• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AISHA MIRANI WARDANI NIM. 11114125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ِثاَواَمَّسنا يِف ْوَأ ٍةَرْخَص يِف ْهُكَتَف ٍلَدْرَخ ْهِم ٍتَّبَح َلاَقْثِم ُكَت ْنِإ اَهَّوِإ َّيَىُب اَي

ٌريِبَخ ٌفيِطَن َ َّاللَّ َّنِإ ُ َّاللَّ اَهِب ِثْأَي ِضْرَ ْلْا يِف ْوَأ

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan

do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi

menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya.

2. Adikku tercinta Anggita Septia Ningrum, yang telah bersedia membantu dalam perihal apapun, serta sudah banyak merepotkan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR ميحرنا همحرنا اللَّ مسب

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nati-nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka penulis membuat karya ilmiah dengan bentuk skripsi dengan judul “Pola Pikir Santri Terhadap Orientasi Karier (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)“ Selesainya skripsi ini tidak semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu baik material maupun spiritual, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(9)

ix

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis dalam menempuh pendidikan ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Ulfah Susilowati, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingannya pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga. 6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi

yang telah membantu memberikan kelancaran dalam proses pembuatan skripsi.

7. Bapak Kyai Haji Bachrodin selaku Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

8. Para pendidik di Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono yang telah berkenan menjadi informan, serta seluruh santri yang telah berkenan untuk menjadi subjek penelitian.

9. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan

do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi

menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya. 10.Mbok Riyami yang telah membantu merawat saya sedari kecil.

(10)

x

12.Keluarga PPL (Sami, Aripin, Lukman, Irvan, Tina, Hindun, Waled, Afra, Bella) canda, tawa, kebahagiaan, kesedihan kehangatan pertemanan yang tulus, sukses buat kita semua.

13.Muhammad Khoironi yang selalu memberikan semangat untuk menjalani kuliah, dll., sukses selalu untuk kita, semoga selalu di beri kelancaran dan keberkahan.

14.Dayah, Mbak Laela, Ririn, Dyah Jiddan, Uus, Mele, Ifa, Isna, Umik, Duo Wulan, Ayu Tyas, Dewi Ina, Kiki, Izza, Ulin Niam, dll. yang tidak bisa di sebutkan satu persatu terimakasih sudah bersedia menerima, mendengarkan, terimakasih telah menjadi penghibur, semoga silaturahim kita akan tetap baik, semoga keberkahan selalu menyertai kalian, sukses buat kita semua. 15.Rekan KKN posko 50 Ds. Ngrembes Kec. Kemusu Kab. Boyolali terimakasih

sudah menjadi rekan yang baik dan asik selama penugasan yang diberikan oleh kampus. Sukses selalu untuk kita.

16.Teman-teman mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PAI terutama angkatan 2014 yang tak henti-hentinya saling suport.

17.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa disebut satu persatu.

Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali do‟a kepada Allah

(11)

xi

Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin ya robbal Alamin.

Salatiga, 10 September 2018 Penulis

(12)

xii ABSTRAK

Wardani Mirani, Aisha. 2018. Pola Pikir Santri Terhadap Orientasi Karier (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.

Kata Kunci: Pola Pikir; Orientasi Karier; Bimbingan dan Konseling Karier; Pondok Pesantren

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pikir santri terhadap orientasi karier. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier. 2) Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan remaja. 3) Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang diperoleh dari informan yaitu pengasuh pondok dan para pendidik, dan subjek dalam penelitian ini adalah santri remaja pada usia 16 sampai 21 tahun yang hanya melanjutkan pendidikan informal di pondok pesantren Al-Iman. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

(14)

xiv

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pola Pikir ... 9

B. Orientasi Karir ... 11

1. Pengertian Orientasi Karir ... 11

2. Perkembangan Karir ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir ... 22

4. Hambatan Pengembangan Karir ... 27

5. Bimbingan dan Konseling Karir ... 29

C. Pondok Pesantren ... 36

1. Ciri-Ciri Umum Pondok Pesantren ... 36

2. Sistem Pengajaran ... 39

3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren ... 44

4. Peran Pesantren ... 46

5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat... 49

D. Motivasi ... 53

E. Kajian Pustaka ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

C. Sumber Data ... 59

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 60

(15)

xv

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 64 G. Tahap-tahap Penelitian ... 65 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data ... 67 1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 67 2. Pola Pikir Santri terhadap Orientasi Karier ... 67

a. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di Pondok Pesantren Al-Iman ... 78 b. Pola Pikir Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier ... 87 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan

Remaja ... 97 C. Analisis Data ... 104 1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu

di Pondok Pesantren Al-Iman ... 105 2. Pola Pikir yang Terbentuk pada Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier ... 112 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan Remaja ... 120

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA

(16)
(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data santri Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 ... 68 Tabel 4.2 Data pengurus Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 ... 69 Tabel 4.3 Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018 ... 69 Tabel 4.4 Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018 ... 72 Tabel 4.5 Jadwal kegiatan Pondok Pesantren Al-Iman ... 75 Tabel 4.6 Kurikulum Pondok Pesantren Al-Iman

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4 Pedoman Wawancara Lampiran 5 Verbatim Wawancara Lampiran 6 Dokumentasi

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era sekarang ini perkembangan sumber daya manusia sangat penting bagi kemajuan di masa yang akan datang. Maka dari itu motivasi untuk mencapai sumber daya yang berkualitas seseorang harus membekali diri dengan pendidikan dan keterampilan. Dengan adanya motivasi juga harus disejajarkan dengan pola pikir yang harus bisa mendorong imajinasi dan kreativitas untuk berkembang. Pola pikir pikir sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya.

