• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai peka dan responsif

HANJAR 05 TATA KRAMA DAN ETIKA

8. Nilai-nilai peka dan responsif

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah

Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang nilai-nilai etika profesi Brimob.

2. Metode brainstorming (curah pendapat)

Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.

3. Metode diskusi

Metode ini digunakan pendidik untuk mendiskusikan materi yang di berikan oleh pendidik ke dalam sebuah kelompok.

4. Metode tanya jawab

Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.

Alat/Media, Bahan Dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:

a. Whitebord;

b. Komputer/laptop;

c. LCD dan screen;

d. Slide.

2. Bahan:

a. Flipchart;

b. Alat tulis.

3. Sumber Belajar:

a. Bahan diskusi;

b. Modul tata krama Polri.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap Awal : 10 menit

Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan:

a. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi materi sebelumnya;

b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan;

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada modul ini.

2. Tahap Inti : 70 menit

a. Pendidik menyampaikan materi tentang nilai-nilai etika profesi Brimob;

b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal yang penting, bertanya dan menjawab materi yang dijelaskan;

c. Peserta melakukan diskusi secara kelompok dengan topik tata cara berpakaian dan menjaga kebersihan;

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mendiskusikan materi dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain dengan waktu masing-masing kelompok 15 menit (3 pok @15 menit);

e. Peserta didik mempraktikkan tata cara berpakaian dan menjaga kebersihan;

f. Peserta didik merespon secara aktif proses pembelajaran;

g. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

3. Tahap akhir : 10 menit a. Cek penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas

Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi yang disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk meresume materi yang telah disampaikan.

4. Pelaksanaan Ujian Akhir (Tes Sumatif) : 90 menit.

Tagihan/Tugas

Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang dikerjakan kepada pendidik

Lembar Kegiatan

Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk meresume materi yang telah disampaikan

Bahan Bacaan

NILAI-NILAI ETIKA PROFESI BRIMOB

1. Nilai-nilai etika

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

a. Menurut Jenderal Polisi (Purn) Drs. Kunanto

Menulis arti Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma, nilai-nilai atau ukuran buruk baiknya yang berlaku pada masyarakat.

b. Drs. O.P. SIMORANGKIR

Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

c. Drs. Sidi Gajalba

Dalam sistematika filsafat etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

d. Drs. H. Burhanudin Salam

Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari.

Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994. yaitu selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut:

a. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan;

b. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan;

c. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya;

d. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak berlaku.(dari berbagai sumber).

Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa etika menekankan perlunya seperangkat nilai-nilai dilekatkan pada, dan menjadi acuan bagi setiap anggota Brimob untuk menjalankan profesi. Kemudian nilai-nilai itu menjadi ukuran tentang baik buruk, wajar, tidak wajar dan bahkan benar-salah. Dengan demikian etika pada dasarnya berkenaan dengan upaya menjadikan moralitas sebagai landasan bertindak dalam sebuah kehidupan kolektif dan profesional.

2. Nilai-nilai profesi

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai.

Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana profesi sebagai berikut:

a. Etika Profesi

Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat. Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah untuk kepentingan masyarakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki.

Akan tetapi tanpa disertai suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan mudahnya disalahgunakan oleh seseorang seperti pada penyalah gunaan profesi seseorang dibidang tugas pengabdiannya kepada masyarakat misalnya penyalah gunaan wewenang dalam penanganan kasus kejahatan dan pelanggaran.

b. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi.

c. Penyalahgunaan Profesi

Dalam bidang computer sering terjadi penyalahgunaan profesi contohnya penjahat berdasi yaitu orang-orang yang menyalahgunakan profesinya dengan cara penipuan kartu kredit, cek, kejahatan dalam bidang computer lainnya yang biasadisebut Cracker dan bukan Hacker, sebab Hacker adalah Membangun sedangkan Cracker Merusak. Hal ini terbukti bahwa Indonesia merupakan kejahatan komputer di dunia diurutan 2 setelah Ukraine. Maka dari itu banyak orang yang mempunyai profesi tetapi tidak tahu ataupun tidak sadar bahwa ada kode Etik tertentu dalam profesi yang mereka miliki, dan mereka tidak lagi bertujuan untuk menolong kepentingan masyarakat, tapi sebaliknya masyarakat merasa dirugikan oleh orang yang menyalah gunakan profesi.

Dari beberapa pendapat di atas agar anggota Brimob dalam menjalankan profesinya agar tetap professional berkwajiban mengembangkan poengetahuan dan ketrampilan melalui Pendidikan dan Latihan serta kemauan pribadi untuk berlatih dan berlatih sesuai tuntutan teknologi perkembangan jaman dalam menghadapi ancaman gangguan yg berintensitas tinggi.

Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari diri kita masing-masing sebagi pelaksana profesi kemampuan Brimob dalam melaksanakan tugas pengabdiaannya kepada masyarakat.

3. Nilai-nilai perjuangan Brimob SELAYANG SEJARAH BRIMOB

Jepang menduduki Indonesia dengan mengunakan Strategi yang luar biasa, diantaranya membentuk Tokubetsu Kaisatsukai pada tahun 1944 atau Polisi Istimewa, pasukan ini dilatih/digembleng dengan maksud apabila terjadi permasalahan maka untuk menghadapi musuh dihadapkan dulu pasukan Tokubetsu Kaisatsukai selain itu ada pasukan pembela tanah air atau peta, yang dipimpin oleh Supriyadi situasi yang tidak menentu pasukan peta yang diharapkan membawa senjata ternyata semua senjata Peta di lucuti oleh Jepang, yang ada pasukan yang bersenjata hanya Tokubetsu Kaisatsukai dan dalam hal ini sebagai saksi sejarah oleh Brigjen TNI Angkatan Darat Sudarto “omong kosong kalau pada saat itu ada pasukan bersenjata kecuali pasukan Tokubetsu Kaisatsukai/Polisi Istimewa kenyataan itu betul sekali karena tidak ada satu pucuk pun senjata polisi istimewa yang dilucuti oleh jepang“ (Sejarah Polri).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang hari kedua tanggal 19 Agustus 1945 memasukkan Kepolisian dalam Lingkungan Departemen Dalam Negeri. Dengan demikian status Djawatan Kepolisian Negara Prioritasnya adalah mengadakan perubahan yang meliputi struktur Polisi, Watak Polisi dan Falsafah Hidup Polisi dari struktur lama, baik jaman Belanda maupun Jepang (Dr.Hadiman, 199 : halaman 37).

Pada situasi dan kondisi tersebut diatas dimanfaatkan oleh Anggota Polri untuk melakukan perubahan-perubahan di Surabaya, Komandan Polisi Istimewa Jawa Timur, Inspektur Polisi Kelas I, Mochamad Jasin memproklamasikan kedudukan Kepolisian pada tanggal 21 Agustus 1945. Adapun Proklamasi berbunyi: “Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam perjoeangan mempertahanakan Proklamasi Agoestoes 1945, dengan ini menyatakan Poelisi sebagai Poelisi Indonesia”.

Dengan adanya bermacam-macam bentuk dan nama Polisi antara lain Pasukan Polisi Istimewa, Pasukan Perjuangan Polisi, Barisan Istimewa Polisi, dan Polisi Marsose, untuk menyeragamkan nama- nama tersebut baik sebutan maupun organisasi maka oleh

Jawa Tengah telah dirumuskan suatu bentuk Polisi Perjuangan Indonesia (R. Sumarto/Wakil KKN).

Tanggal 14 Nopember 1946 berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian Nomor: 12/78/91 Polisi Perjuangan Indonesia disatukan dan diberi nama “MOBILE BRIGADE POLISI“

(MOBRIG).

Menurut R. Soemarto: Mobile Brigade jika perlu digunakan harus diatur yang rapi lebih dahulu, jangan kelihatan pasukan tidak teratur. Mobile Brigade senantiasa harus bergerak dalam ikatan Satuan yang agak besar, jika bergerak di salah satu tempat, maka tidak boleh tinggal lebih lama di tempat tersebut dari seperlunya.

Mobile Brigade tidak boleh dipergunakan perkara-perkara yang kecil, hal ini harus dilaksanakan oleh Polisi Biasa. Mobile Brigade bersikap tegas dan bijaksana dalam menjalankan tugas pokoknya, tugas dapat diselesaikan dengan baik tanpa melepaskan sebutir peluru.(sejarah perjuangan Polri 1945-1950).

Untuk mempertahankan Kemerdekaan tugas yang diemban Mobrig semakin berat baik tantangan dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri, diantaranya Agresi Militer I, II, PKI Madiun, DI TII, PRRI, TRIKORA, DWIKORA dan lain-lain.

Pada ulang tahun penyerahan kedaulatan RI di Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1961di canangkan oleh Presiden RI Ir.Soekarno, Tri Komando Rakyat (TRIKORA), guna memngembalikan Wilayah Irian barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat masih di duduki Belanda. Dalam operasi walaupun dimulai dengan badai, ombak pada saat Pendaratan dan pertempuran yang luar biasa namun dengan tujuan yang suci 17 Agustus 1962 Merah Putih bisa berkibar di Rembati Irian Barat (sejarah Polri).

