• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN

E. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural

Keragaman-keragaman yang ada, sering disebutkan dengan istilah yang berbeda-beda, ada tiga istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda, yakni pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural). Ketiga-tiganya sama-sama merepresentasikan hal sama yaitu keadaan lebih dari satu atau jamak. keragaman itu berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, dan pola pikir manusia, sehingga manusia memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Bilamana keadaan di atas tidak dapat dipahami dengan baik oleh pihak satu dan lainnya, maka akan sangat rawan terjadi persinggungan-persinggungan yang kemudian berbuah pada adanya konflik. Di sinilah perlu kiranya nilai-nilai multikultural mengambil perannya. Nilai-nilai multikultural yang dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikultural dengan selalu menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, kemudian dengan ketiga hal tersebut siswa diharapkan menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari. Sementara itu menurut H.A.R Tilaar dalam

33 Meity Taqdir Qodratillah, kamus bahasa indonesia untuk pelajar (Jakarta: pbangan dan kementrian

Zakiyatun Baidhawy dalam Maemunah (2007: 77-95) menjelaskan beberapa nilai-nilai multikultural yang ada, sekurang-kurangnya terdapat indikator-indikator sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, resolusi konflik dan rekonsiliasi kekerasan. Sedangkan untuk memahami nilai-nilai multikultural secara umum terdapat empat nilai inti (core values) antara lain:

Pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.

Kedua, pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi34

F. Strategi Penerapan Pendidikan Multikultural

Terciptanya sebuah suasana harmonis dan damai di dalam proses pembelajaran, tujuan ini merupakan wujud dari misi yang dikenalkan UNESCO yang dalam bahasa inggrisnya disebut “learning to live together”. Dari kalimat itu tadi, pendidikan multikultural memang harus dapat memberikan bekal kepada umat manusia guna mendapatkan pengetahuan serta juga kesadaran perihal hakikat seorang

34 Meity Taqdir Qodratillah, kamus bahasa indonesia untuk pelajar, (Jakarta: badan pengembangan dan pembinaan bahasa, kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2011) h.213

manusia bentuknya sangat beragam, yang di dalamnya tida ada perbedaan dan terciptanya sebuah hubungan yang sangatlah harmonis harmonis.35

Moral memiliki nilai yang dapat kita jadikan sebagai pengatur sikap kita untuk berkehidupan. Saat ini, umat manusia sangat membutuhkan penanaman nilai-nilai pekehidupan agar dapat saling menghormati. Adapun beberapa nilai-nilai-nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar hidup manusia seperti nilai kemasyarakatan, rasa solidaritas, kejujuran, saling percaya dan lain sebagainya. Semua itu adalah bentuk hakikat sebagai diri manusia guna dapat melakukan peningkatan terhadap kesejahteraan dan kemakmuran hidup bersamaan.36

Untuk merealisasikan nilai pada moral, pendidikan multikultural adalah jawabanya sebagai tawaran role model guna tercapainya pranata sosial di dalam kehidupam bermasyarakat. Di dalam suasana maupun peraturan tetap harus ada penerpan nilai moral yang baik agar tidak berlebihan kiranya.37

Meninjau pengaplikasian terhadap nilai moral disemua sektor kehidupan bermasyarakat, pastinya akan terpancar kegiatan sejahtera di dalamnya. Semua isi kurikulum pendidikan harusnya tidak menutup diri untuk pengaplikasian dan penerapan pendidikan budi pekerti agar dapat melahirkan kemampuan intelegensi

35Musaheri, Pengantar Pendidikan ( Yogyakarta: IRCISoD, 2007), h. 195

36Musaheri, Pengantar Pendidikan, h. 196

37Dody S Taruna, Antropologi Sosial Budaya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 82

secara emosional dengan salah satu bentuk yang diperlukan pada kegiatan bermasyarakat secara bersama.38

Kebudayaan adalah wujud peradaban yang di dalamnya terdapat kegiatan manusia dalam bergaul dan bersosial di dalam maupun di luar arena pembelajaran.

