• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH TAFSIR PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 9-13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TELAAH TAFSIR PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAH AL-HUJURAT AYAT 9-13"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

vi

TELAAH TAFSIR PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH

AL-HUJURAT AYAT 9-13

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

MUDIANTO NIM: 105 191 109 217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H / 2021 M

(2)

vii

(3)

viii

(4)

ix

(5)

x

(6)

xi

ABSTRAK

MUDIANTO. 105 191 109 217. 2021. Telaah Tafsir Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 9-13. Dibimbing oleh Mutakallim Sijal dan Sulaeman Masnan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan multikultural pada Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 9-13. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural, untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural, untuk mengetahui tujuan pendidikan multikultural.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir tahlili yaitu mengkaji Al- Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 9-13 dengan analisis tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al- Maraghi, dan tafsir Al-Misbah dan mendeskripsikan setiap uraian pada kitab tafsir yang membahas tentang tema ayat yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas yaitu pendidikan multikultural.

Hasil penelitian ini menunjukan pendidikan multikultural ayat 9-10 dengan telaah tafsir dan mendeskripsikan untuk hasil tentang konsep pendidikan multikultural. Ayat 11-12 dengan telaah tafsir dan mendeskripsikan untuk hasil implementasi pendidikan multikultural. Ayat 13 dengan telaah tafsir untuk hasil tujuan pendidikan multikultural.

Kata Kunci: Pendidikan Multikultural, Telaah Tafsir Pendidikan

(7)

xii

KATA PENGANTAR

، ِر ْوُّنلا َو يَدُهْلا ِفْيِنَحْلا ِمَلاْس ِلإْا يِف َلَعَج ْيِذَّلَا ، ِر ْوُفَغْلا ِزْي ِزَعْلا ِللهِ ُدْمَحْلَا اَخ ٍدَّمَحُم اَنِدِِّيَس يَلَع ْيِِّلَص َّمُهَّللَا َنْيِبِِّيَّطلا ِهِلآ يَلَع َو َنْيِلَس ْرَمْلا َو ِءاَيِبْنَلأْا ِمِت

.ُدْعَب اَّمَأ .َنْيِعَمْجَأ ِراَيْخَلأْا ِهِباَحْصَأ َو

Segala puji bagi Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, yang menjadikan petunjuk dan cahaya dalam Islam yang lurus, Ya Allah sampaikanlah doa keselamatan atas pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan juga atas keluarganya yang mulia dan para sahabat pilihan semuanya.

Alhamdulillah tiada hentinya penulis ucapkan rasa syukur atas rahmat Allah Swt. Dengan kesungguhan, keyakinan serta tekad perjuangan dalam menapaki langkah kaki sehingga akhirnya sampai pada titik akhir penyelesaian skripsi.

Semua tidak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.

Terutama ucapan terima kasih tentunya kepada kedua orang tua penulis, kepada Ayah Samuel dan Ibu Ipa yang selama ini memberikan perhatiannya tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan selama melaksanakan studi.

Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah UNISMUH MAKASSAR yang berjuang kerja keras sebagai Pimpinan Kampus terbaik sehingga Unismuh Makassar menjadi kampus yang unggul di Indonesia Timur.

(8)

xiii

2. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. Dekan Fakultas Agama Islam, yang senantiasa melakukan pengembangan pada fakultas sehingga Fakultas Agama Islam terakreditasi dengan baik.

3. Nurhidayah M. S.Pd.I., M. Pd.I. Ketua Program Studi Agama Islam yang senantiasa memberikan apresiasinya dan pelayanan baik bagi Mahasiswa dalam penyelesaian termasuk penulis.

4. Drs. Mutakallim Sijal, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. Sulaeman Masnan S.Pd.I., M.Pd.I. sebagai pembimbing II yang telah membantu, membimbing penulis dengan baik dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Almarhum Dr. Abdullah Renre, M.Ag selaku mantan direktur Pendidikan Ulama Tarjih Unismuh Makassar, kepada Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A sebagai direktur Pendidikan Ulama Tarjih Unismuh Makassar, kepada Dr. Dahlan Lamabawa, M.Ag. sebagai sekretaris direktur Pendidikan Ulama Tarjih Unismuh Makassar, serta segenap keluarga besar PUTM Unismuh Makassar yang telah memfasilitasi tempat, membimbing, menasehati, selama penulis melaksanakan Studi.

6. Dosen dan Staf Universitias Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu dan membantu administrasi penulis selama perkuliahan.

7. PDM Enrekang Drs. H Kamaruddin Sita, M.Pd.I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis merekomendasi penulis untuk melanjutkan studi.

(9)

xiv

8. Kepala Desa Sinaji Ismail, S.Pd.I., M.Pd.I. yang telah memberikan dukungan, motifasi, serta materi kepada penulis selama menjalankan studi.

9. Kepada Ilham Tompunu, S.Pd dan Muammar, S.Pd penulis ucapkan terima kasih karena telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

10. Kepada Om Siswanto yang telah membantu meringankan beban dalam melaksankan penyelesaian baik bantuan moril maupun materil.

11. Kepada teman-teman yang penulis tidak bisa sebut satu persatu.

Makassar, 20 Safar 1443 H 27 September 2021 M

MUDIANTO NIM: 105191109217

(10)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 6

C. Tujuan Kajian ... 6

D. Manfaat Kajian ... 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN MULTIKULTURAL A. Pengertian Pendidikan ... 8

B. Sejarah Pendidikan Multikultural ... 15

C. Tujuan Pendidikan Multikultural ... 17

D. Karakteristik Pendidikan Multikultural ... 19

E. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural ... 21

F. Strategi Penerapan Pendidikan Muktikultural ... 22

G. Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Sumber Data ... 29

1. Datar Primer ... 29

2. Data Sekunder ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Teknik Analisis Data ... 32

(11)

xvi

E. Pengecekan Keabsahan Data... 34

BAB IV PENDIDIKAN MULTIKULRAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURA AL-HUJURAT AYAT 9-13 ... 36

A. Konsep Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 9-10 ... 36

B. Tujuan Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 13 ... 48

C. Implementasi Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an Surah Al- Hujurat Ayat 11-12 ... 55

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu wacana pendidikan yang sangat pentingi saat ini adalah pendidikan multikultural. Hal ini untuk menghadapi arah pendidikan yang semakin hari semakin tidak jelas, dikarenakan perbedaan paham antar sosial, budaya, agama, ras, suku dan juga etnis. Untuk menanggulangi terjadinya gesekan dan problematika di dalam agama, ras dan suku yang sering terjadi di Indonesia harus ada wacana multikultural sebagai landasan dasar untuk menyatukannya. Dalam hal ini, satu-satunya tawaran yang paling relevan untuk menumbuhkan wacana multikultural adalah leewat jalur pendidikan, karena di dalam dunia pendidikan mencakup misi untuk menumbuh – kembangkan hal rohaniah dan jasmani di dalam diri masyarakat1

Terdapat sebuah dampak implikiasi di dalam pendidikan multikultural, yaitu peran untuk mendekatkan berbagai macam pandangan individu untuk disatukan menjadi bentuk persatuan. Multikultural sendiri merupakan sebuah pemahaman yang nantinya menerima dan memahami setiap konteks perbedaan dalam diri individu dan kelompok. Hal ini sangat cocok jika nantinya dirangkum jadi satu di dalam dunia pendidikan, karena memiliki ranah penyadaran yang mengantisipasi untuk terjadinya konfilik dalam sekala besar maupun kecil. Selain itu multikultural memiliki sebuah

1 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hal. 32

(13)

prinsip yang tidak memandang perbedaan dalam sekala pola pikir, bahasa, budaya, etins, keyakinan, agama dan juga geografis.