Mengapa Brimob bisa seperti itu ? Karena doktrin yang tertanam bagi semua anggota Brimob yaitu: Disiplin yang tinggi, Jiwa Korsa yang Kuat, Semangat juang yang ulet, Ikatan kesatuan yang konsisten, Peka dan responsive.

Lahir pembubaran dan bangkitnya Pelopor: Pada tanggal 14 november 1964 berdasarkan skep men/pangak No Pol 32/XI/1964 dibentuklah resimen Pelopor dengan Dhuaja nya yang mengandung nama sakti “Wajracena”. bersamaan dengan itu dibentuk pula 11 Resimen Brimob daerah. (arahan Kakorbrimob 6 Juni 2011).

Berdasarkan Surat Keputusan Mentri/Panglima Angkatan Kepolisian No. Pol.: 32 /SA /MK/1965, tanggal 31 Maret 1965 di

Pusat di sebut Markas besar dan di Propinsi-propinsi di sebut Resimen Korp Brimob. (lintasan sejarah Brimob Sumut : 50) Surat Keputusan Kapolri No Pol.Kep/05/III/1972, tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsianalisasi dan Reorganisasi Korp Brigade Mobil Polri, Resimen Pelopor dan Resimen daerah lainnya di likuidasi menjadi 10 Bataliyon dan 62 Kompi BS. (pembekalan Kakorbrimob, 5 Januari 2011).

Surat Keputusan Kadapol Metro Jaya Nomor Pol: Skep/29/XI/1974 tanggal 27 Nopember 1974. Hari jadi Gegana.

Tahun 1983 terjadi Reorganisasi dalam Surat Keputusan Kapolri No Pol : Skep/ 552 / XI / 1983 tanggal 14 Nopember 1983 dari 10 Bataliyon dan 62 Kompi BS dilikuidasi menjadi 41 Kompi serta 1 Kompi di Timor Timur.

Berdasrkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/07/VII/1985 tanggal 1 Juli 1985 Sat Brimob masuk dalam jajaran Direktorat Samapta.

Terbentuknya Resimen Pelopor: Saat Pusdik Brimob dipimpin Kolonel Polisi Atim Supomo Smik Tahun 1996 mengadakan sarasehan Pelopor, yang dihadiri oleh:

a. Dan Korps Brimob Brigjen Pol Drs. Sutiyono;

b. Kolonel Polisi Drs. A. Basir Barmawi;

b. Kolonel Polisi (PURN) Hudaya Sumarna;

c. Dan para sesepuh Pelopor.

Situasi Negara yang berkembang kurang kondusif maka Kapolri mengeluarkan surat perintah No Pol: Sprin/3157/1997 tentang susunan Kolat Polri., Proja Polisi bidang Opsnal TA.. 1997/1998 Pusdik Brimob diperintahkan melaksanakan pendidikan Pelopor.

BRIMOB IN THE LINE OF DUTIES

Berbagai palagan pada saat pra kemerdekaan dgn nama polisi istimewa: pelucutan senjata Jepang, agresi militer I, II, PKI Madiun, penumpasan Apra (1950), penumpasan prri/permesata (sumatera 1956, Sulawesi 1958), penumpasan RMS (1957), penumpasan DI/TII (jabar 1947, Aceh 1949,Sulsel 1953), penumpasan G/30S/PKI (1965), Trikora (1961), Dwikora (1964), Seroja (1975-1982), operasi hau nian loro sae (1999), Opslihkam Aceh 2005), Opslihkam Maluku (1999-2005), Opslihkam Posso (2001-2006), Opslihkam Papua (masih berlangsung), Ops

penanggulangan bencana di NAD (2004), jogja (2005), Sumbar (2009), FPU (2008, 2009, 2010-kini), berbagai tugas lainnya.

Istimewanya Polisi Istimewa:

a. Sudah terbentuk sejak jaman penjajah sebagai institusi tentara di Indonesia;

b. Dilatih ilmu pertempuran oleh Jepang;

c. Memiliki persenjataan paling lengkap;

d. Berjiwa pejuang sejati, walaupun pimpinan gugur anggota tetap bertempur;

e. Mendapat penghargaan dari Presiden dan Panglima Besar Jendral Sudirman;

f. Selalu ada disetiap pertempuran;

g. Menanda tangani setiap pelucutan senjata;

h. Dipercaya dalam menjamin keamanan tentara Jepang yang menyerah;

i. Diakui oleh Internasional;

j. Dibuatkan Monumen oleh rakyat. (sumber sejarah Polri) Etika Profesi Brimob merupakan pedoman dalam menjalankan tugas bagi anggota Brimob. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban tingkat tinggi, selain harus memiliki kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis yang tinggi, anggota Brimob harus memahami etika profesi sehingga mereka dapat berperilaku terpuji ketika menjalankan tugasnya di masyarakat. Penjiwaan terhadap etika profesi Brimob tersebut selanjtnya akan tecermin pada sikap dan perilaku anggota, sehingga terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.