(20)

2

Kehidupan di pesantren, terdapat santri yang hanya mengenyam pendidikan di pesantren, dan ada yang mengenyam pendidikan formal maupun informal agar mendapat ilmu dunia dan akhirat, agar seimbang dalam menuntut ilmu. Di pondok pesantren Al-Iman ini, pondok pesantren yang mengajarkan kitab-kitab dan al-Quran, terdapat santriwan dan santriwati yang hanya mengenyam pendidikan informal atau hanya mengikuti pendidikan di pesantren saja. Ketika sudah lulus Madrasah Aliyah atau SMA mereka di pesantren hanya mengikuti kegiatan pendidikan informal saja tidak melanjutkan pendidikan formal. Namun para santriwati di sini diajarkan untuk bewirausaha dengan berdagang di pasar untuk membantu koperasi pondok al-Iman itu sendiri.

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang sangat berkualitas dan multitalent. Peningkatan sumber daya manusia merupakan salah satu syarat yang sangat mutlak untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih berkembang. Salah satu fasilitas untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama sangat kuat, sangat penting dan berhubungan dalam membentuk suatu generasi.

(21)

3

semakin ketat dengan perkembangan teknologi yang belum santri miliki. Orientasi karier sangat dipengaruhi oleh pengetahuan teknologi.

Peneliti di sini memilih untuk penelitian di pondok pesantren al-Iman karena pada observasi awal yang telah diadakan, masih banyak santri-santri yang hanya mengikuti kegiatan pondok yang masih terbatas dalam ruang lingkup keagamaan dalam kata lain tidak masuk dalam sekolah formal, motivasinya masih minim mengenai pengembangan karier, santri yang hanya mengikuti pelajaran kitab tidak terlalu memikirkan masa depan kariernya karena mereka memiliki dasar rejeki sudah ada yang mengatur jadi yang perlu dilakukan yang sudah ada di depan mereka dan sudah pasrah kepada Allah mengenai karier di masa depan yang akan dijalankan. Hikmah yang dapat mereka ambil dari belajar kitab adalah hidupnya lebih teratur karena sudah lebih mengerti tentang Islam dan memiliki pedoman, selain itu juga dapat memutuskan hal-hal yang baik mengerti mana yang benar dan salah.

(22)

4

masa depannya, dan bagaimana kreatifitas didapatkan oleh para santriwan dan santriwati. Bagaimana cara para santriwan dan santriwati ketika sudah lulus dari pondok harus dapat menghidupi dirinya yang didapatkan kemampuan sendiri.

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan anak yang hanya menuntut ilmu di pesantren terhadap orientasi karier anak didik yang akan dilakukan di masa depan ketika sudah lulus dari pondok pesantren. Dengan melatar belakangi hal-hal di atas maka dalam penelitian ini peneliti memberi judul: POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018).

B. Fokus Penelitian

(23)

5 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, di sini peneliti menarik kesimpulan tentang rumusan permasalahan yakni:

1 Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman ?

2 Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren ?

3 Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier dikalangan remaja, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui motivasi santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman

2. Mengetahui pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren.

(24)

6 E. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat dipetik dari perhatian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ataupun evaluasi bagi pembimbing maupun pendidikan yang berkewajiban meningkatkan dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pada ranah pendidikan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sumber daya manusia di era globalisasi, sebagai berikut:

a. Bagi Pembaca

Di sini peneliti berharap dapat memberikan refernsi baru bagi para pembaca bahwa sebenarnya mengikuti sekolah informal dan sekolah formal itu sangat penting dalam era globalisasi seperti sekarang ini. b. Bagi Peneliti

(25)

7 F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dan agar mendapatkan kejelasan tentang judul penelitian, kiranya penulis perlu memberikan batasan dan penegasan mengenai istilah dalam judul:

1. Pola Pikir

Pola pikir juga dikenal dengan istilah mindset, adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk ke indra kita. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014:38-39).

2. Orientasi Karier

(26)

8

seseorang, rencana untuk mengambil keputusan mengenai keinginan untuk menekuni suatu pekerjaan.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:

1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II adalah kajian pustaka, yang berisi tentang landasan teori penjelasan karier dan penjelasan pondok pesantren, kajian penelitian terdahulu.

3. Bab III adalah metode penelitian yang meliputi pendekatan dan Jenis Penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

4. Bab IV adalah paparan data dan analisis data. analisis dan pembahasan yang meliputi deskripsi data, analisis data, pembahasan.

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pola Pikir

Pola pikir dikenal juga dengan istilah mindset adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yan masuk melalui indra kita. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014: 38).

Pola pikir terbagi antara objektif dan subjektif. Pola pikir objektif itu berawal dari pertimbangan yang memedulikan semua segi dan semua pihak yang dengan sendirinya akan menarik partisipasi lingkungan dan sekaligus juga merupakan pola pikir yang terhormat dimata lingkungan. Sedangkan pola pikir subjektif yang berawal dari yang menguntungkan diri pribadi tanpa memperdulikan kepentingan dan hak orang lain (Suit, 2006: 78).

(28)

10

suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan (Yunus, 2014: 39).