Gambaran peristiwa seperti pemberontakan dan pembantaian para simpatisan PKI (Partai Komunis Indonesia) 1965, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap etnis tionghoa di era reformasi tahun 1998, perang agama antara Kristen dan Islam di Malku Utara tahun 1993, gejolak perlawanan partai bintang kejora di Papua dan juga konflik GAM di Aceh sampai saat ini adalah bentuk dari beberapa kasus di Indonesia yang berakar dari perbedaan faham adat, ras, agama dan suku menjadi catatan sendiri untuk negara Indonesia, konflik seperti ini sebenarnya berjalan dengan sendirinya dan mengawal berdirinya negara Indonesia ini.2

Perlu diketahui, negara Indonesia merupakan bentuk negara yang multikultural terbesar di bumi. Hal tersebut ditinjau dari fenomena sosiokultur serta aspek geografis yang ada. Terdapat sekitar 13.000 pulau di Indonesia, dimana di dalamnya mencakup berbagai macam populasi kehidupan, dengan total jumlah penduduk kurang lebih hampir 200 juta jiwa. Selain itu Indonesia memiliki total 200 ragam bahasa dan 300 suku bangsa yang memiliki beragam agama seperti Konghucu, Budha, Hindu, Budha, Protestan, Katolik, Islam dan macam bentuk aliran serta kepercayaan3

2 Sukarjo, Landasan Pendidikan dan Aplikasinya (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 63.

3 Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding Untuk Demokrasi dan Keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hal. 4

(14)

Kembali pada persoalan pendidikan di Indonesia, bermacam bentuk pelayanan pendidikan di Insonesia sendiri sampai saat ini masih sering mengalami kendala dan kegagalan target memajukan daerah lain, terutama daerah diluar pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena mencuatnya kabar serta peristiwa konflik berdarah dibeberapa daerah. Hal tersebut berawal dari ambisi dibeberapa daerah yang memiliki ambisi untuk memerdekan daerahnya dan keluar dari Indonesia. Dari hal tersebut, bagian fungsi di dalam pelaksanaan pendidikan mengalami sebuah kendala sulit. Jika dipelajari lebih dalam lagi, peristiwa konflik berdarah di Indonesia ternyata mempunyai sebab yang krusial, yaitu setiap kelompok masyarakat yang ternyata tidak memiliki kesiapan untuk menerima setiap gagasan keberagaman masyarakat Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Ternyata semboyan Bhineka Tunggal Ika hanya berhenti pada perosalan kesadaran yang sifatnya kognitif pada dir masyarakat kebanyakan, dan berhenti pada janji belaka praa penguasa. Dari gagasan tersebut, dapat dilihat realitasnya bahwa semboyan persatuan Bhineka Tunggal Ika tidak dapat diaplikasikan dengan baik dikehidupan nyata. Hal ini mengakibatkan cita-cita luhur perihal persatuan bangsa hanya menjadi impian belaka.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan sebuah konsep yang mengalami putar balik makna dan kebiasan pada saat menginterpretasikannya. Sistem tatanan pada masa Orde Baru banyak sekali menggunakan strategi pendekatan yang cukup sembrono ketika mengolah relasi sosiokultur kebudayaan yang terjadi di dalam kelompok majemuk Indonesia. Hal ini dikemas dengan jargon menjaga kesetabilan serta keamanan perihal prinsip yang uniformitas di dalam keberagaman yang selalu di

(15)

dahulukan dari pada pendekatan toleransinya. Beragam bentuk perbedaan berupa pendapat yang sering disuarakan lebih sering menggunakan atas nama partai atau golongannya sendiri, bukan atas nama masayarakat yang lebih mementingkan golongannya sendiri.

Dalam hal ini, guna memantik kesadaran serta juga pemahaman pada diri masyarakat akan pentingnya penerapan multikulturalisama yang mencakup nilai keragaman sosial budaya dan juga oleh beberapa ayat Al-Qur’an yang memuat konteks multikulturalisme. Ayat yang dikaitkan ini akan mengulas perihal persoalan perselisihan yang nantinya dapat dituntaskan, karena sejatinya perselisihan dan perbedaan ini adalaha Rahmatan Lil Alamin. Untuk melengkapinya, kembali lagi pada konteks pendidikan, yang mana memiliki hal begitu sangat penting dan dibutuhkan untuk dapat mengaplikasikan konsep multikulturalisme.

Dalam kegiatannya, pendidikan harus dapat menumbuhkan dampak kesadaran pada diri masyarakat, bahwa sebuah konflik bukanlah suatu hal yang patut untuk dibudidayakan. Selain itu, di dalam porsesnya pendidikan tidak bisa lepas dari adanya sebuah unsur budaya yang besar, karena hal ini adalah bentuk keseluruhan yang sangat komplit dimana tidak memiliki mozaik spesik di dalam fenomenanya.

Kebudayaan yang mencakup berbagai aspek ekspresi dan produk kegiatan menjadi sebuah aspek multidimensional, dimana nantinya akan memberikan petunjuk untuk mnejadikan manusia lebih humanis. Hal ini juga berlaku di dalam kegiatan pendidikan, dimana nantinya kebudayaan akan menunjukan arah perkembangan

(16)

pribadi individu dalam wujud struktural serta juga arah di dalam kehidupan lingkungannya sesama umat manusia melalui sektor pendidikan.

Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang sangat kompleks ragam persoalan dan isinya, proses pendidikan tidak bisa jika hanya dipandang dari satu kajian saja, akan tetapi wajib mengapliaksikan prespektif tinjauan yang sifatnya multidisiplin ilmu dengan mencakup ilimu-ilmu lain seperti komunikasi, psikologi, biologi, sosiologi, antropologi, filsafat, seni dan lain sebagainya. Yang biasa dipakai sebagai sebuah ukuran adalah kehalusan dan keseluruhan hidup manusia di dalam berkebudayaan, hal ini untuk adalah wujud pencapaian manusia menyatukan diri mereka dengan alam dan zaman. Kebudayaan akan dapat terus hidup dan berkembang guna memberi makna kehidupan bagi tiap individu manusia, dengan proses aktualisasi yang baik terutama melalui pendidikan. Di dalam pandangan Al- Qur’an sendiri, berbagai macam ragam kelompok agama, etnis dan budaya tradisi merupakan bentuk keniscayan dari kehendak Tuham, dimana hakikatnya manusia adalah satuan makhluk yang bersaudara satu sama lainnya dan memiliki landasan iman yang kuat.

