i
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-
Qur’an
Kajian Surat Al-
Mu’minun ayat 1
-11
(Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
CHABBATUL CHAYATI
NIM. 11114208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-
Qur’an
Kajian Surat Al-
Mu’minun ayat 1
-11
(Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
CHABBATUL CHAYATI
NIM. 11114208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vii
MOTTO
“sukses itu berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan lain,
tanpa kehilangan semangat”
(Abraham Lincoln)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua penulis tercinta (Bapak Anwari dan Ibu Safangatun) yang
telah memberikan cinta dan kasih sayangnya serta kesabaran dan doa restu
disetiap langkah yang penulis lewati.
2. Kedua kakak-kakak penulis (Ahmad Jamaluddin dan Slamet Afifudin) beserta
keluarganya yang telah memberikan dukungan, motivasi dan pengalamannya.
3. Kepada sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan
dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini (Laras Hanifah, Fitrian Khoirul
Fajriah, Aufiy Millatana, Marta Annisa, Nurma Wulan Sagita Bastiningsih,
Aghata Paramita Andiyani, Fitriana Nurul Haqqi, dan Mariza Kurnia Ulfa).
4. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan tahun 2014.
5. Teman-teman PAI kelas F angkatan tahun 2014.
6. Teman-teman PPL di SMA Negeri 1 Bringin.
7. Teman-teman KKN posko 60 di Ngleban, Klewor, Kemusu, Boyolali dan
masyarakat Ngleban.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa
viii
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ―Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Kajian
Surat Al-Mu’minun Ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur)‖.
Tak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, yang kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak di Yaumul Qiyamah.
Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah memberikan motivasi,
bimbingan serta memberikan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya
skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan
penuh rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih
atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.
5. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi
ix
7. Kedua orang tua penulis tercinta, bapak Anwari dan ibu Safangatun yang
telah memberikan cinta, kasih sayang serta pengorbanan yang tiada henti
untuk selalu mendoakan kebahagiaan serta kesuksesan penulis di setiap
sujudnya.
8. Kakak-kakak penulis, Ahmad Jamaluddin dan Slamet Afifudin serta
keluarganya yang selalu memberikan nasihat, motivasi dan pengalamannya.
9. Sahabat-sahabat tercinta, Laras Hanifah, Fitrian K.F, Aufiy Millatana, Marta
Annisa, Nurma W. S.B., Aghata P.A, Fitriana N.H., dan Mariza K.U. yang
selalu memberikan penulis motivasi dan hiburan dalam menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan tahun 2014.
11. Teman-teman PPL di SMA Negeri 1 Bringin.
12. Teman-teman KKN posko 60 di Ngleban, Klewor, Kemusu, Boyolali.
13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata
kesempurnaan. Skripsi ini masih terdapat kekurangan serta kesalahan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi
ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan
para pembaca yang budiman.
Salatiga, 5 Juni 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian ... 10
G. Kajian Pustaka ... 11
xi
BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT
A. Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 15
B. Mufrodat ... 16
C. Tafsir Al-Mishbah surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 28
D. Tafsir An-Nuur surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 34
E. Persamaan dan perbedaan kitab tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur atas surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 41
F. Biografi Penulis Kitab Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur ... 42
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH A. Asbabun Nuzul ... 49
B. Munasabah ... 50
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT AL-MU’MINUN AYAT 1-11 A. Pendidikan Karakter dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 55
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur surat Al-Mu’minun
ayat 1-11
2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
3. Lampiran 3 Daftar Nilai SKK
4. Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi
xiii
ABSTRAK
Chayati, Chabbatul. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an
Kajian Surat Al-Mu‟minun Ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan
An-Nuur). Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an
Penelitian ini tentang nilai–nilai pendidikan karakter dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter yang baik bagi anak. Di era globalisasi karakter yang ada semakin luntur, terbukti dengan meningkatnya kenakalan remaja seperti free sex, penyalahgunaan narkoba, tawuran dan lain-lain. Selain itu, anak bangsa cenderung mengikuti budaya barat yang mengajarkan tentang kebebasan tanpa batasan. Padahal, budaya barat tidak semua cocok dengan budaya kita yang menganut budaya timur, yaitu budaya yang menjunjung tinggi rasa hormat dan sopan santun. Pendidikan karakter sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik saat ini karena melihat banyaknya karakter bangsa yang semakin hilang. nilai-nilai pendidikan karakter yang mereka miliki pun semakin terkikis dengan kemajuan zaman. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al -Mu’minun ayat 1-11?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode analisis isi (content analysis), yaitu penulis mendiskripsikan isi/ kandungan nilai pendidikan karakter dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11. Sedangkan dalam metode penafsiran Al-Qur’an, penelitian ini menggunakan tafsir muqāran. Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok, pertama, sumber primer yang berasal dari Al-Qur’an dan kitab tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur. Kedua, sumber sekunder yang berasal dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian serta buku-buku lain yang memiliki relevansi dengan pembahasan.
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia
karena pendidikan berguna bagi masa depannya. Setiap manusia yang
dilahirkan ke dunia terlahir dalam keadaan suci atau fitrah, kemudian dia akan
belajar melalui panca indera, lingkungan dan masyarakat luas yang telah
membangun lembaga—lembaga pendidikan dan pengajaran (Hafidz dan
Kastolani, 2009:5). Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An
-Nahl/16:78 tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Sedangkan menurut Marimba dalam Hasbullah (2009:3)
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
2
kepribadian yang utama. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ghufron
(2017:128) pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri.
Setiap pendidikan pasti memiliki tujuan, tanpanya pendidikan menjadi
hal yang tidak penting untuk dilakukan. Dengan adanya tujuan pendidikan,
diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Manfaat dari tujuan pendidikan menurut Jumali dkk (2008:52) adalah pertama,
dengan adanya tujuan, arah yang akan dicapai oleh serangkaian kegiatan
pendidikan menjadi jelas. Kedua, dengan adanya tujuan pendidikan yang jelas,
akan didapatkan titik tolak untuk berkomunikasi dengan semua pihak yang
berkepentingan. Ketiga, dengan tujuan pendidikan yang jelas, merupakan
kerangka yang dapat digunakan dalam rencana kegiatan akademik.
Tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan manusia
Indonesia sesuai dengan falsafah pancasila, menjadi pribadi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki jiwa
yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan
rasa kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas.
Untuk mencapai suatu pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan tentu terdapat banyak rintangan. Rintangan atau halangan tersebut
dapat berasal dari mana saja, bisa dari pihak pendidik, peserta didik,
3
satu tantangan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah penanaman karakter,
baik bagi pendidik maupun peserta didik. Pendidik membutuhkan penanaman
karakter yang baik, karena mereka sebagai pihak yang akan memberikan
contoh serta dicontoh perbuatannya oleh peserta didik. Selain itu, pendidik juga
berkewajiban untuk menanamkan karakter yang baik bagi peserta didik untuk
bekalnya di masa depan.
