A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2009; h.213) kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari )
dihitung dari hari pertama haid terkahir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan
ketiga dimulai dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Saifuddin, 2006; h.89)
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan
adalah penyatuan spermatozoa dan ovum atau hasil konsepsi yang
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama
haid terkahir yang diakhiri dengan keluarnya hasil konsepsi atau janin.
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Marmi (2011; h.101) menyatakan tanda dan gejala kehamilan
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan
1)
Amenorea (tidak dapat haid)Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama
haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai
2)
Mual dan MuntahBiasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
“morning sickness” (Prawirohardjo, 2010; h.89).
3)
Mengidam (ingin makanan khusus)Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan
tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan
(Prawirohardjo, 2010; h.89).
4)
PingsanBila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu
(Prawirohardjo, 2010).
5)
Anoreksia (tidak ada selera makan)Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi (Prawirohardjo, 2010;
h.90).
6)
Mamae menjadi tegang dan membesar.Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara
(Prawirohardjo, 2010; h.90).
7)
Sering MiksiSering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin (Prawirohardjo, 2010; h.91).
8)
Konstipasi atau obstipasiIni terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar (Prawirohardjo, 2010, h;91).
9)
Pigmentasi (perubahan warna kulit)Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang
pada perut bagian bawah (Prawirohardjo, 2010; h.91).
b. Tanda kemungkinan kehamilan
1)
Perut membesarSetelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar
dan mulai pembesaran perut (Marmi, 2011; h.104).
2)
Uterus membesarTerjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari
rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan bentuknya makin lama makin bundar (Marmi,
2011; h.104).
3)
Tanda HegarKonsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus
pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang
dan lebih lunak (Marmi, 2011; h.104).
4)
Tanda ChadwickPerubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada
vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen (Marmi, 2011; h.104).
5)
Tanda PiscaseckUterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah
satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran
(Marmi, 2011; h.104).
6)
Tanda Braxton-HicksBila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang
membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma
7)
Teraba ballotemenMerupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah
tanda adanya janin di dalam uterus (Marmi, 2011; h,104).
8)
Reaksi kehamilan positifCara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat
membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin
(Marmi, 2011; h.104).
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin
3) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec 4) Dicatat dan didengar dengan alat doppler 5) Dicatat dengan foto elektro kardiogram
6) Dilihat pada ultrasonograf.
7) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Marmi, 2011;
h.105)
3. Perubahan anatomi dan fisiologi
Anatomi adalah ilmu tentang setruktur tubuh dan hubungan antar
bagianya, sebagian besar didasarkan pada potongan tempat nama
tersebut diperoleh dari 2 potongan tubuh yang terorganisasi (Dorland,
2010 h.103).
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian
besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap
janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua dari
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai. Pemahaman tentang
perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan merupakan salah
satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mungkin dapat
mengerti proses penyakit yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas
ini (Prawirohardjo, 2010 h.78). Dibawah ini perubahan anatomi dan
fisiologi yang terjadi pada ibu hamil yaitu:
H. Sistem Reproduksi
1) Uterus
a)
Ukuran, pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterusadalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari
4.000 cc. Hamil ini memungkinkan adekuatnya
akomondasinya pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos
rahim, serabut-serabut kolagenya menjadi higroskopik,
dan endometrium menjadi desidua. Jika penambahan
ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel
berikut ini (Sulistyawati, 2009 h.35).
Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per 3 Jari
Usia Kehamilan (Minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat-xiphoideus (px).
Sumber : Sulistyawati (2009 h.35)
b) Berat, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir bulan.
Tabel 2.2 Uterus Berdasarkan Usia Bentuk Kehamilan
Usia Kehamilan
Bentuk dan Konsistensi Uterus
Bulan pertama Seperti buah alpukat.
Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak, keadaan ini yang disebut tanda hegar.
2 bulan Sebesar telor bebek.
3 bulan Sebesar telor angsa.
4 bulan Berbentuk bulat.
5 bulan Rahim teraba seperti cairan ketuban, rahim terasa tipis,
c) Posisi rahim dalam kehamilan.
(1) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi
atau retrofleksi.
(2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam
rongga pelvis.
(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang
dalam pembesaranya dapat mencapai batas hati.
