• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur) SKRIPSI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-

Qur’an

Kajian Surat Al-

Mu’minun ayat 1

-11

(Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

CHABBATUL CHAYATI

NIM. 11114208

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-

Qur’an

Kajian Surat Al-

Mu’minun ayat 1

-11

(Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

CHABBATUL CHAYATI

NIM. 11114208

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“sukses itu berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan lain,

tanpa kehilangan semangat”

(Abraham Lincoln)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua penulis tercinta (Bapak Anwari dan Ibu Safangatun) yang

telah memberikan cinta dan kasih sayangnya serta kesabaran dan doa restu

disetiap langkah yang penulis lewati.

2. Kedua kakak-kakak penulis (Ahmad Jamaluddin dan Slamet Afifudin) beserta

keluarganya yang telah memberikan dukungan, motivasi dan pengalamannya.

3. Kepada sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan

dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini (Laras Hanifah, Fitrian Khoirul

Fajriah, Aufiy Millatana, Marta Annisa, Nurma Wulan Sagita Bastiningsih,

Aghata Paramita Andiyani, Fitriana Nurul Haqqi, dan Mariza Kurnia Ulfa).

4. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan tahun 2014.

5. Teman-teman PAI kelas F angkatan tahun 2014.

6. Teman-teman PPL di SMA Negeri 1 Bringin.

7. Teman-teman KKN posko 60 di Ngleban, Klewor, Kemusu, Boyolali dan

masyarakat Ngleban.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa

(8)

viii

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ―Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Kajian

Surat Al-Mu’minun Ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur)‖.

Tak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw, yang kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak di Yaumul Qiyamah.

Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah memberikan motivasi,

bimbingan serta memberikan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya

skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan

penuh rasa hormat kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih

atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.

5. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk

menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi

(9)

ix

7. Kedua orang tua penulis tercinta, bapak Anwari dan ibu Safangatun yang

telah memberikan cinta, kasih sayang serta pengorbanan yang tiada henti

untuk selalu mendoakan kebahagiaan serta kesuksesan penulis di setiap

sujudnya.

8. Kakak-kakak penulis, Ahmad Jamaluddin dan Slamet Afifudin serta

keluarganya yang selalu memberikan nasihat, motivasi dan pengalamannya.

9. Sahabat-sahabat tercinta, Laras Hanifah, Fitrian K.F, Aufiy Millatana, Marta

Annisa, Nurma W. S.B., Aghata P.A, Fitriana N.H., dan Mariza K.U. yang

selalu memberikan penulis motivasi dan hiburan dalam menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan tahun 2014.

11. Teman-teman PPL di SMA Negeri 1 Bringin.

12. Teman-teman KKN posko 60 di Ngleban, Klewor, Kemusu, Boyolali.

13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata

kesempurnaan. Skripsi ini masih terdapat kekurangan serta kesalahan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi

ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan

para pembaca yang budiman.

Salatiga, 5 Juni 2018

Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 10

G. Kajian Pustaka ... 11

(11)

xi

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT

A. Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 15

B. Mufrodat ... 16

C. Tafsir Al-Mishbah surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 28

D. Tafsir An-Nuur surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 34

E. Persamaan dan perbedaan kitab tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur atas surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 41

F. Biografi Penulis Kitab Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur ... 42

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH A. Asbabun Nuzul ... 49

B. Munasabah ... 50

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT AL-MU’MINUN AYAT 1-11 A. Pendidikan Karakter dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 55

B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11 ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur surat Al-Mu’minun

ayat 1-11

2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

3. Lampiran 3 Daftar Nilai SKK

4. Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi

(13)

xiii

ABSTRAK

Chayati, Chabbatul. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an

Kajian Surat Al-Mu‟minun Ayat 1-11 (Telaah Kitab Tafsir Al-Mishbah dan

An-Nuur). Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an

Penelitian ini tentang nilai–nilai pendidikan karakter dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan karakter yang baik bagi anak. Di era globalisasi karakter yang ada semakin luntur, terbukti dengan meningkatnya kenakalan remaja seperti free sex, penyalahgunaan narkoba, tawuran dan lain-lain. Selain itu, anak bangsa cenderung mengikuti budaya barat yang mengajarkan tentang kebebasan tanpa batasan. Padahal, budaya barat tidak semua cocok dengan budaya kita yang menganut budaya timur, yaitu budaya yang menjunjung tinggi rasa hormat dan sopan santun. Pendidikan karakter sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik saat ini karena melihat banyaknya karakter bangsa yang semakin hilang. nilai-nilai pendidikan karakter yang mereka miliki pun semakin terkikis dengan kemajuan zaman. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al -Mu’minun ayat 1-11?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode analisis isi (content analysis), yaitu penulis mendiskripsikan isi/ kandungan nilai pendidikan karakter dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11. Sedangkan dalam metode penafsiran Al-Qur’an, penelitian ini menggunakan tafsir muqāran. Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok, pertama, sumber primer yang berasal dari Al-Qur’an dan kitab tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur. Kedua, sumber sekunder yang berasal dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian serta buku-buku lain yang memiliki relevansi dengan pembahasan.

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia

karena pendidikan berguna bagi masa depannya. Setiap manusia yang

dilahirkan ke dunia terlahir dalam keadaan suci atau fitrah, kemudian dia akan

belajar melalui panca indera, lingkungan dan masyarakat luas yang telah

membangun lembaga—lembaga pendidikan dan pengajaran (Hafidz dan

Kastolani, 2009:5). Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An

-Nahl/16:78 tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Sedangkan menurut Marimba dalam Hasbullah (2009:3)

pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

(15)

2

kepribadian yang utama. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ghufron

(2017:128) pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri.

Setiap pendidikan pasti memiliki tujuan, tanpanya pendidikan menjadi

hal yang tidak penting untuk dilakukan. Dengan adanya tujuan pendidikan,

diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien.

Manfaat dari tujuan pendidikan menurut Jumali dkk (2008:52) adalah pertama,

dengan adanya tujuan, arah yang akan dicapai oleh serangkaian kegiatan

pendidikan menjadi jelas. Kedua, dengan adanya tujuan pendidikan yang jelas,

akan didapatkan titik tolak untuk berkomunikasi dengan semua pihak yang

berkepentingan. Ketiga, dengan tujuan pendidikan yang jelas, merupakan

kerangka yang dapat digunakan dalam rencana kegiatan akademik.

Tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan manusia

Indonesia sesuai dengan falsafah pancasila, menjadi pribadi yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, menguasai ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,

memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki jiwa

yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan

rasa kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas.

Untuk mencapai suatu pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan tentu terdapat banyak rintangan. Rintangan atau halangan tersebut

dapat berasal dari mana saja, bisa dari pihak pendidik, peserta didik,

(16)

3

satu tantangan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah penanaman karakter,

baik bagi pendidik maupun peserta didik. Pendidik membutuhkan penanaman

karakter yang baik, karena mereka sebagai pihak yang akan memberikan

contoh serta dicontoh perbuatannya oleh peserta didik. Selain itu, pendidik juga

berkewajiban untuk menanamkan karakter yang baik bagi peserta didik untuk

bekalnya di masa depan.

Arus globalisasi turut serta mempengaruhi kehidupan manusia baik

secara langsung maupun tidak langsung, salah satu contohnya adalah internet.

Di satu sisi, internet sangat berguna bagi manusia untuk mendapatkan

informasi, tetapi di sisi lain internet juga mengandung unsur kebebasan, yang

berisi konten-konten negatif seperti pornografi, yang berdampak buruk bagi

mereka yang belum cukup umur untuk mengetahuinya. Selain internet,

perkembangan zaman juga turut mempengaruhi moral anak bangsa yang suka

meniru budaya barat. Sebenarnya, kebudayaan tersebut tidak cocok, karena

bangsa kita merupakan penganut budaya timur yang menjunjung rasa hormat

dan sopan santun.

Kualitas moral anak bangsa semakin hari semakin menunjukkan

penurunan. Terbukti dengan semakin maraknya kenakalan remaja seperti free

sex¸ narkoba, tawuran serta kenakalan-kenakalan remaja yang lain. Menurut

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2003 menyatakan

sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta,

Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks (Wibowo, 2012:8-9).

(17)

4

bahwa pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan seperti lulusan SMA,

SMK dan perguruan tinggi semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik atau

BPS menyebutkan lulusan SMK mencapai tingkat pengangguran tertinggi

yakni 17,26% disusul dengan lulusan SMA sebesar 14,31%, lulusan universitas

12,59%, serta diploma I/II/III 11,121%. Lulusan SD ke bawah justru paling

sedikit menganggur yakni 4,57%, dan SMP 9,39%.

Selain angka pengangguran yang tinggi, rusaknya moral bangsa yang

menjadi penyakit akut seperti korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal

pada semua sektor pembangunan dan lain-lain semakin meningkat.

Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009, korupsi

mengalami kenaikan yang sebelumnya sebesar 2,6% pada tahun 2008 menjadi

2,8%. Dengan skor ini, peringkat Indonesia terdongkrak cukup signifikan,

yakni berada di urutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun

sebelumnya) yang disurvey IPK-nya oleh Transparency International (TI)

(Kesuma dkk, 2012:4).

Berdasarkan survey di atas rusaknya moral bangsa Indonesia semakin

hari semakin menjadi, dan hal ini terus menerus meningkat setiap tahun. Hal

ini menyebabkan kekhawatiran yang besar bagi setiap orang terutama pendidik

akan terciptanya moral bangsa yang bobrok. Kenakalan yang dilakukan remaja

juga semakin mengkhawatirkan, padahal sebagai penerus bangsa mereka

seharusnya menunjukkan karakter-karakter yang baik dan dapat dicontoh bagi

(18)

5

yang besar dapat dilihat dari kualitas atau karakter bangsa (manusia itu

sendiri)‖.

Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk muslim

terbanyak di dunia. Sebagai umat muslim, kita selalu menjadikan Al-Qu’an

sebagai panutan kita untuk melakukan setiap tindakan. Al-Qur’an berisi

tentang segala hal yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat, tak terkecuali

dengan pentingnya pendidikan karakter atau pendidikan akhlak. Bahkan, Nabi

Muhammad Saw sebagai nabi terakhir, juga mengemban tugas dari Allah

untuk mendidik manusia agar memiliki akhlak dan karakter yang baik. Salah

satu surat dalam Al-Qur’an yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan karakter

adalah surat Al-Mu’minun. Di dalam surat tersebut terdapat banyak nilai

pendidikan karakter yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Hal itu

menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan telaah pustaka surat

Al-Mu’minun, tetapi terbatas hanya pada ayat 1-11. Oleh karena itu peneliti

tertarik melakukan telaah pustaka dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan

Karakter dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 (Telaah

Kitab Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir An-Nuur)”.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan rumusan

masalah yaitu apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 telaah kitab tafsir Al-Mishbah dan

(19)

6

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah untuk

mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 telaah kitab tafsir Al-Mishbah dan tafsir

An-Nuur.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11 berdasarkan telaah kitab tafsir

Al-Mishbah dan tafsir An-Nuur.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan kepada setiap

pendidik akan pentingnya mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi

peserta didik.

E.Penegasan Istilah

Untuk mempermudah bagi para pembaca dalam memahami istilah-istilah

dalam penelitian ini, penulis memberikan penegasan istilah dalam penelitian ini

(20)

7 1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Helmawati (2013:14) pendidikan adalah membantu

mengembangkan dan mengarahkan potensi manusia untuk mencapai tujuan

hidupnya. Ada dua hal penting dalam pengertian tersebut. Pertama, orang

yang dapat membantu mengembangkan potensi manusia. Kedua, adalah

orang yang dibantu agar menjadi manusia. Sedangkan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2000:263) Pendidikan berasal dari kata

dasar ―didik‖ yang mendapat awalan pe dan akhiran an, yang berarti suatu

perbuatan untuk memelihara, memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan).

Dalam mendidik juga akan dihasilkan suatu ―didikan‖ yang berarti hasil

mendidik yang berupa manusia atau hewan yang dididik, ini semua

berhubungan erat dengan ―pendidik‖ yaitu orang yang mendidik. Jadi,

pendidikan dalam KBBI adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berupa proses, cara, dan

perbuatan mendidik.

Menurut Zuchdi (2013:15) kata karakter berasal dari bahasa inggris

character yang artinya watak, karakter, atau sifat. Dalam Kamus Bahasa

Indonesia kata "karakter" diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang seseorang dengan yang lain, dan watak.

Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat

dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Karakter adalah nilai-nilai

(21)

8

baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan

terwujud dalam perilaku (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:42). Lickona

(2014:72) berpendapat bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian

yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku

moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan

kebaikan, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan

kebiasaan perbuatan.

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta

didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi

hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (Samani dan Hariyanto, 2014:45).

Sedangkan menurut Ratna Megawati dalam Kesuma dkk (2012:5)

pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi

yang positif kepada lingkungannya. Dalam hubungannya dengan pendidikan,

pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan

budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari sepenuh hati (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:42).

Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kemendiknas tahun 2010

dalam Aqib (2012:42-44) dan Wibowo (2012:43-44) dibagi menjadi 18

(22)

9

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

2. Surat Al-Mu’minun

Surat Al-Mu’minun merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang

termasuk dalam surat makkiyah dan terdiri dari 118 ayat. Ada juga yang

mengitungnya hanya 117 ayat, karena mereka menilai firman-Nya ayat 10

dan ayat 11 sebagai satu ayat saja. Dinamakan Al-Mu’minun karena

permulaan ayat ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang

mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan

ketentraman jiwa manusia di dunia.

Surat Al-Mu’minun ini berisi tentang keimanan. Dimulai dengan

uraian tentang sifat orang-orang mukmin, lalu bukti keniscayaan beriman

kepada Allah SWT yang dapat ditemukan dalam diri manusia dan alam.

Kemudian uraian tentang hakikat iman, sebagaimana dipaparkan oleh

rasul-rasul Allah SWT sejak Nabi Nuh a.s. sampai dengan Nabi Muhammad Saw.

Surat ini juga berisi dalih para pengingkar dan keberatan-keberatan mereka

serta pembangkangan mereka, sampai dengan kebinasaan para pengingkar

dan kemenangan orang-orang mukmin. Secara umum, isi surat

Al-Mu’minun adalah mengajak manusia menghiasi diri dengan keimanan demi

meraih kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Shihab,

(23)

10

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library

Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni

(Hadi, 2001:9). Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari

dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli pendidikan tentang

pendidikan karakter.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu

a. Primer

Sumber data primer yang dimaksud disini adalah kitab tafsir

Al-Mishbah dan An-Nuur yang membahas pokok permasalahan secara

langsung.

b. Sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud adalah buku-buku yang

membahas pokok permasalahan secara tidak langsung selain kitab tafsir

Al-Mishbah dan An-Nuur, seperti buku karangan ilmiah, artikel yang

berhubungan dengan pokok permasalahan.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yang

dimaksud adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

(24)

11 4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(library research), metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah

analisis isi (content analysis) (Suryabrata, 1995:85). Sedangkan dalam segi

metode penafsiran ayat, penulis menggunakan metode muqāran. Metode

muqāran adalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas

suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau

antar ayat dengan hadits baik dari segi isi maupun redaksi atau antara

pendapat-pendapat para ulama’ tafsir dengan menonjolkan segi perbedaan

tertentu dari objek yang dibandingkan (Hamdani, 2015:137). Metode ini

digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi/ kandungan nilai pendidikan

karakter yang terkandung dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11.

G.Kajian Pustaka

Fungsi kajian pustaka adalah untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian

dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun

beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Skripsi Firly Maulana Sani (093111047), Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Walisongo Semarang tahun 2016 dengan judul ―Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261-267‖

mengungkapkan bahwa dalam ayat tersebut perumpamaan orang yang

menginfakkan harta bendanya dijalan Allah dengan ikhlas akan memperoleh

(25)

12

tumbuhnya tanaman dari satu biji atau benih menghasilkan 700 buah,

sedangkan yang bersedekah diiringi dengan menyebut-nyebut pemberian dan

menyakiti perasaan penerima, tidak mendapat pahala apapun seperti tanah di

atas batu yang licin akan lenyap ditimpa hujan lebat. Sedangkan pendidikan

karakter yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 261-267, diantaranya

adalah religius, peduli sosial dan bersahabat/ komunikatif.

Skripsi Junardi (073111099), jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Walisongo Semarang tahun 2011 dengan judul ―Pendidikan Karakter dalam

Perspektif Surat Ash-Shaff ayat 2-3‖ mengungkapkan mengenai konsistensi

dan keterpaduan antara perkataan dan perbuatan seseorang, jujur, berani

berjuang, bertanggung jawab, serta menghindari sifat munafik yang mana sifat

munafik tersebut termasuk sifat yang tercela dan sangat berbahaya kepada

perilaku pelakunya dan bahkan berdampak buruk bagi orang lain.

Skripsi Ninik Himawati (11111127), jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga tahun 2016 dengan judul ―Konsep Pendidikan Karakter dalam

Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Mishbah)‖

mengungkapkan bahwa (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam

Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir Al-Mishbah adalah

pendidikan tauhid, pendidikan ibadah, dakwah dan pendidikan akhlak, (2)

penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat

12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini adalah cara penanaman

nilai-nilai yang dilakukan setiap hari baik di lingkungan keluarga maupun di

(26)

13

yang baik agar nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam

karakter seseorang.

Berbeda dari penelitian sebelumnya, penelitian nilai-nilai pendidikan

karakter ini dikaji pada Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-11 berdasarkan

telaah kitab tafsir Mishbah dan tafsir An-Nuur. Peneliti memilih surat

Al-Mu’minun karena dalam surat ini banyak mengandung nilai-nilai pendidikan

karakter yang penting untuk diketahui serta di realisasikan oleh seorang

manusia.

H.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini berikut

merupakan sistematika penulisannya

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

kajian pustaka serta sistematika penulisan.

Bab II Kompilasi Ayat berisi tentang surat Al-Mu’minun ayat 1-11 beserta

terjemahnya, mufrodat, tafsir Al-Mishbah dan An-Nuur, persamaan dan

perbedaan kitab tafsir Mishbah dan An-Nuur dalam menafsirkan surat

Al-Mu’minun ayat 1-11 serta biografi penulis kitab tafsir Al-Mishbah dan

An-Nuur.

Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sebab-sebab turunnya

surat Al-Mu’minun ayat 1-11 serta hubungan surat Al-Mu’minun dengan surat

(27)

14

Bab IV Pembahasan berisi tentang pengertian pendidikan karakter dan

nilai-nilai pendidikan karakter, serta nilai-nilai-nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam surat Mu’minun ayat 1-11 dari telaah kitab tafsir

Al-Mishbah dan An-Nuur.

(28)

15

BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT

A.Surat Al-Mu’minun ayat 1-11 dan terjemah

Berikut ini merupakan surat Al-Mu’minun ayat 1-11 dan terjemahannya

menurut Departemen Agama RI (2010:342):

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,

3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

7. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.

8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,

(29)

16

B.Mufrodat surat Al-Mu’minun ayat 1-11

Berikut ini merupakan terjemah per kata surat Al-Mu’minun ayat 1-11

menurut Wahab (2013:342):

1. Ayat 1

نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا

نَ نَ مْ نَ

مْ نَ

Orang-orang yang

beriman

Beruntunglah Sesungguhnya

2. Ayat 2

نَ مُ مِا نَ

مْ مِ مِ نَ نَ مِ

مْ مُ

نَي مِ لَّانَ

Orang-orang

khusyu’

Dalam salat

mereka

Mereka Orang-orang

yang

3. Ayat 3

نَ مْ مُ مِ مْ مُ

مِ مْ لَّ ا مِينَ

مْ مُ

نَي مِ لَّا نَ

Mereka

berpaling/

menjauhkan diri

Dari perbuatan

tak berguna

Mereka Dan

(30)

17 4. Ayat 4

نَ مُ مِ نَ

مِو نَ لَّ مِ ا

مْ مُ

نَي مِ لَّا نَ

Mengerjakan/

menunaikan

Pada zakat Mereka Dan

orang-orang yang

tercela Budak/ tidak Maka

sesungguhnya

mereka

Tangan

kanan

(31)

18

Melampaui batas Mereka Maka mereka

itu

Salat mereka Atas Mereka Dan

(32)

19

1997:191). Hal tersebut seperti dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,

2010:323) bahwa kata

حٌ نَ نَ

-

حٌ نَ نَ

berarti kemenangan, kebahagiaan. Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata

نَ نَ مْ نَ

diartikan beruntung, berbahagia, dan

(33)

20

terambil dari kata

مْ نَ نَ مْانَ

yang berarti membelah, dari sini petani dinamai

مْ لَّ نَ مْانَ

karena dia mencangkul untuk membelah tanah lalu menanam benih.

Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkan. Dari

sini maksud memperoleh apa yang diharapkan dinami falah dan hal

tersebut melahirkan kebahagiaan yang juga menjadi salah satu makna

falah.

2.

نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا

berasal dari kata

حٌيمِ مْ مُ

Kata

نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا

merupakan

ل س

dari kata

حٌيمِ مْ مُ

Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَ مْ مُ مِ مْ مُ مْا

merupakan jamak dari kata

حٌيمِ مْ مُ

yang

berarti yang beriman, yang percaya (Yunus, 2010:49). Iman adalah ucapan

dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota

tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat

(At-Tuwaijri, 2012:33)

3.

مْ مِ مِ نَ نَ

berasal dari kata

حٌو نَ نَ

Kata

مْ مِ مِ نَ نَ

merupakan

ض ل

dari kata

حٌو نَ نَ

dengan tambahan

dhomir

مْ مِ

. Dalam kamus Arab-Indonesia kata

حٌو نَ نَ

yang berarti berdo’a

dan memelihara sembahyang (Yunus, 2010:220). Menurut Nasution

(1992:834) salat dalam arti bahasa ialah do’a, adapun dalam istilah hukum

Islam salat adalah suatu ibadat yang terdiri dari beberapa perkataan dan

perbuatan, yang dimulai dengan takbir (membaca Allahu Akbar) dan

(34)

21

menisbahkan salat itu kepada pelakunya, bukan kepada Allah, walaupun

pada hakikatnya salat tersebut ditujukan kepada-Nya.

4.

نَ مُ مِا نَ

berasal dari kata

نَ نَ نَ

Kata

نَ مُ مِا نَ

merupakan

ض ل

dari kata

نَ نَ نَ

. Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَ مُ مِا نَ

berasal dari kata

ً مْ مُ مُ

-

مُ نَ مْ نَ

-

نَ نَ نَ

yang

berarti tunduk, rendah, takluk (Yunus, 2010:116). Dalam ensiklopedia

Al-Qur’an kata نَ مُ مِا نَ diartikan tunduk, takut, tenang (Makhruf,1996:184).

Menurut Shihab (2012:314) kata نَ مُ مِا نَ terambil dari kata

نَ نَ نَ

yang dari

segi bahasa berarti diam dan tenang.

5.

مِ مْ لَّ ا

berasal dari kata

نَ نَا

Kata

مِ مْ لَّ ا

merupakan

ض ل

dari kata

نَ نَا

.

Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

مِ مْ لَّ ا

meruapakan asal kata dari

ً مُ نَا

-

مْ مُ مْ نَ

نَ نَا

yang berarti

berkata dengan perkataan yang tiada guna, tanpa berfikir dahulu (Yunus,

2010:398). Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata

مْ لَّ ا

diartikan perkataan

dan pebuatan yang tidak baik (Makhruf,1996:184). Kata

نَ مِ نَانَ نَ نَا

berarti

berbicara yang bukan-bukan (Munawwir, 1997:1276). Menurut Shihab

(2012:314) kata

مِ مْ لَّ ا

terambil dari kata

نَ نَا

yang berarti batal, yaitu

sesuatu yang seharusnya tidak ada atau ditiadakan.

6.

نَ مْ مُ مِ مْ مُ

berasal dari kata

نَضنَ مْ نَ

Kata

نَ مْ مُ مِ مْ مُ

merupakan

ص

dari kata

نَضنَ نَ

. Dalam kamus

(35)

22

Sedangkan dalam kamus Al Munawwir (1997:917) kata (

نَضنَ نَ

)

نَضنَ مْ نَ

مُ مْ نَ

diartikan dengan berpaling, menghindar. Menurut Shihab (2012:318)

kata

نَ مْ مُ مِ مْ مُ

terambil dari kata

ض مْ مُ مْانَ

yang berarti samping, maksudnya

seseorang yang tidak memberikan perhatian kepada sesuatu yang tidak

bermanfaat atau mengesampingkannya.

7.

مِو نَ لَّ مِ ا

berasal dari kata

حٌو نَ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata

مِو نَ لَّ مِ ا

merupakan jamak dari kata

حٌو نَ نَ

yang berarti zakat, bersedekah, kebersihan (Yunus, 2010:156). Dalam

ensiklopedia Islam (1992:1003) zakat menurut bahasa artinya tumbuh,

berkembang, bersih atau baih dan terpuji. Dalam hukum Islam istilah

tersebut berarti nama bagi kadar tertentu untuk kekayaan yang diserahkan

kepada golongan-golongan masyarakat yang telah diatur di dalam kitab

suci Al-Qur’an. Sedangkan menurut Shihab (2012:321) kata

حٌو نَ نَ

dari segi

bahasa berarti suci dan berkembang, hal ini karena menafkahkan harta

mengantar kepada kesuciannya dan kesucian jiwa penafkah.

8.

نَ مُ مِ نَ

berasal dari kata

نَلنَ نَ

Kata

نَ مُ مِ نَ

merupakan

ض ل

dari kata

نَلمِ نَ

. Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَلمِ نَ

bisa berkembang menjadi

نَ مُ مِ نَ

yang berarti

yang mengerjakan pekerjaan (Yunus, 2010:320). Sedangkan dalam kamus

Al Munawwir (1997:1064) kata

ً مْ نَ ـ نَلنَ نَ

berarti menjalankan,

(36)

23

9.

مْ مِ مِو مُ مُ مِا

berasal dari kata

حٌ نَ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata

مْ مِ مِو مُ مُ مِا

merupakan jamak dari

kata

حٌ نَ نَ

yang berarti kemaluan manusia, qubul dan dubur (Yunus,

2010:311). Sedangkan menurut Munawwir (1997:1041) kata

حٌ نَ نَ

(

حٌ مْ مُ مُ

)

yang artinya celah, kata

حٌ نَ نَ

yang dimaksud disini

نَثمْ مُ مْ

حٌ نَ نَ

yang artinya farji, vulva (lubang kemaluan perempuan). Hal serupa

juga diungkapkan Shihab (2012:324) kata

مْ مُ مُ

adalah jamak dari kata

مْ نَ نَ

yang pada mulanya dimaksudkan dalam arti segala sesuatu yang

buruk diucapkan pada pria atau wanita (alat kelamin).

10.

نَ مُ مِ نَ

berasal dari kata

نَ مِ نَ

Kata

نَ مُ مِ نَ

merupakan

ض ل

dari kata

نَ مِ نَ

. Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَ مُ مِ نَ

berasal dari kata

ً مْ مِ

-

مُ نَ مْ نَ

-

نَ مِ نَ

yang berarti

memelihara, menjaga, menghafal (Yunus, 2010:105). Sedangkan menurut

Shihab (2012:323) kata

نَ مُ مِ نَ

terambil dari kata

مْ مِ مِ

yang berarti

memelihara atau menahan.

11.

