• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK MELALUI KITAB TARBIYATUS SYIBYAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK MELALUI KITAB TARBIYATUS SYIBYAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam

Oleh:

M Fathoni NIM : T20181467

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEPTEMBER 2022

(2)

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK MELALUI KITAB TARBIYATUS SYIBYAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL

ISLAM JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam

Oleh:

M Fathoni NIM : T20181467

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Ubaidillah, M.Ag NIP: 196812261996031001

(3)

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK MELALUI KITAB TARBIYATUS SYIBYAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL

ISLAM JEMBER

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Juma’at

Tanggal : 23 September 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Istifadah, S.Pd., M.Pd.I. Erisy Syawiril Ammah,M.Pd.

NIP.196804141992032001 NIP.199006012019031012 Anggota :

1. Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag. ( )

2. Dr. H. Ubaidillah, M.Ag ( )

Menyetujui,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof.Dr.Hj.Mukni’ah,M.Pd.I NIP.196405111999032001

(4)

MOTTO

ابيسح ءيش لك ىلع ناك للها نإ اهودر وأ اهنم نسحأب اويحف ةيحتب متييح اذإو

Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan

segala sesuatu [Qs.an-nisa’[5]:86].

M.Quraish Shihab, Al-qur’an dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati 2020).

(5)

PERSEMBAHAN

Seiring ucapan syukur alhamdulillah kepada Allah Swt, Skripsi ini akhirnya selesai saya rampungkan. Dengan segenap rendah hati saya persembahkan skripsi ini kepada

1. Abah dan Umi tercinta (H. Muhsin Ali Makki & Hj. Sholuhah), terima kasih atas segala perjuangan dan pengorbanan yang tiada pernah henti dan terimakasih atas segala untaian doa dalam setiap sujud kalian.

2. Dosen pembimbing penulis, Bapak Dr. H. Ubaidillah, M.Ag, terimakasih telah membimbing, memberi arahan, memberikan semangat dan motivasi dalam proses penulisan hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Kakak dan Mbak tersayang (Afifi Muhsin dan Mar’atus sholehah) terima kasih doa dorongan semangatnya

4. Semua teman-teman PAI angkatan 2018 yang senasib seperjuangan, t e r i m a k a s i h atas dukungan, motivasi, dan canda tawa kalian selama in i

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Kitab Tarbiyatus Syibyan Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember ini ” tepat pada waktunya.

Selawat serta salam selalu kita limpahkan kepada junjungam kita nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam terang benderang dan penuh cahaya islam.

Keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini penulis capai karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih dengan ucapan jazakumullahu ahsanul jaza, kepada :

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan pembelajaran.

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

3. Bapak Dr. H. Ubaidillah, M.Ag, selaku dosen pembimbing , terimakasih bimbingan dan arahannya selama proses pengerjaan skripsi ini.

4. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini

5. Segenap civitas akademik, dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(7)

(FTIK) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah membantu dan membekali ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan ini.

6. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, baik dalam bentuk do’a ataupun dalam bentuk lainnya selama proses menyelesaikan skripsi ini.

Semoga ridha Allah SWT, menyertai kemana arah kaki melangkah dan diamana langkah dan berpijak. Semoga skripsi ini dapat beramanfaat bagi para pembacanya, Aamiin.

Jember, 24 Agustus 2022

Penulis

(8)

ABSTRAK

M. Fathoni, 2022: Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Kitab Tarbiyatus Syibyan Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.

Kata Kunci : Internalisasi, Akhlak, Tarbiyatus Syibyan.

Perkembangan zaman mengakibatkan degradasi moral bagi masyarakat khusunya para remaja. Kenakalan remaja marak terjadi di masyarakat bukan hanya di perkotaan, namun sudah mengakar pada masyarakat di pedesaan. Hal ini membutuhkan adanya inovasi baru dalam pendidikan untuk mengurangi bahkan memberantas kenakalan remaja.

Untuk itu, penting adanya internalisasi nilai nilai akhlaq untuk memperbaiki prilaku individu dalam mencegah adanya kenakalan remaja di masyarakat.

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses transformasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember? 2) Bagaimana proses transaksi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember? 3) Bagaimana proses transinternalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember?.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan proses transformasi nilai- nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember. 2) Untuk mendeskripsikan proses transaksi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember. 3) Untuk mendeskripsikan proses transinternalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember.

Untuk mencapai tujuan di atas peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan observasi yang di gunakan adalah observasi partisipatif moderat dan analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles and Huberman yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa 1) tahap transformasi nilai-nilai akhlak melalui kitab Tarbiyatus Syibyan di Pondok Pesantren Nurul Islam dilakukan dengan pendekatan program pengajian rutin kitab tarbiyatus syibyan oleh pengasuh dan pengurus, pembacaan nadhom kitab Tarbiyatus Syibyan setiap selepas sholat subuh, dan pembaacaan nadhom kitab Tarbiyatus Syibyan dihadapan wali santri ketika wisuda akhirussanah . 2) tahap transaksi nilai-nilai akhlak melalui kitab Tarbiyatus Syibyan dilakukan dengan cara santri dibiasakan menjalankan peraturan pesantren, dan jika melanggar maka dikenakan hukuman, ketika baru kembali dari liburan pesantren maka santri dibiasakan untuk sowan kepada pengasuh, serta pembiasaan penerapan sikap akhlak kepada lingkungan yakni dengan cara bersih-bersih area pesantren dengan jadwal yang sudah ditentukan. 3) tahap transinternalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab Tarbiyatus Syibyan dilakukan dengn program Tugas mengajar yakni ketika santri liburan di rumah dibebani tugas mengajarkan apa yng sudah diperoleh selama di pesantren, Program Abdi Masyarakat atau PAM, dan phunisment ketika tidak menjalankan tugas mengajar tersebut

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Istilah ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 15

A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Kajian teori ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Pendekatan dan jenis Penelitian ... 58

(10)

B. Lokasi Penelitian ... 59

C. Subyek Penelitian ... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ... 62

E. Analisis Data ... 66

F. Keabsahan Data ... 68

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 70

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 70

B. Penyajian data dan Analisis ... 74

C. Pembahasan Temuan ... 94

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Diagram presentase jumlah Pondok Pesantren di Jawa Timur .. 4 Tabel 4.1Matrik Hasil Temuan ... 91

