• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Hasil

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan)

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Dalam sebuah novel pasti terdapat nilai-nilai pendidikan di dalamnya. Novel merupakan salah satu karya sastra yang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan. Berkaitan dengan nilai pendidikan dalam karya sastra, Edy (1983: 121) mengatakan bahwa sastra harus bersifat mendidik. Tetapi dalam perannya sebagai alat mendidik masyarakat tidaklah harus menggurui atau menunjukkan apa yang hendak dituju oleh seorang atau masyarakat seperti halnya yang terdapat dalam sastra propaganda atau sastra slogan Lektra. Ia dapat berupa sesuatu yang menjadi alat untuk membangkitkan rasa semangat, memulihkan kepercayaan diri sndiri dan melepaskan ketegangan-ketegangan batin. Di sinilah letak edukatif karya sastra.

commit to user

Begitu juga dengan novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Banyak nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Nilai pendidikan yang ada dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong akan bahas secara terperinci di bawah ini.

a. Nilai pendidikan agama

Nilai pendidikan agama merupakan nilai yang luhur yang diterpakan dalam kehidupan beragama di masyarakat. Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sasta sebgaian menyangkut moral, atika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya sifat edukatif (Nurgiyantoro, 2002: 317).

Nilai pendidikan agama yang terdapat pada cerita novel Ayahku (Bukan) Pembohong menceritakan tentang apa itu sebenarnya kebahagiaan yang sejati. Hal tersebut terlihat ketika Ayah Dam tiba diperkampungan para sufi. Sufi adalah orang-orang suci yang tidak pernah memikirkan kehidupan dunia seisinya, namun hanya memikirkan filsafat hidup yang sebenarnya dan menerapkan prinsip-prinsip hidup yang baik dan agung. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Dalam salah satu perjalanan jauh yang pernah Ayah lakukan, Ayah tiba di perkampungan para sufi. Kau tahu apa itu sufi? Sufi adalah orang-orang yang tidak mencintai dunia dan seisinya. Mereka lebih sibuk memikirkan hal lain. Memikirkan filsafat hidup, makna kehidupan, dan prinsip-prinsip hidup yang agung ( ABP: 288). Selain itu juga tentang pemahaman kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan yang datangnya dari dalam diri kita sendiri. Tidak akan keruh meskipun kita mendapatkan cobaan yang menyakitkan. Karena kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari harta, pangkat, kemewahan, kekayaan. Apabila kebahagiaan itu diukur dari hal tersebut maka, ketika semua hal itu hilang dan tidak lagi menjadi milik kita pasti duka yang mendalam akan menyelimuti hati kita dan menjadi keruh berkepanjangan. Hal tesebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“itulah hakikat sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasal dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan

commit to user

cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga dating dari luar. Saat semua itu dating dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh berkepanjangan ( ABP: 291-192).

Penyakit hati yang sering dialami manusia adalah penyakit iri hati. Ketika orang lain mendapakan kesenangan, keberuntungan, dan hadiah pasti manusia yang tidak memiliki pemahaman hidup yang baik tentang kehabagian akan segera iri hati dan gelisah. Padahal semua keberuntungan orang lain tersebut tidak merugikan hidup nya sedikit pun. Itulah contoh manusia yang tidak memiliki hati yang jernih, akan mudah keruh hanya karna masalah yang sepele. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasip baik, dia dengan segera iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang ( ABP: 292).

Dalam memperoleh kebahagiaan yang sejati dan miliki hati yang baik dan jernih tidak lah mudah. Semuanya membutuhkan latihan yang panjang. Hati kita dilatih untuk memiliki air mata sendiri, sehingga tidak akan mudah keruh karena hal-hal duniawi. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Berbeda halnya jika kau punya mata air dendiri di dalam hati. Mata air dalam hati itu konkret, Dam. Amat terlihat. Mata air itu menjadi sumber kebahagiaan tidak terkira. Bahkan ketika musuh kau mendapatkan kesenangan, keberuntungan, kau bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut berbahagia. Karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasip baik, dia dengan segera iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang ( ABP: 292).

b. Nilai pendidikan moral

Nilai pendidikan moral adalah nilai-nilai moral yang baik yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sosial. Moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Widagdo, 2001:30).