مْ مِ مِو نَ مْ نَ

berasal dari kata

حٌ مْ نَ

Kata

مْ مِ مِو نَ مْ نَ

dalam kamus Arab-Indonesia berasal dari kata

مِ نَ مْ نَ

yang merupakan jamak dari kata

حٌ مْ نَ

yang artinga suami, isteri, sepasang

(37)

24

12.

مْ نَ نَ نَ

berasal dari kata

نَ نَ نَ

Kata

مْ نَ نَ نَ

merupakan

ض ل

dari kata

نَ نَ نَ

. Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

مْ نَ نَ نَ

merupakan fi’il madhi dari kata

مُ مِ مْ نَ

نَ نَ نَ

yang

berarti memiliki, mempunyai (Yunus, 2010:428)

13.

مْ مُ مُ نَ مْ نَ

berasal dari kata

حٌيمْ مِ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia Indonesia-Arab kata

مْ مُ مُ نَ مْ نَ

merupakan

jamak dari kata

حٌيمْ مِ نَ

yaitu (

حٌ نَ مْ نَ

-

نَينَ مْ نَ

-

حٌيمْ مِ نَ

) yang berarti sebelah kanan,

tangan kanan (Sya’bi, 1997:311).

14.

نَي مِ مْ مُ نَ

berasal dari kata

حٌ مْ مُ نَ

Dalam kamus Arab kata

نَي مِ مْ مُ نَ

berasal dari kata

حٌ مْ مُ نَ

yang artinya

tercela (Ibrahim, Tt:365). Sedangkan menurut Shihab (2012:326) kata

نَي مِ مْ مُ نَ

terambil dari kata

مْ مُا

yaitu kecaman atau celaan terhadap

perbuatan dan atau ucapan dari pihak lain yang dinilai pengecam sebagai

tidak wajar.

15.

نَ نَتمْب

berasal dari kata

نَ نَتمْبمِ

Kata

نَ نَتمْبمِ

merupakan

ض ل

dari kata

نَ نَب

.

Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَ نَتمْب

( ًا

نَ مُب

-

مِ مْبنَ

-

نَ نَب

) yang berarti mencari, menghendaki,

(38)

25

16.

نَ مُا نَ مْا

Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata

نَ مُا نَ مْا

diartikan orang-orang

yang melanggar batas halal sehingga masuk ke dalam haram

(Makhruf,1996:184).

17.

مْ مِ مِ نَ نَ نَ نَ مِ

berasal dari kata

حٌ نَ نَ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata

مْ مِ مِ نَ نَ نَ نَ مِ

merupakan jamak dari

kata

حٌ نَ نَ نَ

yang berarti kepercayaan, lurus, setia (Yunus, 2010:49). Selain

itu,

مُ نَ نَ نَ نَ

juga berarti orang yang dapat dipercaya (jujur), orang yang

mempercayai setiap orang (Munawwir, 1997:41). Hal ini juga diperkuat

oleh Shihab (2012:327) bahwa kata

مْ مِ مِتنَ نَ نَأ

adalah bentuk jamak dari

مْ نَ نَ أ

yang terambil dari kata

نَينَ نَأ

yang berarti percaya atau aman.

18.

مْ مِ مِ مْ نَ نَ

berasal dari kata

حٌ مْ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata

مْ مِ مِ مْ نَ نَ

berasal dari kata

حٌ مْ نَ

yang

berarti perjanjian, janji setia (Yunus, 2010:283). Sedangkan dalam kamus

Al Munawwir (1997:981)

مُ مْ نَ مْانَ

berarti pemenuhan, penepatan janji, janji,

perjanjian. Hal serupa juga diungkapkan Shihab (2012:328) bahwa kata

مْ نَ

berarti wasiat atau janji.

19.

نَ مُ نَ

berasal dari kata

نَ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata berasal dari kata

ً مْ مُ

-

نَ مُ نَ

-

نَ نَ

yang artinya (hewan) makan rumput di padang rumput, memelihara,

(39)

26

oleh Shihab (2012:328) bahwa kata

نَ مُ نَ

terambil dari kata

نَ مِ نَ

yang

bearti memelihara, membimbing. Dari akar kata yang sama lahir kata

مِ نَ

yakni penggembala, karena yang bersangkutan memberi perhatian kepada

gembalaannya, memelihara dan membimbingnya sehingga tidak

mengalami bencana. Hal tersebut di dukung dengan kamus Arab-Indonesia

Indonesia-Arab (Sya’bi, 1997:72).

20.

مْ مِ مِ نَ نَ نَ

berasal dari kata

لَّ نَ

Kata

مْ مِ مِ نَ نَ

merupakan

ض ل

dari kata

حٌو نَ نَ

dengan tambahan

dhomir

مْ مِ

. Dalam kamus Arab-Indonesia kata

مِمّا نَصمُ ـ لَّ نَ

yang berarti

berdo’a dan memelihara sembahyang (Yunus, 2010:220). Dalam

ensiklopedia Islam, salat menurut arti bahasa ialah do’a, adapun dalam

istilah hukum Islam salat adalah suatu ibadat yang terdiri dari beberapa

perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir (membaca Allahu

Akbar) dan disudahi dengan memberi salam (Nasution, 1992:834).

Menurut kamus Al Munawwir (1997:792)

لَّ نَ

artinya doa, berdoa seperti

dalam kata

مْونَ نَصا نَ نَ نَ

artinya bersalat, bersembahyang.

21.

نَ مُ مِ نَ مُ

berasal dari kata

نَ مِ نَ

Kata

نَ مُ مِ نَ

merupakan

ع ض ا ل

dari kata

نَ مِ نَ

.

Dalam kamus

Arab-Indonesia kata

نَ مُ مِ نَ

berasal dari kata

ً مْ مِ

-

مُ نَ مْ نَ

-

نَ مِ نَ

yang berarti

(40)
(41)

28

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal”.

Dalam ensiklopedia Al-Qur’an kata نَ مْ نَامْ مِ مْانَ diartikan surga yang

paling tinggi, paling tengah, dan paling utama (Makhruf,1996:184). Hal

tersebut didukung dalam buku ensiklopedia Al-Qur’an yang menyatakan

bahwa firdaus ialah nama surga tingkat yang tertinggi (Fachruddin,

1992:365). Sedangkan dalam ensiklopedia Islam firdaus berarti taman.

Kata ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an dalam dua tempat yakni dalam

surat Al-Kahfi ayat 107 dan surat Al-Mu’minun ayat 11 (Nasution,

1996:251).

25.

نَ مُ مِا نَ

berasal dari kata

نَ نَ نَ

Dalam kamus Arab-Indonesia kata

نَ مُ مِا نَ

berasal dari kata

نَ نَ نَ

(

ًا مْ مُ مُ

-

مُ مُ مْ نَ

نَ نَ نَ

) yang berarti kekal, tetap (Yunus, 2010:119). Sedangkan

menurut kamus Al Munawwir (1997:358) kata

ًا مْ مُ مُ ـ نَ نَ نَ

berarti kekal

abadi.

C.Tafsir Al-Mishbah surat Al-Mu’minun ayat 1-11

1. Ayat 1-2

Menurut Shihab (2012:312) ayat di atas menyatakan bahwa

sesungguhnya telah yakni pasti berutunglah mendapat apa yang

didambakannya orang-orang mukmin, yang pasti mantap imannya dan

mereka buktikan kebenarannnya dengan amal-amal saleh yatitu mereka

(42)

29

serta perhatiannya terarah kepada salat yang sedang mereka kerjakan. Istilah

khasyi‟un (orang-orang yang khusyuk) berasal dari kata khusyu‟ yang

berarti kesopanan spiritual dan fisik, yang disandang secara lahiriah oleh

jasad manusia manakala berada dihadapan sang pencipta (Faqih, 2006:32).

Di sini Al-Qur’an tidak anya memperhitungkan pelaksanaan salat wajib itu

sendiri sebagai tanda orang beriman, tapi juga memandang kekhusyukan

dalam salat sebagai salah satu sifat mereka.

Ar-Raghib al-Asfahani dalam Shihab (2012:313) menyatakan bahwa

kebahagiaan ada dua, yakni kebahagiaan duniawai dan kebahagiaan ukhrawi.

Kebahagiaan duniawi adalah memperoleh hal-hal yang menjadikan hidup

duniawi nyaman antara lain berupa kelanggengan hidup, kekayaan dan

kemuliaan. Sedangkan kebahagiaan ukhrawi terdiri dari empat hal, yaitu

wujud yang langgeng tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan,

kemuliaan tanpa kehinaan, dan ilmu tanpa ketidaktahuan.

Kata (

مْ مِ مِ نَ نَ

) menisbahkan salat itu kepada pelakunya, bukan kepada

Allah SWT, walaupun pada hakikatnya salat tersebut ditujukan kepada-Nya.

Hal ini disebabkan karena ayat ini bermaksud menggarisbawahi aktivitas

pelaku, apalagi mereka itulah yang akan memperoleh manfaat salatnya

bukan Allah SWT. Kata (

نَ مْ مُ مِا نَ

) terambil dari kata (

نَ نَ نَ

) yang dari segi

bahasa berarti diam dan tenang. Patron kata yang digunakan ayat ini

menunjukkan kepada pelaku yang mantap melakukan kekhusyu’an itu

(Shihab, 2012:314).

(43)

30

Shihab (2012:317) menyatakan salat yang benar dan baik menjauhkan

pelakunya dari hal-hal yang buruk bahkan yang mestinya ditiadakan, sifat

selanjutnya yang disebut adalah tidak memberi perhatian kepada hal-hal

yang tidak bermanfaat. Dari ayat tersebut menyatakan Dan, di samping

mereka telah disebut pada ayat yang lalu, termasuk juga yang akan

memeperoleh kebahagiaan adalah mereka yang terhadap al-laghw, yakni

hal-hal yang tidak bermanfaat adalah orang-orang yang tidak acuh, yakni

tidak memberi perhatian atau menjauhkan diri secara lahir dan batin dari

hal-hal tersebut.

Kata )

مِ مْ لَّ مْانَ

) terambil dari kata (

نَ نَا

) yang berarti batal, yakni sesuatu

yang seharusnya tidak ada. Laghw pada dasarnya adalah hal-hal yang

bersifat mubah, yakni sesuatu yang tidak terlarang, tetapi tidak ada

kebutuhan atau manfaat yang diperoleh ketika melakukannya. Selanjutnya

kata (

مْ مُ مِ مْ مُ

) terambil dari kata (

مْض مُ مْانَ

) yang berarti samping. Seseorang

yang tidak memberi perhatian kepada sesuatu, dia tidak akan melihat dan

mengesampingkannya (Shihab, 2012:317-318).

3. Ayat 4

Menurut Al-Biqai dalam Shihab (2012:321) penyebutan pengeluaran

zakat setelah sebelumnya dinyatakan bahwa mereka menjauhkan diri dari

al-laghw disebabkan karena menghindarinya tidaklah mudah. Kata (

مْ نَ نَ

)

dari segi bahasa berarti suci dan berkembang. Hal ini karena menafkahkan

(44)

31

samping itu, ia menjadi pengembang harta tersebut. Al-Qur’an seringkali

menggunakan kata ini dalam arti sedekah yaitu pada surat At-Taubah/9:60

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”.

4. Ayat 5-7

Surat Al-Mu’minun ayat lima sampai tujuh ini menyebutkan diri

manusia dan yang pertama serta terutama disucikan adalah alat kelamin,

karena perzinaan adalah puncak kebejatan moral serta perusakan generasi

dan masyarakat. Menurut Shihab (2012:323) orang-orang mukmin yang

akan memperoleh kebahagiaan adalah mereka yang memelihara kemaluan

mereka, dengan kata lain mereka menyalurkan kebutuhan biologisnya

melalui hal dan cara-cara dibenarkan dan direstui agama. Mereka

menyalurkannya terhadap pasangannya atau budak-budak yang telah

dimiliki. Dan apabila mereka melampiaskan hawa nafsu bukan terhadap

pasangannya atau pun budak yang dimiliki, maka mereka itulah orang-orang

(45)

32 5. Ayat 8

Orang-orang mukmin yang akan memperoleh kebahagiaan selanjutnya

adalah orang-orang yang senantiasa bertanggung jawab terhadap

amanat-amanat yang telah dipikulkan kepadanya. Amanat yang berada dalam

pundak manusia mencakup empat aspek. Pertama, antara manusia dengan

Allah, misalnya nazar. Kedua, sesama manusia misalnya berupa titipan,

rahasia dan lain-lain. Ketiga, antara manusia dengan lingkungannya,

misalnya memelihara kebersihan lingkungan untuk generasi mendatang.

Keempat, terhadap dirinya sendiri, misalnya menyangkut kesehatannya

(Shihab, 2012:328).

6. Ayat 9

Salah satu yang terpenting menyangkut amanat dan janji adalah salat.

Karena itu, pada ayat ini ibadah salat tersebut ditekankan lagi antara lain

dalam konteks memelihara pelaksanaannya pada waktu yang ditetapkan.

Orang mukmin yang senantiasa memelihara salat mereka merupakan

penutup sifat terpuji yang akan mengantarkannya menuju kebahagiaan ayat

ini merupakan ayat penutup sifat-sifat terpuji bagi seorang mukmin yang

penyandangnya masing-masing dapat meraih kebahagiaan. Memang, pada

ayat kedua telah disebut juga shalat, tetapi dalam konteks yang berbeda.

Pada ayat kedua berisi tentang kekhusyukan dan pada ayat ini tentang

pemeliharaan shalat secara keseluruhan dan untuk tiap-tiap waktu (Shihab,

(46)

33

Menurut Thahir Ibn Asyur dalam Shihab (2012:330) bila kita

memperhatikan sifat-sifat orang mukmin di atas, kita akan menemukan

bahwa apa yang diperintahkan adalah hal-hal yang biasanya nafsu terdorong

mengabaikannya, seperti khusyuk dalam shalat, meninggalkan laghw, serta

pemeliharaan dorongan biologis. Selain itu, ada juga sifat-sifat yang

biasanya nafsu manusia ingin mempertahankannya seperti membelanjakan

harta atau menunaikan amanat yang biasanya ingin terus disimpan oleh

pemiliknya dan oleh yang diberi amanat. Dengan demikian, sifat-sifat

terpuji di atas mencerminkan dua hal pokok yang harus menghiasi setiap

muslim, yakni memiliki kemampuan melaksanakan serta kemampuan

menahan diri.

7. Ayat 10-11

Setelah menyebutkan sifat-sifat terpuji orang mukmin yang akan

memperoleh kebahagiaan atau keberuntungan, surat al-Mu’minun ayat

sepuluh dan sebelas menyebutkan bahwa merekalah yang akan mewarisi

surga firdaus serta mereka kekal berada di dalamnya. Kata (

نَ مْ مُ مِ نَ مْانَ

) dan

(

مْ مُ مِ نَ

) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf wau, ra, dan tsa.

Maknanya berkisar pada peralihan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Ada

yang memahami ayat ini dalam arti orang mukmin, yang sifatnya seperti

diuraikan ayat-ayat lalu, akan mewarisi yakni akan dialihkan kepada mereka

surga yang tadinya Allah SWT telah siapkan untuk semua manusia. Tetapi,

(47)

34

dan dengan demikian, surga yang Allah SWT siapkan buat orang-orang

kafir itu diwarisi oleh orang-orang mukmin (Shihab, 2012:330-331).

Surga firdaus disebut sebagai surga yang paling baik dan

kedudukannya paling tinggi dibandingkan dengan surga yang lain. Setelah

menyebutkan sifat-sifat paling menonjol dari orang-orang beriman,

Al-Qur’an mengatakan bahwa nasib akhir mereka adalah menjadi pewaris

-pewaris yang akan mewarisi surga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya.

D.Tafsir An-Nuur surat Al-Mu’minun ayat 1-11

1. Ayat 1

Ash-Shiddieqy (2000:2724) menjelaskan bahwa Allah memberikan

kemenangan kepada semua orang mukmin. Yaitu orang-orang yang telah

disifati oleh Allah dengan enam sifat sebagaimana yang difirmankan Allah

dalam surat Al-Mu’minun ayat dua sampai ayat sembilan.

2. Ayat 2

Enam sifat tersebut adalah pertama, mereka yang ketika melakukan

sembahyang anggota tubuhnya tenang dan jiwanya khusyuk Ash-Shiddieqy

(2000:2724). Khusyuk bertingkat-tingkat, minimal adalah ketenangan

anggota badan sehingga tidak bergerak di luar gerakan salat, kecuali sangat

diperlukan dan dalam tidak lebih dari tiga kali berturut-turut, atau bahkan

sekali jika gerakan itu sangat besar (Shihab, 2012:538-539).

Sama halnya dengan Shihab, Ash-Shiddieqy (2000:2724) juga

(48)

35

atau ke kanan, tidak menguap, tidak menutup mulut dengan tangan, tidak

mempermainkan jenggot atau tidak mengerjakan sesuatu yang makruh.

Khusyuk dalam sembahyang akan diperoleh oleh orang yang menjalankan

sembahyang dengan membulatkan jiwanya dan melepaskan diri dari selain

sembahyang. Ketika itu, yang terdapat dalam hati dan jiwanya hanyalah

sembahyang, sehingga sembahyang bisa menjadi penawar untuk

mewujudkan ketenangan jiwa.

Salat khusyuk adalah salat yang dilaksanakan dengan sempurna, tertib,

tenang, konsentrasi, dan selama salat sama sekali tidak terbersit hal-hal yang

bersifat duniawi (El-Sutha, 2016:96). Khusyuk dalam sembahyang akan

diperoleh oleh orang yang menjalankan sembahyang dengan membulatkkan

jiwanya dan melepaskan diri dari selain sembahyang. Ketika itu, yang

terdapat dalam hati dan jiwanya hanyalah sembahyang, sehingga

sembahyang menjadi penawar untuk mewujudkan ketenangan jiwa

(Ash-Shiddieqy, 2000:2724).

3. Ayat 3

Kedua, mereka yang menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak

berfaedah dan segala pembicaraan yang tidak berharga, seperti berdusta,

memaki-maki, dan kata-kata lain yang sia-sia (Ash-Shiddieqy, 2000:2725).

Serupa dengan Ash-Shiddieqy, Ibnu Katsir dalam Ar-Rifa’i (2000:408) juga

mengungkapkan bahwa orang mukmin yang akan mendapatkan

(49)

36

berguna meliputi syirik, kemaksiatan, dan hal yang tidak berfaedah yang

menyangkut perkataan dan perbuatan.

Mukmin yang sebenar-benarnya selalu menjauhkan diri dari

pembicaraan yang batal dan dari segala perbuatan yang tidak memberi

kebajikan. Dia merasa berat menjalankan tanggung jawab yang harus

dipikulnya dan berat melaksanakan kewajiban yang terletak di atas

pundaknya. Dia merasa dirinya ditugaskan untuk memelihara amanat.

Karenanya, dia merasa belum puas jika belum menyelesaikan atau

menunaikan amanat itu, sehingga dia tidak mempunyai waktu untuk

bermain-main dengan menjalankan pekerjaan yang sia-sia.

4. Ayat 4

Ketiga, mereka yang menyucikan hartanya dengan menunaikan zakat.

Menurut lahiriah ayat ini, yang dimaksud dengan zakat adalah memberi

nafkah (infak) di jalan Allah, bukan zakat yang telah ditentukan nishab dan

jumlahnya (zakat wajib, maal, atau fitrah). Zakat yang demikian itu baru

difardhukan pada tahun kedua hijriah. Di Mekkah, umat Islam diperintahkan

berinfak di jalan Allah SWT secara mutlak. Dalam surat Al-An’am, Tuhan

menegaskan: ―dan berilah haknya pada hari mengetamnya (panen)”

(Ash-Shiddieqy, 2000:2725).

Zakat, di samping sebagai ibadat, kewajiban menyangkut harta yang

berfungsi sosial, juga merupakan taklif an-nafs (kewajiban pribadi).

Dikatakan demikian, karena mengeluarkan zakat merupakan beban yang

(50)

37

mengeluarkan sebagian dari harta yang dirasanya adalah miliknya, yang

pada lahirnya adalah hasil jerih payahnya. Dalam hal tersebut, sikap rakus

dan cinta harta selalu menjadi kendala bagi pelaksanaan zakat. Di antara

hikmah zakat adalah untuk membasmi sikap rakus dan cinta harta yang

berlebihan, agar manusia mempunyai sifat dermawan sejati (Nasution,

1992:1004).

5. Ayat 5-6

Keempat, mereka yang memelihara kemaluannya dari perbuatan

haram (zina), tidak menjerumuskan diri ke dalam perbuatan yang dilarang

oleh Allah SWT. Tidak mau mendekati (melakukan persetubuhan) kecuali

dengan isteri yang telah dihalalkan untuk mereka (sah) atau budak-budak

mereka yang tertawan dalam peperangan. Orang yang mendekati atau

melakukan persetubuhan (seksual) dengan pasangan yang dihalalkan oleh

Allah tentu tidak dicela (Ash-Shiddieqy, 2000:2725-2726). Allah SWT

berfirman dalam surat Al-Isra/17:32 itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang

buruk”.

Zina adalah persetubuhan atau hubungan kelamin yang dilakukan

tanpa melalui akad pernikahan yang sah menurut syariat. Islam memandang

perbuatan zina sebagai perbuatan keji yang harus dijauhi oleh umat manusia

dan sekaligus memandangnya sebagai tindakan kejahatan berat (dosa besar)

(51)

38

(1992:1009) membedakan zina menjadi dua macam yaitu zina muhsan dan

zina ghairu muhsan. Zina muhsan adalah zina yang dilakukan oleh

orang-orang yang telah berkeluarga (telah pernah menikah) dan juga telah pernah

melakukan hubungan seksual selama pernikahannya itu. Sedangkan zina

ghairu muhsan adalah zina yang dilakukan oleh mereka yang belum pernah

menikah (gadis atau perjaka) atau belum pernah bersenggama meskipun

pernah menikah.

6. Ayat 7

Siapa yang menggauli isteri-isterinya dan budak-budak yang

dihalalkan baginya (sewaktu perbudakan belum dihapuskan), maka dialah

orang yang melampaui batas. Demikian pula perempuan yang melakukan

persetubuhan dengan lelaki yang bukan suami sahnya, juga merupakan

perbuatan yang melampaui batas (Ash-Shiddieqy, 2000:2726).

7. Ayat 8

Ash-Shiddieqy (2000:2726) Kelima, mereka yang apabila dipercayai

dengan suatu amanat tidak mengkhianatinya. Mereka akan menyampaikan

atau menjalankan amanat itu kepada yang berhak. Apabila membuat

perjanjian, mereka akan melaksanakannya dengan baik. Menyalahi janji

(52)

39

ِبَِأ ِنْب ِكِلاَم ُنْب ُعِفَنَ اَنَ ثَّدَح َلاَق ٍرَفْعَج ُنْب ُليِعاَْسِْإ اَنَ ثَّدَح َلاَق ِعيِبَّرلا وُبَأ ُناَمْيَلُس اَنَ ثَّدَح

ٌث َلََث ِقِفاَنُمْلا ُةَيآ َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص ِِّبَّنلا ْنَع َةَرْ يَرُه ِبَِأ ْنَع ِهيِبَأ ْنَع ٍلْيَهُس وُبَأ ٍرِماَع

َناَ َنُِ ْؤا اَ ِإَو َ َلْ َأ َدَعَو اَ ِإَو َ َ َ َثَّدَح اَ ِإ

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu

'alaihi wasallam, beliau bersabda: tanda orang munafik ada tiga

macam yaitu, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menyalahinya dan apabila dipercayai suatu amanat dia

berkhianat.

Konsep luas amanat mencakup juga amanat-amanat dari Allah SWT

dan dari para nabi serta orang banyak pada umumnya.. Masing-masing dari

anugerah-anugerah Allah SWT adalah amanat-Nya. Agama yang benar,

kitab-kitab langit, ajaran-ajaran dan perintah-peritah praktis dari para

pemimpin jalan kebenaran, harta benda yang dimiliki, tanggung jawab yang

dipikul, serta kedudukan sosial yang kita miliki semuanya adalah

amanat-Nya yang oleh orang-orang beriman senantiasa dijaga supaya tetap

terpenuhi (Faqih, 2006:49).

8. Ayat 9

Keenam, mereka yang selalu menjalankan sembahyang, melaksanakan

pada waktu-waktu yang ditentukan dengan memelihara syarat, adab, dan

rukun-rukunnya. Allah SWT memulai surat ini dengan menjelaskan masalah

sembahyang (salat) dan mengakhirinya juga dengan menerangkan masalah

sembahyang. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sembahyang merupakan

(53)

40

merupakan pendidikan tertinggi menuju kesadaran jiwa dan hati serta

menjamin bahwa pelakunya akan menjauhi dosa. Singkatnya, jika salat

menyatu dengan semua ritusnya maka ia akan menjadi landasan yang pasti

bagi semua kebaikan dan amal saleh (Faqih, 2006:53).

9. Ayat 10-11

Orang-orang mukmin yang memiliki sifat dengan sifat-sifat utama

seperti telah diterangkan itulah orang yang layak menduduki martabat surga

yang paling tinggi (surga firdaus) sebagai pembalasan atas amal dan

perbuatannya yang terpuji selama hidup di dunia. Mereka kekal berada di

dalam surga firdaus untuk selama-lamanya, inilah sifat-sifat yang

membentuk kepribadian seorang manusia (Ash-Shiddieqy, 2000:2727).

Digunakannya kata ―mewarisi‖ mungkin menunjukkan bahwa orang-orang

beriman akan mendapatkannya tanpa kesulitan, persis seperti orang yang

mendapatkan warisan tanpa melalui kesulitan atau kerja keras. Tentu saja,

untuk mencapai tempat-tempat yang tinggi di surga diperlukan perbaikan

diri, penyucian dan perjuangan. Tetapi, imbalan besar yang diperoleh untuk

itu menjadikan upaya-upaya ini tampak seolah-olah kecil, sehingga dapat

dikatakan bahwa orang-orang beriman itu memperoleh surga firdaus itu

tanpa melalui kesulitan dan rasa sakit sedikitpun (Faqih, 2006:58)

Firdaus adalah nama surga yang berada pada tingkat tertinggi

sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw dalam Fachruddin

(1992:365-366) “Surga itu ada seratus tingkat, antara satu tingkat bagai

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode peramalan yang lebih baik, berdasarkan perhitungan total ramalan produksi produk Bateeq per bulan dengan

1. Para mufassir berpendapat bahwa kandungan surat Al-Israa‟ ayat 23-24 adalah Allah SWT memberi perintah kepada manusia supaya bertauhid dan beribadah kepadaNya

Kemudi­ an anggota keluarga yang sudah terbiasa dengan aturan syar’i berbaur dalam masyarakat secara pelan akan mengajak anggota masyarakat lainnnya melakukan hal sama dan lama

Menurut Oemi Abdurrachman (1993), di dalam penyampaian sesuatu pesan seringkali timbul salah pengertian, sehingga dengan demikian terjadi hal-hal yang tidak

Sebagai sebuah bentuk dari hasil konkrit atau nyata dari proses pembelajaran selama duduk di bangku perguruan tinggi Universitas Islam Indonesia (UII) dalam

Masyarakat yang akan membuat KTP, KK atau yang lainnya harus membawa belangko yang sudah ditandatangani oleh Kepala desa atau sekdes serta dari pihak kecamatan kalau tidak

Korelasi langsung diantara sifat-sifat geofisika (misal kecepatan Resistivitas) dan sifat-sifat geokimia (misal modulus deformasi) dapat dihubungkan dengan problem yang sama

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota yang diangkat oleh pejabat yang