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses tranformasi berupa kegiatan pengajian Kitab Tarbiyatus

Syibyan oleh Pengasuh ... 79 Gambar 4.2 Proses tranformasi berupa kegiatan pengajian Kitab Tarbiyatus

Syibyan oleh Ustad Pesantren ... 79 Gambar 4.3 Proses tranformasi berupa kegiatan pembacaan Kitab Tarbiyatus

Syibyan bersama di masjid ... 80 Gambar 4.4 Proses tranformasi berupa kegiatan pembacan Kitab Tarbiyatus

Syibyan ketika wisuda bersama wali santri ... 81 Gambar 4.5 Proses transaksi berupa kegiatan kebiasaam Santri sowan

kepada Pengasuh ketika baru kembali ke pesantren ... 85 Gambar 4.6 Proses trasaksii berupa bersih-bersih area pondok ... 86 Gambar 4.7 proses trninternalisasii berupa hukuman gundul yang diberikan

pengurus kepada santri yang tidak melakukan tugas mengajar. . 89 Gambar 4.8 Proses trninternalisasi berupa program tugas mengajar selama

liburan di rumah... 90 Gambar 4.9 Gambar pemberangkatan program abdi masyaraka {PAM}

tahun 2022. ... 90

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Kenakalan remaja semakin marak terjadi di Indonesia, bahkan akibat dari tindakan tersebut tidak hanya merugikan diri sendiri, melainkan berdampak negatif bagi orang-orang disekitarnya. Berita di televisi dan internet seringkali mengabarkan adanya tindakan kenakalan remaja di Indonesia, mulai dari aksi balap liar, tawuran antar remaja atau pelajar, kumpul kebo, pesta miras dan obat-obatan terlarang hingga pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Menurut Kepala Dinas Sosial, Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Jember, tingkat kenakalan anak dan remaja di Jember tergolong tinggi. Hal itu dibuktikan dengan adanya kesaksian dari warga yang menyaksikan secara langsung beberapa remaja yang kerap kali melakukan aksi balap liar, mabuk- mabukan dan kenakalan lainnya di pinggiran jalan. Mirisnya hal itu dilakukan oleh anak berusia 10 – 17 tahun dimana pada usia tersebut mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.1

Berdasarakan keterangan di atas, pemerintah harusnya melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir dan mencegah adanya kenakalan remaja di daerahnya, salah satunya melaui pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan kunci untuk setiap manusia agar mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran jika

1 Rey Suwegtyo, Kompas, tentang tingkat kenakalan anak di Kota Probolinggo, 13 Januari 2022. https://regional.kompas.com/read/read/2022/1/13/143515278/tingkat-kenakalan- anak-di-kota-Jember-tinggi-begini-penjelasan-pemkab, diakses pada tanggal 20 juni 2022.

(14)

pemerintah mewajibkan program belajar wajib belajar 12 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam menyangkut kemajuan dan masa depan bangsa. John Dewey menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin.2

Dalam agama Islam juga menerangkan bagaimana pentingnya suatu pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam surat At-Taubat ayat 122 :















































Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”3 Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya pendidikan memegang peranan penting bagi manusia dalam menjalankan kehidupan, sampai agama Islam pun juga menganjurkan kepada orang muslim untuk selalu menuntut ilmu dimanapun berada, baik itu di sekolah formal, di bangku perkuliahan, di lembaga pondok pesantren dan lain-lainnya.

2 A. fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam ( Malang, UIN Malang Press, 2008), hlmn 5. Lihat di dalam Zakiyah Dradjat 1982 : 1

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Bandung:

Diponegoro, 2015), 60.

(15)

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai kontribusi penting bagi pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Nusantara, tentu pesantren telah banyak melahirkan SDM yang mumpuni, bahkan pejuang militan yang turut berjibaku bagi tegaknya NKRI sehingga mereka dinobatkan sebagai pahlawan Nasional.

Sederet nama bisa kita sebut untuk membuktikan kebenaran fakta tersebut.

Sebut saja misalnya KH Hasyim As’ari, KH As’ad Syamsul Arifin, dan banyak ulama lagi. Mereka merupakan produk pesantren.

Kementerian Agama (Kemenag) mencatat, sebanyak 4.452 pondok pesantren tersebar di Jawa Timur. Jember merupakan Kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah paling banyak, yakni 611 pondok pesantren. Kemenag juga melaporkan, Jawa Timur memiliki jumlah santri bermukim paling banyak mencapai 323,3 ribu orang. Adapun jumlah pondok pesantren di Jawa Timur merupakan terbanyak ketiga setelah Jawa Barat dan Banten. Jawa Timur juga terkenal sebagai provinsi dengan pesantren terbaik. Contohnya, pondok modern Darussalam Gontor Ponorogo, pondok pesantren Langitan Tuban, pondok pesantren Lirboyo Kediri, dan pondok pesantren Tebuireng Jombang.4

4 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/31/jumlah-pondok-pesantren-di- kabupaten-jember-terbanyak-se-jatima, diakses pada tanggal 20 Juni 2022.

(16)

Tabel 1.1

Diagram presentase jumlah Pondok Pesantren di Jawa Timur

Pesantren sendiri merupakan wadah penggodokan kader ulama dengan ciri khasnya tersendiri. Pesantren dapat berkembangan tanpa bergantung pihak manapun di luar pesantren. Selain kesibukannya mengalirkan ilmu pengetahuan kepada santrinya, di pesantren juga diajarkan tradisi tolong- menolong, saling mencintai, saling menghargai sesama, dan saling menghormati, hal itu merupakan ciri khas daripada tradisi yang ada di dalam pesantren. Jika perilaku itu dinarasikan dengan sebuah kata, maka kata yang tepat untuk mewakili itu semua adalah akhlakul karimah. Tradisi saling menghargai dan menghormati hanya serpihan kecil dari apa yang disebut dengan akhlakul karimah, dimana notabenenya pendidikan akhlak menjadi perhatian khusus di pesantren.