Sumber utama pola pikir seseorang berawal dari orang tua yang mengasuh dan mendidik. Pola pikir yang diturunkan dari orang tua berkembang karena pengaruh lingkungan sosial, keluarga dekat, sekolah teman, bacaan dan media massa. Interaksi antara potensi bawaan dan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk pola pikir dan karakter setiap orang, kemudian pola pikir inilah yang menentukan perkembangan kesuksesan seseorang. Kunci dari segala kesuksesan adalah berpikir positif, kesungguhan, keuletan kesabaran, tidak mudah menyerah dan fokus pada sasaran yang ingin dicapai (Yunus, 2014: 38-43).

Hal yang sejajar dengan pola pikir yaitu sikap mental dan psikologi perkembangan. Definisi psikologi perkembangan menrut Desmita (2014: 4) yang mengkaji perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari rasa konsepsi hingga meninggal dunia. Semantara itu, menurut Kartono (dalam Ahmadi, 2005: 3) psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa.

(29)

11

penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks. Sedangkan, menurut Monks, dkk (1992: 3-4) psikologi pekermbangan lebih mempersoalkan faktor-faktor yang umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi yang khas itu, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.

Dari uraian di atas dapat diartikan psikologi perkembangan merupakan suatu cabang dari psikologi umum yang membahas tentang aktivitas mental dan tingkah laku seseorang selama hidupnya.

B.Orientasi Karier

1. Pengertian Orientasi Karier

Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah karier. Salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Healy (dalam Thayeb, 1992: 36) “Karier diciptakan kuncinya adalah pemahaman,

(30)

12

Karier adalah pekerjaan dari hasil pelatihan dan atau pendidikan yang ingin dilakukan orang dalam waktu lama. Pengertian karier tersebut diperkuat oleh Collin yang menyatakan, antara lain individual work histories, sequences of and patterns in occupations and work positions,

and upward progress in an occupation or in life generally. Intinya, karier merupakan riwayat pekerjaan seseorang, serangkaian dan pola dalam pekerjaan dan posisi pekerjaan, serta kemajuan dalam pekerjaan atau dalam kehidupan(Kaswan, 2014: 15).

Selain pengertian di atas, Menurut pandangan Noe ada empat makna yang berbeda yang dapat diterapkan pada konsep karier; (1) karier sebagai kemajuan, karier menunjukan kemajuan dan kesuksesan seseorang yang meningkat atau keatas dalam pekerjaan atau organisasi; (2) karier sebagai profesi, karier terjadi hanya dalam pekerjaan tertentu dimana terdapat pola kemajuan yang jelas; (3) karier dapat dianggap sebagai serangkaian pekerjaan sepanjang hidup, menurut definisi ini setiap orang memiliki karier; (4) karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait dengan perannya sepanjang hidup. Karier menggambarkan bagaimana seseorang mengalami serangkaian pekerjaan dan penugasan dalam sejarah pekerjaannya (Kaswan, 2014: 15).

(31)

13

interprestasi subjektif mengenai peristiwa yang berkaitan dengan pekerjaan dan aktivitas sepanjang rentang masa hidup seseorang.

Sedangkan, menurut Bernardin dan Russel (dalam Kaswan, 2014: 15-16) karier merupakan persepsi pribadi sikap dan perilaku seseorang yang terkait dengan aktivitas dan pengalaman pekerjaan dalam rentang hidup seseorang.

Kata karier dapat ditinjau dari sejumlah perspektif yang berbeda. Dari segi karier objektif, karier merupakan serangkaian posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya. Dari sudut pandang lain, karier subjektif terdiri atas perasaan kemana yang harus dituju seseorang dalam kehidupan kerjanya, seperti sikap, nilai, dan harapan seseorang. Kedua sudut pandang tersebut berfokus pada individu dan berasumsi bahwa orang memiliki kendali atas nasibnya dan mereka dapat memanfaatkan kesempatan untuk memaksimalkan kesuksesan dan kepuasan yang berasal dari karier. oleh karena itu, pengembangan karier amat diperlukan (Kaswan, 2014: 15-16).

(32)

14

Karier pada dasarnya adalah suatu respons yang terhadap kebutuhan untuk bekerja. Kebutuhan untuk bekerja atau menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa adalah suatu kebutuhan alami dan sosial: umat manusia secara alami harus mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa dari orang lain agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan keberadaan masyarakat-masyarakat sebagian karena anggota-anggotanya yakin bahwa masyarakat memperluas dan menjamin tersedianya barang dan jasa.

(33)

15

terbengkalai. Dan tanpa adanya kesempatan-kesempatan untuk belajar dan melatihnya, kemampuan-kemampuan itu tidak akan muncul.

Konsep karier berarti keyakinan bahwa terdapat konsistensi dalam hubungan seseorang dengan pekerjaan selama hidup. Kesinambungan dan koherensi sepanjang hidup berasal dari fakta-fakta bahwa orang-orang mencari dan mengulangi yang sudah lazim, bahwa sistem-sistem pendidikan dan pekerjaan kita mendorong spesialisasi, bahwa banyak okupasi dan posisi latihan yang memiliki syarat-syarat yang sama: mengikuti petunjuk-petunjuk tertulis dan lisan, mengikuti daftar waktu kegiatan, pergi dan pulang kerja, bekerja sama dan menerima saling ketergantungan. Dari perspektif seperti itu, karier menjadi jalur pengembangan diri dan mengambil konotasi positif dari vokasi (Thayeb, 1992: 38-39).

(34)

16

menguasai kesengsaraan dan bukan makin menambah keparahan (Thayeb, 1992: 35).