Sebagaimana Firman Allah Swt. QS. AL- Hujurat/49:13

َٰٓ ي

َٰٓا هُّي أ

َٰٓ نْق ل خَٰٓاَّنِإَٰٓ ُساَّنل َٰٓٱ

َٰٓ ذَٰٓن ِ مَٰٓمُك

َٰٓ ى ثنُأ وَٰٓ ٍر ك

َٰٓ نْل ع ج و َٰٓ

َٰٓ ا ب ق وَٰٓاًبوُعُشَْٰٓمُك

َٰٓ وُف را ع تِلَٰٓ لِئ

َٰٓ ا

َٰٓ ۚ

ََْٰٰٓٓمُك م رْك أََّٰٓنِإ َٰٓ

َٰٓ دنِع

َٰٓ ى قْت أَِٰٓ َّللَّ ٱ

َٰٓ ْمُك

َٰٓ َّنِإ َٰٓ

ٌَٰٓريِب خٌَٰٓميِل عَٰٓ َّللَّ ٱ

Terjemahnya

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di

(17)

antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti4.

Dari uraian tersebut berangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada dan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti “Telaah Tafsir Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 9-13

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an Telaah Tafsir Surah Al-Hujurat ayat 9-13?

2. Bagaimana tujuan pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an Telaah Tafsir Surah Al-Hujurat ayat 9-13?

3. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an Telaah Tafsir Surah Al-Hujurat ayat 9-13?

C. Tujuan Kajian

Berangkat dari latar belakang yang mendasari permasalahan pokok dan sub- sub masalah di atas, maka peneliti bertujuan meneliti 1). Konsep, 2). Tujuan, 3).

Implementasi. dengan metode yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13 dan memaparkan masalah ini. Adapun tujuan penelitian yang peneliti hendak capai, yaitu:

4Kementerian Agama RI,AL-Qur’an dan terjemahannya,h.517

(18)

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13

2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al- Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13

3. Untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13

D. Manfaat Kajian

Dengan penelitian dari aspek signifikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kemanfaatan baik dari segi teoritis maupun praktis. adapun manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan diharapkan agar dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat agar dapat mengembangkan pendidikan pada umumnya, dan dapat menerapkan pendidikan multikutural dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

Pendidikan multikultural dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, melalui pendidikan dan penjelasan Al-Qur’an mampu menjadikan perbedaan sebagai Rahmatan Lil’Alamin.

(19)

8 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN MULTIKULTURAL A. Pengertian Pendidikan Multikultural

Dari segi bahasa, pendidikan diartikan perbuatan (hal, dan sebagainya), mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya. Dalam bahasa Jawa, Penggulawentah berarti mengolah, jadi mengolah kejiwaannya adalah mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak. Sedangkan dalam bahasa Arab pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah.5

Dari segi istilah, merujuk kepada UUD Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, negara.6

Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai, berarti di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogik berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa. Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan

5 Zaim Elmubarak, Membumikan Pendidikan Nilai,( Bandung: Alfabeta, 2013), h. 1

6 Zaim Elmubarak, Membumikan Pendidikan Nilai. h.2

(20)

seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.7

Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh beberapa ahli (pendidikan).

a. Langeveld

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu.

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.8

b. Driyakarya

Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.9

c. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.10

7 Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 1

8 Langeveld, Peadagogik Teoritis (Jakarta: IKIP, 1971), h. 5

9 Driyakarya, , Driyakarya Tentang Pendidikan (Bandung: Yayasan Kencana, 1990)

10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pt Al-Ma‟rifat, 1987), h. 19

(21)

Berdasarkan pemaparan dari para ahli pendidikan diatas, terdapat berbagai macam pendapat yang berbeda-beda akan tetapi memiliki esensi masing-masing untuk membentuk satuan unsur bahwa kegiatan pendidikan akan menunjukkan sebuah proses pembimbingan menuju kesadaran.

Multikultural meruapakan wujud dari macam ragam bentuk kebudayaan.

Berdasarkan pemaparan dari penelitian Parsudi Suparlan, dasar dari kata multikulural merupakan sebuah kebudayaan adalah meninjau kebudayaan tersebut berdasarkan fungsi dan juga pedoman untuk kehidupan para individu manusia.11

Kemudian dari pemaparan Komaruddin Hidayat, artian dari kata multikulruralisme bukan hanya menuju untuk realitas sosial secara antropologis akan hadirnya sebuah kehidupan plural yang dialami kelompok agama, bahasa, dan etnis yang tumbuh kembang di negara Indonseisa, namun juga sebuah asumsi untuk bersikap lebih demokratis dan juga egaliter guna dapat menerima dan memahami setiap keberagaman budaya.12

Sederhanannya, multikultural adala “keragaman budaya”. Definisi dari multikultural biasanya sering dipergunakan untuk menunjukkan gambaran realitas kehidupan masyarakat yang di dalamnya terdapat bermacam-macam budaya, bahasa, ras dan juga agama yang berbeda-beda.

11M. Sukarjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 69

12 M. Sukarjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, h. 70

(22)

Secara epistimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya.

Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan.13

Pengertian multikulturalisme mengandung dua pengertian yang sangat kompleks, yaitu “multi” yang berati jamak atau plural, dan “kultural” yang berarti kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan sekedar pengakuan akan adanya hal yang berjenis-jenis tetapi pengakuan tersebut memiliki implikasi politis, sosial, ekonomi dan budaya.14

Dalam pengertian tradisonal tentang multikulturalisme memiliki dua ciri utama; pertama, kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition). Kedua, legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya. Dalam gelombang pertama multikulturalisme yang esensi terhadap perjuangan kelakuan budaya yang berbeda (the other).15

13Imron Mashadi, Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme (Jakarta:

Balai Litbang, 2009), h. 48

14Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (Jakarta: Erlangga, 2005),h. 109

15H.A Dardi Hasyim, Pendidikan Multikultural di Sekolah (Surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS, 2010),h. 28

(23)

Berdasarkan data di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata Pendidikan berakar dari kata “didik” yang mana memiliki artian latihan dan memelihara akal sehat. Artian luasnya pendidikan adalah bentuk proses perubahan tingkah laku, cara berfikir dan juga sikap seseorang di dalam sebuah kelompok manusa ketika berusaha mendewasakan diri mereka menggunakan tahap pengajaran atau pelatihan.16

Cusher dan Andersen, pendidikan multikultural bisa dibahasakan sebagai bentuk pendidikan yang mencakup keberagaman macam budaya.

J.Banks berpendapat bahwa pendidikan multikultural dijadikan sebagai alat pendidikan model people of color.17. dalam hal ini pendidikan mulitkultural memiliki sebuah misi untuk mengeksplorasi suatu perbedaan sebagai sebuah anugrah dari Tuhan YME.