Akhlak sendiri merupakan kehendak jiwa manusia yang menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan

(17)

pertimbangan pikiran terlebih dahulu.5 Imam al-Ghazali menyebut akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jadi jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk.6 Mengingat akhlak di jaman sekarang sangat minim, apalagi di Negara Indonesia yang bisa dikatakan kurangnya dalam pendidikan akhlak atau moral, bahkan mereka yang berada di pesantren ketika keluar atau sudah lulus masih saja ada yang minim dengan pendidikan moral atau akhlak. Maka dengan demikian dirasa perlu untuk para pendidik memberi pendidikan akhlak sejak dini, mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar bahkan sejak di taman kanak-kanak dirasa perlu untuk memberi pendidikan akhlak.7

Pentingya mempelajari ilmu akhlak juga disebut dalam syair Kitab Tarbiyatus Syibyan yang berbunyi sebagai berikut;8

و م ص ح ل لا ق ل و و ب لا ع ق ي

د ة

#

ة ب دا لا ع ح ح ص م م ن ت ع ل

Jadi pertama belajar Ilmu Fiqih

# Ilmu Akhlaq Ilmu Tauhid dengan gigih

Syair di atas menyebutkan bahwa pentingnya belajar Ilmu Akhlak setelah Ilmu fiqh dimana ilmu fiqh merupakan ilmu yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari untuk beribadah kepada Allah sedangkan Ilmu Akhlak

5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 57.

6 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006), 2.

7 Setia Paulina Sinulingga, Teori Pendidikan Moral Menurut Emile Durkhime Relevansinya bagi Pendidikan Moral Anak Indonesia, Jurnal, Jambi.

8 Muhyiddin Abdusshomad, Terjemah Tarbiyatus Syibyan Bahasa Indonesia, (Jember:

Nuris Islam Boarding School Press), 4.

(18)

ilmu yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari untuk metode kita bersosialisasi atau bermasyarakat.

Pendidik atau Guru dalam pendidikan akhlak memilki peran yang sangat penting mengingat peran dari seorang guru itu sendiri, adapun peran pendidiki atau guru telah disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berbunyi:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”9

Para Ahli juga menyebutkan bahwa tugas seorang pendidik atau Peran seorang pendidik atau guru adalah: sebagai pendidik dan pengajar, sebagai mediator atau sumber belajar dan fasilitator, sebagai model dan teladan, sebagai motivator, serta sebagai pembimbing dan evaluator.10 Melihat peran tersebut guru merupkan ujung tombak dari terbentuknya sebuah akhlak disamping guru juga ada peran orang tua yang juga tidak kalah penting.

Penanaman Nilai-nilai Akhlak harus diberikan sejak dini, mulai dari usia kanak- kanak, remaja, bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal sebagai istilah pendidikan sepanjang hayat (long life education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia hakikatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung.

Pengajaran akhlak melalui metode pembelajaran adalah hal mutlak

9 Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2017, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 157).

10 Siti Maimunati dan Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua, Media, dan Metode Pembelajaran: Strategi KBM di Masa Pandemi Covid-19, (Banten: 3M Media Karya Serang, 2020), 9.

(19)

yang biasa terjadi di lembaga pesantren. Berbagai macam kitab akhlak diajarkan kepada para santri, salah satunya kitab Ta‟lim al-Muta‟allim, yakni kitab klasik yang paling fenomenal dalam dunia pendidikan Islam, khususnya di Indonesia. Dalam format pendidikan Islam, terutama di pondok pesantren, kitab karangan Syekh az-Zarnuji ini merupakan karya besar ulama klasik yang harus dipelajari seorang siswa atau santri apabila ingin memperoleh ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Karya Az-Zarnuji ini berhasil menjelma menjadi kitab pertama dalam bidang akhlak yang banyak dikaji di wilayah pesantren. Paling tidak pernyataan ini tergambarkan dari penelitian Martin Van Bruinessen. Dalam buku berjudul "Kitab Kuning Tradisi dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia", Martin menyebutkan bahwa Ta’lim al Muta’allim menempati peringkat pertama kitab yang banyak dipelajari di pesantren dalam diskursus ilmu akhlak.11

Selain kitab Ta’lim al Muta’allim, berbagai genre kitab akhlak juga banyak dijadikan bahan ajar, seperti kitab Washaya al-Aba‟ li al Abna‟ karya Muhammad Syakir, Akhlaq li al-Banin dan Akhlaq li-al Banat hasil karya Umar bin Ahmad Barja, Irsyad al-„Ibad karya Zain al-Din al-Malibari, Bidayatul Hidayah, dan juga kitab Nashaih al-„Ibad karya fenomenal ulama asal Indonesia, Syekh Nawawi al-Bantani. Diantara banyak kitab akhlak yang masyhur dipelajari di kalangan Pesantren tersebut, ada sebuah kitab akhlak yang berjudul Kitab Tarbiyatus Syibyan karangan ulama Madura, KH Habibullah Ro’is. Kitab tarbiyatus Syibyan mempunyai arti “Pendidikan

11 https://www.republika.co.id/berita/pyj221320/inilah-kitab-etika-yang-paling-banyak- dikaji-di-pesantren, diakses pada tanggal 20 Juni 2022.

(20)

Anak-anak” yang mana kitab tersebut berisi syair-syair bahasa arab yang menjelaskan tentang akhlak.

Hal menarik yang kami rasa perlu untuk diteliti adalah, bahwa di Jember, Pesantren Nurul Islam merupakan salah satu pesantren yang sangat serius mengkaji kitab akhlak menggunakan kitab Tarbiyatus Syibyan ini.

Ditambah lagi kitab ini juga terdapat terjemah bahasa Indonesia yang diterjemahkan langsung oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad selaku pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.

Sebagaimana hasil observasi awal yang kami lakukan di Pesantren Nurul Islam, diketahui bahwa penggunakan kitab Tarbiyatus Syibyan sebagai bahan ajar santri dalam bidang ilmu akhlak mempunyai beberapa alasan. Yang pertama karena puteri ke-tiga dari KH. Muhyidin Abdusshomad yakni Ning Khasanatul Kholidiyah M.Pd merupakan alumni pesantren pengarang kitab Tarbiyatus Syibyan itu, (Pondok Pesantren Al-Is’af Pamekasan Madura), sehingga pengasuh PP Nurul Islam, selaku wali santri menggambarkan rasa ta’dzimnya kepada guru dari anaknya tersebut dengan mengkaji kitab karangan kiai Habibullah Ro’is tersebut. Yang kedua bahwa kitab Tarbiyatus Syibyan ini dirasa mudah dan gampang dipahami oleh santri, dikarenakan berbentuk Sya’ir atau gurindam. Tidak seperti kebanyakan kitab kuning kebanyakan yang berbentuk paragraf-paragraf. Dengan demikian juga mudah untuk dihafalkan. Yang ke-tiga dari alasan bahwa kitab ini berbentuk syair, maka pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam KH. Muhyiddin Abdusshomad menerjemahkannya langsung ke dalam bahasa indonesia, untuk

(21)

mempermudah lagi dalam memahami dan mengahafalkannya.12

Sebagai gambaran umum daripada keseriusan dalam penanaman akhlak di Pesantren ini, adalah keseriusan dalam mendalami pendidikan akhlak melalui perantara kitab Tarbiyatus Syibyan. Pelajaran mengenai akhlak dengan kitab Tarbiyatus Syibyan ini tidak hanya diajarkan di pondok saja, melainkan dimasukkan kedalam kurikulum pembelajaran sekolah formal yang ada di lingkungan Pesantren Nurul Islam.