Sementara itu orientasi yang dimaksudkan adalah pusat perhatian atau titik berat pandangan (Prayitno dan Amti, 2013:234). Istilah orientasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam

https://kbbi.web.id/orientasi) didefinisikan sebagai peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar, pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Berdasarkan definisi karier dan orientasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa orientasi karier memiliki pengertian berupa pandangan atau perhatian yang terfokus kepada pemilihan karier. Artinya yaitu orientasi karier kecenderungan seseorang dalam menentukan pilihan karier yang mendukung dan tersedia baginya.

2. Perkembangan Karier

(35)

17

kemungkinan/kesempatan yang terbuka baginya untuk memegang jabatan tertentu (Winkel dan Hastuti, 2006: 646).

Teori perkembangan karier menurut Super (dalam Rahma, 2010: 35) teori ini dasarnya bahwa kerja itu perwujudan konsep diri artinya orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menetapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan. Teori perkembangan memandang bahwa pilihan karier bukanlah peristiwa yang sekali dalam seumur hidup karena konsep diri orang itu berubah-ubah melalui tahap-tahap kemunduran. Tahap eksplorasi selanjutnya terbagi atas fase-fase fantasi, tentatif dan realistik, sedangkan tahap pembentukkan terbagi atas fase uji coba dan keadaan mantap. Selain hal tersebut pola karier orang tua atau tingkat pekerjaan yang dicapai ditentukan oleh taraf sosial ekonomi orang tuanya, kemampuan mental, ciri-ciri kepribadian, minat, nilai-nilai, tersedianya kesempatan.

Konstruk pengembangan karier dalah mengenai apa yang paling baik dari pengalaman organisasi dan srangkaian pekerjaan untuk mengembangkan, memotivasi, dan memelihara pegawai dan investasi yang personal dalam keterampilan yang perlu mereka lakukan (Kaswan, 2014: 14).

(36)

18

membagi fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Pembagian fase perkembangan tersebut adalah:

a. 0-6 tahun= sekolah ibu,merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.

b. 6-12 tahun= sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah.

c. 12-18 tahun= masa mengembangkan daya pikirnya di bawah pendidikan sekolah menengah.

d. 18-24 tahun= sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemauannya memilih suatu lapangan hidup.

(37)

19

tentatif terhadap pilihan pekerjaan yang spesifik. Tugas perkembangan vokasional tahap stabilisasi pada umur 24-35 tahun, karakteristik umum suatu periode mempertegas atau memperkuat suatu pilihan karier dengan pengalaman kerja nyata dan menggunakan bakat dengan menunjukkan pilihan karier sebagai suatu pilihan yang tepat. Tugas perkembangan vokasional tahap konsolidasi pada umur 35 lebih tahun, karakteristik umum suatu periode pemantapan dalam suatu karier dengan promosi jabatan, status dan kedudukan yang lebih tinggi (dalam Rahma, 2010: 36). Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 633) mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity, vocational maturity), yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi yang relevan bagi kematangan vokasional adalah, kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada tahap masing-masing tahap perkembangan vokasional, lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda.

(38)

20

Tahap perkembangan orientasi karier tidak dapat dilepaskan dari proses perkembangan karier itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 632), meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Fase pengembangan (Growth)

Dari saat lahir sampai umur lebih kurang umur 15 tahun, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure).

b. Fase Eksplorasi (Exploration)

Dari umur 15-24 tahun, orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

c. Fase Pemantapan (Establishment)

Dari umur 25-44 tahun, bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu. d. Fase Pembinaan (Maintenance)

Dari umur 45-64 tahun, orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

e. Fase Kemunduran (Decline)

Bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

(39)

21

dan melalui fase-fase perkembangan tertentu mengikuti irama kronologis manusia meliputi: fase fantasi yang mencakup usia sampai kira-kira sepuluh atau dua belas tahun ciri utama dari fase ini adalah dalam memilih pekerjaan anak bersifat sembarangan artinya asal pilih saja. Fase tentatif mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18 tahun, yang memiliki ciri bahwa pilihan karier orang mengalami perkembangan yaitu timbulnya minat terhadap apa yang disukai, mampu secara aspiratif terhadap pekerjaan, nilai kehidupan yang dicita-citakan dan perpaduan di antaranya sehingga tergambar profil kematangan diri. Fase ini meliputi empat tahap yaitu minat, kapasitas (kemampuan), nilai, dan transisi. Fase realistis masa anak mengikuti kuliah atau bekerja, pada fase ini anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitannya dengan sebenarnya, pada fase ini pula anak memiliki kemampuan menilai dan mempertimbangkan dua atau lebih alternatif pekerjaan secara mantap dalam memilih dan mengambil keputusan tentang pekerjaan tertentu.

(40)

22

Ginzberg menjelaskan perkembangan karier anak lebih meluas, meskipun fase-fasenya tetap sama pada umumnya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karier

Menurut Winkel (dalam Rahma, 2010: 44) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karier di antaranya faktor internal dan eksternal, keduanya saling berinteraksi dan berpengaruh secara positif terhadap pilihan karier dan perkembangan karier, yang merupakan suatu proses bercirikan suatu perubahan, yang berlangsung secara bertahap dan terjadi pergeseran yang berlingkup luas kepada yang spesifik, dan terjadi akibat interaksi yag positif antara faktor-faktor internal dalam diri individu dan faktor eksternal di luar individu.