Muhaemin El Ma”hady mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah bentuk pendidikan yang mencakup bermacam-ragam budaya serta pendidikan yang peka untuk merespon kultural dan demografis lingkungan masyarakat yang sifatnya kecil maupun besar (global).18

Hilda Hernandez di dalam bukunya yang berjudul Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking Context, Procces and Content, pendidikan multikultural adalah sebuah alat perspektif guna mengakui adanya realitas ekonomi, sosial dan juga politik yang nantinya akan dialami semua manusia dimuka bumi. Sebuah pertemuan

16Departemen Pendidikan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 49

17 M. Sukarjo,op.cit, h. 71

18M. Sukarjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, h. 72

(24)

satu individu manusia dengan satu individu manusia yang lain nantinnya akan merefleksikan pentingnya keberagaman agama, ekonomi, ras, budaya seksualitas dan pengecualian dalam proses pendidikan.19

Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Paulo Freire (pakar pendidikan pembebasan), bahwa pendidikan merupakan “meaning gading” yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya.20

Meliani Budianta dalam bukunya Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa. Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, sosial dan agama.21

19 M. Sukarjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, h. 75

20Ngainun Naim & Ahmad Syauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Arr-Ruzz Media, 2010), h. 15

21 Meliani Budianta, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural Sebuah Gambaran Umum ( Jakarta: Staqafah Press 2003),, h. 10

(25)

James Bank memaparkan bahwa, pendidikan multikultural mempunyai dimensi yang saling mengaitkan satu dengan lainnya, seperti Content Integration yang mengintegrasikan berbagai macam budaya dan kelompok, The Knowledge Construction Process yang membawa siswa untuk kembali pada konsep dasar, Equity Pedagogy yang menyesuaikan metode pembelajaran dengan cara belajar siswa, Prejudice Reduction yang mengidentifikasikan karakteristik ras siswa dengan menciptakan kebudayaan yang akdemik dan juga toleransi inklusif.22

Menurut Choirul Mahfud dalam bukunya, “Pendidikan Multikultural” bahwa pendidikan multikultural biasanya memiliki ciri-ciri seperti, tujuan pendidikan yang membentuk manusia menjadi berbudaya, materi pelajaran yang mencakup nilai keluhuran, memiliki metode yang demokratis, evaluasinya yang bisa ditentutakn terhadap setiap tingkah laku dan cara berfikir infividuyang berisi persepsi apresiasi, dan terhadap budaya lainnya.23

Pendidikan multikultural memiliki legitimasi dari tiga sudut landasan yang merupakan segitiga kekuatan untuk melegimitasi wacana multikulturalisme dalam dunia pendidikan (Indonesia), tiga landasan yang dimaksud adalah:

a. Landasan filosofis

b. Landasan Yuridis berupa UU

22 Sulalah,Pendidikan Multikultural (Malang: Maliki Press, , 2011), h. 8-9

23 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 363

(26)

c. Konsep Al-Qur'an tentang kemanusiaan, kebangsaan, keberagaman.24 B. Sejarah Pendidikan Multikultural

Di negara-negara eropa, sisitem pendidikan multikultural sudah dikembangkan sejak lama. Tak hanya di eropa, di Amerika dan negara-negara maju lainnya juga sama. Sistem startegi pendidikan multikultural mereka kembangkan atas dasar studi kasus perhial menghadapi sikap toleransi terhadap imigran-imigran yang datang, selain itu juga memiliki sebuah tujuan yang sifatnya politis dimana digunakan sebagai suatu alat pengontrol sosial penguasa terhadap warga yang dipimpinnya, agar kondisi di negaranya aman dan juga stabil.25

Adapun beberapa kisah kelam perihal kolonialisme Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang terekam dalam sejarah panjang di negara Eropa dan Amerika.

selaim itu juga tragedi perang sipil di Amerika yang berangsur cukup lama. Hal inilah yang menyebabkan kenapa pendidikan multikultural diaplikasikan mulai dari tahun 1415 sampai 1900an, karena yang dikarenakan dampak dari kolonialisme ini banyak sekali menimbulkan berbagai macam kerugian yang besar, baik secara materi maupun secara moril.26

24 Maslikah, Quo Vadis: Pendidikan Multikultur: rekontruksi sistem pendidikan berbasis kebangsaan, Salatiga: ( STAIN Salatiga Press, 2007), h. 49

25 H.A.R Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan Dalam Tranformasi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, , 2004)6 h. 122-162

26H.A.R Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan Dalam Tranformasi Pendidikan, h. 1636

(27)

Lalu di masa perang dunia ke I sampai perang dunia ke II menimbulkan perpecahan terhadap negara-negara yang ada serta saling bermusuhan. Dari sini pendidikan multikultural sangat diperlukan.27

Maka dari hal tersebut sangat diperlukan adanya kesadaran bahwa sistem multikultur adalah keniscayaan dan kunikan tersendiri bagi sebuah negara. Hal ini dibenarkan karean saat kjonsep multikultur dijadikan satu faham untuk kebersamaan, maka akan tercipta sebuah tata cara untuk berperilaku toleran. Jika perlu dilakukan tindakan dengan berbagai macam cara yang masih wajar dan bisa dipertanggung jawabkan secara sosial.28

Realitas kultural dalam sosial, politik, dan budaya bangsa Indonesia dalam pusaran waktu terus menggeliat. Apalagi di era reformasi dengan gejolak sosial politik dalam berbagai level masyarakat, menempatkan pendidikan multikultural pada posisi yang semakin urgen, relevan, bahkan sangat dibutukan. Kenyataan itu pun dipahami bahwa setiap manusia memiliki tafsiran tersendiri mengenai sosial. Hal tersebut dalam dunia dikenal sebagai pandangan hidup atau ideologi.29

Dari paparan tersebut menjelaskan banhwa pendidikan multikultural menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk diimplementasikan dalam praksis pendidikan. Karena pendidikan multikultural dapat berfungsi sebagai sarana alternatif

27 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding Untuk Demokrasi dan Keadilan, h. 25

28 H.A.R, Tilaar, op.cit, h. 165

29 Sulalah, Pendidikan Multikultural Didaktika Nilai-nilai Universalitas Kebangsaan Malang: UIN-Maliki Press, , 2011), h. 7-8

(28)

pemecahan konflik. Melalui pembelajaran yang berbasis multikultur, siswa diharapkan tidak tercabut dari akar budayanya, dan rupanya diakui atau tidak pendidikan multikultural sangat relevan dipraktekan di alam demokrasi seperti saat ini.

C. Tujuan Pendidikan Multikultural

Tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan tujuan akhir.

Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan baik. Pada dasarnya tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana pendidikan, pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan atau pun mahasiswa umum. Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wacana pendidikan multikultural yang baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk menjadi transormator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada para peserta didiknya.30

Tujua multikultural memiliki tujuan akhir, yaitu peserta didik bukan hanya dapat mampu menguasai dan memahami materi-materi yang diajarkan, tapi juga bisa diharapkan setiap peserta didik dapat mencapai karakternya yang kuat untuk bisa bersikap humanis, prulal dan demokratis. Ketiga hal itu tadi adalah wujud dari

30 Zakiyuddin, Baidhawy, Pendidikan Agama:Membangun Multikulturalisme Indonesia, dalamPendidikan Agama Berwawasan Multikultura ( Jakarta PT Gelora Aksara Pratama, 2005), h. 19

(29)

pendidikan multikultural.31 Berdasarkan pemaparan dari Choirul Mahfud di dalam bukunnya yang berjudul tujuan dari pendidikan multikultural seperti:

1. Bertujuan untuk melakukan pengembangan pada ranah literasi budaya dan juga etnis, dimana didalamnya mengulas dan mempelajari setiap latat belakang peristiwa sejarah, ekonomi, politikm, sosial, sumbangan, budaya karakter, dan bahasa.

2. Bertujuan untuk melakukan klarifikasi terhasap sikap dan nilai.

3. Bertujuan untukj melakukan pengembangan pirbadi individu, dimana nantinya akan menekankan pemahaman dan pengembangan diri yang sangat besar, selalu positif terhadap konsep diri serta juga kebanggaan untuk setiap identitas pribadinya yang nantinya berdampak pada diri mereka sendiri.

4. Bertujuan untuk membangus wawasan hidup yang lintas disiplin budaya, ilmu, seni dan bangsa sebagai warga dunia

5. Bertujuan membangun wawasan kebangsaan pada diri individu yang kuat 6. Untuk memperkuat pribadi untuk reformasi sosial, yaitu tujuan pendidikan

multikultural adalah memulai proses perubahan di masyarakat.

7. Bertujuan untuk mengadakan keunggulan pendidikan dan persamaan, dimana persamaan ini sifatnya multikultur dan masih berpegang erat pada tujuan penguasaan dasar keterampilan yang filosofis dan juga luas.

31M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multural Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan.( Yogyakarta: Pilar Media, , 2005), h. 4

(30)

8. Bertujuan menciptakan daya cipta yang yang berkompeten multikultur, berdasarkan pengkomunikasian lintas kebudayaan, pengambilan perspektif, pemahaman sudut pandang, analisis kontekstual, hubungan antar pribadi.

9. Bertujuan untuk menciptakan keterampilan dasar yang berkemampuan tinggi.

10. Bertujuan untuk dapat menerima perbedaan dan menjadikannya sebagai keniscayaan di dalam hidupnya, agar tercapainya tujuan hidup yang berdampingan secara damai.32

D. Karakteristik Pendidikan Multikultural

Karakteristik adalah sifat-sifat yang perlu diteliti berkenaan dengan kekhasan yang membedakan seseoranng dengan orang lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan cara-cara membujuknya. menurut H.A.R Tilaar, Pendidikan multikultural biasanya memiliki ciri tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan “masyarakat berbudaya (berperadaban)”. Materinya mengajarkan nilai- nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (cultural).

Metodenya demokratis yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya, bangsa, dan kelompok etnis (multikulturalis). Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.

32Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 9

(31)

Sonia Nieto, dalam Meity Taqdir Qardatillah antiracist education (pendidikan yang tidak membenci ras orang lain), pendidikan anti rasis membuat anti diskriminasi eksplisit dalam kurikulum dan mengajarkan siswa keterampilan untuk memerangi rasisme dan bentuk lain dari penindasan. Kedua, basic educatioan (pendidikan dasar), hak dasar dari semua siswa untuk terlibat dalam inti dan akademisi adalah sebuah kebutuhan mendesak bagi semua siswa. Ketiga, important for allstudents (penting bagi semua siswa), dalam hal ini semua siswa berhak dan membutuhkan pendidikan yang inklusif dan ketat. Keempat, pervasive (luas), pendidikan multikultural menekankan pendekatan yang menembus seluruh pengalaman pendidikan, termasuk iklim sekolah, lingkungan fisik, kurikulum, dan hubungan terhadap sesama. Kelima, education for sosial juscite (pendidikan untuk keadilan sosial), siswa diajak secara langsung untuk melakukan tindakan sosial di lingkungannya. keenam, education as process (pendidikan adalah suatu proses), siswa dan institusi pendidikan dalam melakukan proses pendidikan melibatkan masyarakat (komite sekolah) dalam meningkatkan prestasi belajar, lingkungan belajar, preferensi belajar siswa, dan variabel budaya. Ketujuh, critical pedagogy (pendidikan kritis) dalam berfikir kritis siswa dipengaruhi oleh budaya, bahasa, keluarga, sekolah, artistik, dan pengalaman pendidikan. siswa dituntut untuk melakukan perubahan pemikiran dari kesadaran pasif, magis, menuju kesadaran kritis melalui tindakannya. melihat ketujuh karakteristik tersebut, dapat diketahui

(32)

bahwasannya pendidikan multikultural diarahkan untuk menghargai diri dan orang lain, membentuk relasi antara orang-orang dari tradisi-tradisi kultural.33

E. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural

Keragaman-keragaman yang ada, sering disebutkan dengan istilah yang berbeda-beda, ada tiga istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda, yakni pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural). Ketiga- tiganya sama-sama merepresentasikan hal sama yaitu keadaan lebih dari satu atau jamak. keragaman itu berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, dan pola pikir manusia, sehingga manusia memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan- aturan (mores) bahkan adat istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Bilamana keadaan di atas tidak dapat dipahami dengan baik oleh pihak satu dan lainnya, maka akan sangat rawan terjadi persinggungan-persinggungan yang kemudian berbuah pada adanya konflik. Di sinilah perlu kiranya nilai-nilai multikultural mengambil perannya. Nilai-nilai multikultural yang dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikultural dengan selalu menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, kemudian dengan ketiga hal tersebut siswa diharapkan menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari. Sementara itu menurut H.A.R Tilaar dalam

33 Meity Taqdir Qodratillah, kamus bahasa indonesia untuk pelajar (Jakarta: pbangan dan kementrian

(33)

Zakiyatun Baidhawy dalam Maemunah (2007: 77-95) menjelaskan beberapa nilai- nilai multikultural yang ada, sekurang-kurangnya terdapat indikator-indikator sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, resolusi konflik dan rekonsiliasi kekerasan. Sedangkan untuk memahami nilai-nilai multikultural secara umum terdapat empat nilai inti (core values) antara lain:

Pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.

Kedua, pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi34

F. Strategi Penerapan Pendidikan Multikultural

Terciptanya sebuah suasana harmonis dan damai di dalam proses pembelajaran, tujuan ini merupakan wujud dari misi yang dikenalkan UNESCO yang dalam bahasa inggrisnya disebut “learning to live together”. Dari kalimat itu tadi, pendidikan multikultural memang harus dapat memberikan bekal kepada umat manusia guna mendapatkan pengetahuan serta juga kesadaran perihal hakikat seorang

34 Meity Taqdir Qodratillah, kamus bahasa indonesia untuk pelajar, (Jakarta: badan pengembangan dan pembinaan bahasa, kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2011) h.213

(34)

manusia bentuknya sangat beragam, yang di dalamnya tida ada perbedaan dan terciptanya sebuah hubungan yang sangatlah harmonis harmonis.35

Moral memiliki nilai yang dapat kita jadikan sebagai pengatur sikap kita untuk berkehidupan. Saat ini, umat manusia sangat membutuhkan penanaman nilai- nilai pekehidupan agar dapat saling menghormati. Adapun beberapa nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar hidup manusia seperti nilai kemasyarakatan, rasa solidaritas, kejujuran, saling percaya dan lain sebagainya. Semua itu adalah bentuk hakikat sebagai diri manusia guna dapat melakukan peningkatan terhadap kesejahteraan dan kemakmuran hidup bersamaan.36

Untuk merealisasikan nilai pada moral, pendidikan multikultural adalah jawabanya sebagai tawaran role model guna tercapainya pranata sosial di dalam kehidupam bermasyarakat. Di dalam suasana maupun peraturan tetap harus ada penerpan nilai moral yang baik agar tidak berlebihan kiranya.37

Meninjau pengaplikasian terhadap nilai moral disemua sektor kehidupan bermasyarakat, pastinya akan terpancar kegiatan sejahtera di dalamnya. Semua isi kurikulum pendidikan harusnya tidak menutup diri untuk pengaplikasian dan penerapan pendidikan budi pekerti agar dapat melahirkan kemampuan intelegensi

35Musaheri, Pengantar Pendidikan ( Yogyakarta: IRCISoD, 2007), h. 195

36Musaheri, Pengantar Pendidikan, h. 196

37Dody S Taruna, Antropologi Sosial Budaya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 82

(35)

secara emosional dengan salah satu bentuk yang diperlukan pada kegiatan bermasyarakat secara bersama.38

Kebudayaan adalah wujud peradaban yang di dalamnya terdapat kegiatan manusia dalam bergaul dan bersosial di dalam maupun di luar arena pembelajaran.