Pondok Pesantren Nurul Islam Jember sendiri didirikan oleh KH.

Muhyiddin Abdusshomad pada tahun 1981. Jumlah santri di pesantren yang diasuh KH Muhyiddin Abdusshomad yang juga Rais Syuriah PCNU Jember itu mencapai 3 ribuan santri dengan lima asrama yang terdiri dari dua asrama putri dan tiga asrama putra dengan lahan seluas 25 hektare.13

Sehingga hal ini yang kami rasa sebagai perhatian khusus dalam penanaman karakter atau akhlak santri melalui pembelajaran yang merata di pondok dan sekolah formalnya. Sehingga pendalaman atau penghayatan terhadap suatu nilai akhlak benar-benar berusaha diwujudkan melalui pembelajaran dan perilaku santri sehari-harinya. Maka dengan begitu internalisasi nilai-nilai akhlak dalam berperilaku santri di pesantren Nurul Islam bisa terus berkembang. Berdasarkan data awal yang kami peroleh di atas, kami rasa penelitian ini penting kami angkat dengan judul, “Internalisasi Nilai–Nilai Akhlak Melalui Kitab Tarbiyatus Syibyan Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.”

12 Wawancara dengan Bapak Ustad Hosaini M.Pd. seagai koordinator yayasan pesantren, Sabtu 25 Juni 2022.

13 Wawancara dengan Bapak Ustad Hosaini M.Pd. seagai koordinator yayasan pesantren, Sabtu 25 Juni 2022.

(22)

B. Fokus Kajian

Berdasarkan latar belakang diatas terdapat rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses transformasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember?

2. Bagaimana proses transaksi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember?

3. Bagaimana proses transinternalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk menyelesaikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses transformasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember.

2. Untuk mendeskripsikan proses transaksi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember.

3. Untuk mendeskripsikan proses transinternalisasi nilai-nilai akhlak melalui kitab tarbiyatus syibyan pada santri pondok pesantren Nurul Islam Jember.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini hadir dengan judul “Interaksi Nilai – Nilai Akhlak Melalui Kitab Tarbiyatus Syibyan Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember”. Bertujuan untuk menjawab rasa ingin tahu penulis tentang penerapan kitab akhlak Tarbiyatus Syibyan pada perilaku sehari-hari santri pondok

(23)

Pesantren Nurul Islam. Kendatipun pada setiap penelitian yang dilakukan pasti akan membawa manfaat kepada pihak terkait dan semua komponen yang mencakupnya. Sehingga diharapkan dapat membawa manfaat baik secara teoritis dan praktis terhadap khalayak umum, terutama bagi peneliti sendiri.

Adapun tujuan dari manfaat penelitian ini terbagi menjadi beberapa poin sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya menambah pengetahuan dan memperkaya khazanah keilmuan yang berkaitan dengan penerapan kitab akhlak dalam kehidupan sehari-hari santri.

b. Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya, sehingga penelitian mengenai hal ini mengalami Upgrading dan penerapan yang lebih baik lagi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat serta tambahan wawasan dalam mengembangkan kompetensi peneliti.

b. Bagi Almamater UIN KHAS Jember

Penelitian ini harapan kedepannya dapat memberikan kontribusi wawasan pengetahuan dan menambah referensi ilmu pengetahuan bagi kepentingan para akademisi, terkhusus mahasiswa mahasisiwi Pendidikan Agama Islam. Serta sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang mempunyai substansi pembahasan yang sama.

(24)

E. Definisi Istilah

Dalam hal ini, definisi istilah berisi mengenai pengertian istilah-istilah yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Yang bertujuan untuk menjelaskan poin penting dalam judul sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknai istilah-istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.

1. Internalisasi Nilai Akhlak

Internalisasi merupakan pengaturan tingkah laku atau sikap individu ke dalam pikiran maupun kepribadian seseorang, sehingga tingkah laku dan tindakan-tindakan yang dilakukannya dapat menjadi suatu penerapan bagi individu lain sebagai bagian dari diri sendiri. Akhlak sendiri mempunyai nilai perilaku, baik itu akhlak tercela maupun akhlak terpuji.

Internalisasi nilai akhlak secara keseluruhan merupakan standart pengaturan perilaku atau sikap individu ke dalam pikiran agar menjadi suatu penerapan bagi individu lebih lanjut ini dilakukan melalui praktik dengan kesadaran, tanpa adanya paksaan. Secara mudah dipahami bahwa internalisasi melalui penerapan-penerapan akhlak yang ditampakkan dalam setiap tingkah laku sehari-hari.

2. Kitab Tarbiyatus Shibyan

Tarbiyatus Shibyan adalah nama sebuah kitab yang diajarkan di beberapa pesantren di pelosok-pelosok pedesaan di kepulauan Madura bagian timur. Kitab ini ditulis oleh Al-Marhum Kiai Haji Habibullah Ra'is

(25)

dari pesantren Klaba'an Guluk-Guluk Sumenep Madura. Arti Tarbiyatus Shibyan sendiri dalam bahasa Indonesia berarti "pendidikan anak-anak".

Kitab ini adalah sekumpulan syair yang di dalamnya memuat bahan ajar, cara beriman kepada Allah, cara menghormati orang tua, cara belajar dan menuntut ilmu yang mendatangkan keberkahan, sampai cara makan dan tata kehidupan yang pada akhirnya memberi tuntunan keselamatan hidup untuk para anak-anak seperti terdapat pada judulnya.