Keberhasilan kerja merupakan keadaan yang diinginkan oleh semua orang dalam kehidupannya. Keberhasilan kerja untuk tiap-tiap orang tidaklah sama ukurannya, tetapi secara umum dapat dikatakan, bahwa seseorang cenderung memperoleh keberhasilan dalam pekerjaannya apabila pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis (Kartono, 1991: 21-22).

a. Faktor Internal

(41)

23

1) Taraf intelegensi, merupakan kemampuan siswa untuk mencapai prestasi-prestasi yang memiliki peranan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk melakukan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

2) Keterampilan dan kecakapan, dalam menjalankan proses inilah yang memperlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu meniru-meniru, karena hanya melihat banyak orang yang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam bidang.

3) Bakat khusus, merupakan kemampuan yang menonjol yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang kognitif, bidang keterampilan, bidang kesenian.

4) Minat, merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dalam bidang tertentu.

(42)

24

6) Sifat-sifat kepribadian, sifat merupakan ciri-ciri kepribadian yang memiliki kecenderungan dan memberikan corak pada seseorang.

7) Nilai-nilai kehidupan, merupakan beberapa konsep ideal yang diterima seseorang dan dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup. Nilai-nilai sangat berpengaruh dan membentuk gaya hidup seseorang.

8) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki oleh siswa.

9) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dalam bidang pekerjaan tertentu mempersyaratkan keadaan jasmani berkaitan dengan ciri-ciri fisik seseorang.

10) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja, jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan tujuan yang sesuai dengan sistem nilainya, maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi kesuksesan kerjanya (Kartono, 1991: 26-27).

b. Faktor Eksternal

(43)

25

Faktor eksternal antara lain: status sosial ekonomi keluarga, prestasi akademik siswa, pendidikan sekolah, lingkungan, tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap progam studi atau latihan (Rahma, 2010: 46).

1) Lingkungan keluarga (rumah), anggota keluarga yang mendorong dan mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan spritual untuk berhasilnya seseorang dalam kariernya.

2) Lingkungan tempat bekerja, situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja tentu saja situasi yang menyenangkan akan mendorong seseorang untuk bekerja dengan senang dan giat. Sebaliknya, tidak jarang timbul kekecewaan dan kegagalan yang diderita pekerja karena terdapat ketegangan di dalam lingkungan kerja. (Kartono, 1991: 27-29). 3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak

(44)

26

5) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti. Orang tua dan saudara menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan.

6) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan.

7) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila terdengar keluhan-keluhan (Winkel dan Hastuti, 2006: 653-655).

Dari uraian di atas faktor faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karier adalah dari faktor internal yang artinya dari dalam kepribadian individu itu sendiri dan faktor eksternal yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung dengan diri seseorang.

(45)

27

keberhasilan kerja tidak semata-mata disebabkan oleh kepandaian ilmu tetapi juga disebabkan oleh banyak hal yang lain. Untuk dapat berhasil dengan baik, seseorang perlu memiliki juga rasa kepercayaan diri sendiri agar dapat bekerja dengan tekun serta menguatamakan kesibukan yang bermanfaat. Pekerjaan akan lebih berarti bila dapat melihat dan menemukan passion-nya. Di samping itu perasaan senang dan bahagia menolongnya untuk bekerja lebih gairah dan giat untuk mencapai keberhasilan (Kartono, 1991: 30).

4. Hambatan Pengembangan Karier

Masalah karier adalah masalah yang dialami oleh individu dalam merencanakan, mengarahkan dan mengambil keputusan mengenai masa depannya. Masalah karier timbul dari terhambatnya berbagai faktor-faktor, dapat faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu ada tidaknya dorongan atau keinginan individu dalam meraih cita-cita dan minat terhadap suatu pekerjaan dan dari luar yaitu pengetahuan individu mengenai pekerjaan (Rahma, 2010:47).

(46)

28

kurang pengetahuan awa mengenai seluk-beluk atau kondisi suatu pekerjaan dan masa depan.

Faktor-faktor penyebab timbulnya masalah-masalah pengembangan karier. Faktor penyebab itu bisa berasal dari individu itu sendiri maupun dari luar individu. Seorang individu sangat diharapkan mempunyai pengetahuan mengenai dirinya sendiri terutama kemampuannya secara mendalam, individu juga dituntut untuk mampu memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu seorang individu harus aktif mencari informasi tentang dirinya sendiri. Kebutuhan mengenai informasi diri ini sangat penting dan berpengaruh dalam pemilihan masa depan dan pekerjaannya nanti.

Menurut Utoyo dengan mengetahui dirinya sendiri kemampuannya dan arah kebutuhan-kebutuhannya individu akan berada dalam posisi untuk mempetimbangkan alternatif-alternatif yang akan datang, dan mengerti tujuan-tujuan pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya (Utoyo, 1989). Sedangkan pemicu yang lain bisa dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.

(47)

29

b. Pemicu atau penyebab timbulnya masalah yang termasuk dalam kelompok sekunder ialah: a) masyarakat yang kurang mendukung proses pemilihan karier siswa, dalam kehidupan bermasyarakat pandangan masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap anggota masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat itu terdapat nilai-nilai yang secara subjektif dibuat dan disetujui. b) pola pergaulan individu itu sendiri, nilai-nilai yang diberikan oleh kelompok teman ini merupakan suatu pengaruh yang kuat terhadap sikap dan reaksi seorang individu (Rahma, 2010: 52-55).