Arus globalisasi turut serta mempengaruhi kehidupan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung, salah satu contohnya adalah internet.
Di satu sisi, internet sangat berguna bagi manusia untuk mendapatkan
informasi, tetapi di sisi lain internet juga mengandung unsur kebebasan, yang
berisi konten-konten negatif seperti pornografi, yang berdampak buruk bagi
mereka yang belum cukup umur untuk mengetahuinya. Selain internet,
perkembangan zaman juga turut mempengaruhi moral anak bangsa yang suka
meniru budaya barat. Sebenarnya, kebudayaan tersebut tidak cocok, karena
bangsa kita merupakan penganut budaya timur yang menjunjung rasa hormat
dan sopan santun.
Kualitas moral anak bangsa semakin hari semakin menunjukkan
penurunan. Terbukti dengan semakin maraknya kenakalan remaja seperti free
sex¸ narkoba, tawuran serta kenakalan-kenakalan remaja yang lain. Menurut
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2003 menyatakan
sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta,
Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks (Wibowo, 2012:8-9).
4
bahwa pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan seperti lulusan SMA,
SMK dan perguruan tinggi semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik atau
BPS menyebutkan lulusan SMK mencapai tingkat pengangguran tertinggi
yakni 17,26% disusul dengan lulusan SMA sebesar 14,31%, lulusan universitas
12,59%, serta diploma I/II/III 11,121%. Lulusan SD ke bawah justru paling
sedikit menganggur yakni 4,57%, dan SMP 9,39%.
Selain angka pengangguran yang tinggi, rusaknya moral bangsa yang
menjadi penyakit akut seperti korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal
pada semua sektor pembangunan dan lain-lain semakin meningkat.
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009, korupsi
mengalami kenaikan yang sebelumnya sebesar 2,6% pada tahun 2008 menjadi
2,8%. Dengan skor ini, peringkat Indonesia terdongkrak cukup signifikan,
yakni berada di urutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun
sebelumnya) yang disurvey IPK-nya oleh Transparency International (TI)
(Kesuma dkk, 2012:4).
Berdasarkan survey di atas rusaknya moral bangsa Indonesia semakin
hari semakin menjadi, dan hal ini terus menerus meningkat setiap tahun. Hal
ini menyebabkan kekhawatiran yang besar bagi setiap orang terutama pendidik
akan terciptanya moral bangsa yang bobrok. Kenakalan yang dilakukan remaja
juga semakin mengkhawatirkan, padahal sebagai penerus bangsa mereka
seharusnya menunjukkan karakter-karakter yang baik dan dapat dicontoh bagi
5
yang besar dapat dilihat dari kualitas atau karakter bangsa (manusia itu
sendiri)‖.
Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk muslim
terbanyak di dunia. Sebagai umat muslim, kita selalu menjadikan Al-Qu’an
sebagai panutan kita untuk melakukan setiap tindakan. Al-Qur’an berisi
tentang segala hal yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat, tak terkecuali
dengan pentingnya pendidikan karakter atau pendidikan akhlak. Bahkan, Nabi
Muhammad Saw sebagai nabi terakhir, juga mengemban tugas dari Allah
untuk mendidik manusia agar memiliki akhlak dan karakter yang baik. Salah
satu surat dalam Al-Qur’an yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan karakter
adalah surat Al-Mu’minun. Di dalam surat tersebut terdapat banyak nilai
pendidikan karakter yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Hal itu
menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan telaah pustaka surat
Al-Mu’minun, tetapi terbatas hanya pada ayat 1-11. Oleh karena itu peneliti
tertarik melakukan telaah pustaka dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 (Telaah
Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)”.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan rumusan
masalah yaitu apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 telaah kitab tafsir Al-Mishbah dan
6
C.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 telaah kitab tafsir Al-Mishbah dan tafsir
An-Nuur.
D.Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat penelitian ini adalah
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11 berdasarkan telaah kitab tafsir
Al-Mishbah dan tafsir An-Nuur.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan kepada setiap
pendidik akan pentingnya mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi
peserta didik.
E.Penegasan Istilah
Untuk mempermudah bagi para pembaca dalam memahami istilah-istilah
dalam penelitian ini, penulis memberikan penegasan istilah dalam penelitian ini
7 1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Menurut Helmawati (2013:14) pendidikan adalah membantu
mengembangkan dan mengarahkan potensi manusia untuk mencapai tujuan
hidupnya. Ada dua hal penting dalam pengertian tersebut. Pertama, orang
yang dapat membantu mengembangkan potensi manusia. Kedua, adalah
orang yang dibantu agar menjadi manusia. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2000:263) Pendidikan berasal dari kata
dasar ―didik‖ yang mendapat awalan pe dan akhiran an, yang berarti suatu
perbuatan untuk memelihara, memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan).
Dalam mendidik juga akan dihasilkan suatu ―didikan‖ yang berarti hasil
mendidik yang berupa manusia atau hewan yang dididik, ini semua
berhubungan erat dengan ―pendidik‖ yaitu orang yang mendidik. Jadi,
pendidikan dalam KBBI adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berupa proses, cara, dan
perbuatan mendidik.
Menurut Zuchdi (2013:15) kata karakter berasal dari bahasa inggris
character yang artinya watak, karakter, atau sifat. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia kata "karakter" diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang seseorang dengan yang lain, dan watak.
Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat
dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Karakter adalah nilai-nilai
8
baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam perilaku (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:42). Lickona
(2014:72) berpendapat bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian
yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku
moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan
kebaikan, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan
kebiasaan perbuatan.
Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (Samani dan Hariyanto, 2014:45).
Sedangkan menurut Ratna Megawati dalam Kesuma dkk (2012:5)
pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungannya. Dalam hubungannya dengan pendidikan,
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari sepenuh hati (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:42).
Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kemendiknas tahun 2010
dalam Aqib (2012:42-44) dan Wibowo (2012:43-44) dibagi menjadi 18
9
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
2. Surat Al-Mu’minun
Surat Al-Mu’minun merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang
termasuk dalam surat makkiyah dan terdiri dari 118 ayat. Ada juga yang
mengitungnya hanya 117 ayat, karena mereka menilai firman-Nya ayat 10
dan ayat 11 sebagai satu ayat saja. Dinamakan Al-Mu’minun karena
permulaan ayat ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang
mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan
ketentraman jiwa manusia di dunia.
Surat Al-Mu’minun ini berisi tentang keimanan. Dimulai dengan
uraian tentang sifat orang-orang mukmin, lalu bukti keniscayaan beriman
kepada Allah SWT yang dapat ditemukan dalam diri manusia dan alam.