Maka dari itu, tanggung jawab utama seorang pendidika di sektor penataan sosial di lingkup sekolah adalah menanamkan nilai berbudaya pada setiap peserta didik seperti halnya kerja kreativitas, disiplin ilmu, cinta kepada kualitas, kerja keras dan kedisiplinan guna menuntun peserta didik untuk lebih menghargai arti dari keterampilan pada kebudayaan yang laun seperti karya seni rupa, arsitektur dan lain-lain.39

Mendidik perihal resolusi konfiilik pada sebuah pelaksanaan tindak moril tadak akan selalu berjalan dengan lancar dan mulus. Kita sebagai manusia harus menyadari bahwa setiap waktu masyarakat berkembang, serta juga permasalahan mereka juga akan semakin kompleks dan rumit. Menciptakan sebuah suasana yang demokratis serta juga selalu melakukan pertimbangan terhadap kehidupan bermasyarakat akan membuka kebudayaan yang sempat menutup diri dari resolusi konflik mengantarkan mereka menghindari bahaya tirani tradisi yang mana akan mendukung laju perkembangan.40

38Dody S Taruna, Antropologi Sosial Budaya,, h. 67

39 Abdurrahman Fathoni, Wacana Multikulturalisme ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 64

40 Musaheri, Op.cit, h. 198

Berikut adalah langkah-langkah untuk menerapkan pendidikan multikultural pada siswa seperti:

1. Penerapan pendidikan multikultural pada sebuah kegiatan untuk mengembangkan diri meliputi dua bentuk progam yang berupa kegiatan tidak terpogram dan kegiatan terprogram yang berlandakan pada keteladanan.41

2. Penerapan pendidikan multikultural pada sebuah mata pelajaran bisa dilakukan dengan menyisipkannya pada setiap persoalan pokok bahasan dan juga tema yang dibawakan. Selain itu, pendidikan multikultural bisa disisipkan pada strukturasi muatan kurikulum yang berlaku disekolah.

Pendidikan adalah kegiatan berproses yang sifatnya berkelnajutan, proses ini biasanua memiliki implikasi di dalam diri manusia. Proses ini nantinya juga akan berinteraksi secara trus menerus dengan lingkungan yang dihidupinya seperti lingkungan budaya, lingkungan pendidikan dan ekologi.42

Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan eksistensi pada diri manusia yang nantinya akan bermasyarakat dan bernegara. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan merupakan sebuah wujud dari pranata sosial kelompok masyarakat dimana nantinya akan mengemban tugas secara sistematis. Akan tetapi bukan berarti hal ini disalahgunakan bahwa pranata sosial merupakan bentuk

41David J Smith, Sekolah Untuk Semua: Teori dan Implementasi Inklus (Bandung: Nuansa Cendekia, 2015), h. 12

42 AbdurrahmanFathoni, op.cit, h. 70

kelembagaan di dalam dunia pendidikan yang bisa mengambil; alih setiap proses kegiatan pendidikan yang berjalan, akan tetapi merupakan bagian dari proses.43

Pmenciptakan suasana toleransi dan suasana demokratis adalah asalah satu bentuk paling efektif untuk mengelola pendidikan multikultural di dalam berkehidupan masyarakat. Dalam hal ini suasana demokrasi yang dikolaborasikan dengan beragam kebudayaan yang dipunyai oleh diri manusia secara menyeluruh.

Praktik dari pendidikan multikultural sendiri memiliki sistem yang efektif di dalam pendekatannya, yang mana mereka lebih cenderung menggunakan pendekatan partisipatif. Dalam pendidikan multikultural sendiri harusnya bisa mampu membangkitkan motivasi.44

Berikut :

a. Pendahuluan, merupakan kegiatan yang paling awal yaitu menciptakan suasana damai dan kondusif sehingga nantinya peserta didik bisa lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran.

b. Utama, adalah kegiatan yang sifatnya intruktif dimana lebih menekankan pada sektor penciptaan dunia pembelajaran guna menyusun karakter yang ada di dalam diri peserta didik guna memiliki sikap dan kesadaran yang toleran.