5. Bimbingan dan Konseling Karier a. Pengertian Bimbingan Karier

(48)

30

pemahaman tentang dirinya dan lingkungan memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan. Selanjutnya, menurut Rochman Natawidjaja (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah bimbingan karier. Salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Winkel dan Hastuti (2006: 114) yang mendefinisikan bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

(49)

31

Bimbingan karier menurut Mattari (dalam Sukardi, 1983: 29) mengandung konsep yang lebih luas. Bila bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang sangat menentukan pekerjaan tertentu, bimbingan karier menitik beratkan kepada perencanaan kepada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan lingkungannya agar dia memperoleh pandangan lebih luas mengenai pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Super (dalam Sukardi, 1983: 30), mengartikan vocational guidance (bimbingan karier) sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier merupakan upaya untuk membantu individu dalam menentukan pandangan karier untuk pilihan jabatan, mengenal dunia kerja, mengembangkan masa depan sesuai yang diharapkan.

Implikasi utama bimbingan dan konseling komprehensif adalah penerapannya pada berbagai jenis populasi. Bentuk-bentuk tradisional dari bimbingan vokasional pada umumnya difokuskan pada remaja dan pada umumnya dilaksanakan di sekolah.

(50)

32

fenomena baru pada umur-umur tiga puluh, empat puluh atau lima puluh, frekuensinya kian meningkat. Beberapa di antaranya terjadi karena ketidakpuasan kerja. Ada juga terjadi akibat dari meningkatnya pengenalan diri dan kesadaran akan pilihan-pilihan. Ada pula yang berkaitan dengan pengembangan suatu gaya hidup yang membawa individu ke arah yang berbeda dengan pilihannya semula.

Alasan perlunya layanan informasi di sekolah pertama, revolusi teknologi yang dewasa ini sedang berlangsung menimbulkan revolusi pula dalam bidang industri, ekonomi, dan dunia pekerjaan. Sekolah mempersiapkan tenaga kerja untuk masyarakat. Dunia pekerjaan semakin luas dan kompleks, sedang pilihan semakin banyak, dan alternatifnya pun semakin luas. Pemilihan jenis pekerjaan tidak bisa lepas dari masalah persekolahan. Masing-masing jenis sekolahan secara otomatis menyalurkan siswanya kepada jenis pekerjaan tertentu, dan sebaiknya ada pertemuan antara bekal yang diberikan sekolah dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang yang dituju siswa. Tugas seorang konselor untuk mengumpulkan dan menyampaikan informasi tertentu ini. Layanan ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi orang tua siswa dalam rangka pemilihan jurusan studi lanjutan, ataupun dalam usaha memilih pekerjaan yang tepat (Kartono, 1991: 2-3).

(51)

33

berasal dari dunia luar dirinya yakni dari lingkungan, maka dasar kedua ini bersifat intern masalahnya berasal dari dalam diri. Keduanya sama-sama memberikan pengaruh yang kuat pada pengambilan keputusan (Kartono, 1991: 4).

b. Tujuan Bimbingan Karier

Secara umum tujuan bimbingan karier ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberi rasa kepuasan karena sesuai, serasi dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Tujuan bimbingan karier menurut Yusuf (2008: 15-16) adalah sebagai berikut.

1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan.

2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

(52)

34

sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

5) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderung arah karier. 6) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau

kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

c. Metode dalam Bimbingan Karier 1 Informasi tentang pribadi

Siswa perlu diberikan informasi tentang pribadinya untuk mencapai salah satu tujuan dari bimbingan karier yaitu agar siswa memahami dirinya sendiri. Informasi yang tepat tentang pribadinya yang ada kaitannya dengan masalah pekerjaan perlu sekali dimiliki, dan juga dapat membantu siswa dalam mengadakan pengarahan diri secara tepat pula.

2 Informasi Jabatan (Karier)

(53)

35

memadai guna menyusun dan melaksanakan progam bimbingan karier (Sukardi, 1983: 38).

d. Karakteristik Anak Usia Remaja

Masa remaja diperinci lagi atas beberapa masa, yaitu: (1) Masa remaja awal atau masa pra remaja berlangsung hanya dalam waktu yang relatif singkat ditandai oleh sifat-sifat negatif remaja. (2) Masa remaja mendewa-dewakan sebagai gejala remaja, proses terbentuknya hidup atau pandangan hidup atau cita-cita hidup dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi si remaja. (3) Masa remaja Akhir, remaja dapat menentukan sistem nilai yang diikutinya dapat menentukan pendirian hidupnya (Ahmadi, 2005: 42-45).

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting menurut Desmita (2014: 37), yaitu:

1) Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya.

2) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

(54)

36

5) Memilih mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

6) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

10) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

C.Pondok Pesantren

1. Ciri-ciri Umum Pondok Pesantren

Menurut Undang-undang Depag RI Pasal I Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007: 2).

(55)

37

pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pondok pesantren adalah suatu komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama sejumlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kiyai untuk hidup bersama dengan standard moral tertentu, membentuk kultur atau budaya tersendiri. Sebuah pondok pesantren minimal ada kiyai, masjid, asrama, pengajian kitab kuning atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman. Dalam perkembangan selanjutnya, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika masyarakat tersebut, beberapa pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal) (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 1-2).

Menurut Mastuhu (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) berpendapat pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam (tafaquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Sedangkan menurut Rofiq (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.

(56)

38

pusat pengembangan masyarakat dan pusat pemberdayaan sumber daya manusia. Tafaqquh fid-din dalam pengertian terbatas dapat diartikan sebagai upaya memperdalam ilmu-ilmu keislaman melalui kitab-kitab klasik atau modern bahasa Arab (kitab al-Qadimah dan al-„Ashriyyah). Melalui upaya tafaqquh fid-din inilah lahir ulama dan kyai yang menjadi pemimpin agama dan pimpinan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas, tafaqquh fid-din tidak hanya berarti mendalami ilmu semata, tetapi juga mengamalkan dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat pada semua lapisannya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 88) .