Syair ini menggunakan bahasa arab dan susunan kalimatnya seperti kebanyakan bentuk syair, lalu dibawahnya disisipkan bahasa Madura yang juga berbentuk syair.

Berdasarkan definisi istilah di atas, maka bisa dipahami bawah yang dimaksud dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Kitab Tarbiyatus Syibyan Pada Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember” yaitu suatu proses penanaman atau internalisasi akhlak kepada santri Nurul Islam melalui kitab yang berjudul Tarbiyatus Syibyan. Proses penanaman akhlak tersebut dilakukan melalui tahap transformasi, transaksi dan transinternalisasi nilai akhlak hingga menjadi karakter dan melekat pada dirinya, yang kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam maupun di luar pesantren, terlebih ketika sudah kembali hidup berdampingan dengan masyarakat.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat memudahkan dalam memahami masalah fokus dalam penelitian ini, maka penyusun akan menguraikan sistematika pembahasan

(26)

dalam penelitian ini menjadi 4 (empat) bab. Adapun susunannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisikan, Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan umum dalam bab II ini akan membahas mengenai teori- teori apa yang akan digunakan dalam penelitian yang akan peneliti teliti, yakni mengenai teori tentang internalisasi dan akhlak.

BAB III : METODE PENELITIAN

Di dalam bab III ini, akan dijelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilakukan oleh penulis. Mencakup pendekatan dan jenisnya dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini peneliti menyajikan deskripsi secara umum objek penelitian, yang berisi jawaban dari rumusan masalah yang merupakan hasil temuan dari penelitian. Serta beberapa contoh dari rumusan masalah yang dihadirkan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab V yang merupakan bab penutup ini, peneliti membahas mengenai saran dan kesimpulan.

(27)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latarbelakang masalah di atas, maka sebagai upaya untuk mendukung sebuah analisis yang lebih komprehensif, langkah selanjutnya yaitu penulis akan berupaya melakukan telaah pustaka dengan menggunakan penelitian terdahulu, yang tentunya berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan penulis sebagai bahan perbandingan atau studi komparatif.

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka sebagai upaya untuk mendukung sebuah analisis yang lebih komprehensif, langkah selanjutnya yaitu penulis berupaya melakukan telaah pustaka dengan menggunakan penelitian yang terdahulu, yang tentunya berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan sebagai bahan perbandingan.

1. Skripsi yang ditulis oleh Dedeng Sudrajad (10205563450), merupakan mahasiswa S1 pendidikan agama Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dengan judul penelitian “Pendidikan Akhlak di Pesantren Al-Matiin Kampung Sawah Ciputat”. Dalam skripsi membahas tentang tantangan serta peran lembaga pendidikan non formal, atau dalam hal ini pesantren dalam mengimbangi minimnya pendidikan ahklak anak di daerah metropolitan. Menggunakan studi penelitian di salah satu pesantren yakni Pesantren Al-Matiin Kampung Sawah Ciputat, diharapkan

(28)

mampu untuk mengimbangi pola pelajaran akhlak bagi anak-anak sekitar.14

Adapun persamaan daripada penelitian ini dengan penelitian kami terletak pada substansi penelitian, yang sama-sama meneliti tentang pendidikan akhlak. Sedangkan perbendaannya dengan penelitian kami adalah tempat studi yang dilakukan. Serta objek yang digunankan, kami menggunakan kajian kitab Tarbiyatus Syibyan sedangkan penelitian itu secera global pebdidikan di pesantren.

2. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Ardiyansyah (1003406417), mahasiswa pendidikan agama islam fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan Universitas Islam Malang. Penelitian yang berjudul “Pendidikan Akhlak dengan Menggunakan Kitab Ta’lim Muta’allim di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru”. Gambaran secara umum mengenai skripsi ini, yakni membahas tentang pendidikan akhlak dengan fokus kajian menggunakan kitab Ta’limul Muta’allim. Menggunakan jenis metode penelitian field reseach atau penelitian lapangan, yang dilakukan di Pondok Pesantren darul ilmi.15

Adapun persamaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian kami terletak pada tempat penelitiannya yang berbeda. Yakni pondok pesantren Darul Ilmi dan Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. Juga tentang kajian kitab yang digunakan berbeda, yakni kitab Tarbiyatus Syibyan dan kitab

14 Dedeng Sudrajat, Pendidikan Akhlak di Pesantren Al-Matiin Kampung Sawah Ciputat, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009).

15 Muhammad Ardiyansyah, Pendidikan Akhlak dengan Menggunakan Kitab Ta‟lim Muta‟allim di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, (Malang : Universitas Islam Malang, 2014).

(29)

Ta’limul Muta’allim.

3. Skripsi yang ditulis oleh Betty Adidnda Wijaya, seorang mahasiswa Universitas Islam Malang, dengan judul penelitian “Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Sikap Disiplin Santri di Pondok Pesantren Narun Najah Ngijo Malang”. Skripsi ini membahas tentang kajian terhadap anak- anak hingga para remaja di kota Malang yang banyak kejadian tentang rendahnya akhlak. Penelitian dilakukan mengaca pada pendidikan akhlak di Pesantren Narun Najah Malang dengan harapan nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalam lingkungan pesantren dapat pula dilaksanakan oleh anak-anak luar pesantren pada umumnya.16

Adapun persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang sedang kami kaji adalah sama-sama membahas tentang pendidikan akhlak santri.

Perbedaaanya terletak pada studi tempat penelitian dilakukan, yakni di Pesantren Darun Janah Malang dan Pesantren Nurul Islam Jember.

4. Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa IAIN Jember (KAMILUDIN NIM.

084114010) dengan jdudul penelitian “Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Kitab Washoya Al Aba’i Lil Abna’ Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Santri Di Madrasah Diniyyah Al-Jailani Bangsalsari Jember”

Skripsi ini membahas tentang internalisasi nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya. Bahwa Dalam kitab Washoya Al-Aba’i Lil Abana’ karya Syekh Muhammad Syakir menyajikan pendidikan akhlaq untuk memperbaiki

16 Betty Adinda Wijaya, Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Sikap Disiplin Santri di Pondok Pesantren

Narun Najah Ngijo Malang, (Malang : Universitas Islam Malang, 2010).