Maka dari itu, tanggung jawab utama seorang pendidika di sektor penataan sosial di lingkup sekolah adalah menanamkan nilai berbudaya pada setiap peserta didik seperti halnya kerja kreativitas, disiplin ilmu, cinta kepada kualitas, kerja keras dan kedisiplinan guna menuntun peserta didik untuk lebih menghargai arti dari keterampilan pada kebudayaan yang laun seperti karya seni rupa, arsitektur dan lain- lain.39

Mendidik perihal resolusi konfiilik pada sebuah pelaksanaan tindak moril tadak akan selalu berjalan dengan lancar dan mulus. Kita sebagai manusia harus menyadari bahwa setiap waktu masyarakat berkembang, serta juga permasalahan mereka juga akan semakin kompleks dan rumit. Menciptakan sebuah suasana yang demokratis serta juga selalu melakukan pertimbangan terhadap kehidupan bermasyarakat akan membuka kebudayaan yang sempat menutup diri dari resolusi konflik mengantarkan mereka menghindari bahaya tirani tradisi yang mana akan mendukung laju perkembangan.40

38Dody S Taruna, Antropologi Sosial Budaya,, h. 67

39 Abdurrahman Fathoni, Wacana Multikulturalisme ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 64

40 Musaheri, Op.cit, h. 198

(36)

Berikut adalah langkah-langkah untuk menerapkan pendidikan multikultural pada siswa seperti:

1. Penerapan pendidikan multikultural pada sebuah kegiatan untuk mengembangkan diri meliputi dua bentuk progam yang berupa kegiatan tidak terpogram dan kegiatan terprogram yang berlandakan pada keteladanan.41

2. Penerapan pendidikan multikultural pada sebuah mata pelajaran bisa dilakukan dengan menyisipkannya pada setiap persoalan pokok bahasan dan juga tema yang dibawakan. Selain itu, pendidikan multikultural bisa disisipkan pada strukturasi muatan kurikulum yang berlaku disekolah.

Pendidikan adalah kegiatan berproses yang sifatnya berkelnajutan, proses ini biasanua memiliki implikasi di dalam diri manusia. Proses ini nantinya juga akan berinteraksi secara trus menerus dengan lingkungan yang dihidupinya seperti lingkungan budaya, lingkungan pendidikan dan ekologi.42

Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan eksistensi pada diri manusia yang nantinya akan bermasyarakat dan bernegara. Berdirinya lembaga- lembaga pendidikan merupakan sebuah wujud dari pranata sosial kelompok masyarakat dimana nantinya akan mengemban tugas secara sistematis. Akan tetapi bukan berarti hal ini disalahgunakan bahwa pranata sosial merupakan bentuk

41David J Smith, Sekolah Untuk Semua: Teori dan Implementasi Inklus (Bandung: Nuansa Cendekia, 2015), h. 12

42 AbdurrahmanFathoni, op.cit, h. 70

(37)

kelembagaan di dalam dunia pendidikan yang bisa mengambil; alih setiap proses kegiatan pendidikan yang berjalan, akan tetapi merupakan bagian dari proses.43

Pmenciptakan suasana toleransi dan suasana demokratis adalah asalah satu bentuk paling efektif untuk mengelola pendidikan multikultural di dalam berkehidupan masyarakat. Dalam hal ini suasana demokrasi yang dikolaborasikan dengan beragam kebudayaan yang dipunyai oleh diri manusia secara menyeluruh.

Praktik dari pendidikan multikultural sendiri memiliki sistem yang efektif di dalam pendekatannya, yang mana mereka lebih cenderung menggunakan pendekatan partisipatif. Dalam pendidikan multikultural sendiri harusnya bisa mampu membangkitkan motivasi.44

Berikut :

a. Pendahuluan, merupakan kegiatan yang paling awal yaitu menciptakan suasana damai dan kondusif sehingga nantinya peserta didik bisa lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran.

b. Utama, adalah kegiatan yang sifatnya intruktif dimana lebih menekankan pada sektor penciptaan dunia pembelajaran guna menyusun karakter yang ada di dalam diri peserta didik guna memiliki sikap dan kesadaran yang toleran.

43 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja 2010),

44 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, h. 60

(38)

c. Analisis, merupakan kegiatan yang nantinya akan memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pengalamannya untuk memahim bahwa dunia itu sangat plural.

d. Abstraksi adalah kegiatan untuk menjelaskan dan memperjelas materi yang dibawakan agar mudah dipahami

e. Penutup, kegiatam ini berisi evaluasi dari prosedur yang telah diajar dengan berisi kegiatan penilaian.45

G. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka berfungsi untuk mengungkapkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya dipaparkan beberapa penelitian yang sejenis yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terkait pendidikan multikultural yang penulis temukan di beberapa penelitian yang memiliki kesamaan, namun disini penulis dapat memperkaya teori-teori dengan melakukan pendekatan-pendekatan kajian terdahulu sehingga dalam konteks ini, kajian yang penulis lakukan bisa dibedakan dalam beberapa poin dari kajian terdahulu.

Pertama, penelitian yang penulis lakukan adalah telaah tafsir pendidikan multikultural perspektif Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13, sedangkan penelitian terdahulu hanya fokus pada satu ayat saja.

45Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidika(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, 2014), h. 95

(39)

Kedua penelitian ini mencoba menjelaskan konsep pendidikan multikultural, implementasi pendidikan multikultural, dan tujuan pendidikan multikultural dengan mengkaji surah Al-Hujurat ayat 9-13 menggunakan metode tahlili dan penjelasan tafsir, sehingga secara tidak langsung penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, baik aspek pendekatan maupun kedalaman pembahasan yang dilakukan.

Adapun kajian terdahulu skripsi yang berjudul:

a. Yuli Ratini, (2017) IAIN Salatiga, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 13).

b. Erlan Muliadi, Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah, Metodologi yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, subjek ditujukan kepada siswa, penelitian dilakukan disekolah..

(40)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) pustaka yang berkaitan pembahasannya. dalam penelitian ini baik primer maupun sekunder, menggunakan pendekatan tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an surah A-Hujurat ayat 9-13 dengan mengkaji setiap ayat yang berkaitan dengan pembahasan yaitu konsep, implementasi, dan tujuan pada pendidikan multikultural dengan telaah tafsir yang membahas kronologi ayat dan hubungan objekyang akan dibahas, keterangan-keterangan, penjelasan, serta sebab turunya ayat tersebut.

Kemudian peneliti mendeskripsikan penjelasan tafsir pada kandungan ayat Al-Qur’an tersebut sehingga menjadi kerangka konseptual yang utuh pada setiap pembahasan.

B. Sumber Data 1. data primer

Sumber data primer merupakan bentuk bahan yang sangat pokok, secara langsung dan inti yang didapatkan dari berbagai buku, jurnal ilmiah, kitab berdasarkan penelitian yang sifatnya teoritis serta juga orisinal. Berikut adalah beberapa sumber data primer yang penulis gunakan sebagai rujukan penyusunan penilitian ini seperti beriikut:

a. Al-Qur’an dengan Terjemahannya: Departemen Agama RI.

b. Kitab Tafsir antara lain: (a). Tafsir Al-Maraghi (b). Tafsir Al-Azhar (c).