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pondok pesantren adalah suatu tempat dimana untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.

(57)

39

terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi. Peserta didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang ilmu agama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi pendidik mata pelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang memerlukan, setelah menempuh uji kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007: 16).

Tujuan utama pondok pesantren adalah (1) menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, (2) dakwah menyebarkan agama Islam, (3) benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak, (4) berupaya meningkatkan perkembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 9).

2. Sistem pengajaran

(58)

40

tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan. Meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan shorof (morfologi); 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah Pengajaran kitab-kitab klasik (Dhofier, 1983: 50).

Sistem pengajaran sistem individual dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit (Dhofier, 1983: 28).

(59)

41

mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk tanya-jawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap kyai, para siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang disodorkan oleh kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk menyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi (Dhofier, 1983: 31).

Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan formal lain diselenggarakan oleh pondok pesantren selain madrasah dan skolah, kurikulu disusun oleh penyelenggara atau pondok pesantren yang bersangkutan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31).

(60)

42

cabang ilmu tertentu. Kitab ini harus dipelajari sampai tuntas, sebelum dapat naik jenjang ke kita lain yang lebih tinggi tingkat kesukarannya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31-32).

Kompetensi standar bagi tamatan pondok pesantren adalah kemampuan menguasai (memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengajarakan) isi kitab tertentu yang telah ditetapkan. Kompetensi standar tersebut Tercermin pada penguasaan kitab-kitab secara graduatif, berurutan dari yang ringan sampai yang berat,dari yang mudah ke kitab yang lebih sukar. Kitab yang digunakan disebut dengan kitab kuning (kitab salaf). Pada umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas kertas yang bewarna kuning (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 32).

Dalam tradisi intelektual Islam, penyebutan istilah kitab karya ilmiah para ulama itu dibedakan berdasarkan kurun waktu atau format penulisannya. Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al kutub al-qadimah), sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al kutub al-ashriyyah). Pengajaran kitab-kitab ini, meskipun berjenjang, materi yang diajarkan kadang-kadang beruang-ulang. Penjenjangan dimaksudkan untuk pendalaman dan perluasan, sehingga penguasaan santri terhadap isi/materi menjadi semakin mantap. (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 32).

(61)

43

pengalaman, dan kesempatan yang harus ditempuh oleh santri. Kedua, struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan ini bersifat menyeluruh, menyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan dan tanggung jawab yang dipandang memadai bagi lahirnya lulusan yang dapat mengembangnkan diri.

Ketiga, secara keseluruhan kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya, paling tidak separuh muatan kurikulum dapat dirancang oleh santri sendiri. Kurikulum yang diterapkan tidak mengarah pada spesialisasi tertentu di luar penguasaan pengetahuan keagamaan. Menurut Wahid (dalam Nafi‟,

(62)

44

potensi, kekuatan, kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh pesantren sendiri. Pada gilirannya, pesantren mencoba melakukan pembenahan atas kekuarangan yang ada, dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

3. Elemen-elemen Pondok Pesantren

Pondok, masjid, santri pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki lima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren (Dhofier, 1983: 44).

a. Pondok, sebuah pesantren pada dasarnya adalahsebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.

(63)

45

menganggap masjid sebagai tempat paling tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain.

c. Santri, tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri: 1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. 2). Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri.

(64)

46

pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah atau surban (Dhofier, 1983: 55-56).

4. Peran Pesantren

Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan , kepelatihan, dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan membangun integrasi dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya (Nafi‟, dkk, 2007: 11).

a. Lembaga pendidikan

Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak semua pesantren menyelenggarakan madrsah, sekolah, dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluarnya. Keteraturan pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan itu ditetapkan secara turun temurun membentuk tradisi kurikuler yang terlihat dari segi standar-standar isi, kualifikasi pengajar, dan santri lulusannya.

(65)

47

umumnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

menghendaki kesegaraan terserap di lapangan kerja (Nafi‟, dkk, 2007: 12

-14).

b. Lembaga keilmuan

Pola lembaga pendidikan membuka peluang bagi pesantren untuk menghadirkan diri sebagai lembaga keilmuan. Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren lainnya. Luas sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dipilih dari

banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya (Nafi‟, dkk, 2007: 14

-15).

c. Lembaga pelatihan

Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya masih dibimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu mengurus dirinya sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik, maka santri akan menjalankan pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi komunitas aktif dalam rombongan belajarnya. Pelatihan-pelatihan itu bisa berlanjut hingga santri dapat menjadi dirinya sendiri (Nafi‟, dkk, 2007: 16 -17).

d. Lembaga pemberdayaan masyarakat

(66)

48

watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat melalui pesantren menjadi menarik, karena berlangsung dalam ketenangan dan sekaligus kekritisan. Tenang, karena perubahan gradual sudah menjadi wataknya. Kritis, karena pesantren sudah terbiasa mempersoalkan segi-segi dasariah dari praktik hidup disekelilingnya. Faktor pendukung ketenangan dan kekritisan itu adalah peran pokok pesantren sebagai lembaga pendidikan, yang kemudian ditopang dengan perannya sebagai lembaga keilmuan. Lembaga bimbingan keagamaan, dan lembaga pelatihan.