43 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja 2010),

44 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, h. 60

c. Analisis, merupakan kegiatan yang nantinya akan memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pengalamannya untuk memahim bahwa dunia itu sangat plural.

d. Abstraksi adalah kegiatan untuk menjelaskan dan memperjelas materi yang dibawakan agar mudah dipahami

e. Penutup, kegiatam ini berisi evaluasi dari prosedur yang telah diajar dengan berisi kegiatan penilaian.45

G. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka berfungsi untuk mengungkapkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya dipaparkan beberapa penelitian yang sejenis yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terkait pendidikan multikultural yang penulis temukan di beberapa penelitian yang memiliki kesamaan, namun disini penulis dapat memperkaya teori-teori dengan melakukan pendekatan-pendekatan kajian terdahulu sehingga dalam konteks ini, kajian yang penulis lakukan bisa dibedakan dalam beberapa poin dari kajian terdahulu.

Pertama, penelitian yang penulis lakukan adalah telaah tafsir pendidikan multikultural perspektif Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13, sedangkan penelitian terdahulu hanya fokus pada satu ayat saja.

45Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidika(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, 2014), h. 95

Kedua penelitian ini mencoba menjelaskan konsep pendidikan multikultural, implementasi pendidikan multikultural, dan tujuan pendidikan multikultural dengan mengkaji surah Al-Hujurat ayat 9-13 menggunakan metode tahlili dan penjelasan tafsir, sehingga secara tidak langsung penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, baik aspek pendekatan maupun kedalaman pembahasan yang dilakukan.

Adapun kajian terdahulu skripsi yang berjudul:

a. Yuli Ratini, (2017) IAIN Salatiga, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 13).

b. Erlan Muliadi, Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah, Metodologi yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, subjek ditujukan kepada siswa, penelitian dilakukan disekolah..

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) pustaka yang berkaitan pembahasannya. dalam penelitian ini baik primer maupun sekunder, menggunakan pendekatan tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an surah A-Hujurat ayat 9-13 dengan mengkaji setiap ayat yang berkaitan dengan pembahasan yaitu konsep, implementasi, dan tujuan pada pendidikan multikultural dengan telaah tafsir yang membahas kronologi ayat dan hubungan objekyang akan dibahas, keterangan-keterangan, penjelasan, serta sebab turunya ayat tersebut.

Kemudian peneliti mendeskripsikan penjelasan tafsir pada kandungan ayat Al-Qur’an tersebut sehingga menjadi kerangka konseptual yang utuh pada setiap pembahasan.

B. Sumber Data 1. data primer

Sumber data primer merupakan bentuk bahan yang sangat pokok, secara langsung dan inti yang didapatkan dari berbagai buku, jurnal ilmiah, kitab berdasarkan penelitian yang sifatnya teoritis serta juga orisinal. Berikut adalah beberapa sumber data primer yang penulis gunakan sebagai rujukan penyusunan penilitian ini seperti beriikut:

a. Al-Qur’an dengan Terjemahannya: Departemen Agama RI.

b. Kitab Tafsir antara lain: (a). Tafsir Al-Maraghi (b). Tafsir Al-Azhar (c).

Tafsir Ibnu Katsir (d). Tafsir Al-Misbah.

c. Kitab karya Jalaluddin As-suyuti.Asbabun Nuzul

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sebuah sumber tentang data yang mana masih adakaitanya denga sumber data secara primer, namun sifatnya lebih tidak langsung.46 Sumber data ini berisi bahan kepustakaan yang dipublikasi dan ditulis secara langsung dengan melakukan partisipasi, pengamatan dalam realitas yang akan dideskripsikan. Selain itu data sekunder bisa dijadikan penunjuang sebagai alat bantuk untuk mengurai masalah yang timbul..

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan sebuah metode yang digunakan peneliti saat melakukan penghimpunan data. Terdapat beberapa tawaran teknik untuk mengumpulkan setiap data yang dipakai peneliti, seperti halnya penelitian data liteatur yang mana di dalamnya terdapat kegiatan pengumpulan bahan kepustakaan yang sifatnya koheren dengan objek yang sedang diteleti. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peneliti sangat bergantung pada ayata-ayat di dalam Al-Quran baik dari segi tafsir dan terje,mahanya, selain itu sumber pada buku pendidikan multikultural yang digunakan untuk pendataan dokumentasi pustaka. Berikut adalah gambaran tahapan pengumpulan data dalam Al-Quran yang dilakukan penulis sebagai berikut.:

46 Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hal. 192

1. Menentukan tafsiran terhadap ayat (Surah Al-Hujurat ayat 9-13) dalam tafsir Al-Qur’an (tafsir Al-Maraghi juz 26, kitab Asbabun Nuzulul karya Jalaluddin As-Suyuti, tafsir Azhar karya Prof. Dr. Hamka, tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, dan tafsir Ibnu Katsir) yang telah terkumpul.

2. Melacak beberapa pendapat para tokoh tentang pendidikan multikultural.

3. Mengkaji konsep implementasi dan tujuan pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an Al-Hujurat ayat 9-13.

Data yang ada dalam kepustakaan seperti buku-buku pendidikan dan kitab tafsir tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara teknik pengumpulan content analysis setidaknya ada beberapa prosedur peneliti47:

Penentuan unit analisis atau unitisasi Pengadaan sebuah data sebuah karya, dilakukan melalui pembacaan yang cermat oleh peneliti dalam membaca karya kitab tafsir pendidikan multikultural dan teori pendidikan multikultural. Pembacaan yang berulang-ulang akan membantu peneliti mengadakan data, kemudian dipilah-pilah ke dalam unit kecil, agar mudah dianalisis. Data tersebut harus relevan dengan objek, unit-unit itu merupakan fenomena menarik yang akan menjadi sampel penelitian.

47 Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi,( Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers, 1993), h. 69-74

D.Teknik Analisis Data

Penelitian dalam konteks ini adalah menerapkan metode analisis terhadap konten, dimana di dalamnya terdapat kegiatan mengklarifikasi dan menyusun serta mengumpulkan data untuk dianalisis kemudian diinterpretasikan. Kegiatan di dalam penelitian ini adalah analsis yang nantinya membuat sebuah kesimpulan dimana kesimpulan tersebut bisa ditiru berdasarkan kevalidan data yang tetap memperhatikan konteks.

Sistem kerja penulis dalam menganalisis data yaitu dengan data sendiri dari catatan lapangan dan juga komentar penulis, dokumen, biografi, artikel, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan dikaji dengan pendeskripsian secara representatif ditujukan untuk mendapatkan temuan tema serta juga hipotesis kerja yang bakalan dijadikan teori yang sifatnya subtantif.

Berikut adalah sistem penganalisisan ayat pada surat data berdasarkan pendekatan Tahlili:

1. Membaca surah Al-Hujurat ayat 9-13 kemudian mengupasnya untuk mendapatkan interpreatasi perihal pendidikan multikultural

2. Melengkapinya dengan tafsiran kitab tafsir serta muftafsir, sababun nuzul, dan juga profil surah

3. Membaca dan mengkaji isi Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13 untuk mendaptkan kolerasi ayat yang mengarah kepada pendidikan multikultural.

4. Memaparkan hasil kajian pada surah Al-Hujurat ayat 9-13 untuk menjawab rumusan masalah dengan berisi penyusunan sistematik yang berisi tema pembahasan.

5. Melengkapi bahasan serta juga uraian dengan hadis yang ada di dalam sebuah kitab dari tafsiran Ibnu Katsir dengan membandingkanya dengan teori yang relevan. Berikut adalah beberapa langkah dan tahapan yang peneliti gunakan sebagai metode teknik analasisi seperti:

a. Teknik reduksi data atau meringkas data, dalam hal ini peneliti melaksanakan sistem penyeleksian data dengan memfokuskan data yang nantinya ada kaitanya dengan hasil analisis pada tafsiran ayat di sruah Hujaray ayat 9 sampai 13 yang berada dalam lingkup tafsiran Al-azhar, al-maragi dan lain sebagainy. Kemudian peneliti akan melakukan penyerdehanaan terhadap transformasi data dan abstraksi data. Disini nantinya penulis akan berfokus pada pemilahan data sehinga nantinya akan mendapatkan poin-poin penting yang relevan serta fokus pada rumusan masalah pada konsep pendidikan multikultural, cara mengatasi, metode, implementasi serta tujuan dari pendidikan multikultural.

Kemudian jika sudah sederhana, akan dilakukan pengabstraksian, dimana nantinya akan mendeskripsikan konsep pada pendidikan multikultural serta tujuan pendidikan multikultural yang ada di dalam Al-Quran surat Al-hujarat ayat 9 sampoai 13. Kemudian selanutnya akan ditafsirkan dan

ditransformasi untuk diberi makna yang nantinya akan digabungkan dengan teori yang relevan.

b. Teknik Analisis Kontigensi adalah kegiatan untuk melakukan penemuan pada berbagai sektor keterkaitan data dan pola pada data. Kemudian setelahnya penulis akan menyaijkan berbagai macam data yang selesai dianalsis sebelumnya, dengan menyesuaikan pada ayat di Al-Quran.

c. Teknik menggabungkan atau kolerasi data yang telah diperoleh dari kegiatan analisis pada isi konten dengan data yang sudah diperoleh dari kajian pada metode yang lain. Dalam hal ini peneliti mempergunakan metodologi yang di dalamnya menggunakan pendektana Tahlili untuk mengambil data pada Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 9-13.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Adapun tiga macam teknik trianggulasi yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan untuk kegiatan pengecekan keabshaann pada data, yakni:48

1. Trianggulasi data, adalah kegiatan dimana peneliti menggunakan banyaknya sumber data atau multi data yang memanfaatkan sumber data sekunder..

48 Sugiyono, Metode Penelitian Pedidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2015), h. 373

2. Trianggulasi metode, yaitu peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menggali data sejenis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tahlili.

3. Trianggulasi teori, adalah kegiatan yang mengulas permasalahan dimana di dalamnya peneliti sedang melakukan pengujian yang menggabungkan berbagai macam teori ilmiah dan teori kajian tafsir.

36 BAB IV

PENDIDIKAN MULTKULTURAL PERSPEKTIF QUR’AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 9-13

A. Konsep Pendidikan Multikutural Perspektif Al-qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-10 damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.49

Surah Al- Hujurat merupakan salah satu surah madaniyyah yang turun sesudah nabi Muhammad Saw. berhijrah. demikian kesepakatan para ulama. Nama Al-Hujurat terambil dari kata yang disebut pada salah satu ayatnya (ayat 4). Kata tersebut merupakan satu-satunya kata dalam Al-Qur’an sebagaimana nama surah ini

49 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 516

“Al-Hujurat” adalah satu-satunya nama baginya. Tujuan utamanya berkaitan dengan banyak persoalan tata krama yang menjadi juga asbabun nuzul surah ini. Tata krama terhadap Allah, Rasul, dan sesama muslim, yang taat maupun durhaka dengan sesama manusia. Karena itu terdapat lima kali panggilan Ya Ayyuha Alladzina Amanu terulang pada surah ini, masing-masing untuk kelima objek tata krama itu. Tema lain yang diangkat dalam surah ini adalah motivasi kepada kaum muslimin untuk berupaya menciptakan di antara mereka sesama muslim maupun tidak sesama muslim bahwa orang-orang yang memiliki keimanan itu bersaudara.50

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i mengemukakan terkait poin utama surah ini, bahwa surah ini mengandung tuntunan agama serta prinsip-prinsip moral dengan memperhatikan akan terciptanya kehidupan bahagia bagi setiap individu sekaligus terwujudnya suatu sistem kemasyarakatan yang mantap dan sejahtera.51