Tafsir Ibnu Katsir (d). Tafsir Al-Misbah.

(41)

c. Kitab karya Jalaluddin As-suyuti.Asbabun Nuzul

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sebuah sumber tentang data yang mana masih adakaitanya denga sumber data secara primer, namun sifatnya lebih tidak langsung.46 Sumber data ini berisi bahan kepustakaan yang dipublikasi dan ditulis secara langsung dengan melakukan partisipasi, pengamatan dalam realitas yang akan dideskripsikan. Selain itu data sekunder bisa dijadikan penunjuang sebagai alat bantuk untuk mengurai masalah yang timbul..

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan sebuah metode yang digunakan peneliti saat melakukan penghimpunan data. Terdapat beberapa tawaran teknik untuk mengumpulkan setiap data yang dipakai peneliti, seperti halnya penelitian data liteatur yang mana di dalamnya terdapat kegiatan pengumpulan bahan kepustakaan yang sifatnya koheren dengan objek yang sedang diteleti. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peneliti sangat bergantung pada ayata-ayat di dalam Al-Quran baik dari segi tafsir dan terje,mahanya, selain itu sumber pada buku pendidikan multikultural yang digunakan untuk pendataan dokumentasi pustaka. Berikut adalah gambaran tahapan pengumpulan data dalam Al-Quran yang dilakukan penulis sebagai berikut.:

46 Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hal. 192

(42)

1. Menentukan tafsiran terhadap ayat (Surah Al-Hujurat ayat 9-13) dalam tafsir Al-Qur’an (tafsir Al-Maraghi juz 26, kitab Asbabun Nuzulul karya Jalaluddin As-Suyuti, tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka, tafsir Al- Misbah karya M. Quraish Shihab, dan tafsir Ibnu Katsir) yang telah terkumpul.

2. Melacak beberapa pendapat para tokoh tentang pendidikan multikultural.

3. Mengkaji konsep implementasi dan tujuan pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an Al-Hujurat ayat 9-13.

Data yang ada dalam kepustakaan seperti buku-buku pendidikan dan kitab tafsir tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara teknik pengumpulan content analysis setidaknya ada beberapa prosedur peneliti47:

Penentuan unit analisis atau unitisasi Pengadaan sebuah data sebuah karya, dilakukan melalui pembacaan yang cermat oleh peneliti dalam membaca karya kitab tafsir pendidikan multikultural dan teori pendidikan multikultural. Pembacaan yang berulang-ulang akan membantu peneliti mengadakan data, kemudian dipilah-pilah ke dalam unit kecil, agar mudah dianalisis. Data tersebut harus relevan dengan objek, unit-unit itu merupakan fenomena menarik yang akan menjadi sampel penelitian.

47 Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi,( Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers, 1993), h. 69-74

(43)

D.Teknik Analisis Data

Penelitian dalam konteks ini adalah menerapkan metode analisis terhadap konten, dimana di dalamnya terdapat kegiatan mengklarifikasi dan menyusun serta mengumpulkan data untuk dianalisis kemudian diinterpretasikan. Kegiatan di dalam penelitian ini adalah analsis yang nantinya membuat sebuah kesimpulan dimana kesimpulan tersebut bisa ditiru berdasarkan kevalidan data yang tetap memperhatikan konteks.

Sistem kerja penulis dalam menganalisis data yaitu dengan data sendiri dari catatan lapangan dan juga komentar penulis, dokumen, biografi, artikel, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan dikaji dengan pendeskripsian secara representatif ditujukan untuk mendapatkan temuan tema serta juga hipotesis kerja yang bakalan dijadikan teori yang sifatnya subtantif.

Berikut adalah sistem penganalisisan ayat pada surat data berdasarkan pendekatan Tahlili:

1. Membaca surah Al-Hujurat ayat 9-13 kemudian mengupasnya untuk mendapatkan interpreatasi perihal pendidikan multikultural

2. Melengkapinya dengan tafsiran kitab tafsir serta muftafsir, sababun nuzul, dan juga profil surah

3. Membaca dan mengkaji isi Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-13 untuk mendaptkan kolerasi ayat yang mengarah kepada pendidikan multikultural.

(44)

4. Memaparkan hasil kajian pada surah Al-Hujurat ayat 9-13 untuk menjawab rumusan masalah dengan berisi penyusunan sistematik yang berisi tema pembahasan.

5. Melengkapi bahasan serta juga uraian dengan hadis yang ada di dalam sebuah kitab dari tafsiran Ibnu Katsir dengan membandingkanya dengan teori yang relevan. Berikut adalah beberapa langkah dan tahapan yang peneliti gunakan sebagai metode teknik analasisi seperti:

a. Teknik reduksi data atau meringkas data, dalam hal ini peneliti melaksanakan sistem penyeleksian data dengan memfokuskan data yang nantinya ada kaitanya dengan hasil analisis pada tafsiran ayat di sruah Al-Hujaray ayat 9 sampai 13 yang berada dalam lingkup tafsiran Al- azhar, al-maragi dan lain sebagainy. Kemudian peneliti akan melakukan penyerdehanaan terhadap transformasi data dan abstraksi data. Disini nantinya penulis akan berfokus pada pemilahan data sehinga nantinya akan mendapatkan poin-poin penting yang relevan serta fokus pada rumusan masalah pada konsep pendidikan multikultural, cara mengatasi, metode, implementasi serta tujuan dari pendidikan multikultural.

Kemudian jika sudah sederhana, akan dilakukan pengabstraksian, dimana nantinya akan mendeskripsikan konsep pada pendidikan multikultural serta tujuan pendidikan multikultural yang ada di dalam Al-Quran surat Al-hujarat ayat 9 sampoai 13. Kemudian selanutnya akan ditafsirkan dan

(45)

ditransformasi untuk diberi makna yang nantinya akan digabungkan dengan teori yang relevan.

b. Teknik Analisis Kontigensi adalah kegiatan untuk melakukan penemuan pada berbagai sektor keterkaitan data dan pola pada data. Kemudian setelahnya penulis akan menyaijkan berbagai macam data yang selesai dianalsis sebelumnya, dengan menyesuaikan pada ayat di Al-Quran.

c. Teknik menggabungkan atau kolerasi data yang telah diperoleh dari kegiatan analisis pada isi konten dengan data yang sudah diperoleh dari kajian pada metode yang lain. Dalam hal ini peneliti mempergunakan metodologi yang di dalamnya menggunakan pendektana Tahlili untuk mengambil data pada Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 9-13.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Adapun tiga macam teknik trianggulasi yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan untuk kegiatan pengecekan keabshaann pada data, yakni:48

1. Trianggulasi data, adalah kegiatan dimana peneliti menggunakan banyaknya sumber data atau multi data yang memanfaatkan sumber data sekunder..

48 Sugiyono, Metode Penelitian Pedidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2015), h. 373

(46)

2. Trianggulasi metode, yaitu peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menggali data sejenis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tahlili.

3. Trianggulasi teori, adalah kegiatan yang mengulas permasalahan dimana di dalamnya peneliti sedang melakukan pengujian yang menggabungkan berbagai macam teori ilmiah dan teori kajian tafsir.