Kemudian uraian tentang hakikat iman, sebagaimana dipaparkan oleh
rasul-rasul Allah SWT sejak Nabi Nuh a.s. sampai dengan Nabi Muhammad Saw.
Surat ini juga berisi dalih para pengingkar dan keberatan-keberatan mereka
serta pembangkangan mereka, sampai dengan kebinasaan para pengingkar
dan kemenangan orang-orang mukmin. Secara umum, isi surat
Al-Mu’minun adalah mengajak manusia menghiasi diri dengan keimanan demi
meraih kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Shihab,
10
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library
Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni
(Hadi, 2001:9). Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari
dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli pendidikan tentang
pendidikan karakter.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
a. Primer
Sumber data primer yang dimaksud disini adalah kitab tafsir
Al-Mishbah dan An-Nuur yang membahas pokok permasalahan secara
langsung.
b. Sekunder
Sumber data sekunder yang dimaksud adalah buku-buku yang
membahas pokok permasalahan secara tidak langsung selain kitab tafsir
Al-Mishbah dan An-Nuur, seperti buku karangan ilmiah, artikel yang
berhubungan dengan pokok permasalahan.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yang
dimaksud adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
11 4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan
(library research), metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah
analisis isi (content analysis) (Suryabrata, 1995:85). Sedangkan dalam segi
metode penafsiran ayat, penulis menggunakan metode muqāran. Metode
muqāran adalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas
suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau
antar ayat dengan hadits baik dari segi isi maupun redaksi atau antara
pendapat-pendapat para ulama’ tafsir dengan menonjolkan segi perbedaan
tertentu dari objek yang dibandingkan (Hamdani, 2015:137). Metode ini
digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi/ kandungan nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11.
G.Kajian Pustaka
Fungsi kajian pustaka adalah untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian
dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun
beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Skripsi Firly Maulana Sani (093111047), Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Walisongo Semarang tahun 2016 dengan judul ―Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261-267‖
mengungkapkan bahwa dalam ayat tersebut perumpamaan orang yang
menginfakkan harta bendanya dijalan Allah dengan ikhlas akan memperoleh
12
tumbuhnya tanaman dari satu biji atau benih menghasilkan 700 buah,
sedangkan yang bersedekah diiringi dengan menyebut-nyebut pemberian dan
menyakiti perasaan penerima, tidak mendapat pahala apapun seperti tanah di
atas batu yang licin akan lenyap ditimpa hujan lebat. Sedangkan pendidikan
karakter yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 261-267, diantaranya
adalah religius, peduli sosial dan bersahabat/ komunikatif.
Skripsi Junardi (073111099), jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Walisongo Semarang tahun 2011 dengan judul ―Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Surat Ash-Shaff ayat 2-3‖ mengungkapkan mengenai konsistensi
dan keterpaduan antara perkataan dan perbuatan seseorang, jujur, berani
berjuang, bertanggung jawab, serta menghindari sifat munafik yang mana sifat
munafik tersebut termasuk sifat yang tercela dan sangat berbahaya kepada
perilaku pelakunya dan bahkan berdampak buruk bagi orang lain.
Skripsi Ninik Himawati (11111127), jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga tahun 2016 dengan judul ―Konsep Pendidikan Karakter dalam
Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Mishbah)‖
mengungkapkan bahwa (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam
Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir Al-Mishbah adalah
pendidikan tauhid, pendidikan ibadah, dakwah dan pendidikan akhlak, (2)
penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat
12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini adalah cara penanaman
nilai-nilai yang dilakukan setiap hari baik di lingkungan keluarga maupun di
13
yang baik agar nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam
karakter seseorang.
Berbeda dari penelitian sebelumnya, penelitian nilai-nilai pendidikan
karakter ini dikaji pada Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 berdasarkan
telaah kitab tafsir Mishbah dan tafsir An-Nuur. Peneliti memilih surat
Al-Mu’minun karena dalam surat ini banyak mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter yang penting untuk diketahui serta di realisasikan oleh seorang
manusia.
H.Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini berikut
merupakan sistematika penulisannya
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
kajian pustaka serta sistematika penulisan.
Bab II Kompilasi Ayat berisi tentang surat Al-Mu’minun ayat 1-11 beserta
terjemahnya, mufrodat, tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur, persamaan dan
perbedaan kitab tafsir Mishbah dan An-Nuur dalam menafsirkan surat
Al-Mu’minun ayat 1-11 serta biografi penulis kitab tafsir Al-Mishbah dan
An-Nuur.
Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sebab-sebab turunnya
surat Al-Mu’minun ayat 1-11 serta hubungan surat Al-Mu’minun dengan surat
14
Bab IV Pembahasan berisi tentang pengertian pendidikan karakter dan
nilai-nilai pendidikan karakter, serta nilai-nilai-nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam surat Mu’minun ayat 1-11 dari telaah kitab tafsir
Al-Mishbah dan An-Nuur.
15
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT
A.Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 dan terjemah
Berikut ini merupakan surat Al-Mu’minun ayat 1-11 dan terjemahannya
menurut Departemen Agama RI (2010:342):
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
16
B.Mufrodat surat Al-Mu’minun ayat 1-11
Berikut ini merupakan terjemah per kata surat Al-Mu’minun ayat 1-11
menurut Wahab (2013:342):
1. Ayat 1
نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا
نَ نَ مْ نَ
مْ نَ
Orang-orang yang
beriman
Beruntunglah Sesungguhnya
2. Ayat 2
نَ مُ مِا نَ
مْ مِ مِ نَ نَ مِ
مْ مُ
نَي مِ لَّانَ
Orang-orang
khusyu’
Dalam salat
mereka
Mereka Orang-orang
yang
3. Ayat 3
نَ مْ مُ مِ مْ مُ
مِ مْ لَّ ا مِينَ
مْ مُ
نَي مِ لَّا نَ
Mereka
berpaling/
menjauhkan diri
Dari perbuatan
tak berguna
Mereka Dan
17 4. Ayat 4
نَ مُ مِ نَ
مِو نَ لَّ مِ ا
مْ مُ
نَي مِ لَّا نَ
Mengerjakan/
menunaikan
Pada zakat Mereka Dan
orang-orang yang
tercela Budak/ tidak Maka
sesungguhnya
mereka
Tangan
kanan
18
Melampaui batas Mereka Maka mereka
itu
Salat mereka Atas Mereka Dan
19
1997:191). Hal tersebut seperti dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,
2010:323) bahwa kata
حٌ نَ نَ
-
حٌ نَ نَ
berarti kemenangan, kebahagiaan. Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kataنَ نَ مْ نَ
diartikan beruntung, berbahagia, dan20
terambil dari kata
مْ نَ نَ مْانَ
yang berarti membelah, dari sini petani dinamaiمْ لَّ نَ مْانَ
karena dia mencangkul untuk membelah tanah lalu menanam benih.
Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkan. Dari
sini maksud memperoleh apa yang diharapkan dinami falah dan hal
tersebut melahirkan kebahagiaan yang juga menjadi salah satu makna
falah.
2.
نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا
berasal dari kata
حٌيمِ مْ مُ
Kata
نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا
merupakanل س
dari kataحٌيمِ مْ مُ
Dalam kamusArab-Indonesia kata
نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا
merupakan jamak dari kataحٌيمِ مْ مُ
yangberarti yang beriman, yang percaya (Yunus, 2010:49). Iman adalah ucapan
dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota
tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat
(At-Tuwaijri, 2012:33)
3.
مْ مِ مِ نَ نَ
berasal dari kata
حٌو نَ نَ
Kata
مْ مِ مِ نَ نَ
merupakanض ل
dari kataحٌو نَ نَ
dengan tambahandhomir
مْ مِ
. Dalam kamus Arab-Indonesia kataحٌو نَ نَ
yang berarti berdo’adan memelihara sembahyang (Yunus, 2010:220). Menurut Nasution
(1992:834) salat dalam arti bahasa ialah do’a, adapun dalam istilah hukum
Islam salat adalah suatu ibadat yang terdiri dari beberapa perkataan dan
perbuatan, yang dimulai dengan takbir (membaca Allahu Akbar) dan
21
menisbahkan salat itu kepada pelakunya, bukan kepada Allah, walaupun
pada hakikatnya salat tersebut ditujukan kepada-Nya.
4.
نَ مُ مِا نَ
berasal dari kataنَ نَ نَ
Kata
نَ مُ مِا نَ
merupakanض ل
dari kataنَ نَ نَ
. Dalam kamus
Arab-Indonesia kata
نَ مُ مِا نَ
berasal dari kataً مْ مُ مُ
-
مُ نَ مْ نَ
-
نَ نَ نَ
yangberarti tunduk, rendah, takluk (Yunus, 2010:116). Dalam ensiklopedia
Al-Qur’an kata نَ مُ مِا نَ diartikan tunduk, takut, tenang (Makhruf,1996:184).
Menurut Shihab (2012:314) kata نَ مُ مِا نَ terambil dari kata
نَ نَ نَ
yang darisegi bahasa berarti diam dan tenang.
5.
مِ مْ لَّ ا
berasal dari kataنَ نَا
Kata
مِ مْ لَّ ا
merupakanض ل
dari kataنَ نَا
.
Dalam kamusArab-Indonesia kata
مِ مْ لَّ ا
meruapakan asal kata dariً مُ نَا
-
مْ مُ مْ نَ
–
نَ نَا
yang berartiberkata dengan perkataan yang tiada guna, tanpa berfikir dahulu (Yunus,
2010:398). Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata
مْ لَّ ا
diartikan perkataandan pebuatan yang tidak baik (Makhruf,1996:184). Kata
نَ مِ نَانَ نَ نَا
berartiberbicara yang bukan-bukan (Munawwir, 1997:1276). Menurut Shihab
(2012:314) kata
مِ مْ لَّ ا
terambil dari kataنَ نَا
yang berarti batal, yaitusesuatu yang seharusnya tidak ada atau ditiadakan.
6.
نَ مْ مُ مِ مْ مُ
berasal dari kata
نَضنَ مْ نَ
Kata
نَ مْ مُ مِ مْ مُ
merupakanص
dari kataنَضنَ نَ
. Dalam kamus
22
Sedangkan dalam kamus Al Munawwir (1997:917) kata (
نَضنَ نَ
)نَضنَ مْ نَ
مُ مْ نَ
diartikan dengan berpaling, menghindar. Menurut Shihab (2012:318)kata
نَ مْ مُ مِ مْ مُ
terambil dari kataض مْ مُ مْانَ
yang berarti samping, maksudnyaseseorang yang tidak memberikan perhatian kepada sesuatu yang tidak
bermanfaat atau mengesampingkannya.
7.
مِو نَ لَّ مِ ا
berasal dari kata
حٌو نَ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata
مِو نَ لَّ مِ ا
merupakan jamak dari kataحٌو نَ نَ
yang berarti zakat, bersedekah, kebersihan (Yunus, 2010:156). Dalamensiklopedia Islam (1992:1003) zakat menurut bahasa artinya tumbuh,
berkembang, bersih atau baih dan terpuji. Dalam hukum Islam istilah
tersebut berarti nama bagi kadar tertentu untuk kekayaan yang diserahkan
kepada golongan-golongan masyarakat yang telah diatur di dalam kitab
suci Al-Qur’an. Sedangkan menurut Shihab (2012:321) kata
حٌو نَ نَ
dari segibahasa berarti suci dan berkembang, hal ini karena menafkahkan harta
mengantar kepada kesuciannya dan kesucian jiwa penafkah.
8.
نَ مُ مِ نَ
berasal dari kata
نَلنَ نَ
Kata
نَ مُ مِ نَ
merupakanض ل
dari kataنَلمِ نَ
. Dalam kamus
Arab-Indonesia kata
نَلمِ نَ
bisa berkembang menjadiنَ مُ مِ نَ
yang berartiyang mengerjakan pekerjaan (Yunus, 2010:320). Sedangkan dalam kamus
Al Munawwir (1997:1064) kata
ً مْ نَ ـ نَلنَ نَ
berarti menjalankan,23
9.
مْ مِ مِو مُ مُ مِا
berasal dari kata
حٌ نَ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata
مْ مِ مِو مُ مُ مِا
merupakan jamak darikata
حٌ نَ نَ
yang berarti kemaluan manusia, qubul dan dubur (Yunus,2010:311). Sedangkan menurut Munawwir (1997:1041) kata
حٌ نَ نَ
(
حٌ مْ مُ مُ
)
yang artinya celah, kataحٌ نَ نَ
yang dimaksud disiniنَثمْ مُ مْ
حٌ نَ نَ
yang artinya farji, vulva (lubang kemaluan perempuan). Hal serupajuga diungkapkan Shihab (2012:324) kata
مْ مُ مُ
adalah jamak dari kataمْ نَ نَ
yang pada mulanya dimaksudkan dalam arti segala sesuatu yangburuk diucapkan pada pria atau wanita (alat kelamin).
10.