commit to user

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong juga terdapat nilai-nilai

pendidikan moral yang baik, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak yang patuh kepada kedua orang tuanya, dan berani meminta maaf ketika ia membuat suatu kesalahan. Hanya anak yang memiliki moral baik yang dapat menyadari bahwa membuat orang tuanya marah merupakan kesalahan terbesar. Apapun alasannya seorang anak tidak berhak membuat marah kedua orang tuanya. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“Maafkan aku yang sebulan terhakir membuatAyah sebal.” Aku tertunduk mengatakan itu, menyeka pipi, entah kenapa kerongkonganku kesat, hendak menangis. “Ayah pernah cerita, Toki si Kelinci Nakal selalu tahu bahwa orang tuanya amat menyayangi dia. Meski harus menaklukan badai salju, melawan kerumunan serigala, menghindari jebakan pemburu, nahka

melewati jembatan terahkir, orangtuanya tetap berusaha

menyelamatkan Toki, senakal apa pun anaknya….Aku tahu, Ayah akan selalu menyayangiku.

“ Maafkan aku yang sudah membuat Ayah membanting pintu semalam sungguh maafkan aku…” kalimatku hilang diujungnya susah sekali menyelesaikannya (ABP: 57-58).

Ketika Dam dan Jarjit sedang beradu renang utuk menyelesaikan masalah mereka selama ini. Ketika detik-detik terhakir mencapai garis finish, jika seorang yang tidak memiliki moral yang baik, tentu akan mengabaikannya dan tidak peduli. Namun Dam, anak yang memiliki pemahaman hidup yang baik dan hati yang baik, tetap dengan rela hati menyelamatnya Jarjit, musuh nya selama ini. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Tidak ada waktu lagi untuk berpikir soal kemenangan, jarjit mengalami masalah, maka aku segera membalik badan. Jarjit berseru seru panik, tersedak, meminum air lebih banyak. Jarakku tinggal lima meter. Kepala jarjit mulai tengelam. Tubuhnya sudah tenggelam saat aku berhasil menyambar tanganya, bergegas menyeretnya ke pinggir kolam ( ABP: 71).

Biasanya anak-anak akan cepat marah bila digangu oleh temannya. Apalagi diolok-olok oleh temannya sendiri. Namun berbeda dengan sosok Dam, yang selalu sabar atas olok-olokkan yang dilakukan oleh jarjit. Karena ia memiliki ayah yang hebat, ayah yang senantiasa mendidiknya dengan cerita-cerita yang

commit to user

baik sehingga menjadikannya anak yang memiliki pemahaman hidup yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Wajah jarjit yang justru sekarang berubah mengelembung jengkel. Aku mengusap wajahku yang basah oleh air hujan. Itulah kenaoa aku selama ini senang dengan cerita-cerita Ayah. Lihatlah, Jarjit bukan jengkel karena dipanggil pelatih, ia jelas-jelas jengkel karena gagal membuatku jengkel padahal ia yang menzalimi (ABP: 24-25).

Dam setelah dewasa, tetap tumbuh menjadi anak yang baik. Karena sejak kecil memang ia dibesarkan oleh seorang ayah yang memiliki pemahaman hidup yang baik pula. Sehingga selalu peduli dengan orang lain dan selalu berbuat kebaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Ini putra kalian?” ibu yang mengendong si kembar bertanya. Ayah mengangguk, tersenyum ramah. “Benar. Apa putra kami sudah merepotkan?”

Ibu yang menggendong si kembar tersenyum, menggeleng.

“aku berharap empat anak-anakku akan besar seperti dia. Anak yang baik hati.”

Bapak si kembar ikut tersenyum, menjulurkan tangan. “senang berkenalan dengan kalian.”(ABP:116-117).

Dam karena ia tumbuh menjadi anak yang memiliki budi perkerti baik, maka ia senantiasa membantu orang lain. Namun Dam tidak pernah menyombongkan diri, dia selalu rendah hati terhadap siapa saja. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang perjalanan.” Nenek itu tertawa renyah, menunjuk-nunjukku, menyuruh keluaranya menyalamiku.

Aku sedikit kaku menerima juluran tangan enam-tujuh orang. Sebenarnya aku tidak melakukan apa pun. Nenek itu itu melakukan perjalanan sendirian, ia bilang punggungnya sakit kalau terlalu lama duduk. Aku memberikan separuh kursiku padanya agar ia bisa bersandar (ABP: 172-173).

Demi keinginannya untuk mengumpulkan uang guna perwatan ibu nya yang sakit, Dam rela bekerja diperkampungan penduduk sehabis selesai sekolah. Hal tersebut dilakukan karena Dam ingin melihat ibunya yang sering sakit karena penyakit bawaan bisa sembuh. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

commit to user

Esok harinya aku mulai bekerja diperkampungan penduduk. Kalimat salah satu nelayan yang kutemui di danau benar. Ada banyak pekerjaan yang tersedia. Aku bisa membantu mengurus ternak sapi, muali dari member makan, memandikan, memeras, hingga menjual hasil perasan susu kepedangan dari kota lain. Selain gaji mengurus ternaknya, pemilik ternak memberikan bonus atas setiap gallon susu yang kujual ( ABP: 205).

Aku tersenyum riang. Cacatanku semakin panjang. Jumlahnya semakin banyak. Sudah sepuluh kali lipat dibandingkan harga tiket kelas VIP saat menontong sang Kapten dulu. Semoga persis saat meninggalkan asrama, menyelesaikan masa SMA-ku, uang ini cukup untuk biaya perawatan ibu. Aku menatap bayang-bayang hutan yang mulai gelap dari jendela kamar, bintang gemintang bersinar di angkasa.

Ibu akan sembuh (ABP: 208-209).

Seorang yang memiliki moral yang baik, pasti akan selalu dikelas baik dimana saja. Apabila kita sudah memiliki nama yang baik dimata semua orang dengan kebaikan yang kita miliki, orang lain akan dengan senang hati menolong kita saat kita membutuhkan pertolongan tanpa harus meminta. Karena tibiat orang baik dimana-mana akan senantiasa dikenal. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Tidak semua cerita Ayah buruk, Dam. bahkan itu bisa mendidik anak-anak lebih baik. Kau lupa, kau mewarisi tabiat baik dari cerita-cerita itu. Seluruh penghuni kompleks ini mengenal kau. Dam yang ramah, baik hati, dan ringan tangan membantu. Dam selalu menyapa, Dam pandai mendamaikan pertengkaran. Coba kau Tanya sopir angkutan umum di terminal, mereka tahu rumah Dam sang arsitek tidak? Mereka bahkan dengan senang hati mengantar tamu yang bertanya ke rumah kita. Dan kau lupa, Ayah dikenal seluruh kota sebagai pegawai yang jujur dan sederhana. Dia tidak kaya. Dia bukan pejabat tinggi, tetapi martabatnya tidak tercela. Tidak pernah berbohong.”(ABP: 273).

c. Nilai pendidikan sosial

Nilai pendidikan sosial merupakan cerminan kebaikan yang ditunjukan kepada orang lain. Hasan dan Salladin (1996:83) menyatakan nilai sosial adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh kelompok untuk memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Seseorang sebagai mahkluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri. Maka dari itu seorang harus memiliki jiwa sosial agar hidup ini

commit to user

menjadi lebih baik. Dalam novel ini juga ditampilkan nilai pendidikan sosial yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca.

Nilai pendidikan sosial, pasti memiliki keterkaitan hubungan dengan orang lain. Dam adalah seorang anak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Saat ia bersekolah di akademi gajah, ia membatu teman-teman nya yang ingin ikut bekerja untuk mengisi waktu luang setelah pelajaran sekolah usai, biasanya pada waktu sore hari. Hal tersebut terdapat pada uraian di bawah ini.

“ itu bisa manjadi pengalaman yang seru, belajar sekaligus bekerja yang sebenarnya. Teman-teman juga membutuhkan bersosialisasi dengan penduduk, bisa menjadi bagian mengisi waktu senggang. Aku pikir itu sama sekali tidak akan menganggu aktivitas belajar.” Kepala sekolah berpikir sejenak, lantas mengajukan syarat tambahan. Aku menyetujuinya. Maka esok harinya aku memasang pengumuman tentang kesempatan bekerja di perkampungan bagi siapa saja yang berminat (ABP: 205-206).

Pemahaman hidup yang baik, pasti akan menjadikan jiwa ini menjadi jiwa yang senantiasa pedulu dengan orang lain. Hal itu tampak pada sikap Dam saat mengantri membeli makanan di kampus. Dia dengan sabar memberikan anteriannya kepada orang lain, padahal ia lebih dulu mengantri. Seorang yang tidak memiliki jiwa sosial yang tinggi pasti akan marah jika terjadi hal seperti itu. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Kau pasti Dam.” Gadis itu sudah tertawa. “Tidak ada mahasiswa yang akan ringan hati memberikan anterian pada selusin perempuan yang ketawa-ketiwi, hanya tersenyum saat petugas kantin bilang tidak ada kembalian, atau sekedar menyeringai datar ketika mejanya diserobot. Tidak ada orang dengan kebaikan sedetail itu. Kau pasti Dam. Astaga, kau sekarang terlihat berbeda sekali.”(ABP: 245).

Dokumen terkait