(4) Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
(5) Vaskularisasi, arteri uterina dan ovarika bertambah
dalam diameter, panjang, dan anak-anak
cabangnya, pembuluh darah vena mengembang
dan bertambah.
(6) Serviks uteri, bertambah vaskularisasinya dan
menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan
tanda goodle. Kelenjar endoservikal membesar dan banyak mengeluarkan cairan muskus, oleh karena
pertambahann dan pelebaran pembuluh darah,
warnanya menjadi livid, dan ini disebut tanda
Chadwick (Sulistyawati, 2009 h.36). 2) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berrperan sebagai penghasilan progesterone
dalam jumlah yang reltif minimal. Relaksin, suatu hormon
protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I dan II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi utamanya
adalah dalam proses remodeling, Jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan
dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum
efek pada perubahan stuktur biokimia serviks, dan kontraksi
miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterem
(Prawirohardjo, 2010 h.90).
3) Vagina dan perineum.
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan
hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perenium
dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jarinan
ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. Dinding vagina
mengalami banyak perubuhan yang merupakan persiapan
untuk mengalami pereganggan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.
Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran
seperrti paku sepatu (Prawirohardjo, 2010 h.90)
I. Sistem kardiovaskular.
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu
ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga
terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan
perubahan pada aloran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga
akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan
estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskular perifer
(Prawirohardjo, 2010 h.91)
J. Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal berkerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau
lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu
keginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktifitas ginjal meningkat ketika berbaring
dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada
saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin
berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring atau tidur. Pada
akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar
terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring
mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah
dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung
(Sulistyawati, 2009 h.40).
K. Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering
mengalami rasa panas di dadda dan sendawa, yang kemungkinan
terjadi karena makanan lebih lama berada didalam lambung dan
karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali kekrongkongan.
Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika
sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membalik
karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit (Sulistyawati,
2009 h.40).
L. Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan
tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,
peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang
kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari
diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena
kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan
janin, dan berpusat saat kehamilan akan memproduksi lebih
banyak ketosis yang dikenal “cepat merasakan lapar “ yang
Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500
mg dibutuhkan untuk meningkatkan masa sel darah merah dan
300 mg untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki
usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang
keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5
mg/hari. Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar
kolestrol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon
somatotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak
pada payudara. Deposit lemak lainnya tersimpan di badan, perut,
paha, dan lengan. Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan
untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir
dibutuhkan 30-40 gram.
2) Fosfor, Dibutuhkan rata-rata 2 gram / hari.
3) Air, Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
M. Perubahan sistem Muskuloskeletal
Estrogen dan Progesteron member efek maksimal pada
relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi
ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuanya
menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat
kelahiran ligament pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan
menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen.
Simpisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32
minggu dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis
sebagai pengganti bagian belakang. Adanya sakit punggung dan
ligament pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat meningkatnya pembesaran uterus.
Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan pembesaran uterus
kedepan karena tidak adanya otot abdomen (Sulistyawati, 2009
N. Perubahan pada kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak di kulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling putting susu,
sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis
gelap, yaitu spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-laba) biasa muncul di kulit, dan biasanya di
atas pinggang.
Pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering
kali tampak di tungkai bawah. Pembesaran rahim menimbulkan
peregangan dan menyebabkan robekan serabut elastik di bawah
kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum atu striae lividae.
Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan
gemili, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada
linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai Lenea nigra. Adanya vaso dilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009 h.42).
O. Perubahan pada payudara
Payudara sebagai organ target untuk proses laktassi
mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin
lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah
sebagai berikut.
1) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan
berat.
2) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.
3) Bayangan vena-vena lebih membiru.
4) Hiperpigmentasi pada areola dan putting susu.
5) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum)
berwarna kuning (Sulistyawati, 2009; h. 42).
P. Perubahan pada sistem endokrin.
Selama siklus menstruasi normal, Hipofisis anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicel stimulating hormone (FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah
dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk
memproduksi progesteron. Progesteron dan estrogen merangsang
proliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya
mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plansenta, yang
terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah
pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum
untuk memproduksi estrogen dan progesterone (Sulistyawati, 2009
h.42).