نَ مُ مِ نَ
berasal dari kata
نَ مِ نَ
Kata
نَ مُ مِ نَ
merupakanض ل
dari kataنَ مِ نَ
. Dalam kamus
Arab-Indonesia kata
نَ مُ مِ نَ
berasal dari kataً مْ مِ
-
مُ نَ مْ نَ
-
نَ مِ نَ
yang berartimemelihara, menjaga, menghafal (Yunus, 2010:105). Sedangkan menurut
Shihab (2012:323) kata
نَ مُ مِ نَ
terambil dari kataمْ مِ مِ
yang berartimemelihara atau menahan.
11.
مْ مِ مِو نَ مْ نَ
berasal dari kata
حٌ مْ نَ
Kata
مْ مِ مِو نَ مْ نَ
dalam kamus Arab-Indonesia berasal dari kataمِ نَ مْ نَ
yang merupakan jamak dari kata
حٌ مْ نَ
yang artinga suami, isteri, sepasang24
12.
مْ نَ نَ نَ
berasal dari kata
نَ نَ نَ
Kata
مْ نَ نَ نَ
merupakanض ل
dari kataنَ نَ نَ
. Dalam kamus
Arab-Indonesia kata
مْ نَ نَ نَ
merupakan fi’il madhi dari kataمُ مِ مْ نَ
–
نَ نَ نَ
yangberarti memiliki, mempunyai (Yunus, 2010:428)
13.
مْ مُ مُ نَ مْ نَ
berasal dari kataحٌيمْ مِ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia Indonesia-Arab kata
مْ مُ مُ نَ مْ نَ
merupakanjamak dari kata
حٌيمْ مِ نَ
yaitu (حٌ نَ مْ نَ
-
نَينَ مْ نَ
-
حٌيمْ مِ نَ
) yang berarti sebelah kanan,tangan kanan (Sya’bi, 1997:311).
14.
نَي مِ مْ مُ نَ
berasal dari kata
حٌ مْ مُ نَ
Dalam kamus Arab kata
نَي مِ مْ مُ نَ
berasal dari kataحٌ مْ مُ نَ
yang artinyatercela (Ibrahim, Tt:365). Sedangkan menurut Shihab (2012:326) kata
نَي مِ مْ مُ نَ
terambil dari kataمْ مُا
yaitu kecaman atau celaan terhadapperbuatan dan atau ucapan dari pihak lain yang dinilai pengecam sebagai
tidak wajar.
15.
نَ نَتمْب
berasal dari kata
نَ نَتمْبمِ
Kata
نَ نَتمْبمِ
merupakanض ل
dari kataنَ نَب
.
Dalam kamusArab-Indonesia kata
نَ نَتمْب
( ًانَ مُب
-
مِ مْبنَ
-
نَ نَب
) yang berarti mencari, menghendaki,25
16.
نَ مُا نَ مْا
Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata
نَ مُا نَ مْا
diartikan orang-orangyang melanggar batas halal sehingga masuk ke dalam haram
(Makhruf,1996:184).
17.
مْ مِ مِ نَ نَ نَ نَ مِ
berasal dari kata
حٌ نَ نَ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata
مْ مِ مِ نَ نَ نَ نَ مِ
merupakan jamak darikata
حٌ نَ نَ نَ
yang berarti kepercayaan, lurus, setia (Yunus, 2010:49). Selainitu,
مُ نَ نَ نَ نَ
juga berarti orang yang dapat dipercaya (jujur), orang yangmempercayai setiap orang (Munawwir, 1997:41). Hal ini juga diperkuat
oleh Shihab (2012:327) bahwa kata
مْ مِ مِتنَ نَ نَأ
adalah bentuk jamak dari
مْ نَ نَ أ
yang terambil dari kata
نَينَ نَأ
yang berarti percaya atau aman.
18.
مْ مِ مِ مْ نَ نَ
berasal dari kata
حٌ مْ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata
مْ مِ مِ مْ نَ نَ
berasal dari kata
حٌ مْ نَ
yangberarti perjanjian, janji setia (Yunus, 2010:283). Sedangkan dalam kamus
Al Munawwir (1997:981)
مُ مْ نَ مْانَ
berarti pemenuhan, penepatan janji, janji,perjanjian. Hal serupa juga diungkapkan Shihab (2012:328) bahwa kata
مْ نَ
berarti wasiat atau janji.19.
نَ مُ نَ
berasal dari kata
نَ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata berasal dari kata
ً مْ مُ
-
نَ مُ نَ
-
نَ نَ
yang artinya (hewan) makan rumput di padang rumput, memelihara,
26
oleh Shihab (2012:328) bahwa kata
نَ مُ نَ
terambil dari kataنَ مِ نَ
yangbearti memelihara, membimbing. Dari akar kata yang sama lahir kata
مِ نَ
yakni penggembala, karena yang bersangkutan memberi perhatian kepada
gembalaannya, memelihara dan membimbingnya sehingga tidak
mengalami bencana. Hal tersebut di dukung dengan kamus Arab-Indonesia
Indonesia-Arab (Sya’bi, 1997:72).
20.
مْ مِ مِ نَ نَ نَ
berasal dari kata
لَّ نَ
Kata
مْ مِ مِ نَ نَ
merupakanض ل
dari kataحٌو نَ نَ
dengan tambahandhomir
مْ مِ
. Dalam kamus Arab-Indonesia kataمِمّا نَصمُ ـ لَّ نَ
yang berartiberdo’a dan memelihara sembahyang (Yunus, 2010:220). Dalam
ensiklopedia Islam, salat menurut arti bahasa ialah do’a, adapun dalam
istilah hukum Islam salat adalah suatu ibadat yang terdiri dari beberapa
perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir (membaca Allahu
Akbar) dan disudahi dengan memberi salam (Nasution, 1992:834).
Menurut kamus Al Munawwir (1997:792)
لَّ نَ
artinya doa, berdoa sepertidalam kata
مْونَ نَصا نَ نَ نَ
artinya bersalat, bersembahyang.21.
نَ مُ مِ نَ مُ
berasal dari kata
نَ مِ نَ
Kata
نَ مُ مِ نَ
merupakanع ض ا ل
dari kataنَ مِ نَ
.
Dalam kamusArab-Indonesia kata
نَ مُ مِ نَ
berasal dari kata
ً مْ مِ
-
مُ نَ مْ نَ
-
نَ مِ نَ
yang berarti28
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal”.
Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata نَ مْ نَامْ مِ مْانَ diartikan surga yang
paling tinggi, paling tengah, dan paling utama (Makhruf,1996:184). Hal
tersebut didukung dalam buku ensiklopedia Al-Qur’an yang menyatakan
bahwa firdaus ialah nama surga tingkat yang tertinggi (Fachruddin,
1992:365). Sedangkan dalam ensiklopedia Islam firdaus berarti taman.
Kata ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an dalam dua tempat yakni dalam
surat Al-Kahfi ayat 107 dan surat Al-Mu’minun ayat 11 (Nasution,
1996:251).
