• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai normal 30 sampai 60 kali per menit, pernapasan diafragma disertai gerakan dinding abdomen (Varney, 2007

Dalam dokumen Fatihah Rizqi BAB II (Halaman 63-80)

h.891)

b. Suhu

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah, suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5o C – 37,5o C (Muslihatun, 2009 h.31).

c. Kulit

Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal. Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.

d. Buang Air Besar

Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama kehidupan adalah berupa mekonium. Mekonium adalah

eskresi gastro intestinal bayi baru lahir yang diakumulasikan dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas : mukus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak, dan pigmen empedu. Mekonium ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekonium yang telah dikeluarkan dalam 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium tidak keluar, bidan/petugas kesehatan harus mengkaji kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.

Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari. Bayi yang diberi ASI, fese menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau.

e. Tali pusat f. Refleks

Refleks yang terdapat pada neonatorum normal menurut Sondakh (2013 h.154), yaitu :

1) Reflek morro

Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan ke atas dan ke bawah, seakan memeluk seseorang.

2) Reflek tonicneck

Anak akan mengangkat leher dan menoleh ke kanan/kiri jika ditekankan pada posisi tengkurap.

3) Reflek rooting

Sentuhan pipi atau bibir yang menyebabkan kepala menoleh ke arah sentuhan.

4) Reflek sucking

Timbul bersama-sama dengan rangsangan pipi untuk menghisap puting susu dan menelan ASI.

5) Reflek grasping

Bila jari diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup telapak tangan tadi.

6) Reflek babinsky

bergerak ke atas dan jari lainnya akan membuka.

6. Penanganan bayi baru lahir

Penanganan segera bayi baru lahir menurut Saifuddin (2009 h.133-135) adalah:

a. Membersihkan jalan nafas

Apabila bayi baru lahir tidak langsung menangis, penolong harus segera membersihkan jalan nafas. Bila bayi setelah 1 menit tidak bisa bernafas spontan maka penolong melakukan resusitasi. b. Memotong dan merawat tali pusat

Sebelum tali pusat dipotong penolong memastikan bahwa tali pusat diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan. c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.

d. Memberi vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K maka semua bayi baru lahir normal diberi vitamin K per parenteral dengan dosis 0,5 mg-1 mg IM.

7. Masalah yang sering timbul

Masalah yang sering timbul menurut Saifuddin (2009 h.338-339), adalah :

F. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2000 gram.

G. Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir

H. Infeksi adalah penyakit yang disebabakan karena masuknya bibit penyakit.

I. Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, cacat sejak dalam kandungan.

8. Manajemen Bayi Baru Lahir

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu waktu hamil dan pada proses persalinan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat (Saiffudin, 2009 h.133).

Menurut Prawirohardjo (2009 h.367-373) manajemen awal pada bayi baru lahir adalah :

a. Mengatur Suhu

b. Inisiasi menyusui dini

c. Mengikat dan Memotong Tali Pusat d. Perawatan Tali pusat

e. Profilaksi Mata f. Pemberian Vitamin K

g. Pengukuran berat dan panjang badan h. Memandikan bayi

9. Komplikasi BBL menurut Manuaba (2010, h;421) a. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

b. Caput suksedaneum

Caput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama terletak di dasar panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari pertama. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan apapun.

c. Cepalhematoma

jelas pada satu tulang tengkorak. Cepalhematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan cunam (forsep).

d. Perdarahan subkonjungtiva

Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada persalinan spontan. Perdarahan ini tidak menimbulkan bahaya dan akan diserap setelah beberapa hari.

e. Paralisis pleksus brakialis

Paralis ini dapat terjadi pada tarikan kepala yang terlalu berat, sehingga merusak pleksus brakialis.

f. Perdarahan jaringan otak

Perdarahan pada jaringan otak dapat disebabkan oleh hipoksia primer semenjak kehamilan dan trauma persalinan. Gejala perdarahan jaringan otak adalah asfiksia berat, kulit pucat, sesak nafas, tangis merintih, muntah, dan dapat terjadi kejang.

g. Fraktur tulang klafikula

Sering terjadi pada kesulitan persalinan bahu. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan refleks moro hilang.

h. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifuddin, 2009 h; 376).

i. Ikterus

Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya.