(30)

generasi muslim demi terwujudnya manusia yang berakhlaqul karimah.17 Adapun perbedaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian kami adalah terletak pada objek kajian kitab yang di teliti. Penelitian terdahulu menggunakan objek kitab Washoya Al-Aba’i Lil Abana’, sedangkan penelitian kami menggunakan objek kitab Tarbiyatus Syibyan. Sedangkan persamaannya adalah keduanya sama-sama meneliti kitab tentang akhlak.

5. Skripsi ini ditulis oleh Hermawati Rosidi, dengan Nomor Induk Mahasiswa 1112011000009, yang mengangkat judul Skripsi “Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I”. Program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang kajian pendidikan Akhlak dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I serta untuk mengetahui konsep pendidikan Akhlak. Untuk diketahui kitab Al-Akhlak lil Banin ini merupakan kitab klasik yang khusus menjelaskan mengenai dasar-dasar ilmu akhlak. Serta ada juga yang menyebutnya sebagai kitab akhlaknya anak-anak kecil, hal itu dikarenakan nama dari kitab ini mempunyai makna “Anak Kecil”. Kitab karya Syeikh Umar bin Ahmad Baradja yang merupakan ulama klasik.18

Adapaun perbedaan penelitian ini, dengan penelitian yang kami angkat adalah terletap pada sumber utamanya. Penelitian ini menggunakan

17 Kamiluddin, Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Kitab Washoya Al Aba‟i Lil Abna‟

Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Santri Di Madrasah Diniyyah Al-Jailani Bangsalsari Jember, (Jember : IAIN Jember, 2016)

18 Hermawati Rosidi, Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I, (Jakarta : UIN Syarif

Hidayatullah, 2016).

(31)

fokus kitab Al-Akhlak Lil Banin, sedangkan penelitian kami menggunakan kitab Tarbiyatus Syibyan. Sedangkan persamaan daripada penelitian ini adalah sama-sama fokus membahas tentang pendidikan Akhlak.

B. Kajian Teori

Sebagai upaya untuk mengarahkan suatu penelitian, dibutukan teori yang dapat menjadikan penelitian tersebut membuahkan penelitian yang memuaskan, dan sesuai dengan harapan, jadi kerangka teoritik adalah sebuah keharusan dalam melakukan penelitian ilmiah.

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan di pakai sebagai dasar atau landasan penelitian yang akan dilakukan, adapun teori-teori mengenai variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti. Kemudian bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan dasar pijakan penelitian.

Pembahasan secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

1. Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak a. Pengertian internalisasi

Internalisasi menurut kamus ilmiah populer yaitu “pendalaman, penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan atau kesadaran akan kebenaran suatu doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.” Internalisasi

(32)

pada hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni merupakan proses pemasukan suatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman.19

Secara etimologi, internalisasi menunjukkan suatu proses.

Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran–isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Internalisasi diartikan sebagai penghayatan pendalaman penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.20

Dalam kerangka psikologis “Internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian”. Freud yakin bahwa “ Superego, atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap- sikap parental (orang tua)”.21

Sementara itu menurut Johnson, “internalisasi adalah proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem kepribadian”. Berdasarkan pendapat di atas, menjelaskan bahwa internalisasi dapat diartikan sebagai suatu penghayatan nilai-nilai dan atau normanorma sehingga menjadi kesadaran yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

19 Dedeng Sudrajat, Pendidikan Akhlak di Pesantren Al-Matiin Kampung Sawah Ciputat, 23.

20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta:Balai Pustaka, 1989), 336.

21 James P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), 256.

(33)

internalisasi pada diri seseorang dapat terjadi atau terkontruksi melalui pemikiran dan hal tersebut dipengaruhi oleh norma-norma yang terjadi atau terdapat di luar dirinya.

b. Tahap-tahap Internalisasi

Menurut Muhaimin dalam proes internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu:22

1) Tahap transformasi nilai

Tahap tranformasi nilai merupakan komunikasi verbal tentang nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai- nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata- mata merupakan komunikasi verbal tentang nilai.

2) Tahap transaksi nilai.

Tahap transaksi nilai adalah tahapan pendidikan nilai dengan jalan komunikasi dua arah, atau interaksi antar siswa dengan guru bersifat interaksi timbal balik. Kalau pada tahap transformasi, komunikasi masih dalam bentuk satu arah, yakni guru aktif. Tetapi dalam transaksi ini guru dan siswa sama-sama memiliki sifat yang aktif. Tekanan dari komunikasi ini masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok mentalnya.

3) Tahap Transinternalisasi.

Tahap Transinternalisasi nilai yakni bahwa tahap ini jauh

22 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) cet. 4, 301.

(34)

lebih dalam dari pada sekadar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem yang dianutnya.

Pada tahap-tahap internalisasi ini diupayakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:23

a) Menyimak, b) Responding, c) Organization, d) Characterization,

Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem yang dianutnya. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri inidvidu yang bersangkutan masih bertahan.24

Pada tahap-tahap internalisasi ini diupayakan dengan langkahlangkah sebagai berikut:

1) Menyimak, yakni guru memberi stimulus kepada peserta didik

23 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar. (Citra Media:Surabaya,1996), 153.

24 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) cet. 4, 301.

(35)

menangkap stimulus yang diberikan.

2) Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan terhadap tata nilai tertentu, sehingga memiliki latar belakang teoritik tentang sistem nilai, mampu memberikan argumentasi rasional dan selanjutnya peserta didik dapat memilliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.

3) Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem kepribadiannya disesuaikan dengan nilai yang ada.

4) Characterization, apabila kepribadian sudah diatur disesuaikan dengan sistem nilai tertentu dan dilaksanakan berturut-turut, maka akan terbentuk kepribadian yang bersifat satunya hati, kata dan perbuatan.

Teknik internalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan agama, khususnya pendidikan yang berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, dan akhlakul karim. Jadi intenalisasi nilai sangatlah penting dalam pendidikan agama Islam karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik, dengan pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai akhlak yang merupakan tahap pada manifestasi manusia religius.

Sebab tantangan arus globalisasi dan transformasi budaya bagi peserta didik dan bagi manusia pada umumnya yang difungsikan adalah nilai kejujurannya, yang dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat terpercaya dan mengemban amanah masyarakat demi

(36)

kemaslahatan.

Teori Internalisasi, sasarannya sampai kepada tahap kepemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau mewatak”.25 Teknik – teknik internalisasi bisa dilakukan dengan peneladanan, pembiasaan, penegakkan aturan dan pemotivasian.

1) Peneladanan

Nabi Muhammad merupakan teladan bagi umat manusia sebagai mana Allah Berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.26

2) Pembiasaan

Inti pendidikan yang sebenarnya adalah akhlak yang baik.

Akhlak yang baik itu dicapai dengan antara lain dengan keberagaman yang baik, keberagaman yang baik itu dicapai dengan pembiasaan. Sedangkan pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukkan peserta didik. Upaya ini dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.

Pembiasaan dapat dilakukan dengan program dalam pembelajaran dan tidak terprogram dalam pembelajaran dengan perencanaan

25 Adang Heriawan, dkk..Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis, (Banten:

LP3G,2012), 168.

26 AL-Qur’an, 33:21.

(37)

khusus dalam waktu tertentu seperti.27

a) Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam setiap pembelajaran.

b) Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran.

c) Biasakan belajar secara berkelompok untuk menciptakan masyarakat belajar. Guru harus membiasakan diri harus menjadi model dalam setiappembelajaran.

d) Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran.

Adapun pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilakukan sebagai berikut.

a) Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti:

senam, salat berjamaah, pemeliharaan kebersihan.

b) Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari – hari seperti berpakaian rapih berbahasa yang baik, dating tepat waktu.

c) Penegakan Aturan “Penegakan aturan merupakkan aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan terutama pendidikan karakter (akhlak). Pada proses awal pendidiakn (akhlak) penegakan aturan merupakan Setting Limitdimana ada batasan yang tegas dan jelas mana yang harus dan tidak harus

27 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung:Rosda, 2012), 231.

(38)

dilakukan, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan peserta didik”.28

Pembinaan akhlak pemotivasian dapat dilakukan dengan targhib dan tarhib, perumpamaan, mauizah, kisah. “Targhib adalah janji yang disertai bujukan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan nikmat. Sedangkan Tarhib adalah ancaman melalui hukuman disebabkan oleh terlaksananya sebuah kesalahan”.29

Internalisasi dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan agama Islam baru-baru ini dimana pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan hanya berorientasi pada aspek kognitif saja. Hal itu sesuai dengan pendapat Mochtar Buchori yang menyatakan bahwa kegagalan pendidikan agama disebabkan adanya ketimpangan praktis dimana pada zaman sekarang praktis yang terapkan hanya pada aspek kognitif dan mengesampingkan aspek afektif dan konatif-volutif yakni kemauan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai religius atau agama sehingga dalam praktir pendidikan agama hanya menjadi pengajaran agama saja.30 Untuk itu, proses internalisasi wajib diterapkan dalam sistem pendidikan pada semua tingkatan, begitupun pada proses pendidikan di pesantren.

28 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, 231-233.

29 Abdurrahman, An-Nahlawi.Pendidikan Islam di RUmah, Sekolah, Masyarkat.(Jakarta:Gema Insani:1995),296

30 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Rosda Karya, 2004), 88.

(39)

c. Metode Internalisasi Nilai

1) Metode internalisasi nilai melalui pendekatan kognitif

Teori perkembangan kognitif memandang bahwa

“moralitas individu akan berkembang melalui proses konstruktif yaitu secara aktif memahami situasi sosial baik berupa konflik maupun interaksi sosial sehingga menghasilkan pemahaman moral”.31 Pada metode pendekatan kognitif ini, siswa dianggap sebagai makhluk moral yang berfikir akan suatu kebenaran melalui pengamatannya pada dunia luar.

Adapun beberapa model pendekatan kognitif dalam menginternalisasi nilai kepada siswa diantaranya: Model Konsiderasi, Rational Building, Values Clarification Technique, Cognitive Moral Development, Analisis Nilai, Model Tindakan Sosial dan Science Technology and Society.32 Salah satu pengamplikasian metode ini di pesantren tercermin dari program- program pesantren yang berjalan.

2) Metode internalisasi nilai melalui pengkondisian

Internalisasi hakikatnya merupakan penanaman suatu keyakinan, sikap serta nilai-nilai yang kemudian menjadi perilaku sosial. Metode pengkodisian dalam internalisasi nilai disamakan dengan pembelajaran kondisioning yakni memberikan stimulus

31 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai (Bandung: Maulana Media Grafika, 2016), 38.

32 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai, 40- 53.

(40)

positif kepada santri untuk mempermudah penanama nilai. Dalam metode ini, ustad harus memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk menghadirkan minat siswa terhadap suatu pembelajaran.

Selain itu, pada metode ini ustad dapat memberikan reward dan punishment yakni pemberian hukuman atau sanksi kepada siswa yang melanggar atau hadiah kepada santri yang berprestasi misalnya.

3) Metode internalisasi nilai melalui pembiasaan.

Dalam pemahaman konsep Islam, metode pembiasaan dapat dipahami sebagai berikut:

a) metode pembiasaan merupakan upaya atau cara praktis dalam pembinaan akhlak individu

b) metode pembiasaan diartikan sebagai suatu cara untuk menghadirkan pembiasaan bagi anak didik

c) metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk kebiasaan anak didik dalam berpikir, bersikap, bertingkah laku dan bertindak sesuai ajaran Islam.33 2. Pengertian Nilai

Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.34 Artinya nilai itu dianggap penting dan baik apabila sesuai

33 Kama Abdul Hakam dan Encep Syarief Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai, 100.

34 Saifuddin Azwa, Sikap Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 57.

(41)

dengan kebutuhan oleh suatu masyarakat sekitar. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dan lain-lain.

Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. Nilai merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui, atau mempunyai sifat- sifat nilai tertentu.35

Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka yang dimaksud nilai pendidikan yaitu hal-hal yang penting sebagai proses pengubahan sikap atau tingkah laku seseorang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses pembiasaan dan cara mendidik.

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai akhlak dan nilai agama yang semuanya tercakup di dalam tujuan yakni membina kepribadian yang ideal. Tujuan pendidikan baik isinya maupun rumusannya tidak mingkin ditetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai. Bahkan seharusnya manusia telah memegang satu keyakinan tentang nilai-nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran. Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai.36 Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan (ghayah) semua aktivitas muslim. Semua nilai-nilai yang lain termasuk amal shaleh

35 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 17.