25.
نَ مُ مِا نَ
berasal dari kata
نَ نَ نَ
Dalam kamus Arab-Indonesia kata
نَ مُ مِا نَ
berasal dari kata
نَ نَ نَ
(
ًا مْ مُ مُ
-
مُ مُ مْ نَ
–
نَ نَ نَ
) yang berarti kekal, tetap (Yunus, 2010:119). Sedangkanmenurut kamus Al Munawwir (1997:358) kata
ًا مْ مُ مُ ـ نَ نَ نَ
berarti kekalabadi.
C.Tafsir Al-Mishbah surat Al-Mu’minun ayat 1-11
1. Ayat 1-2
Menurut Shihab (2012:312) ayat di atas menyatakan bahwa
sesungguhnya telah yakni pasti berutunglah mendapat apa yang
didambakannya orang-orang mukmin, yang pasti mantap imannya dan
mereka buktikan kebenarannnya dengan amal-amal saleh yatitu mereka
29
serta perhatiannya terarah kepada salat yang sedang mereka kerjakan. Istilah
khasyi‟un (orang-orang yang khusyuk) berasal dari kata khusyu‟ yang
berarti kesopanan spiritual dan fisik, yang disandang secara lahiriah oleh
jasad manusia manakala berada dihadapan sang pencipta (Faqih, 2006:32).
Di sini Al-Qur’an tidak anya memperhitungkan pelaksanaan salat wajib itu
sendiri sebagai tanda orang beriman, tapi juga memandang kekhusyukan
dalam salat sebagai salah satu sifat mereka.
Ar-Raghib al-Asfahani dalam Shihab (2012:313) menyatakan bahwa
kebahagiaan ada dua, yakni kebahagiaan duniawai dan kebahagiaan ukhrawi.
Kebahagiaan duniawi adalah memperoleh hal-hal yang menjadikan hidup
duniawi nyaman antara lain berupa kelanggengan hidup, kekayaan dan
kemuliaan. Sedangkan kebahagiaan ukhrawi terdiri dari empat hal, yaitu
wujud yang langgeng tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan,
kemuliaan tanpa kehinaan, dan ilmu tanpa ketidaktahuan.
Kata (
مْ مِ مِ نَ نَ
) menisbahkan salat itu kepada pelakunya, bukan kepadaAllah SWT, walaupun pada hakikatnya salat tersebut ditujukan kepada-Nya.
Hal ini disebabkan karena ayat ini bermaksud menggarisbawahi aktivitas
pelaku, apalagi mereka itulah yang akan memperoleh manfaat salatnya
bukan Allah SWT. Kata (
نَ مْ مُ مِا نَ
) terambil dari kata (نَ نَ نَ
) yang dari segibahasa berarti diam dan tenang. Patron kata yang digunakan ayat ini
menunjukkan kepada pelaku yang mantap melakukan kekhusyu’an itu
(Shihab, 2012:314).
30
Shihab (2012:317) menyatakan salat yang benar dan baik menjauhkan
pelakunya dari hal-hal yang buruk bahkan yang mestinya ditiadakan, sifat
selanjutnya yang disebut adalah tidak memberi perhatian kepada hal-hal
yang tidak bermanfaat. Dari ayat tersebut menyatakan Dan, di samping
mereka telah disebut pada ayat yang lalu, termasuk juga yang akan
memeperoleh kebahagiaan adalah mereka yang terhadap al-laghw, yakni
hal-hal yang tidak bermanfaat adalah orang-orang yang tidak acuh, yakni
tidak memberi perhatian atau menjauhkan diri secara lahir dan batin dari
hal-hal tersebut.
Kata )
مِ مْ لَّ مْانَ
) terambil dari kata (نَ نَا
) yang berarti batal, yakni sesuatuyang seharusnya tidak ada. Laghw pada dasarnya adalah hal-hal yang
bersifat mubah, yakni sesuatu yang tidak terlarang, tetapi tidak ada
kebutuhan atau manfaat yang diperoleh ketika melakukannya. Selanjutnya
kata (
مْ مُ مِ مْ مُ
) terambil dari kata (مْض مُ مْانَ
) yang berarti samping. Seseorangyang tidak memberi perhatian kepada sesuatu, dia tidak akan melihat dan
mengesampingkannya (Shihab, 2012:317-318).
3. Ayat 4
Menurut Al-Biqai dalam Shihab (2012:321) penyebutan pengeluaran
zakat setelah sebelumnya dinyatakan bahwa mereka menjauhkan diri dari
al-laghw disebabkan karena menghindarinya tidaklah mudah. Kata (
مْ نَ نَ
)dari segi bahasa berarti suci dan berkembang. Hal ini karena menafkahkan
31
samping itu, ia menjadi pengembang harta tersebut. Al-Qur’an seringkali
menggunakan kata ini dalam arti sedekah yaitu pada surat At-Taubah/9:60
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
4. Ayat 5-7
Surat Al-Mu’minun ayat lima sampai tujuh ini menyebutkan diri
manusia dan yang pertama serta terutama disucikan adalah alat kelamin,
karena perzinaan adalah puncak kebejatan moral serta perusakan generasi
dan masyarakat. Menurut Shihab (2012:323) orang-orang mukmin yang
akan memperoleh kebahagiaan adalah mereka yang memelihara kemaluan
mereka, dengan kata lain mereka menyalurkan kebutuhan biologisnya
melalui hal dan cara-cara dibenarkan dan direstui agama. Mereka
menyalurkannya terhadap pasangannya atau budak-budak yang telah
dimiliki. Dan apabila mereka melampiaskan hawa nafsu bukan terhadap
pasangannya atau pun budak yang dimiliki, maka mereka itulah orang-orang
32 5. Ayat 8
Orang-orang mukmin yang akan memperoleh kebahagiaan selanjutnya
adalah orang-orang yang senantiasa bertanggung jawab terhadap
amanat-amanat yang telah dipikulkan kepadanya. Amanat yang berada dalam
pundak manusia mencakup empat aspek. Pertama, antara manusia dengan
Allah, misalnya nazar. Kedua, sesama manusia misalnya berupa titipan,
rahasia dan lain-lain. Ketiga, antara manusia dengan lingkungannya,
misalnya memelihara kebersihan lingkungan untuk generasi mendatang.
Keempat, terhadap dirinya sendiri, misalnya menyangkut kesehatannya
(Shihab, 2012:328).
6. Ayat 9
Salah satu yang terpenting menyangkut amanat dan janji adalah salat.
Karena itu, pada ayat ini ibadah salat tersebut ditekankan lagi antara lain
dalam konteks memelihara pelaksanaannya pada waktu yang ditetapkan.
Orang mukmin yang senantiasa memelihara salat mereka merupakan
penutup sifat terpuji yang akan mengantarkannya menuju kebahagiaan ayat
ini merupakan ayat penutup sifat-sifat terpuji bagi seorang mukmin yang
penyandangnya masing-masing dapat meraih kebahagiaan. Memang, pada
ayat kedua telah disebut juga shalat, tetapi dalam konteks yang berbeda.
Pada ayat kedua berisi tentang kekhusyukan dan pada ayat ini tentang
pemeliharaan shalat secara keseluruhan dan untuk tiap-tiap waktu (Shihab,
33
Menurut Thahir Ibn Asyur dalam Shihab (2012:330) bila kita
memperhatikan sifat-sifat orang mukmin di atas, kita akan menemukan
bahwa apa yang diperintahkan adalah hal-hal yang biasanya nafsu terdorong
mengabaikannya, seperti khusyuk dalam shalat, meninggalkan laghw, serta
pemeliharaan dorongan biologis. Selain itu, ada juga sifat-sifat yang
biasanya nafsu manusia ingin mempertahankannya seperti membelanjakan
harta atau menunaikan amanat yang biasanya ingin terus disimpan oleh
pemiliknya dan oleh yang diberi amanat. Dengan demikian, sifat-sifat
terpuji di atas mencerminkan dua hal pokok yang harus menghiasi setiap
muslim, yakni memiliki kemampuan melaksanakan serta kemampuan
menahan diri.
7. Ayat 10-11
Setelah menyebutkan sifat-sifat terpuji orang mukmin yang akan
memperoleh kebahagiaan atau keberuntungan, surat al-Mu’minun ayat
sepuluh dan sebelas menyebutkan bahwa merekalah yang akan mewarisi
surga firdaus serta mereka kekal berada di dalamnya. Kata (
نَ مْ مُ مِ نَ مْانَ
) dan(
مْ مُ مِ نَ
) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf wau, ra, dan tsa.
Maknanya berkisar pada peralihan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Ada
yang memahami ayat ini dalam arti orang mukmin, yang sifatnya seperti
diuraikan ayat-ayat lalu, akan mewarisi yakni akan dialihkan kepada mereka
surga yang tadinya Allah SWT telah siapkan untuk semua manusia. Tetapi,
34
dan dengan demikian, surga yang Allah SWT siapkan buat orang-orang
kafir itu diwarisi oleh orang-orang mukmin (Shihab, 2012:330-331).
Surga firdaus disebut sebagai surga yang paling baik dan
kedudukannya paling tinggi dibandingkan dengan surga yang lain. Setelah
menyebutkan sifat-sifat paling menonjol dari orang-orang beriman,
Al-Qur’an mengatakan bahwa nasib akhir mereka adalah menjadi pewaris
-pewaris yang akan mewarisi surga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya.
D.Tafsir An-Nuur surat Al-Mu’minun ayat 1-11
1. Ayat 1
Ash-Shiddieqy (2000:2724) menjelaskan bahwa Allah memberikan
kemenangan kepada semua orang mukmin. Yaitu orang-orang yang telah
disifati oleh Allah dengan enam sifat sebagaimana yang difirmankan Allah
dalam surat Al-Mu’minun ayat dua sampai ayat sembilan.
2. Ayat 2
Enam sifat tersebut adalah pertama, mereka yang ketika melakukan
sembahyang anggota tubuhnya tenang dan jiwanya khusyuk Ash-Shiddieqy
(2000:2724). Khusyuk bertingkat-tingkat, minimal adalah ketenangan
anggota badan sehingga tidak bergerak di luar gerakan salat, kecuali sangat
diperlukan dan dalam tidak lebih dari tiga kali berturut-turut, atau bahkan
sekali jika gerakan itu sangat besar (Shihab, 2012:538-539).
Sama halnya dengan Shihab, Ash-Shiddieqy (2000:2724) juga
35
atau ke kanan, tidak menguap, tidak menutup mulut dengan tangan, tidak
mempermainkan jenggot atau tidak mengerjakan sesuatu yang makruh.
Khusyuk dalam sembahyang akan diperoleh oleh orang yang menjalankan
sembahyang dengan membulatkan jiwanya dan melepaskan diri dari selain
sembahyang. Ketika itu, yang terdapat dalam hati dan jiwanya hanyalah
sembahyang, sehingga sembahyang bisa menjadi penawar untuk
mewujudkan ketenangan jiwa.
Salat khusyuk adalah salat yang dilaksanakan dengan sempurna, tertib,
tenang, konsentrasi, dan selama salat sama sekali tidak terbersit hal-hal yang
bersifat duniawi (El-Sutha, 2016:96). Khusyuk dalam sembahyang akan
diperoleh oleh orang yang menjalankan sembahyang dengan membulatkkan
jiwanya dan melepaskan diri dari selain sembahyang. Ketika itu, yang
terdapat dalam hati dan jiwanya hanyalah sembahyang, sehingga
sembahyang menjadi penawar untuk mewujudkan ketenangan jiwa
(Ash-Shiddieqy, 2000:2724).
3. Ayat 3
Kedua, mereka yang menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak
berfaedah dan segala pembicaraan yang tidak berharga, seperti berdusta,
memaki-maki, dan kata-kata lain yang sia-sia (Ash-Shiddieqy, 2000:2725).
Serupa dengan Ash-Shiddieqy, Ibnu Katsir dalam Ar-Rifa’i (2000:408) juga
mengungkapkan bahwa orang mukmin yang akan mendapatkan
36
berguna meliputi syirik, kemaksiatan, dan hal yang tidak berfaedah yang
menyangkut perkataan dan perbuatan.
Mukmin yang sebenar-benarnya selalu menjauhkan diri dari
pembicaraan yang batal dan dari segala perbuatan yang tidak memberi
kebajikan. Dia merasa berat menjalankan tanggung jawab yang harus
dipikulnya dan berat melaksanakan kewajiban yang terletak di atas
pundaknya. Dia merasa dirinya ditugaskan untuk memelihara amanat.
Karenanya, dia merasa belum puas jika belum menyelesaikan atau
menunaikan amanat itu, sehingga dia tidak mempunyai waktu untuk
bermain-main dengan menjalankan pekerjaan yang sia-sia.
4. Ayat 4
Ketiga, mereka yang menyucikan hartanya dengan menunaikan zakat.
Menurut lahiriah ayat ini, yang dimaksud dengan zakat adalah memberi
nafkah (infak) di jalan Allah, bukan zakat yang telah ditentukan nishab dan
jumlahnya (zakat wajib, maal, atau fitrah). Zakat yang demikian itu baru
difardhukan pada tahun kedua hijriah. Di Mekkah, umat Islam diperintahkan
berinfak di jalan Allah SWT secara mutlak. Dalam surat Al-An’am, Tuhan
menegaskan: ―dan berilah haknya pada hari mengetamnya (panen)”
(Ash-Shiddieqy, 2000:2725).