Q. Perubahan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan berat badan.
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut
tinggi badan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh
(IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi
selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika
terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin intra uteri (Intra-Uterin growth retardation-IUGR). Disarankan untuk ibu primigravida untuk tidak
menaikan berat badan’ya lebih dari 1 kg per bulan. Perkiraan
peningkatan berat badan yang dianjurkan 4 kg pada kehamilan
trimester I, 0,5 kg per minggu pada kehamilan trimester II sampai
III, totalnya 15-16 kg (Sulistyawati, 2009 h.43).
R. Perubahan sistem pernafasan.
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya
ruang rahim dan pembentukan hormon progesterone
menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya.
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.
Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran
pernapasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak
tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan
tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini.
Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah
d) Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan
terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuhkembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2010 h.75).
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung
20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh (Fillicle Stimulating Hormone) FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium meyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak
sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga
faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju
uterus. Dengan pengaruh (Luteinizing Hormone) LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum
yang disebut ovulasi (Manuaba, 2010 h.75).
b. Spermatozoa
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang
kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperm yang
mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk
spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit
gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan
ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlangsung seperti uraian dibawah ini:
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata, yang mengandung persendian nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona peludisa.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang
paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel
yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama
di dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis
dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjasi proses
kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan
perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa akan
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis
korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik.
Setelah kepala spermatozoa masuk kedalam ovum, ekornya
lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot (Manuaba,
2010 h.77-79).
6) Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam
sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses
pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
“telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”.
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan beremu
dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun
wanita.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu
membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan
dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju
uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula
terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disebut
blastula. Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung,
blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas
telah siap untuk mengadakan nidasi (Manuaba, 2010
h.79-80).
d. Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada sebagian fundus uteri didinding
depan atau di belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang
tumbuh tidak merata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass
akan tertanam dalam endometrium sel trofoblas menghancurkan
endometrium sampai terjadipembentukan plasenta yan berasal dari
primer vili korealis.
Nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan
diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk
“entoderm” dan “yolk sac” (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ectoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embrional
plate) terbentuk di antara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong
yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsure ectoderm, entoderm dan mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga
jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan
berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa dan sum-sum tulang. Pada minggu kedua sampai
minggu ketiga, terbentuk bakal jantug dengan pembuluhdarahnya yang
menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat didteksi
ultrasonografi atau system Doppler (Manuaba, 2010 h.82-83).
e) Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III
Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester I, II, dan III menurut
Marmi (2011 h.130) adalah:
a. Nause (Mual)
Tindakan untuk meredakan morning sickness dapat berupa: f. Makan dengan porsi kecil, sering bahkan setiap 2 jam, karena
hal ini lebih mudah dipertahankan daripada makan porsi
besar tiga kali sehari.
g. Hindari makanan yang beraoma kuat atau menyengat.
h. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari
tempat tidurdi pagi hari.
i. Istirahat.
b. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun
penyebabnya belum diketahui. Metode yang dapat dilakukan untuk
meredakan rasa letih tersebut adalah:
F. Meyakinkan pada ibu hamil bahwa keletihan merupakan
suatu hal yang normal dan akan hilang secara spontan pada
kehamilan masuk trimester kedua.
G. Sering beristirahat siang hari jika waktu memungkinkan.
H. Latihan tingan dan nutrisi yang baik dan mencukupi
kebutuhan ibu hamil.
I. Nyeri Punggung Bagian Atas (Non Patologis)
Nyeri punggung yang dimaksud merupakan suatu kondisi
yang normal terjadi pada trimester pertama. Hal tersebut
diakibatkan karena meningkatnya ukuran payudara yang
membuat payudara menjadi berat. Metode untuk mengutangi
rasa nyeri ini adalah:
a) Berlatih dengan mengangkat panggul, hindari
ketidaknyamanan karena pekerjaan, sepatu dengan hak
tinggi, mengangkat bebean berat dan keletihan.
b) Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
c. Sakit punggung bagian bawah
Terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Cara
meringankan adalah:
1) Hindari sepatu atau sandal berhak tinggi.
2) Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
3) Hindari tidur terlentang terlalu lama karena dapat
menyebabkan sirkulasi darah menjadi lambat.
d. Leukorea (Keputihan)
Leukorea merupakan sekresi vagina dalam jumah besar dengan konsistensi kental atau cair yang dimulai dari trimester
pertama, sebagai bentuk dari hiperplasi mukosa vagina. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan adalah:
1) Memperhatikan kebersihan tubuh pada area genital.
2) Membersihkan area genital dari arah depan kebelakang.
3) Mengganti celana dalam secara rutin.
4) Tidak menggunakan semprot untuk menjaga area genitala.
e. Sering berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester pertama,
dimungkinkan karena terjadinya peningkatan berat pada rahim
sehingga membuat istmus menjadi lunak (tanda hegar), hal ini menyebabkan posisi rahim menjadi antefleksi sehingga menekan
kandung kemih secara langsung. Sedangkan pada trimester ketiga
paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening
terjadi. Lightening menyebabkan bagian terendah janin menurun
masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada
kandung lemih. Metode untuk mengatasi masalah ini adalah:
1) Banyak minum pada siang hari.
2) Membatasi minuman yang mengandung bahan cafein (teh,
f. Edema dependen
Terjadi pada trimester II dan III. Cara meringankan atau
mencegah adalah:
1) Hindari posisi berbaring terlentang.
2) Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirhat dengan
berbaring ke kiri, dengan kaki agak ditinggikan.
3) Perubahan dan Adaptasi Psikologis Masa Kehamilan
Trimester I, II, dan III
Perubahan dan adaptasi psikologis masa kehamilan trimester
I, II, dan III menurut Romauli (2011 h.89) sebagai berikut:
a. Trimester I (Penyesuaian)
1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci
dengan kehamilannya.
2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan,
dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar
dirinya tidak hamil saja.
3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakan ia benar-
benar hamil. Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk
meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin
dirahasiakannya.
6) Hasrat
untuk
melakukan
hubungan
seks
berbeda-beda
pada
setiap
wanita,
tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.
b. Trimester II (Kesehatan yang baik)
1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon tinggi.
2) Ibu sudah bisa menerimanya.
4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan
kekhawatiran.
5) Libido meningkat.
6) Menuntut perhatian dan cinta.
7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan
bagian dari dirinya.
c. Trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan)
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,
aneh, dan menarik.
2) Merasa tidak mrnyrnangkan ketika bayi tidak hadir tepat
waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada
saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak
normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatiran.
5) Standar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Marmi (2011 h.153) mengatakan bahwa terdapat 6 standar dalam
standar pelayanan antenatal seperti berikut:
a. Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur. Hasil yang diharapkan dari identifikasi ibu hamil ini
adalah.
1) Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan,
2) Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat
pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta
mengetahui tempat pemeriksaan kehamilan.
3) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri
b. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
Tabel 2.3 Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
Kunjungan Waktu Alasan
Trimester I Sebelum 14 minggu
a. Mendeteksi masalah yang dapat
ditangani sebelum membahayakan jiwa.
b. Mencegah masalah, misal : tetanus
neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)
c. Membangun hubungan saling percaya
d. Memulai persiapan kelahiran &
kesiapan menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).
Trimester II 14 – 28 minggu
Sama dengan trimester I ditambah: kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
Trimester III
a. 28 – 36 minggu Sama, ditambah : deteksi kehamilan
ganda.
b. Setelah 36 minggu
Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
Kebijakan ini adalah jumlah minimal yang ditetapkan. Semakin
sering ibu hamil melakukan kunjungan akan semakin baik untuk
pemantauan kehamilan dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Kunjungan yang ideal adalah :
1) Awal kehamilan – 28 mg : 1 x 1 bulan 2) 28 minggu – 36 minggu : 1 x 2 minggu 3) 36 minggu – lahir : 1 x 1 minggu
Dalam kunjungan, pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi,
nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan,
dan tindakan tepat untuk merujuk.
c. Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur
kepala janin ke dalam ronggga panggul, unuk mencari kelainan serta
rujukan tepat waktu.
Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian terbawah janin.
Hasil yang diharapkan :
1) Perkiraan usia kehamilan lebih baik
2) Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan
3) Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan
4) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan
d. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin.
Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari (Tablet
mengandung FeSO4320 mg = zat besi 60 mg dan asam folat 500 µg),
kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II karena
absorpsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu tablet sehari sesegera
mungkin stelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet semasa
kehamilan.
Tablet zat sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena
akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan/diduga anemia berikan
2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan
pemeriksaan darah hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang
dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan
awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih sering jika ada
tanda-tanda anemia. Selain anemia, seorang bidan juga dapat memberi
obat-obatan bagi ibu hamil seperti medikasi berbagai jenis obat secara
rutin (zat besi, calcium, multivitamin dan mineral) dan obat khusus (anti
e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan.
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilandan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Standar 8: Persiapan Persalinan.
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
f) Asuhan kebidanan pada ibu hamil.
1. Kebutuhan Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi bermutu tinggi hingga 300 kalori perhari,
seharusnya mengkonsumsi dengan menu seimbang meliputi kalori,
protein, mineral dan vitamin, Pada trimester tiga nafsu makan
sangat baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi karbohidrat,
tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus
tetap dikonsumsi (Romauli, 2011 h.134).
2. Tanda bahaya pada kehamilan pada masa kehamilan muda
Ibu untuk mencari pertolongan segera jika mendapati tanda
berikut:
1) Perdarahan pervaginam.
Perdarahan pervaginan menurut Romauli (2011, h;200) pada
kehamilan muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan
ektopik atau mola hidatidosa.
a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengskhiri
adalah keguguran atau miscarriage (Saifudin, 2009 h;
145).
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat
intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah
pengguguran, aborsi atau abortus provokatus (Saifuddin,
2009 h;145)
Jenis abortus ada abortus imminens, insipiens, abortus
incomplitus, abortus kompletus, abortus tertuna (missed
abortion), abortus habitualis, abortus febritis (Romauli,
2011 h;201)
b) Kehamilan mola
Disebut kehamilan mola/anggur yaitu adanya jonjon
korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan
(Romauli, 2011 h;205).
c) Kehamilan ektopik
Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan dengan
hasil konsepsi tidak berada di dalam endometrium uterus.
Keadaan ini akan meningkat menjadi kehamilan dengan
hasil ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan lebih
dari 10 minggu. Sebagian KET terjadi pada kehamilan
yang terletak di tuba (Romauli, 2011 h;207)
2) Hipertensi Gravidarum
a) Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang menetap oleh
sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang
menetap setelah 6 miggu pasca salin (Kusmiyati, 2010
h;160).
Pencegahan menurut Saifuddin (2009, h;210) :
1. Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam
2. Deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke
pelayanan kesehatan.
3. Pemasukan cairan terlalu banyak dapat
menyebabkan edema paru
b) superimpossed preeclamsia adalah hipertensi kronik
dengan eklamsia
3) Nyeri abdomen yang hebat.
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang
(Kusmiyati, 2010 h;161). Hal ini mungkin gejala utama
kehamilan ektopik atau abortus.
a) Kista ovarium
b) Apenditis
c) Sistitis
d) Pielobefritis akut
c. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut
1) Perdarahan pervaginan
Perdarahan antepartum/perdarahan menurut Kusmiyati (2010,
h;163) pada kehamilan lanut adalah perdarahan pada
trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Jenis perdarahan antepartum :
a) Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri
internum.
b) Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum
waktunya.
2) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu
masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang dengan beristirahat (Kusmiyati, 2010 h;165).
3) Penglihatan kabur
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
5) Keluar cairan pervaginan
1. Persalinan
1. Pengertian persalinan
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. (Hidayat, 2010 h.1)
b. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih
dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(Prawirohardjo, 2010 h.120).
c. Persalinan adalah proses pengeluran hasil konsepsi janin plasenta
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan kekuatan sendiri (Manuaba, 2010 h.147).
Dari definisi diatas maka persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi
atau janin cukup bulan (37-40 minggu) dengan adanya pembukaan
serviks dan janin turun ke dalah jalan lahir dengan presentasi belakang
kepala dan lahir spontan tanpa bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut
memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain: teori
hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
saraf, dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga
partus dimulai (Rukiyah, 2009 h.119).
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya
estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan,
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di
dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
b. Teori Oxcytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytocin bertambah. Oleh karena itu
c. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka terenganglah otot-otot rahim.
Sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memgang peranan
penting oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.
e. Teori Prostaglandin
Kadar protagladin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga
aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi
miometrium.
Secara mikroskopis perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil
sangat menentukan seperti perubahan Hormon Estrogen dan
Progesteron. Seperti kita ketahui bahwa estrogen merupakan penenang
bagi otot-otot uterus, menurunya hormon ini terjadi kira-kira 12 jam
sebelum partus dimulai (Rukiyah, 2009 h.119).
Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai
kehamilan usia 15 minggu hingga aterm, pada saat partus berlangsung,
plasenta yang mulai menjadi tua seiring dengan tuanya usia kehamilan.
Keadaan uterus terus membesar dan menegang mengakibatkan
terjadinya ishkemik otot-otot uterus hal ini juga yang diduga menjadi
penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi (Rukiyah, 2009 h.120).
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi,
hal ini pertama kali dikemukakan oleh hipokrates: bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan dikeluarkan. Faktor lain yang
dikemukakan adalah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang servik, bila ganglion ini tertekan
maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Rukiyah, 2009 h.120).
3. Jenis-Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Prawirohardjo (2009 h.155), jenis-jenis
persalinan antara lain:
a. Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
Terjadinya persalinan membutuhkan tiga faktor penting, yaitu
kekuatan ibu saat mengejan, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin.
Ketiganya harus dalam keadaan baik, sehingga bayi dapat dilahirkan.
Dengan adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat memasuki ruang
panggul, posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan
dada janin. Posisi ini akan memudahkan kepala janin lolos melalui jalan
lahir, yang diikuti dengan beberapa gerakan selanjutnya. Setelah kepala
keluar, bagian tubuh janin yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu,
badan, dan kedua kaki.
b. Ekstrasi vakum
Ekstrasi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstrasi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat
ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta
nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup
lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan
melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan
vakum.
Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklampsia)
juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan
dalam keadaan demikian. Pasien juga tidak boleh mengejan terlalu kuat
karena mengejan dapat mempertinggi tekanan darah dan
membahayakan jiwa pasien. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi
gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160
kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang
menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia). Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu lebih dari
10 menit. Namun, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menjalani
c. Persalinan forsep
Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam
menyerupai sendok. Persalinan dengan forsep relatif beresiko dan sulit
dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa
dilakukan juga apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik. Dokter
akan meletakkan forsep diantara kepala bayi dan memastikan itu
terkunci dengan benar, artinya kepala bayi dicengkram dengan kuat
dengan forsep. Kemudian forsep akan ditarik keluar sedangkan ibu
tidak perlu mengejan terlalu kuat. Persalinan forsep biasanya
membutuhkan episiotomi.
Persalinan ini bisa menyebabkan pada bayi dapat terjadi
kerusakan saraf ketujuh (nervus fasialis), luka pada wajah dan kepala, serta patah tulang wajah dan tengkorak. Jika hal itu terjadi, bayi harus
diawasi dengan ketat selama beberapa hari. Tergantung derajat
keparahannya, luka tersebut akan sembuh sendiri. Sedangkan pada ibu,
dapat terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya jalan lahir (ruptur uteri). d. Secsio Caesarea
Tindakan operasi caesar ini hanya dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan
normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat
mengancam nyawa ibu dan janin. Keadaan yang memerlukan operasi
caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tetutup plasenta (plasenta
previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami hipertensi
(Preeklampsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta
terjadi perdarahan sebelum prose persalinan.
4. Tahapan Persalinan
Rukiyah (2009 h.131) tahapan dalam persalinan adalah sebagai
berikut:
a. Kala I
Pada kala I persalinan dimulai proses persalinan yang ditandai
dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan
perubahan pada servik hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala
I persalinan terdiri dari fase laten yaitu dimulai dari awal kontraksi
lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu mules. Fase aktif
dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40
detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap,
penurunan bagian bawah janin, waktu pembukaan servik sampai
pembukaan lengkap 10 cm.
Fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase, fase laten berlangsung
selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lamban sampai mencapai
pembukaan 3 cm. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, fase akselerasi dalam
waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm menjadi 9 cm, fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan
pembukaan 1 cm perjam, dalam multigravida 8 jam dengan pembukaan
2 cm perjam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala 1 adalah kutuban
pecah dini, tali pusat menumbung, gawat janin, inersia uteri, dan
obstrupsi plasenta.
b. Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak
bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin
meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina,
perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lender dan darah.
Dimulainya dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi. Pada kala pengeluaran, janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasr panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada
rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perineum membuka, perineum menegang. Dengan adanya his ibu
dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan
Komplikasi yang dapat ditimbul pada kala II adalah eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala
terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena
kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, dan tanda-tanda lilitan
pusat.
c. Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah
terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat
memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan
darah secara tiba-tiba. Kala III berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi
yang dapat timbul kala III adalah pendarahan akibat atonia uteri,
retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, dan tanda gejala tali pusat.
d. Kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah sub
involusi dikarenakan oleh uterus tidak berkontraksi, dan perdarahan
yang disebabkan oleh atonia uteri,laserasi jalan lahir, sisa plasenta.
e. Lamanya Persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan
multigravida. Untuk primigravida kala I: 12,5 jam, kala II: 80 menit, kala
II: 10 menit, kala IV: 14 jam sedangkan pada multigravida kala I: 7 jam
20 menit, kala II: 30 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 8 jam.
5. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Dalam Persalinan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Asri,
kala IV:
a. Asuhan Kala I
1) Menghadirkan orang yang di anggap penting oleh ibu seperti
suami, keluarga pasien atau teman dekat. Dukungan yang
dapat diberikan :
a) Mengusap keringat
b) Menemani atau membimbing jalan – jalan (mobilisasi) c) Memberikan minum
d) Merubah posisi dan sebagainya
e) Memijat atau menggosok punggung
2) Mengatur aktivitas dan posisi ibu
a) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya
b) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu ingin
di tempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam
posisi terlentang lurus
3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu di minta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
4) Menjaga privasi ibu
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
5) Mengatasi rasa panas
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,
dapat di atasi dengan cara :
a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
b) Menggunakan kipas biasa
c) Menganjurkan ibu untuk mandi
6) Massase
Jika ibu suka, lakukan pijatan atau massase pada punggung
atau mengusap perut dengan lembut
7) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi
dan mencegah dehidrasi
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
9) Sentuhan disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan
sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan.
Pelaksanaan asuhan kala I dengan melakukan pencatatan partograf
1) Pencatatan pada fase laten
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama,
yaitu sebagai berikut.
a) Deyut jantung janin (DJJ) di periksa setiap satu jam.
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus di periksa setiap ½ jam .
c) Nadi di periksa setiap ½ jam.
d) Pembukaan servik di periksa setiap 4 jam. e) Penurunan di periksa setiap 4 jam.
f) Tekanan darah dan temperature tubuh di periksa setiap 4 jam. g) Produksi urin, aseton dan protein di periksa setiap 2-4 jam. 2) Pencatatan selama fase aktif persalinan
a) Informasi tentang ibu
b) Keselamatan dan kenyamanan janin
1. Denyut jantung janin (DJJ)
Kisaran normal djj terpapar pada partograf di antara garis
tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus
waspada bila djj dibawah 120 atau diatas 160.
2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Gunakan lambang-lambang berikut : U (ketuban
utuh), J (ketuban jernih), M (ketuban bercampur
meconium), D (ketuban bercampur darah), K (ketuban kering).
3. Molage (penyusupan tulang kepala jann)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
keras panggul ibu. Gunakan lambinga-lambang berikut :
O (tulang tulang kepala janin terpisah), 1 (tulang tulang
kepala janin saling bersentuhan), 2 (tulang kepala janin
saling tumpang tindih), 3 (tulang kepala janin tumpang
tindih dan tidak dapat di pisahkan).
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan servik
Nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam, pada partograf
dengan menggunakan tanda “x” kemudian hubungkan tanda
tersebut dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Nilai dan catat setiap kali melakukan pemeriksaan dalam setiap 4
jam. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika kepala bisa di palpasi4/5, tuliskan tanda “O” di nomer 4, hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap di harapkan terjadi
jika laju pembukaan 1 cm perjam. Garis bertindak tertera sejajar
dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi
kanan. Jika pembukaan servik berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus di
lakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan servik dan penurunan) tertera kotak-kotak di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak di mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan di lakukan
Jika pemeriksaan dalam menujukan ibu mengalami pembukaan 6
sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri
dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak
ketiga dari kiri).
5) Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit “di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Menyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam
waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak satu kali 10
menit, isi 3 kotak.
6) Obat obatan dan cairan yang di berikan
a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan iv dan dalam satuan tetesan per menit setiap 30 menit.
b) Obat obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7) Kesehatan dan kenyamanan ibu
a) Nadi tekanan darah dan suhu
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu.
a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lakukan lebih sering jika dicurigai adanya
penyulit). Beri tanda (.) pada kolom waktu yang sesuai.
b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan
adanya penyulit) beri tanda (↕) pada partograf di kolom
waktu yang sesuai.
c. Nilai dan catat suhu tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat atau dianggap adan infeksi) setiap 2 jam,
b) Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu minimal setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin. 8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainya
Catat semua asuhan lain, hasi pengamatan, dan keputusan
klinik di sisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah tentang
kemajuan persalinan. Cantumkan tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan. Asuhan pengamatan dan keputusan
klinik mencangkup hal berikut : jumlah cairan per oral yang di
berikan, keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur, konsultasi
dengan penolong persalinan, persiapan sebelum melakukan
rujukan, upaya rujukan.
b. Asuhan Kala II
Menurut JNPK-KN, (2008) asuhan persalinan normal (58 langkah)
adalah sebagai berikut :
1) Mengamati tanda dan gejala kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva, vagina dan sfingter anal membuka. 2) Menyiapkan pertolongan persalinan
a) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar
b) Memakai celemek.
c) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
d) Memakai sarung tangan DTT, untuk melakukan pemeriksaan
dalam
e) Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a) Membersihkan vulva dan perineum, dengan hati – hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang di basahi air DTT. Ganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%)
b) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap. Jika selaput ketuban belum pecah,
pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan
d) Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal, dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil – hasil penilaian serta hasil asuhan lainya pada patograf.
4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.
a) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dokumentasikan semua temuan yang ada.
Jelaskan pada keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran yang baik.
b) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
dan ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
c) Melaksanakan bimbingan meneran pada ibu saat merasa ada
dorongan kuat untuk meneran :
a. Membantu ibu untuk meneran yang benar dan efektif
b. Mendukung dan memberi semangat pada ibu
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
d. Anjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi
e. Memberikan cukup asupan cairan peroral (minum)
f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
g. Segera rujuk jika bayi tidak lahir dalam 2 jam untuk
primigravida dan 1 jam untuk multi gravida.
d) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e) Menyiapkan pertolangan untuk kelahiran :
a. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
b. Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 di bagian bawah
bokong ibu.
c. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
d. Memakai sarung tangan DTT pada kedua Tangan.
satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
f) Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika lilitan tali
pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut.
g) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
h) Melahirkan bahu setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran pada saat kontraksi dengan lembut gerakan kepala kea rah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
i) Melahirkan badan dan tungkai, setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran
tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk antara kaki dan
pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari–jari lainya).
j) Penanganan bayi baru lahir :
a. Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat dan
atau bernafas tanpa kesulitan. Apakah bayi bergerak
dengan aktif.
b. Mengeringkan tubuh bayi, mengeringkan mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian
basah dengan handuk yang kering. Biarkan bayi diatas
perut ibu.
c. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi dalam uterus (janin tunggal).
d. Memeberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi dengan baik.
e. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit im di 1/3 bagian paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum melakukan
penyuntikan).
f. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
g. Memotong dan mengikat tali pusat.
h. Meletakkan bayi di atas dada ibu secara tengkurap untuk
melakukan kontak kulit (bounding attachment).
i. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi pada kepala bayi.
c. Asuhan kala III
Menutut JNPK-KN (2008) melakukan manajemen aktif kala III meliputi :
1) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva.
2) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis, untuk mendeteksi, tangan lain menegangkan tali pusat. 3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsol kranial) secara hati – hati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40 detik, hentikan penengangan tali pusat dan tunggu hingga timbul konraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk