai, atau

mewakilkan jadi pengertian tawakkal secara istilah rasa pasrah hamba

kepada Allah Swt yang disertai dengan segala daya dan upaya. Orang

yang mempunyai sikap tawakkal akan senantiasa bersyukur jika

mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya.

Bersikap tawakkal kepada Allah Swt bukti bahwa seseorang

(62)

47

Dalam kitab Minhajul Muslim dikatakan:

بًِٛمْهَخ بًبِجأَ ِِّنبًَْعَا ِعًَِْٛج ِٙف ٗنبَعَت ِالله َٗهَع َمَّكََّٕتنا َٖزَٚ َلا ُىِهْسًُْنَا

ِزْيَ ِ َ ِنَذَٔ ً َِّٛيَلاْ ِ ً َ ِْٛمَع ُِدُّ ُعََٚٔ ً َُِِّْٛٚ ً َ ِْٚزَف ِاَزَٚ ْمَب ُبْسَذَف

ِِّب ٗنبَعَت ِالله

Artinya:“Seorang muslim tidak hanya menganggap tawakkal kepada

Allah SWT di dalam seluruh amalnya sebagai beban moral saja bahkan memandangnya sebagai kewajiban agama dan menghitungnya sebagai aqidah Islam, yang demikian itu karena perintah Allah Swt (Al-Jazairi, 2012: 106).

Allah Swt berfirman:

Artinya: “Dan hendaklah orang-orang yang mukmin bertawakkal

kepada Allah saja” (Q.S. At Taghabun: 13). (http//www.al-qur‟an

-digital.com).

Wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah Swt, karena

sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah Swt, maka ia

akan diberi kecukupan, ditolong, dilindungi serta diutamakan oleh

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kegiatan tersebut, maka didapati sebuah hasil temuan bahwa materi pendidikan akhlak dalam kitab Taysīr al - Khallāq fī „Ilmi al - Akhlāq relevan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1 Apa saja nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kitab Al-Akhlak lil Banat jilid 1 Karya

Banyak literatur yang berbicara tentang pendidikan akhlak termasuk juga literatur yang bernuansa sastra, yang dalam hal ini salah satunya adalah kitab Al- Barzanji. Pembacaan kitab

Hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam kitab Waṣāyā Al-Ābā’ Li Al-Abnā’ karya Muhammad Syākir Al-Iskandari terbagi menjadi beberapa

Akhlak buruk adalah pintu menuju neraka yang menyala menghanguskan hati nurani , sedang akhlak baik laksana pintu menuju jannah Ilahi (Hamka, 1992: 1). Mengingat

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa tesis saudara Reza Al Khautsar yang berjudul : “ Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam

Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Ta’lim Al-Muta’alim Dengan Relevasi Pendidikan Karakter Di Era 5.0 No NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALIM RELEVANSINYA

Pembahasan Temuan Berdasarkan hasil temuan peneliti maka internalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab Tarbiyatus Syibyan pada santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember, upaya guru