(47)

36 BAB IV

PENDIDIKAN MULTKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAH AL- HUJURAT AYAT 9-13

A. Konsep Pendidikan Multikutural Perspektif Al-qur’an surah Al-Hujurat ayat 9-10

َٰٓ ا طَٰٓنِإ و

َٰٓ نِمَِٰٓنا ت فِئ

َٰٓ نيِنِم ْؤُمْل ٱ ٱ

َٰٓ اوُل ت تْق

َٰٓ اوُحِلْص أ ف َٰٓ

َٰٓ ا مُه نْي ب َٰٓ

َٰٓ نِإ ف َٰٓ

ََٰٰٓٓ ب

َٰٓ ى دْحِإَٰٓ ْت غ

ََٰٰٓٓى ل عَٰٓا مُه

َٰٓ ى رْخُ ْلْ ٱ

َٰٓ

َٰٓ ق ف

َٰٓ اوُلِت

َٰٓ ىَّت حَٰٓىِغْب تَٰٓىِتَّل َٰٓٱ

َٰٓ ىِف ت َٰٓ

َٰٓ ى لِإَٰٓ ء

َٰٓ ِرْم أ َٰٓ

َٰٓ َِّللَّ ٱ

َٰٓ ا فَٰٓنِإ ف َٰٓ

َٰٓ اوُحِلْص أ فَٰٓ ْت ء

َِٰٓبَٰٓا مُه نْي ب َٰٓ

َِٰٓلْد عْل َٰٓٱ

َٰٓ وُطِسْق أ و

َٰٓ ا

ََّٰٓنِإَٰٓ,

َٰٓ ُّب ِحُيَٰٓ َّللَّ ٱ

َٰٓ ني ِطِسْقُمْل ٱ

َٰٓا مَّنِإ َٰٓ,

َِٰٓلْص أ فٌَٰٓة وْخِإَٰٓ نوُنِمْؤُمْل ٱ

َٰٓ اوُح

َٰٓ ْمُكْي و خ أَٰٓ نْي ب َٰٓ

ََٰٰٓٓ

َٰٓ و ٱ

َٰٓ اوُقَّت

َْٰٓمُكَّل ع لَٰٓ َّللَّ َٰٓٱ . نوُم ح ْرُت

Terjemahnya:

Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.49

Surah Al- Hujurat merupakan salah satu surah madaniyyah yang turun sesudah nabi Muhammad Saw. berhijrah. demikian kesepakatan para ulama. Nama Al-Hujurat terambil dari kata yang disebut pada salah satu ayatnya (ayat 4). Kata tersebut merupakan satu-satunya kata dalam Al-Qur’an sebagaimana nama surah ini

49 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 516

(48)

“Al-Hujurat” adalah satu-satunya nama baginya. Tujuan utamanya berkaitan dengan banyak persoalan tata krama yang menjadi juga asbabun nuzul surah ini. Tata krama terhadap Allah, Rasul, dan sesama muslim, yang taat maupun durhaka dengan sesama manusia. Karena itu terdapat lima kali panggilan Ya Ayyuha Alladzina Amanu terulang pada surah ini, masing-masing untuk kelima objek tata krama itu. Tema lain yang diangkat dalam surah ini adalah motivasi kepada kaum muslimin untuk berupaya menciptakan di antara mereka sesama muslim maupun tidak sesama muslim bahwa orang-orang yang memiliki keimanan itu bersaudara.50

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i mengemukakan terkait poin utama surah ini, bahwa surah ini mengandung tuntunan agama serta prinsip-prinsip moral dengan memperhatikan akan terciptanya kehidupan bahagia bagi setiap individu sekaligus terwujudnya suatu sistem kemasyarakatan yang mantap dan sejahtera.51

Seorang mufassir yang bernama Al-Biqa’i atau yang memiliki nama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribat Ali bin Abi Bakar As-Syafi’i al-Biqa’i.

seorang ahli tafsir pertama yang berhasil menemukan metode keserasian ayat demi ayat bahkan kata demi kata dalam Al-Qur’an. Al-Biqa’i menulis bahwa poin utama dan tujuan surah ini adalah tuntunan menuju tata krama menyangkut penghormatan kepada nabi Muhammmad Saw.52

Surah ini tidak lebih dari 18 ayat tetapi banyak hakikat agung menyangkut akidah dan syariat serta hakikat-hakikat tentang wujud dan kemanusiaan, termasuk

50 Danesynameh Qur’an wa Qur’an Pazyuhi, jilid 2, h.1252

51 DAnesynameh Qur’an wa Qur’an Pazyuhy, jilid 2, h. 1254

52 M, Quraish Shihab, (2002), Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati: Jakarta, h. 568

(49)

hakikat-hakikat yang membuka wawasan yang sangat luas dan luhur bagi hati dan akal.53

Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9 memiliki sebab turunnya ayat karena ada persoalan sedangkan ayat 10 turun tanpa sebab tetapi memiliki hubungan karena pembahasan ayat 10 masih sambungan dari penjelasan ayat 9. Penulis memahami bahwa Al-Qur’an ada yang turun tanpa sebab dan juga diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu dijawab artinya memilliki sebab.

Asbabun nuzul adalah sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang turunnya ayat. dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat, orang dapat mengenal dan menggunakan situasi dan keadaan yang terjadi ketika ayat itu diturunkan, sehingga memudahkan memahami apa yang terkandung dibalik teks-teks ayat suci itu.

Singkatnya penulis mencoba menjelaskan bahwa asbabun nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an karena adanya kasus atau peristiwa yang terjadi maupun pertanyaan yang diajukan untuk diambil hukumnya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Al-Qur’an akan turun meskipun tidak ada asbabun nuzul. Fungsinya untuk menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an turun didahului sebab.

Maka dapat dipahami bahwa turunnya ayat-ayat Al-Qur’an kadang kala memiliki sebab dan ada ayat yang turun tanpa sebab, dikarenakan ada hikmah tertentu dari ayat tersebut. Persoalan demikian serupa dengan pendapat Al-Ja’bari beliau mengklarifikasikan ayat-ayat Al-Qur’an kepada dua macam yaitu ayat yang turun tanpa sebab, dan ayat yang turun karena adanya persoalan.

53 M, Quraish Shihab, (2002), Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati: Jakarta, h. 568

Referensi

Dokumen terkait

Karena Karena perusahaan perusahaan yang yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang menawarkan barang dan jasa memiliki harga yang

Literasi keuangan sebagai pengetahuan perencanaan keuangan untuk mengelola keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan (Chen dan Volpe, 1998) Mengelola keuangan

Kebiasaan belajar yang efektif juga akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari siswa dimana mereka akan senantiasa terbiasa melakukan sesuatu dengan hasil

7) Penerimaan merupakan hasil produksi dikali dengan harga jual, dinyatakan dalam satuan rupiah. 8) Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya total

Berdasarkan gambar di atas yaitu gambar 4.3 dan 4.4, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan masing-masing responden memilih melakukan promosi memiliki bobot terbesar

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah total bakteri (TPC) yang terdapat dalam susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan pernambahan kayu secang 0%, 1% dan 2%

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA 4 KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA MENGACU KURIKULUM SD 2013

Hipotesis penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran yaitu: “Peningkatan kemampuan