Etika Profesi Brimob terdiri atas 5 butir yaitu: Disiplin yang Tinggi, Jiwa Korsa yang Kuat, Semangat Juang yang Ulet, Ikatan Kesatuan yang Konsisten, Peka dan Responsief. Sebagai panduan dan sumber belajar bagi tenaga pendidik dan bagi anggota Brimob, kelima butir etika tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

4. Nilai-nilai perilaku disiplin yang tinggi

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin discipline yang berarti

“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Dari pengertian tersebut, disiplin merujuk pada pelatihan yang dilakukan terhadap seseorang agar mampu memenuhi tugas tertentu atau untuk mengadopsi pola perilaku

tertentu. Hasil yang diharapkan dari disiplin adalah perasaan taat dan patuh seseorang terhadap nilai-nilai kesopanan dan kerohanian yang dianut oleh suatu organisasi sehingga anggota mau dan mampu melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

Disiplin merupakan bagian dari kegiatan memberi bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya. Dengan disiplin, dalam diri pekerja diharapkan muncul suatu kekuatan yang berkembang sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Asmiarsih, 2006:23).

Melalui disiplin, dalam diri seseorang akan muncul kedisiplinan.

Sebagaimana dikatan Fathoni (2006) bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan dikatakan sudah tertanam ketika anggota suatu organisasi selalu datang dan pulang tepat pada waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, serta mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Sebagai suatu organisasi, Brimob juga memberlakukan disiplin terhadap anggotanya. Beberapa ciri anggota yang mempunyai disiplin tinggi adalah sebagai berikut:

a. Ciri Kerohanian

Anggota Brimob dikatakan disiplin jika orang tersebut selalu ingat kepada Allah swt di manapun dan kapanpun. Mereka juga belajar untuk memperoleh kebersihan dan kemerdekaan batin, belajar untuk mementingkan orang banyak atau keutamaan batin, mendidik diri sendiri sehingga memiliki moral yang baik, belajar untuk mematuhi hukum yang berlaku, serta meningkatkan doa dalam bekerja.

b. Ciri Kematangan

Anggota Brimob dikatakan memiliki kematangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilanjika dalam melaksanakan tugas, orang tersebut menunjukkan sifat-sifat yang dapat dipercaya. Dalam bekerja, mereka tidak sekedar menunjukkan kemampuan, pengetahuan, serta keahlian, akan tetapi juga menunjukkan integritas kepribadian serta komitmen anggota sesuai bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Ciri Kerapian dan Ketelitian

Anggota Brimob dikatakan memiliki kerapian dan ketelitian ketika dalam menjalankan tugasnya, mereka menaati standar atau peraturan yang sudah ditetapkan secara tertulis maupun tidak tertulis. Selain itu, mereka juga membuat pererncaan yang baik, sehingga ketika menjalankan tugas yang penuh kerahasiaan dan ketelitian, mereka tetap memperhitungkan cuaca, medan , musuh. Dengan kerapian dan ketelitian, anggota dapat menghindari tingkat kesalahan dalam penyelesaian tugas. Dampaknya adalah keterkaitan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dikembangkan dari kegiatan berlatih dan berlatih sesuai tantangan tugas secara rutin. Hasilnya adalah kinerja yang bisa dibanggakan sehingga tugas mereka dapat diselesaikan dengan baik sesuai ketentuan organisasi (Doyle, 1990:7).

d. Ciri Tanggung Jawab

Anggota Brimob dikatakan tanggung jawab ketika mereka berani mengambil mengambil risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan kewajiban dengan kemampuan yang terbaik.

Dengan tanggung jawab, mereka memiliki peluang menuju sukses. Sementara itu, anggota dikatakan tidak bertanggung jawab ketika mereka melarikan diri tugas yang dibebankan kepada mereka. Mereka seolah sedang melepaskan diri dari sebuah beban, meskipun kenyataannya tidak demikian.