Menurut Ahmad Mahmudi (dalam Nafi‟, dkk, 2007: 17-20) prinsip

yang perlu diperhatikan untuk pemberdayaan masyarakat adalah: pendekatan untuk meningkatkan kehidupan sosial dengan cara mengubahnya dan kerjasama untuk perubahan. Dengan perspektif itu, maka pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pesantren tidak menggurui, melainkan menemani masyarakat untuk memaknai tindakannya. Pengetahuan ini akan menjadi bahan bagi masyarakat dan pesantren untuk membenahi diri.

e. Lembaga bimbingan keagamaan

(67)

49

pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan, dan lain-lain (Nafi‟, dkk, 2007: 20). f. Simpul budaya

Pesantren berada di tataran pandangan hidup dan penguatan nilai-nilai luhur menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di daerah pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren selalu kritis sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya. Pesantren hadir sebagai sebuah sub kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syariat (Nafi‟, dkk, 2007: 27).

5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat

a. Peranan Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat

(68)

50

memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkan. Pondok pesantren juga mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat.

Penyelenggaraan unit usaha dan pengembangan keterampilan di pondok pesantren, untuk menunjang santri memiliki keterampilan selain pendidikan agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri sebelum santri itu terjun ketengah-tengah masyarakat sebenarnya. Guna menunjang suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk pihak pondok pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat ini merupakan potensi yang dimiliki oleh pondok pesantren secara historis dan tradisi. Perkenalan atau persentuhan dunia pondok pesantren dengan berbagai bidang keterampilan dan usaha pemberdayaan masyarakat sangatlah menguntungkan dan amat strategis (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 92-95).

b. Peran Kemasyarakatan Pesantren

(69)

51

yang umumnya berbentuk pelayanan konsultasi kerohanian untuk masalah kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, motivasi kegiatan kemasyarakatan dari pesantren secara tradisional justru untuk kepentingan pesantren sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan-kegiatan kemasyarakata tersebut menemukan bentuk motivasinya atas dasar agama (Oepen, 1988: 149).

c. Pesantren dan Peluangnya di Masa Mendatang

(70)

52

d. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat

Pesantren dengan karakteristik demikian secara internal berkewajiban melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, dan secara eksternal telah berupaya membangun jaringan dengan Non Governmental Organization (NGO). Peran internal dan eksternal pesantren tersebut, biasanya diaktualisasikan dalam sebuahlembaga Biro Pengembangan Masyarakat (BPM).

Dalam konteks pengembangan ekonomi umat, pesantren di samping berperan sebagai agent of social change, sekaligus sebagai pelopor kebangkitan ekonomi umat. Hal ini terlihat setidaknya bagi komunitas pesantren dan masyarakat sekitarnya, dengan dibentuknya Kelompok Wirausaha Bersama (KWUB) antar pesantren maupun antar pesantren dengan masyarakat, dan pembentukan Forum Komunikasi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan (FKPEK). Di sisi lain optimalisasi potensi dan peran pesantren tersebut akan menyebabkan pesantren

dapat memainkan “peran legilasi” dengan cara memberikan

masukan-masukan konstrutif untuk pertimbangan lesgislatif daerah dalam perumusan dan penyusunan kebijakan publik daerah (Halim, dkk, 2005: 208-209).

D. Motivasi

Motivasi belajar dari bahasa latin yaitu “motif” yang berarti

dorongan dan “asi” yang berati usaha. Secara istilah motivasi merupakan

(71)

53

motivasi sebagai keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu (Tea, 2009: 204). Bagi santri, motivasi sangat penting untuk menggerakkan perilaku positif sehingga mampu mengahadapi segala tuntutan, kesulitan, serta resiko studinya.

Menurut Schunk motivasi adalah suatu proses dipertahankannya aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan (Schunk, 2012:6). Motivasi juga bertujuan memberikan daya penggerak dan arah bagi tindakan. Motivasi menuntut dilakukannya aktivitas fisik atau pun mental. Aktivitas fisik memerlukan usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang dapat diamati. Aktivitas mental mencakup berbagai tindakan kognitif secara perencanaan, penghafalan, pengorganisasian, pemonitoran, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan penilaian kemajuan. Aktivitas yang termotivasi, dan juga dipertahankan. Mengawali pencapaian sebuah tujuan merupakan proses penting dan sering kali sulit, karena proses ini melibatkan pembentukan sebuah komitmen dan pelaksanaan langkah pertama (Schunk, 2012: 7).

(72)

54

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian motivasi adalah suatu penggerak yang wajib diadakan agar memicu semangat seseorang untuk dapat mengejar cita-cita dan keinginan yang diimpikan.

E. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkasn pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dari perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

1. Skripsi yang ditulis oleh Afifah, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yang berjudul “Pengaruh

Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan dalam Area

Pekerjaan pada Remaja”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.6
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa Kaum dewasa muda tidak begitu mengerti tentang kopi serta efek mengkonsumsi, mereka mengkonsumsi kopi di outlet-outlet coffee dengan tujuan

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini yang

Hal-hal yang diobservasi mengenai Perubahan Sosial Ekonomi industri sarung tenun di Desa beji baik itu dilihat dari jumlah pengrajin, cara memproduksi dan memasarkan Kain Tenun,

Secara Parsial, faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai social, pertimbangan pasar kerja dan personalitas memiliki pengaruh yang signifikan

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara nilai tes formatif dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi di

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Menurut Hsu dan Teng (2000) dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia, aktivator yang lebih baik digunakan untuk bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang

Juga dengan penelitian Usman (2003) yang menganalisa rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia, yang dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa