• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana

BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 PEMBAHASAN

4.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Tarian Serampang

4.2.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam

4.2.2.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana

Busana Tarian Serampang XII, menurut adat Melayu menggunakan busana tradisi Melayu. Busana wanita biasanya dipilih satu dari dua jenisnya, yaitu kebaya panjang atau baju kurung. Konsep budaya Melayu, pada dasarnya baju kurung. Hal ini memiliki makna dikurung oleh syarak (hukum Islam). Bahwa pakaian dalam kebudayaan Melayu adalah mencerminkan apa yang diajarkan Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa pakaian itu pada dasarnya adalah menutup aurat

orang yang memakainya. Aurat ini bagi perempuan adalah menutupi sebahagian besar tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, sementara untuk lelaki aurat yang dimaksud adalah menutup badan, sampai ke batas lutut.

Pada prinsipnya setiap bangsa di dunia ini memiliki jenis pakaiannya sendiri, namun secara universal adalah untuk menutupi aurat berdasarkan budaya dan agama yang mereka anut. Dalam kebudayaan Melayu, pakaian menurut syarak ini, adalah tidak tipis, tidak ketat, tidak terbuka. Itulah yang menjadi inti dari ajaran adat Melayu dalam tata busana pakaian, apakah itu pakaian sehari-hari, pakaian pesta, pakaian pergaulan antara bangsa, pakaian nasional, dan pakaian adat Melayu.

Kemudian apabila kita mengkaji warna pakaian yang dipakai oleh orang Melayu umumnya dan penari serampang XII khususnya adalah pakaian berwarna kuning ataupun hijau. Warna kuning dipercaya sebagai perlambangan keagungan, sedangkan warana hijau biasanya dimaknai sebagai warna yang melambangkan keIslaman, karena Nabi Muhammad menyukai warna tersebut.

4.2.2.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana Pria

Busana tari pria, terutama untuk tari Serampang XII adalah menggunakan busana tradisi Melayu yang terdiri dari kopiah (songkok), baju gunting China atau gaya baju Melayu kecak musang, kain samping, celana. Sama dengan busana tari perempuan, khusus penari lelaki Serampang XII, biasanya menggunakan property sapu tangan yang diselipkan di kantong bajunya, untuk digunakan pada ragam terakhir.

Hampir sama dengan busana pada wanita, adapun tujuan busana penari pria memakai baju kecak musang yaitu agar menutupi aurat. Adapun aurat pria yaitu dari pusat sampai lutut. Selanjutnya kain samping selain digunakan agar terlihat lebih sopan juga memiliki makna yang lain yaitu sebagai penanda apakah pria tersebut masih lajang ataukah sudah menikah. Apabila kain dipakai sampai bawah lutut berarti pria tersebut sudah menikah, namun sebaliknya jika di atas lutut maka pria tersebut masih lajang atau belum menikah. Sedangkan pemakaian songkok atau dalam Islam sering disebut peci, yaitu sebagai simbol ke-Islaman dan identitas jati diri masyarakat Melayu.

Jika dikaji dari warna busana yang dipakai, sebenarnya bebas ingin memakai busana (pakaian) berwarna apa saja. Namun sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu bahwasannya orang Melayu itu identik dengan wara kuning dan hijau. Seperti yang sudah dijelaskan pada busana wanita di atas warna-warna tersebut memiliki makna-makna tersendiri, yaitu waran kuning melambangkan keagungan dan kewibawaan khusus bagi raja-raja dan juga bisa kita tarik pada mengagungkan ke-Esaan Tuhan, serta warna hijau melambangkan keIslaman.

4.2.2.3 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Properti Busana

Busana ini didukung pula oleh properti lainnya seperti pada wanita yaitu sanggul, anting, kancing, cincin, gelang, sarung, dan lain-lainnya sesuai kebutuhan, kemampuan ekonomis, estetika penampilan dan lain-lainnya. Untuk tari serampang XII ditambah satu properti lagi yaitu tari sapu tangan yang diselipkan pada bagian ujung atas kancing baju. Sapu tangan ini nantinya akan digunakan pada ragam terakhir.

Adapun makna dan fungsi dari properti-properti tersebut adalah sebagai hiasan untuk memperindah penampilan penari, khususnya penari wanita. Namun berbeda dengan properti sapu tangan, karena sapu tangan digunakan sebagai simbol ikatan pernikahan pada gerakan ragam dua belas.

Gambar 4.13

4.2.3 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Musik

Seni Serampang XII, selain tarinya yang begitu menjadi fenomenal secara kultural, musik pengiringnya juga memiliki struktur dan cirri-ciri sebagai “garda

depan” seni budaya Melayu, khususnya Sumatera Utara. Ciri-ciri utamanya

adalah aspek garapan yang memperlihatkan akulturasi yang menarik antara unsur- unsur dalam yang menjadi inovasi seniman Melayu, dan unsur-unsur luar yang

diadopsi dan menjadi identitas masyarakt Melayu. Misalnya ada unsur musik Timur Tengah dan juga Eropa dalam melodi dan rentaknya. Perpaduan unsur musik dari Negara-negara tersebutlah yang mempengaruhi musik tari serampang XII ini. Selain itu juga dimasukkan unsur musik asli.

4.2.3.1 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Rentak

Dalam konteks pertunjukannya, gaya umum rentak musik Serampang XII adalah seperti yang dijabarkan berikut ini.

1. Rentak Lagu Dua (Joget)

Rentak yang menjadi dasarnya adalah rentak lagu dua (joget), bertanda birama 6/8, yang diadopsi dari rentak branyo Portugis, namun selain rentaknya yang umum, dalam seni Serampang XII rentak asas ini dikembangkan pula dalam rentak pukulan balik, artinya dalam 6/8 itu jatuhnya gong pertama diubah menjadi pukulan dang (cal), begitu juga dengan penggunaan break music mengikuti break tari. Rentak lagu dua ini mengandung pesan bahwa Tarian Serampang XII adalah tarian pergaulan yang memiliki ragam lincah dan riang.Sangat tepat menggambarkan tari pergaulan antara pemuda dan pemudi Melayu.Musiknya ceria, membuat orang yang menarikannya menjadi ikut bahagia dengan melonjak- lonjak.

2. Tempo

Tempo yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan keinginan penari, namun biasanya berkisar antara 110 sampai 120 setiap not 3/8 dalam birama 6/8 ini, dengan demikian dalam musik Melayu, tempo ini dapat dikategorikan cepat.

Tempo cepat ini juga maknany hamper sama dengan makna rentak lagu dua yang menggambarkan keriangan antara dua orang insan yang sedang bermadu kasih.

3. Bunyi Gong

Bunyi gong atau tawak-tawak jatuh pada setiap pukulan gong di not pertama dan keempat dalam ritme tripel.Bunyi gong ini bermakna batasan- batasan, juga tuntunan. Karena bunyi gong itu tetap dan selalu ada diantara bunyi accordion dan pukulan gendang.Ini menandakan bahwasannya di dalam bergaul harus ada batasan-batasan.

4. Rentak Dasar Gendang

Pemain gendang induk membawa pola ritme atau rentak dasar, tanpa meningkahi dengan ritme-ritme peningkah. Sama halnya seperti manusia yang menyukai lawan jenis pasti ada alas an dan dasar-dasar mengapa dia bias suka. Hal ini digambarkan di dalam rentak dasar gendang.

5. Rentak Peningkahan

Pemain gendang anak atau peningkah memainkan ritme-ritme meningkah atau mewarnai pola ritme gedung induk.Rentak peningkahan ini bermakna bumbu-bumbu di dalam percintaan. Tentunya di dalam menjalani suatu hubungan pasti ada pasang surut.Terkadang senang, terkadang sedih, terkadang marah, gembira, dan sebagainya.

6. Masuknya Ensambel

Secara ensambel yang masuk paling dahulu gendang, setelah dua atau tiga, gong baru masuk melodi frase pertama, baru masuk melodi-melodi pengiring tiap-tiap ragam tari, dengan frase dan motif-motif tertentu. Makna dari masuknya

ensambel ini seperti dalam percintaan juga, mula-mula bertemu dan curi pandang, setelah itu berkenalan, dan menjalin kasih sampai seterusnya menikah.

Pola ritme yang mendasari musik Serampang XII adalah pola ritme atau rentak lagu dua. Rentak lagu dua adalah pola ritme yang sangat popular di

tengah-tengah masyarakat Melayu, bahkan di seluruh Indonesia dan Dunia Melayu. Tarian yang diiringi oleh pola ritme ini sangat lincah dan riang, menunjukkan sifat tari pergaulan. Pola ritme ini didengar tanpa memperhatikan kegiatan ritmis yang terjadi di dalamnya seolah-olah pola ritme ini sangat sederhana.Akan tetapi bila diperhatikan lebih cermat ternyata ritme ini sangat rumit, terutama bila membicarakan jenis meternya. Hal ini sering menghasilkan pendapat yang berbeda-beda.

4.2.3.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Melodi

Salah satu unsur komunikasi dalam konteks lagu dari tari adalah melalui rangkaian nada-nada yang terjalin secara estetik dan budaya. Dalam budaya Melayu, melodi yang dibunyikan telah menghantar para pendengarnya untuk menafsirkan peristiwa apa dan dalam konteks apa yang terjadi dalam seni.

Melodi sangat memegang peran utama dalam pertunjukan Serampang XII, karena jalinan antara ragam tari juga mengikuti jalinan melodi. Tanpa adanya hubungan komunikasi ini, tidak akan berjalan semestinya.

Struktur melodi Serampang XII memiliki hubungan siklus yang sama dengan tari. Adapun deskripsi untuk setiap melodi pengiring tari Serampang XII ini adalah sebagai berikut.

Untuk melodi awal masuk terdiri dari ulangan-ulangan sekuens motif a-g-f dalam masing-masing not seperdelapan dan sekuens dua motif f-g-a di bahagian akhir, jumlah seluruhnya enam birama. Melodi ini cenderung ringan yang bermakna mulai masuk tarian, atau dengan kata lain awal kisah.

2. Melodi Iringan Ragam Satu

Untuk melodi iringan ragam tari satu dimulai dari nada a-g-f dalam durasi seperdelapan, kemudian diteruskan dengan menggunakan nada a durasi seperdelapan diteruskan dengan nada f durasi seperenam belas dan kembali nada f dengan durasi seperdelapan kemudian dilanjutkan dengan dua nada harmoni dari d menuju g dengan durasi seperenam belas, yang kesemuanya mengisi tiga perdelapan kedua dalam birama 6/8, durasi enam perdelapan seperti ini diulang sampai empat birama. Makna dari melodi iringan ragam satu ini tentu saja pertemuan pertama

3. Melodi Iringan Ragam Dua

Untuk melodi iringan ragam tari kedua sebagai lanjutan ragam pertama, melodi akordion dimulai dari nada a durasi seperdelapan, diteruskan nada e durasi seperdelapan, kemudian nada g dan a masing-masing durasi seperenam belas. Untuk tiga perdelapan kedua diisi oleh nada f,e, dan f masing-masing durasi seperenam belas. Selanjutnya tiga perdelapan berikutnya diisi oleh nada a, gis, a, e, gis, dan a yang masing-masing berdurasi seperenam belas. Tiga perdelapan berikutnyasama dengan tiga perdelapan kedua birama pertama. Birama kedua ini diulang kembali sebanyak dua kali.Seterusnya nada cenderung turun repetitive dimulai nada cis, d, e, f, d, f masing-masing durasi not seperenam belas, pada tiga perdelapan pertama dilanjutkan nada e seperdelapan ditambah nada g, f, e, d

masing-masing seperenam belas dan birama ini diulang sebanyak empat kali. Makna dari melodi iringan ragam dua ini adalah cinta meresap.

4. Melodi Iringan Ragam Tiga

Kemudian untuk iringan ragam tari tiga pada birama pertama sama dengan birama terakhir iringan ragam kedua, kemudian setelah birama kedua maka muncul nada c, b, c, masing-masing seperenam belas, kemudian dilanjut nada g sebagai nada terendah komposisi ini berdurasi lima perenam belas, dilanjut ke nada a, b, c, d, masing-masing seperenam belas. Birama ketiga diisi oleh nada e seperdelapan ditambah nada seperenam belas, nada a seperdelapan, nada g seperenam belas untuk 3/8 pertama.Tiga perdelapan kedua diisi nada ais, a, f, a, g, e masing-masing seperenam belas. Birama keempat terjadi rangkaian nada yang turun jatuh yaitu dari seperdelapan kemudian e seperenam belas, dan jatuh ke g rendah berdurasi tiga perenam belas.Disambung oleh nada c, d, e dan d masing- masing seperenam belas. Birama kelima adalah ulangan birama ketiga.Birama enam terdiri dari nada e, d, dan cis masing-masing seperdelapan, ditambah nada e seperdelapan, istirahat seperdelapan dan luncuran nada harmonik dari d sampai d oktafnya pada durasi seperdelapan. Birama ketujuh langsung naik satu oktaf lebih yaitu nada e sebesar tiga perdelapan, istirahat seperenambelas, lanjut ke nada e, d, e, d masing-masing seperenambelas, Birama kedelapan terdiri dari nada dis seperempat ditambah nada e seperdelapan kemudian istirahat tiga perenambelas turun ke bawah nada e, a, gis masing-masing seperenambelas. Makna dari melodi iringan ragam tiga ini menggambarkan memendam cinta.

Untuk melodi iringan ragam tari empat, birama pertama dimulai dari nada b seperdelapan, gis seperenam belas, a seperdelapan, f seperenambelas untuk 3/8 pertama, selanjutnya nada e seperdelapan, nada e seperenam belas, a seperdelapan, dan g seperenam belas. Pada birama kedua terdiri kumpulan nada 3/8 birama pertama ditambah nada e seperenam belas istirahat seperenam belas,

dan luncuran nada harmonic d ke d’ dalam durasi seperempat. Birama ketiga

langsung menuju ke oktaf yaitu nada e’ seperempat, nada dis seperenam belas,

nada e seperenam belas, kemudian nada e seperenam belas, kemudian nada e seperempat, dilanjut ke nada dis seperenam belas dan nada c seperenam belas. Birama empat dis seperempat, e seperdelapan, istirahat seperdelapan, e seperenam belas, a seperdelapan, dang is seperenam belas. Birama lima, enam, tujuh, dan delapan diisi nada yang sama, yaitu nada b seperdelapan, gis seperenam belas, a seperdelapan, f seperenam belas, e seperdelapan, e seperenam belas, a seperdelapan, dan g seperenam belas. Makna melodi iringan ragam empat ini tentu saja mabuk kepayang.

6. Melodi Iringan Ragam Lima

Untuk melodi iringan ragam tari lima dimulai nada b seperdelapan, kemudian a, g, fis, dan a masing-masing seperenam belas, dilanjutkan g seperdelapan, a, g, fis a masing-masing seperenam belas, kemudian diulang di di birama kedua. Birama ketiga diisi oleh nada g seperdelapan, g, f, e, g masing- masing seperenam belas, diulang pada birama empat. Pada birama kelima dimulai dari nada f seperdelapan, e, f, d, e masing-masing seperenam belas, dilanjut ke cis, d, e, f, d, g masing-masing seperenam belas, diulang pada birama enam dan tujuh. Birama delapan terdiri dari 3/8 pertama birama tujuh ditambah

nada e seperenam belas, tanda isitirahat seperenam belas dan luncuran nada harmonik d ke a dalam durasi seperempat. Makna melodi iringan ragam lima ini adalah berbagi isyarat tanda cinta.

7. Melodi Iringan Ragam Enam

Melodi enam terdiri dari bentuk melodi dan akord untuk menegaskan aksentuasi tari yang break dalam beberapa ketukan. Dimulai dari nada d, a, fis masing-masing seperdelapan, ke akord d minor seperdelapan, istirahat seperdelapan, nada a dan f masing-masing seperenam belas, birama ini kemudian diulang pada birama dua, tiga dan empat. Birama lima terdiri dari 3/8 pertama birama empat ditambah nada cis, d, f, a, f masing-masing seperenam belas. Tiga perdelapan kedua ini diulang sebagai 3/8 pertama birama enam, ditambah nada d seperdelapan, istirahat seperdelapan, nada a dan f masing-masing seperenam belas, birama enam diulang sama dengan biram tujuh. Birama delapan terdiri dari nada d seperdelapan, istirahat seperdelapan luncuran nada d ke g seperdelapan dan nada d tiga perdelapan. Makna dari melodi iringan ragam enam adalah balasan isyarat.

8. Melodi Iringan Ragam Tujuh

Melodi iringan tari ragam tujuh diisi oleh nada sambungan g, e, fis, g, f, a masing-masing seperenam belas, diteruskan kepada nadan g, e, f, g, f, a masing- masing seperenam belas, yang diulang pada birama dua.Birama tiga diisi nada g seperdelapan, g, f, e, g seperenam belas untuk tiga perdelapan pertama dan diulang pada tiga perdelapan kedua.Birama tiga ini diulang pada birama empat. Birama lima diisi oleh nada f seperdelapan, e, f, d, e masing-masing seperenam

belas lanjut dengan cis, d, e, f, d, a masing-masing seperenambelas. Birama lima ini diulang sama pada birama enam dan tujuh. Kemudian birama delapan diisi oleh nada f seperdelapan, g, f, e, dan d masing-masing seperenam belas ditambah dengan nada c seperdelapan, a seperenam belas, fis seperdelapan, dan a seperenam belas.Makna melodi iringan ragam tujuh ini adalah menduga.

9. Melodi Iringan Ragam Delapan

Untuk melodi iringan ragam tari delapan dimulai dari nada b seperdelapan nada a seperenam belas, fis seperdelapan, a seperenam belas, dilanjutkan nada e seperdelapan, f seperenam belas, g seperdelapan, dan b seperenam belas.Birama kedua terdiri dari nada a seperdelapan, g seperenam belas, fis seperdelapan, e seperenam belas, d seperdelapan, a seperenam belas, f seperdelapan dan a seperenam belas.Birama satu diulang oleh birama tiga, limka dan tujuh. Sementara birama dua diulang oleh birama empat, enam dan delapan, namun untuk birama delapan 3/8 keduanya diisi nada d seperdelapan dan dua nada harmonis d dan f pada durasi seperdelapan dan istirahat seperdelapan.Makna melodi iringan ragam delapan adalah masih belum percaya kalau si dia mencintai kita.

10. Melodi Iringan Ragam Sembilan

Untuk melodi iringan ragam tari Sembilan adalah berupa pengulangan pasangan dua-dua nada harmonik c-e, d-f, a-c, dengan durasi seperenam belasan dan diselingi istirahat seperenam belas, namun di birama enam, tujuh dan delapan sudah kembali ke bentuk jalinan melodi. Makna melodi iringan ragam sembilan adalah jawaban yang diekspresikan dengan melodi riang gembira dan gerakan melonjak.

11. Melodi Iringan Ragam Sepuluh

Melodi iringan ragam tari sepuluh terdiri dari enam belas birama, di mana delapan birama pertama secara umum adalah pengulangan melodi iringan ragam tiga dan delapan biram kedua adalah pengulangan melodi iringan ragam tari keempat. Makna melodi iringan ragam sepuluh adalah pinang-meminang. Karena sudah mendapat jawaban pasti dari sang pujaan hati maka terjadilah pinang- meminang.

12. Melodi Iringan Ragam Sebelas

Melodi iringan ragam tari sebelas adalah bentuk pengulangan brama lima pada irigan ragam tari dua, sebanyak lima setengah birama ditambah dengan nada f seperenam belas, luncuran nada d ke g seperenam belas, nada a dan g seperdelapan masing-masingnya, birama tujuh terdiri dari nada ais, a, g, a masing- masing seperdelapan ditambah f tiga perenam belas dan e seperenam belas, birama delapan terdiri dari nada g, f, e masing-masing seperdelapan, dan diteruskan oleh nada f, pasangan luncuran d-g masing-masing seperenam belas, a dan g masing-masing seperdelapan. Makna melodi iringan ragam sebelas adalah menghantar pengantin.

13. Melodi Iringan Ragam Terakhir

Melodi iringan ragam terakhir, ragam dua belas adalah ulangan ragam tujuh dan delapan melodi iringan tari ragam sebelas, sampai empat birama, ditambah birama lima terdiri dari nada g, g, a, f masing-masing seperenam belas, g seperdelapan, ditambah e, cis, e, seperenam belas, a seperdelapan, dan a seperenam belas. Birama tujuh pengulangan 3/8 pertama birama enam ditambah nada e, e, f, d, c, e masing-masing seperenam belas. Birama delapan diisi oleh

nada cis seperempat, d seperdelapan, pasangan nada e-g dan d-f masing-masing seperdelapan dan diselingi istirahat seperdelapan, diakhiri biram Sembilan dengan dua pasang nad e-g dengan durasi 6/8. Makna dari melodi iringan ragam kedua belas atau terakhir pertemuan kasih.

4.3 Sikap Masyarakat Melayu terhadap Tari Serampang XII

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, termasuk di dalamnya seni tari yaitu tari Serampang XII.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Dalam hal ini yaitu masyarakat Melayu yang memiliki tari Serampang XII sebagai salah satu hasil kebudayaan yang sampai saat ini menjadi kebanggaan karena Serampang XII telah terkenal di mana-mana dan secara tidak langsung juga mengenalkan identitas masyarakat Melayu itu sendiri.

Masyarakat Melayu yang juga sebagai makhluk sosial dan berbudaya melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam konteks ini fungsi tari Serampang XII sangat mendukung keberadaan kegiatan masyarakat Melayu tersebut. Serampang XII ada dan berkembang dalam kebudayaan Melayu karena kebutuhan masyarakat Melayu akan kesenian. Selain itu Serampang XII juga merupakan bagian dari struktur sosial masyarakat Melayu. Kesenian Melayu ini merupakan salah satu bagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada akhirnya akan berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Melayu.

Banyak cara yang dilakukan masyarakat Melayu dalam menyikapi tari Serampang XII ini. Di antaranya adalah digunakan dalam pertunjukan yang mengandalkan pada bisnis seni. Di Sumatera Utara khususnya di Medan banyak sekali sanggar-sanggar seni antara lain Sangri Certa (Cermin Teater), Nusindo, Semenda, dan lain-lainnya. Dalam kegiatan ini, motif dan tujuan ekonomi begitu menonjol.

Seterusnya Tari Serampang XII biasa digunakan oleh masyarakat Melayu untuk memeriahkan berbagai kegiatan sosial, seperti untuk menghibur acara-acara yang berciri budaya Melayu, seperti: memeriahkan acara perkawinan, menyambut tetamu, memeriahkan acara hiburan untuk organisasi-organisasi sosial, mengisi berbagai acara di televisi, perlombaan Serampang XII di berbagai tempat, mengenalkan pariwisata Indonesia, pertunjukan budaya di negeri-negeri rumpun Melayu dan dunia internasional, mengisi festival atau pesta budaya Melayu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Lebih jauh lagi, Tari Serampang XII selalu dipertunjukkan sebagai mewakili budaya tari nasional Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Begitu dahsyatnya masyarakat Melayu menyikapi tari Serampang XII ini yang bukan hanya merupakan warisan budaya Melayu itu sendiri namun sudah menjadi warisan budaya Nasional.

Sejak diciptakan oleh O.K. Adram dan digubah oleh Guru Sauti sekitar tahun 1930-an, Serampang XII dipandang sebagai sesuatu hasil kebudayaan yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain oleh masyarakat Melayu. Masyarakat Melayu sangat gembira dan mendukung dengan adanya tari Serampang XII ini karena di dalamnya mengandung keseluruhan pengertian nilai

sosial, norma sosial, etika, religius, nilai estetika dan lain-lain, ditambah lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu.Di sini Masyarakat Melayu mengajak generasi muda sekarang untuk melihat bagaimana etika pergaulan pemuda-pemudi Melayu di dalam tari Serampang XII agar dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan, karena hal ini merupakan ciri khas bangsa bukan sebaliknya yang mengikuti pergaulan bebas dari budaya Asing.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sebagai hasil dari kebudayaan Melayu, Tari Serampang XII tidak hanya memiliki peran sebagai tari hiburan belaka, namun di dalamnya terdapat nilai- nilai kearifan lokal yang begitu tinggi dan mencerminkan identitas bangsa khususnya budaya Melayu yang identik dengan pengaruh Islam. Kearifan lokal

Dokumen terkait