Ketika mereka lari dari tanggung jawab sebenarnya mereka semakin kehilangan tujuan dan makna hidup. Dampaknya, rasa percaya dirinya semakin merosot, muncul rasa tidak berarti, dan akhirnya mereka menjadi pecundang (penghasut).

e. Ciri Kerapian

Anggota Brimob dikatan rapi jika ketika mengerjakan pekerjaan, mereka tidak meninggalkan bekas. Dalam mengerjakan tugas, mereka tidak meninggalkan jejak atau barang sekecil apapunapalagi bekas manusia/anak (sumber:

Brigjen Pol. Drs. Putu Denok).

f. Ciri Ketaatan pada Peraturan

Anggota Brimob dikatakan taat pada peraturan ketika mereka bersedia mematuhi peraturan-peraturan dalam menjalankan tugas sesuai dengan instruksi yang diberikan selalu komitmen dan konsisten perintah organisasi dan pimpinan.

g. Ciri Membanggakan

Anggota Brimob dikatakan membanggakan jika dalam menjalankan tugasnya, mereka selalu memperhatian mutu pekerjaan, kejujuran, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, pengetahuan, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan pemanfaatan waktu kerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Hasilnya adalah mereka mempunyai integritas yakni mereka mampu menguasai dan mendisiplin diri.

h. Ciri Pengendalian Diri

Anggota Brimob dikatakan mampu mengendalikan diri jika mereka mampu melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, bukan sekedar hal yang ingin dilakukan. selama ini, banyak orang keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras tanpa istirahat.

Padahal sikap disiplin berarti mampu melakukan suatu sikap hidup yang teratur dan seimbang (sumber: Jendral TNI Mordoko).

i. Ciri Ketepatan Waktu

Anggota Brimob dikatakan mempunyai ketepatan waktu jika mereka bisa memenuhi waktu yang dijanjikan. Jika memiliki ketepatan waktu, anggota bisa memulai dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Jika anggota tidak menepati waktu, sulit baginya untuk melakukan sesuatu. Dampaknya adalah banyak orang yang tidak mempercayainya (sumber: Didit–

Putra Kapolri Hugeng).

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin yang tinggi bagi anggota Brimob merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan perorangan atau satuan Brimob terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya.

Dengan disiplin diharapkan tugas yang dibebankan kepadanya bisa dilakukan secara efektif dan efesien.

5. Nilai-nilai perilaku jiwa korsa yang kuat

Jiwa korsa yang kuat merupakan munculnya kesadaran dan kesatuan perasaan antar anggota Brimob. Sebagaimana dikatakan oleh Rapi Linton dalam bukunya The Study of Man bahwa Esprit De Corps adalah The Development of Consiouness, Afeeling of Unity. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa jiwa korsa adalah semangat keakraban dalam korps atau corps geest. Jiwa korsa adalah kesadaran korps, perasaan kesatuan, perasaan

kekitaan, suatu kecintaan terhadap perhimpunan atau organisasi.

Tetapi kebanggaan itu secara wajar, tidak berlebihan, tidak membabi buta.

Dalam dunia militer, istilah jiwa korsa pertama kali dikenalkan oleh Jenderal Napoleon Bonaparte dengan sebutan espirit de corps.

Jenderal asal Prancis itu, sengaja menciptakan ajaran tersebut saat pasukan Prancis bertempur mati-matian di benua Eropa. Jiwa korsa dalam pandangan Napoleon berarti semangat keakraban, perasaan kesatuan, serta kecintaan terhadap organisasi dan perhimpunan.

Bagi prajurit, internalisasi atas nilai-nilai jiwa korsa telah ditanamkan sejak dini. Sehingga rasa senasib sepenanggungan serta ikatan kolektif begitu inheren, melekat erat dalam diri setiap personil. Jiwa korsa ibarat udara yang selalu dihirup atau ibarat darah yang mengalir dalam tubuh. Keyakinan tersebut telah mendarah daging dalam diri serdadu. Karena itu, jiwa korsa dalam setiap satuan (korps) tidak pernah padam.

Dalam jiwa korsa terdapat loyalitas, semangat kebersamaan, serta kesadaran kolektif. Pengertian loyalitas tidak hanya terbatas kesetian terhadap korps (satuan) semata, namun lebih luas lagi.

Loyalitas berarti setiap tindakan dan perbuatan harus bisa memberikan kontribusi besar bagi lingkungan, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pameo yang berbunyi

“berikan semua yang bisa kau berikan dan bukan dapatkan semua yang bisa kau dapat,” merupakan semboyan lumrah dalam satuan (koprs).

Prinsip tersebut merupakan bukti nyata pengabdian prajurit untuk ibu pertiwi. Meski demikian, jiwa korsa tidak boleh dilakukan secara

Prinsip tersebut merupakan bukti nyata pengabdian prajurit untuk ibu pertiwi. Meski demikian, jiwa korsa tidak boleh dilakukan secara