Seorang mufassir yang bernama Al-Biqa’i atau yang memiliki nama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribat Ali bin Abi Bakar As-Syafi’i al-Biqa’i.

seorang ahli tafsir pertama yang berhasil menemukan metode keserasian ayat demi ayat bahkan kata demi kata dalam Al-Qur’an. Al-Biqa’i menulis bahwa poin utama dan tujuan surah ini adalah tuntunan menuju tata krama menyangkut penghormatan kepada nabi Muhammmad Saw.52

Surah ini tidak lebih dari 18 ayat tetapi banyak hakikat agung menyangkut akidah dan syariat serta hakikat-hakikat tentang wujud dan kemanusiaan, termasuk

50 Danesynameh Qur’an wa Qur’an Pazyuhi, jilid 2, h.1252

51 DAnesynameh Qur’an wa Qur’an Pazyuhy, jilid 2, h. 1254

52 M, Quraish Shihab, (2002), Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati: Jakarta, h. 568

hakikat-hakikat yang membuka wawasan yang sangat luas dan luhur bagi hati dan akal.53

Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9 memiliki sebab turunnya ayat karena ada persoalan sedangkan ayat 10 turun tanpa sebab tetapi memiliki hubungan karena pembahasan ayat 10 masih sambungan dari penjelasan ayat 9. Penulis memahami bahwa Al-Qur’an ada yang turun tanpa sebab dan juga diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu dijawab artinya memilliki sebab.

Asbabun nuzul adalah sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang turunnya ayat. dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat, orang dapat mengenal dan menggunakan situasi dan keadaan yang terjadi ketika ayat itu diturunkan, sehingga memudahkan memahami apa yang terkandung dibalik teks-teks ayat suci itu.

Singkatnya penulis mencoba menjelaskan bahwa asbabun nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an karena adanya kasus atau peristiwa yang terjadi maupun pertanyaan yang diajukan untuk diambil hukumnya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Al-Qur’an akan turun meskipun tidak ada asbabun nuzul. Fungsinya untuk menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an turun didahului sebab.

Maka dapat dipahami bahwa turunnya ayat-ayat Al-Qur’an kadang kala memiliki sebab dan ada ayat yang turun tanpa sebab, dikarenakan ada hikmah tertentu dari ayat tersebut. Persoalan demikian serupa dengan pendapat Al-Ja’bari beliau mengklarifikasikan ayat-ayat Al-Qur’an kepada dua macam yaitu ayat yang turun tanpa sebab, dan ayat yang turun karena adanya persoalan.

53 M, Quraish Shihab, (2002), Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati: Jakarta, h. 568

Sebab turunnya ayat Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9 dikarenakan adanya persoalan di antara sahabat Rasulullah yang menyebabkan terjadinnya pertikaian.

Sebagaiman Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa suatu ketika Rasulullah mengendarai keledainya menemui Abdullah bin Ubay. Abdullah bin Ubay lantas berkata “menjauhlah dari saya karena bau busuk keledaimu telah membuat saya tidak nyaman”54

Seorang laki-laki dari kalangan Anshar menjawab “Demi Allah, sungguh bau keledai Rasulullah ini lebih wangi darimu”. Mendengar uucapan laki-laki itu, seseorang yang berasal dari suku yang sama dengan Abdullah marah. Akibatnya, pertengkaran antara kedua kelompok tersebut tidak terhindari sehingga mereka saling pukul dengan menggunakan pelepah kurma, tangan, dan terompah. Tidak lama

Seorang laki-laki dari kalangan Anshar menjawab “Demi Allah, sungguh bau keledai Rasulullah ini lebih wangi darimu”. Mendengar uucapan laki-laki itu, seseorang yang berasal dari suku yang sama dengan Abdullah marah. Akibatnya, pertengkaran antara kedua kelompok tersebut tidak terhindari sehingga mereka saling pukul dengan menggunakan pelepah kurma, tangan, dan terompah. Tidak lama

Dokumen terkait