9. Kunjungan BBL

Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali, yaitu :

a. Kunjungan Neonatus I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir

a) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibu serta dalam ruangan yang sama.

b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan dalam 1 ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus. b. Kunjungan neonatus II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan

7 hari

a) Menilai pertumbuhan bayi b) Pemberian minuman dan nutrisi c) Pemberian ASI eksklusif

c. Kunjungan neonatus III (KN III) pada hari ke 8-28 hari

F. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanankan di pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah.

G. Pemeriksaan neonatus dilakukan di dekat ibu bayi didampingi ibu atau keluarga saat dilakukan pemeriksaan.

Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI Eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB 0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan saat lahir).

E. KONTRASEPSI

Manfaat Kontrasepsi secara umum adalah disamping dapat mencegah dan menjarangkan kehamilan dapat juga menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita (Hartanto, 2008).

Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi secara terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan. 1. Macam-Macam Kontrasepsi

Kontrasepsi dapat dibagi menurut macam-macamnya yaitu: a. Kontrasepsi Non Hormonal

Suatu metode kontrasepsi tanpa menggunakan alat yang penggunaannya tanpa membutuhkan bantuan orang lain ataupun obat-obatan (Manuaba, 2010 h.593). Metode kontraspsi non hormonal meliputi:

1) Senggama terputus

Metode senggama terputus merupakan cara kontrasepsi yang paling lama dikenal manusia, metode ini dilakukan dengan cara pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Jadi pada saat pria mencapai ejakulasi, alat kelaminnya berada diluar vagina, sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina.

III. Manfaat senggama terputus antara lain: a. Tidak mengganggu produksi ASI

b. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya

c. Tidak ada efek samping d. Dapat digunakan setiap waktu

e. Tidak membutuhkan biaya

IV. Keterbatasan senggama terputus antara lain:

a. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual b. Efektifitas akan jauh menurun pada koitus berulang

(repeated coitus)

c. Pembilasan pasca senggama (postcoital douche) Pembilasan pasca senggama adalah pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa tambahan larutan obat-obatan lain segera setelah coitus. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Metode ini mempunyai efektifitas yang kurang, karena dimungkinkan sebelum dilakukan pembilasan, spermatozoa dalam jumlah yang besar sudah memasuki serviks uteri. 2) Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation)

Metode ini merupakan metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif digunakan oleh ibu pasca persalinan. Metode ini mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Metode ini dilakukan dengan memberi ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Mekanisme dari metode ini adalah pemberian ASI mampu meningkatkan produksi prolaktinemi dan prolaktin yang menekan adanya ovulasi. Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, masa tidak subur dapat diperpanjang sampai 6 bulan pasca persalinan. Keuntungan dari metode ini adalah tingkat efektifitas yang tinggi (98 % pada 6 bulan pasca persalinan), praktis dan tanpa biaya serta tidak menimbulkan efek secara sistemik.

3) Pantang berkala

Metode ini dilakukan dengan cara pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu, ketika ibu dapat menjadi hamil (Saifuddin, 2010). Masa subur ibu terjadi 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah fase ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi pada 12 – 16 hari sebelum haid berikutnya. Kesulitan dari penggunaan metode ini adalah

sulitnya memprediksi waktu yang tepat dari ovulasi, khususnya pada wanita yang mempunyai siklus haid tidak teratur. Wanita dengan siklus haid tidak teratur sulit bahkan tidak bisa diprediksi kapan ovulasi terjadi. Manfaat dari metode ini adalah tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping sistemik dan murah.

4) Kontrasepsi secara mekanis (metode barrier)

Kontrasepsi secara mekanis adalah dengan

menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Alat yang digunakan oleh pria adalah kondom, sedangkan pada wanita, alat yang digunakan adalah diafragma vaginal.

a) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, dantaranya lateks (karet) atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom berbentu silinder dengan muara berpinggir tebal yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu (Saifuddin, 2010).

Cara kerja kondom adalah dengan menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis. Kondom juga dapat mencegah penularan mikroorganisme (HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya). Efektifitas dari kondom tergantung dari mutu dan kualitas kondom tersebut. Selain itu, banyak pasangan yang kurang menyukai penggunaan kondom karena dianggap dapat mengurangi kenikmatan hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung. Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik, murah, tidak perlu resep dokter atau tenaga kesehatan dan merupakan metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

b) Diafragma vaginal

Diafragma vagina terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Ukuran diafragma yang beredar di pasaran mempunyai diameter 55-100 mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan digunakan ditentukan secara individual.

Penggunaan diafragma vaginal adalah dengan

memasukkan diafragma ke dalam vagina sebelum hubungan seksual dilakukan untuk menjaga sperma jangan sampai masuk ke dalam uterus. Selain untuk menahan sperma, diafragma juga dilapisi spermaside (Saifuddin, 2010).

Manfaat dari penggunakan diafragma pada dasarnya sama dengan kondom. Keterbatasan alat ini adalah diperlukannya motivasi yang cukup kuat bagi wanita untuk menggunakan diafragma, umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar, tidak cocok untuk penggunaan secara massal, tingkat kegagalan yang lebih tinggi, perlu pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan untuk memastikan ketepatan pemasangan, dapat menimbulkan reaksi alergi pada wanita yang sensitif, pada 6 jam pasca hubungan alat masih harus berada di posisinya (Saifuddin, 2010)

c) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida dapat dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal, suppositoria, dissolvable film dan krim (Manuaba, 2010 h.597).

Cara kerja spermisida adalah dengan memecah sel membran sperma, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin, 2010). Penggunaan setiap jenis spermisida tidak sama,

spermisida berbentuk busa efektif setelah insersi, sedangkan tablet vagina, supppsitoria dan film penggunaannya menunggu 10-15 menit. Lama kerja spermisida pada umumnya hanya 20 menit – 1 jam setelah pemasangan. d) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti. Pendapat ahli yang paling banyak menyebutkan bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Manuaba, 2010 h.610). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa cara kerja AKDR adalah dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii dan mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

Keuntungan yang didapat dari penggunaan AKDR adalah efektifitasnya sangat tinggi, dapat efektif langsung setelah pemasangan, merupakan metode jangka panjang, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang sesudah melahirkan, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obata-obatan lain, kontrol medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat dan segera pulihnya kesuburan setelah AKDR di cabut (Manuaba, 2010 h.612).

AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna. Hal ini disebabkan AKDR juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu dapat menimbulkan efek samping (berupa perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, kejang dan nyeri di perut, dismenorhea, dan dapat menimbulkan gangguan pada suami saat senggama), dapat menimbulkan beberapa komplikasi (infeksi, perforasi dinding uterus dan perdarahan berat saat haid), tidak dapat

mencegah penularan penyakit seksual, tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau wanita yang sering berganti pasangan, dapat menguras protein tubuh sehingga liang senggama menjadi lebih basah (Manuaba, 2010). AKDR tidak dapat dilepas sendiri dan dapat keluar dengan sendirinya, tidak semua wanita dapat menggunakan metode ini serta tali AKDR dapat menimbulkan melukai portio uteri.

b. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone (Hartanto, 2008). Beberapa macam metode kontrasepsi yang menggunakan kontrasepsi hormonal, antara lain :

H. Pil Kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif. Pil kombinasi mempunyai 3 jenis, yaitu

monofasik (mengandung hormon aktif dalam dosis yang sama),

bifasik (mengandung hormon aktif dalam dua dosis yang berbeda) dan trifasik (mengandung hormon aktif dalam tiga dosis yang berbeda). Cara kerja dari pil kombinasi adalah dengan menekan ovulasi, mencegah implanttasi dan mengentalkan lendir servik sehingga sperma tidak dapat melaluinya.

Tidak semua wanita dapat menggunakan metode ini. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah yang hamil atau dicurigai hamil, sedang menyusui eksklusif, terdapat perdarahan pervagina yang belum diketahui penyebabnya, mempunyai penyakit hati akut, perokok dengan usia > 35 tahun, mempunyai riwayat penyakit jantung, riwayat gangguan jantung, stroke atau tekanan darah tinggi, riwayat kencing manis, dicurigai atau mempunyai kanker payudara, riwayat migrain dan gejala neurologik lokal serta tidak mempunyai keyakinan dapat menggunakan pil setiap hari.

Efektifitas kontrasepsi pil kombinasi sangat tinggi, yaitu hampir sama dengan tubektomi (hanya 0,1 – 0,4 per 100 wanita

pada tahun pertama penggunaan), selain itu risiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, dapat mencegah dismenorhea dan anemia, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause, mudah dihentikan setiap saat dan kesuburan dapat kembali muncul segera setelah penghentian penggunaan (Saifuddin, 2010).

Kontrasepsi pil kombinasi selain mempunyai banyak manfaat, metode ini juga mempunyai keterbatasan, yaitu mahal, membosankan karena penggunaannya setiap hari, dapat menimbulkan mual (terutama 3 bulan pertama pemakaian), dapat menimbulkan pusing, nyeri payudara, berat badan dapat naik, amenorhea, mempengaruhi pemberian ASI kepada bayi dan dapat meningkatkan tekanan darah (Saifuddin, 2010).

I. Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo

medrolsiprogesteron dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (Intra Muscular) sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg

noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injkesi IM sebulan sekali. Cara kerja dari metode ini adalah membuat lendir servik menjadi kental, menghambat transportasi gamet oleh tuba dan menimbulkan atrofi endometrium sehingga implanttasi terganggu.

Efektifitas metode ini sama dengan pil kombinasi. Selain itu keuntungan dari metode suntikan kombinasi adalah tidak memerlukan pemeriksaan dalam, dapat digunakan dalam jangka panjang, efek samping sangat kecil dan tidak membosankan. Keterbatasan dan kontraindikasi dari metode ini sama dengan metode kontrasepsi pil kombinasi (Saifuddin, 2010).

J. Suntikan Progestin

Kontrasepsi suntikan progestin mempunyai 2 jenis suntikan, yaitu: e. Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA)

f. Depo noretisteron enanta (Depo Noristerat)

Cara kerja dan efektifitas dari suntikan progestin sama dengan metode hormonal lainnya. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila menggunakan metode ini adalah tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, tidak mempengaruhi pemberian ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat, dapat digunakan pada wanita usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,

mencegah beberapa penyebab radang panggul, tidak

mengganggu hubungan seksual dan menurunkan krisis anemia. Keterbatasan dari metode ini adalah sering ditemukan gangguan haid, klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan untuk suntikan ulang, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalah berat badan merupakan efek samping tersering, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang dan pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang, kekeringan vagina, penurunan libido, sakit kepala dan jerawat (Saifuddin, 2010).

K. Pil Progestin

Kontrasepsi ini sangat cocok untuk ibu menyusui yang ingin memakai pil KB karena sangat efektif pada masa laktasi dan dosisnya yang rendah tidak mengganggu produksi ASI. Cara kerja dari pil progestin adalah dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implanttasi lebih sulit,

mengentalkan lendir serviks dan mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu (Saifuddin, 2010).

Efektitas pil progestin sangat tinggi, yaitu mencapai 98,5 % apabila penggunaan secara teratur. Lupa meminum satu minipil dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali setelah penghentian pemakaian, nyaman dan mudah digunakan, dapat dihentikan setiap saat dan tidak mengandung estrogen.

Keterbatasan dari metode ini adalah hampir 60 % akseptor mengalami gangguan haid, adanya peningkatan berat badan, harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama sehingga dapat membosankan dan bila lupa satu pil saja, maka kegagalan sangat besar.

L. Implant

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone

(polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit tergantung jenis implant, yaitu :

3. Norplant, sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm, diameter 2,4 mm dan berisi 36 mg

levonorgestrel. Daya kerja norplan adalah 5 tahun.

4. Implanton, sebanyak 1 batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter 2 mm, yang berisi 68 mg

3-keto- desogestrel. Lama kerja implanton adalah 3 tahun.

5. Jadena dan Indoplan sebanyak 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Keuntungan implantt adalah daya guna tinggi, efektiftas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan cepat, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu aktifitas seksual, tidak

mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keterbatasan implantt adalah sering menyebabkan gangguan dan perubahan pola haid, nyeri kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, sakit kepala, membutuhkan pembedahan minor untuk pemasangan implantt, tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya dan keefektifannya menurun apabila akseptor mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis (rifampicyn) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat).

3. Penapisan calon akseptor Keluarga Beerencana

a. Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant) Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor baru kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien apakah hari pertama haid terkahir 7 hari atau lebih, menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin, mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama, ikterus pada kulit atau sklera mata, nyeri kepala hebat atau gangguan visual, nyeri hebat pada betis, paha atau dada, tungkak bengkak, tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik), terdapat massa atau benjolan pada payudara, sedang minum obat-obatan epilepsi. Jika didapati salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi hormonal tidak dianjurkan/tidak diperbolehkan.

b. Penapisan kontrasepsi AKDR

Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor

Dalam dokumen Fatihah Rizqi BAB II (Halaman 63-80)

Dokumen terkait