Zakat, di samping sebagai ibadat, kewajiban menyangkut harta yang
berfungsi sosial, juga merupakan taklif an-nafs (kewajiban pribadi).
Dikatakan demikian, karena mengeluarkan zakat merupakan beban yang
37
mengeluarkan sebagian dari harta yang dirasanya adalah miliknya, yang
pada lahirnya adalah hasil jerih payahnya. Dalam hal tersebut, sikap rakus
dan cinta harta selalu menjadi kendala bagi pelaksanaan zakat. Di antara
hikmah zakat adalah untuk membasmi sikap rakus dan cinta harta yang
berlebihan, agar manusia mempunyai sifat dermawan sejati (Nasution,
1992:1004).
5. Ayat 5-6
Keempat, mereka yang memelihara kemaluannya dari perbuatan
haram (zina), tidak menjerumuskan diri ke dalam perbuatan yang dilarang
oleh Allah SWT. Tidak mau mendekati (melakukan persetubuhan) kecuali
dengan isteri yang telah dihalalkan untuk mereka (sah) atau budak-budak
mereka yang tertawan dalam peperangan. Orang yang mendekati atau
melakukan persetubuhan (seksual) dengan pasangan yang dihalalkan oleh
Allah tentu tidak dicela (Ash-Shiddieqy, 2000:2725-2726). Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Isra/17:32 itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”.
Zina adalah persetubuhan atau hubungan kelamin yang dilakukan
tanpa melalui akad pernikahan yang sah menurut syariat. Islam memandang
perbuatan zina sebagai perbuatan keji yang harus dijauhi oleh umat manusia
dan sekaligus memandangnya sebagai tindakan kejahatan berat (dosa besar)
38
(1992:1009) membedakan zina menjadi dua macam yaitu zina muhsan dan
zina ghairu muhsan. Zina muhsan adalah zina yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah berkeluarga (telah pernah menikah) dan juga telah pernah
melakukan hubungan seksual selama pernikahannya itu. Sedangkan zina
ghairu muhsan adalah zina yang dilakukan oleh mereka yang belum pernah
menikah (gadis atau perjaka) atau belum pernah bersenggama meskipun
pernah menikah.
6. Ayat 7
Siapa yang menggauli isteri-isterinya dan budak-budak yang
dihalalkan baginya (sewaktu perbudakan belum dihapuskan), maka dialah
orang yang melampaui batas. Demikian pula perempuan yang melakukan
persetubuhan dengan lelaki yang bukan suami sahnya, juga merupakan
perbuatan yang melampaui batas (Ash-Shiddieqy, 2000:2726).
7. Ayat 8
Ash-Shiddieqy (2000:2726) Kelima, mereka yang apabila dipercayai
dengan suatu amanat tidak mengkhianatinya. Mereka akan menyampaikan
atau menjalankan amanat itu kepada yang berhak. Apabila membuat
perjanjian, mereka akan melaksanakannya dengan baik. Menyalahi janji
39
ِبَِأ ِنْب ِكِلاَم ُنْب ُعِفَنَ اَنَ ثَّدَح َلاَق ٍرَفْعَج ُنْب ُليِعاَْسِْإ اَنَ ثَّدَح َلاَق ِعيِبَّرلا وُبَأ ُناَمْيَلُس اَنَ ثَّدَح
ٌث َلََث ِقِفاَنُمْلا ُةَيآ َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ِِّبَّنلا ْنَع َةَرْ يَرُه ِبَِأ ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍلْيَهُس وُبَأ ٍرِماَع
َناَ َنُِ ْؤا اَ ِإَو َ َلْ َأ َدَعَو اَ ِإَو َ َ َ َثَّدَح اَ ِإ
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: tanda orang munafik ada tiga
macam yaitu, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menyalahinya dan apabila dipercayai suatu amanat dia
berkhianat.
Konsep luas amanat mencakup juga amanat-amanat dari Allah SWT
dan dari para nabi serta orang banyak pada umumnya.. Masing-masing dari
anugerah-anugerah Allah SWT adalah amanat-Nya. Agama yang benar,
kitab-kitab langit, ajaran-ajaran dan perintah-peritah praktis dari para
pemimpin jalan kebenaran, harta benda yang dimiliki, tanggung jawab yang
dipikul, serta kedudukan sosial yang kita miliki semuanya adalah
amanat-Nya yang oleh orang-orang beriman senantiasa dijaga supaya tetap
terpenuhi (Faqih, 2006:49).
8. Ayat 9
Keenam, mereka yang selalu menjalankan sembahyang, melaksanakan
pada waktu-waktu yang ditentukan dengan memelihara syarat, adab, dan
rukun-rukunnya. Allah SWT memulai surat ini dengan menjelaskan masalah
sembahyang (salat) dan mengakhirinya juga dengan menerangkan masalah
sembahyang. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sembahyang merupakan
40
merupakan pendidikan tertinggi menuju kesadaran jiwa dan hati serta
menjamin bahwa pelakunya akan menjauhi dosa. Singkatnya, jika salat
menyatu dengan semua ritusnya maka ia akan menjadi landasan yang pasti
bagi semua kebaikan dan amal saleh (Faqih, 2006:53).
9. Ayat 10-11
Orang-orang mukmin yang memiliki sifat dengan sifat-sifat utama
seperti telah diterangkan itulah orang yang layak menduduki martabat surga
yang paling tinggi (surga firdaus) sebagai pembalasan atas amal dan
perbuatannya yang terpuji selama hidup di dunia. Mereka kekal berada di
dalam surga firdaus untuk selama-lamanya, inilah sifat-sifat yang
membentuk kepribadian seorang manusia (Ash-Shiddieqy, 2000:2727).
Digunakannya kata ―mewarisi‖ mungkin menunjukkan bahwa orang-orang
beriman akan mendapatkannya tanpa kesulitan, persis seperti orang yang
mendapatkan warisan tanpa melalui kesulitan atau kerja keras. Tentu saja,
untuk mencapai tempat-tempat yang tinggi di surga diperlukan perbaikan
diri, penyucian dan perjuangan. Tetapi, imbalan besar yang diperoleh untuk
itu menjadikan upaya-upaya ini tampak seolah-olah kecil, sehingga dapat
dikatakan bahwa orang-orang beriman itu memperoleh surga firdaus itu
tanpa melalui kesulitan dan rasa sakit sedikitpun (Faqih, 2006:58)
Firdaus adalah nama surga yang berada pada tingkat tertinggi
sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw dalam Fachruddin
(1992:365-366) “Surga itu ada seratus tingkat, antara satu tingkat bagai