36 Louis O. Katsof, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), 332.

(42)

dalam Islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat meraih nilai tauhid. Dalam praktik kehidupan justru nilai-nilai instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia, seperti nilai amanah, kejujuran, kesabaran, keadilan, kemanusiaan, etos kerja dan disiplin.37 Oleh karenanya Islam menekankan perlunya nilai-nilai tersebut dibangun pada diri seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhidi.

3. Pendidikan

a. Definisi Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak.Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.38

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan

37 Kusuma Indra dan Dien Amien, Penganta Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 52.

38 Nur Kholis, Pendidikan dalam uaya memajukan teknologi, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1, November 2013, 25.

(43)

memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.39

Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan. Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran.

Pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan melihat definisi tersebut, sebagian orang mengartikan bahwa pendidikan adalah pengajaran karena pendidikan pada umumnya membutuhkan pengajaran dan setiap orang berkewajiban mendidik. Secara sempit mengajar adalah kegiatan secara formal menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik menguasai materi ajar.40

39 Nur Kholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, 26.

40 Chandra, Peran Partisipasi Kegiatan di Alam Masa anak, Pendidikan dan Jenis Kelamin sebagai Moderasi Terhadap Perilaku Ramah Lingkungan”. Disertasi S3. (Yogyakarta :Program Magister Psikologi, Unversita Gadjah Mada, 2009), 33.

(44)

b. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari fungsi yang diurakan tersebut menunjukan bahwa pendidikan nasional Indonesi lebih mengedepankan akan pembangunan sikap, karakater, dan transpormasi nilai-nilai filosopis negara Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme serta mampu bersaing di kancah internasional.41

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS No.

XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945.

Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung

41 I Wayan Cong Sujana, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia, urnal Pendidikan Dasar” Vol. 4, No. 1, April 2019, 30.

(45)

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.42 4. Akhlak

a. Definisi Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Arab disebut “akhlak” jamak dari kata “khuluk” yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (internal creation) atau kejadian batin atau dapat juga berarti ciri-ciri watak seseorang yang dalam bahasa asingnya “the traits of men‟s moral character”. Menurut pandangan agama berarti; ”suatu daya positif dan aktif dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan.43

Adapun secara terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlak antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.44

2) Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusidan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.45

42 I Wayan Cong Sujana, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia, 31.

43 Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur‟an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cet. I,

1991), 92.

44Betty Adinda Wijaya, Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Sikap Disiplin Santri di Pondok Pesantren

Narun Najah Ngijo Malang, 21.

45 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), 12.

(46)

Sedangkan pengertian akhlak menurut para ahli adalah:

1) Menurut Imam Al-Ghazali

ِخيَْغ خنِم ٍرخسُيَو ٍةَلخوُهُسِب ُلاَعخ فَلأخا ُرُدخصَت اَهخ نَع ٍةَخِساَر ِسخفَّ نلا ِفِ ٍةَئخيَه خنَع ٌةَراَبِع ُقُلُخلْ

َو ٍرخكِف َلَِا ٍةَجاَح ٍةَّيِوُر

.

Artinya: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).”46

2) Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin

ُمُهُضخعَ ب َفَّر َع اَهُ تَداَعَ ف ًأخيَش ختَداَتخعا اَذِا َةَداَرِلإخا َّنَا ِنِخعَ ي ِةَداَرِلاخا ُةَداَع ُهَّنَأِب َقُلُلْخا

ِقُلُلْخاِب ُةاَّمَسُلمخا َيِه .

Artinya: “Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.47

Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang. Sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar bernama akhlak.48

Sedangkan dalam pengertian sehari-hari, akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa inggris. Manusia akan menjadi

46 A. Mustofa., Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 12.

47 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur'an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 15.

48 Hermawati Rosidi, Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I, 25.

(47)

sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela.49

Secara kebahasaan akhlak bisa baik dan juga bisa buruk, tergantung tata nilai yang dijadikan landasan atau tolok ukurnya.

Di Indonesia, kata akhlak selalu berkonotasi positif. Orang yang baik sering disebut orang yang berakhlak, sementara orang yang tidak berlaku baik disebut orang yang tidak berakhlak.50

Adapun secara istilah, akhlak adalah sistem

Gambar

Tabel 1.1 Diagram presentase jumlah  Pondok  Pesantren di Jawa Timur ..   4  Tabel 4.1Matrik Hasil Temuan ..................................................................
Gambar 4.1  Proses tranformasi berupa kegiatan pengajian Kitab Tarbiyatus
foto ini di ambil  pada bulan januari ketika pengasuh berhalanagn  untuk  hadir  pengajian  kitab  tarbiyatus  shibyan  dan  di  ganti  oleh  putar  beliau  gus  robith  qasidhi  LC  ,  Bab  yang  di  baca  di  pengajian kitab tarybiyatus shibyan  ini adal
Foto  ini  di  ambil  dari  galeri  pribadi  ketika  peneliti  terjun  langsung ke pondok
+4

Referensi

Dokumen terkait

NILAI- NILAI AKHLAK KESANTUNAN DALAM KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM DAN PENERAPANNYA DI PESANTREN (Studi Deskriptif Kualitatif di Pondok Pesantren Gegempalan

Impilikasi Internalisasi Nilai – nilai Budaya Religius dalam Membentuk Karakter Santri di Pondok Pesantren Putri Al – Fathimiyyah dan PPP Sunan Drajat Lamongan Adapun implikasi

Proses internalisasi nilai-nilai tasawuf pada santri melalui tiga tahapan yakni: 1 pemahaman melalui kegiatan pengajian kitab Nashoihud Diniyyah dan mauidhoh/ceramah, 2 penerapan

Nilai-nilai mental dalam membentuk karakter religius santri di Pondok.. Pesantren Nurul Ulum Kota Blitar dan Pondok Pesantren

PENANAMAN NILAI-NILAI MAHABBATULLOH DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS SANTRI (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Nurul Ulum Kota Blitar. dan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum

Kajian ini menghasilkan temuan: 1) Pembelajaran akhlak di pondok pesantren Fadllillah memiliki komponen-komponen meliputi tujuan pembelajaran akhlak, materi

Realisasi nilai-nilai akhlakul karimah pada kitab akhlak lil banin di pondok pesantren Darul A’mal yaitu dalam sub bab sopan santun murid di sekolah, sikap santri yang membersihkan

Metode Tawidiyah Pembiasaan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Taman Sari Jember menggunakan metode pembiasaan kepada santri untuk melatih santri agar memiliki Akhlak Al-Karimah,