• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Tambah Produk Olahan Cabai Merah

Dalam dokumen lapkir nilai tambah cabai 2016 (Halaman 36-53)

I I TI NJAU

4.4. Nilai Tambah Produk Olahan Cabai Merah

Hasil perhitungan nilai tambah cabai merah kering menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa dengan melibatkan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang, pengolahan cabai merah sebanyak 100 kg dapat menghasilkan 50 kg cabai merah kering, sehingga pengolahan cabai menjadi cabai merah kering dapat menghasilkan nilai tambah cabai sebesar Rp. 6.000,-

Tabel 13. Perhitungan nilai tambah cabai merah kering (Hayami, et all., 1987)

No. Variabel

(Output, I nput, Harga)

Nilai

1. Hasil/ Produksi (kg/ proses) 50

2. Bahan baku (kg/ proses) 100

3. Tenaga kerja (orang/ proses) 3

4. Faktor konversi 0,50

5. Koefisien tenaga kerja 0,03

6. Harga produk rata-rata (Rp/ kg) 50.000

7. Upah rata-rata (Rp/ HOK) 30.000

8. Harga bahan baku (Rp/ kg) 15.000

9. Sumbangan input lain (Rp/ kg) 4.000

10. Nilai produk (Rp/ kg) 25.000

11. a. Nilai tambah (Rp/ kg) 6.000

b.Rasio nilai tambah (% ) 0,24

b. Nilai Tambah Cabai Giling

Berdasarkan hasil analisis nilai tambah, dapat diketahui bahwa dengan melibatkan jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang, pengolahan sebanyak 100 kg cabai merah dapat menghasilkan 113 kg cabai merah giling. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan cabai merah menjadi cabai merah giling menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 4.750,-

Tabel 14. Perhitungan Nilai Tambah Cabai Merah Giling (Hayami, et all., 1987)

No. Variabel

(Output, I nput, Harga)

Nilai

1. Hasil/ Produksi (kg/ proses) 113

2. Bahan baku (kg/ proses) 100

3. Tenaga kerja (orang/ proses) 4

4. Faktor konversi 1,13

5. Koefisien tenaga kerja 0,04

6. Harga produk rata-rata (Rp/ kg) 20.000

7. Upah rata-rata (Rp/ HOK) 30.000

8. Harga bahan baku (Rp/ kg) 15.000

9. Sumbangan input lain (Rp/ kg) 8.500

10. Nilai produk (Rp/ kg) 28.250

11. a. Nilai tambah (Rp/ kg) 4.750

b.Rasio nilai tambah (% ) 0,17

4.5. Pelaksanaan Gelar I novasi Teknologi dan Temu Lapang dalam Rangka Diseminasi Kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Cabai Melalui Penerapan I novasi Teknologi Penyimpanan dan Pengeringan di Povinsi Bengkulu

Kegiatan gelar inovasi teknologi dan temu lapang peningkatan nilai tambah komoditas cabai melalui penerapan inovasi teknologi penyimpanan dan pengeringan di provinsi Bengkulu di pusatkan pelaksanaannya di desa Rimbo Kedui Kabupaten Seluma pada tanggal 9 November 2016. Tujuan Pelaksanaan kegiatan ini adalah :

1. Menyampaikan inovasi teknologi yang telah dilaksanakan pada kegiatan peningkatan nilai tambah komoditas cabai melalui penerapan inovasi teknologi penyimpanan dan pengeringan di povinsi Bengkulu

2. Mempercepat transfer inovasi kepada stakeholders, pengambil kebijakan, petugas pertanian, peneliti/ penyuluh, mahasiswa/ pelajar, dan petani

3. Mempercepat adopsi inovasi yang telah digelar dan didisplaykan

4. Sebagai media promosi dan perluasan jaringan pemasaran produk-produk hasil olahan cabai merah kering dlam bentuk utuh, bubuk cabai dan abon cabai kepada pelaku usaha, pedagang, dan petani pengguna.

Peserta Gelar Teknologi dan Temu Lapang ini dari berbagai kalangan yang meliputi pengambil kebijakan, pemangku kepentingan (Stakeholders), petugas pertanian, peneliti, penyuluh, pelaku usaha, sumber permodalan, pengguna. Peserta berasal dari berbagai kalangan dari seluruh Kabupaten/ kota di Provinsi Bengkulu, kecuali Kab. Mukomuko, yang terdiri dari : Bupati Kabupaten Seluma (Bapak Bundra Jaya), Kepala Badan Litbang Pertanian Kemtan yang diwakili oleh I bu Dr. I r. Retno Sri Hartati Mulyandari (Kabid KSPHP BBP2TP), Dandim 0425 Kabupaten Seluma yang di wakili oleh Bapak Suryanto Sulistiyo (Pasiter KODI M 0425/ Seluma), Kepala Pengadilan Negeri Kabupaten Seluma, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Seluma Bapak Citra Apriyadi (Kasi I ntel), Kapolres Kabupaten Seluma, Kepala BPTP Jawa Barat, Kepala BPTP Yogya, Kepala BPSB Provinsi Bengkulu, Kepala BP2MB Provinsi Bengkulu, Kepala Dinas Pertanian Kab./ Kota se Provinsi Bengkulu, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kab./ Kota se Provinsi Bengkulu,Ketua KTNA Kabupaten Seluma dan Provinsi Bengkulu, Kepala Cabang BRI Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan, Pelaku Usaha, PMT se Provinsi Bengkulu, Camat Seluma Selatan dan Lurah Rimbo Kedui, Ketua Gapoktan, Keltan, Petani Kab. Seluma dan Rejang Lebong.

Dalam kesempatan ini Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu (Dr. Dedi Sugandi, MP) menyatakan bahwa kegiatan Gelar Teknologi

dan Launching Produk-produk dari sistem pertanian bioindustri serta berbagai inovasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian dari sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dari aspek budidaya, pasca panen, dan pengolahan hasil digelar yang ditampilkan secara lengkap dan utuh.

Selanjutnya peserta mengunjungi stand produk, stand yang dikunjungi menyiapkan berbagai produk yang dihasilkan untuk di pamerkan yaitu produk yang spesifik Bengkulu antara lain : Cabai Merah, Mangga Bengkulu, Jeruk Rimau Gerga Lebong (RGL, sayuran organik, desain kandang kambing yang baik dan lain-lain. Di dalam stand pengunjung dapat melihat dan menikmati seluruh hasil olahan produk spesifik lokasi Bengkulu. Untuk komoditas cabai merah di tampilkan aneka hasil olahan cabai merah kering yang dikemas dengan labeling hasil olahan kelompok pengolah hasil pertanian KRI UK ZAHRA dari desa Teladan kabupaten Rejang lebong yaitu cabai merah kering utuh, cabai merah bubuk, cabai giling basah dan abon cabai merah.

Untuk ke depan kelompok pengolah hasil pertanian KRI UK ZAHRA di desa Teladan kabupaten Rejang lebong dapat secara kontinu memproduksi hasil olahan cabai merah kering terutama pada saat harga cabai turun sehingga peningkatan nilai tambah komoditas cabai melalui penerapan inovasi teknologi penyimpanan dan pengeringan dapat di terapkan dengan baik dan berkelanjutan.

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

1. Teknologi pengeringan cabai menggunakan oven dikombinasikan dengan perlakuan pencucian menghasilkan rendemen yang tertinggi. Sementara itu, pengeringan dengan cara petani dan pengering tenaga surya terkendala dengan curah hujan yang tinggi.

2. Teknologi penanganan pascapanen cabai merah segar yang dicelup menggunakan larutan Na-benzoat 0,1% pada penyimpanan suhu dingin menghasilkan susut bobot terendah sebesar 26,67% .

3. Teknologi pemblansiran, pengemasan dalam botol kaca dan botol plastik pada penyimpanan dingin dapat meningkatkan umur simpan cabai giling menjadi 28 hari.

4. Pengolahan cabai merah menjadi cabai merah kering dapat menghasilkan nilai tambah cabai sebesar Rp. 6.000,-. Sementara, pengolahan cabai merah menjadi cabai merah giling menghasilkan nilai tambah cabai besar sebesar Rp. 4.750,-.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan analisis preferensi konsumen terhadap produk olahan cabai, terutama atribut kepedasan yang dapat menjadi sumber informasi bagi produsen dalam menentukan tingkat kepedasan produk olahan cabai yang dihasilkan.

2. Selama ini petani cabai lebih fokus melakukan budidaya cabai merah, sehingga perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap kelompok wanita tani untuk menjaga kontinuitas produksi cabai merah kering dan cabai merah giling.

3. Perlu pengkajian lebih lanjut terkait rantai pemasaran cabai merah kering dan cabai merah giling, karena akses pemasaran masih terbatas.

5.3. Roadmap Pengkajian

dilaksanakan selama dua tahun yakni (2016-2017). Roadmap kegiatan pengkajian disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Roadmap pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

Tahun 2016 Tahun 2017

• Melakukan koordinasi dengan Dinas pertanian provinsiBengkulu, Dinas Pertanian kabupaten Rejang Lebong dan Dinas Pertanian kabupaten Kepahiang

• Melakukan konsultasi/ diskusi dengan Balai Besar Pascapanen Bogor untuk penerapan inovasi teknologi penanganan pascapanen cabai merah

• Melakukan penelusuran literatur (desk study)

• Melakukan identifikasi ketersediaan teknologi yang ada ditingkat petani • Melaksanakan Pengkajian dengan

pendekatan komprehensif mencakup kegiatan laboratory analysisdan on farm partisipatory assesment.

• Pelaksanaan pengkajian di tingkat petani di lokasi sentra produksi cabai merah di provinsiBengkulu yaitu di kabupaten Rejang Lebong dan kabupaten Kepahiang.

• Melaksanakan implementasi teknologi penyimpanan,

pengeringan dan pengolahan cabai merah di kelompok tani

• Mengkaji tahapan tingkat adopsi inovasi yang diimplementasikan petani di lokasi kajian

• Mengkaji tingkat pendapatan petani karena peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui penerapan teknologi penyimpanan, pengeringan dan pengolahan produk.

• Menyebarkan penerapan inovasi teknologi penyimpanan dan pengeringan dan

pengolahan cabai merah pada skala yang lebih luas

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

Telah dihasilkan teknologi pengeringan cabai merah dengan rendemen tertinggi yakni pengeringan cabai menggunakan oven dikombinasikan dengan perlakuan pencucian, teknologi penanganan pascapanen cabai merah dengan susut bobot terendah yakni cabai merah segar yang dicelup menggunakan larutan Na-benzoat 0,1% pada penyimpanan suhu dingin, t eknologi yang dapat meningkatkan umur simpan cabai giling menjadi 28 hari yakni teknologi pemblansiran dan pengemasan dalam botol kaca dan botol plastik pada penyimpanan dingin, serta nilai tambah pengolahan cabai merah menjadi cabai merah kering sebesar Rp. 6.000,- dan nilai tambah pengolahan cabai merah menjadi cabai merah giling sebesar Rp. 4.750,-.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio LA Jr. 2013. Postharvest technology for fresh chilli pepper in Cambodia, Laos and Vietnam. AVRDC-The world Vegetable Center.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemists. Washington D.C. : Association of Official Analytical Chemist. BPS Provinsi Bengkulu, 2015. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2014. Badan Pusat

Statistik Provinsi Bengkulu.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. Selai buah. SNI -01-3746-1995

Barus MV. 2009. Studi tentang pengetahuan dan tatacara pengelolaan petani cabai di Desa Batu Karang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo [ skripsi] . Medan: Program Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Chipley, J. R. 2005. Sodium Benzoate and Benzoic Acid. Di dalam P. M. Davidson, J. N. Sofos, dan A. L. Branen (eds.). Antimicrobials in Food 3rd ed. CRC Press Taylor&Francis Group, Boca Raton.

Chitravathi, K., Chauhan, O.P., Raju, P.S. 2014. Postharvest shelf -life extension of green chillies (Capsicum annuum L.) using shellac-based edible surface coatings. Postharvest Biology and Technology 92: 146–148. Doi: 10.1016/ j.postharvbio.2014.01.021

Dirjen Hortikultura 2013. Program dan Kebijakan Pengembangan Hortikultura TA. 2013. Makalah disampaikan pada acara Workshop Evaluasi Outcome, Analisis Potensi I mpact dan Baseline Study, Tanggal 16-19 April 2013 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Solo. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dirjen Hortikultura. 2012. LAKI P Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012. Kementerian Pertanian.

Dirjen Hortikultura. 2006. Pola Produksi Cabai Merah Deptan Belum Dilaksanakan Daerah. diunduh 30 Oktober 2009, http: / / rafflesia.wwf.or.id/ admin/ attachment/ clips/ 2006-08-25-287-0014-001-03-0899.

Hartuti, N. dan R.M. Sinaga. 1995. Pengaruh macam alat pengering dan jenis antioksidan terhadap mutu cabai merah kering. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, 37 hlm.

Hayami, Y. T., Y. Kawagoe., Maraoka, and M. Siregar. 1987. Agricultural Marketing and Processing I n Up Land Java a Perspective From A Sunda Village. CEPRT. Bogor.

I smail, N. dan R. Revathi. 2006. Studies on the effects of blanchingtime, evaporation time, temperature and hydrocolloid on physical properties of chili (Capsicum annum var kulai) puree. LWT 39 (2006) 91–97. http: / / sciencedirect.com.

I swari, K. dan Srimaryati. 2014. Pengaruh Giberelin dan Jenis Kemasan untuk Menekan Susut Cabai Kokpay Selama Penyimpanan Jarak Jauh. J. Pascapanen Vol. 11 (2) : 89-100.

Kementerian Pertanian 2011, Agricultural Statistics 2011, Center for Agricultural Data and I nformation System Ministry of Agriculture Republic of I ndonesia, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian. Jakarta

Kumoro K, Rahayu M, Mashur. 2005. Kenitraan pemasaran dalam agribisnis cabai merah di Nusa Tenggara Barat. http: / / ntb.litbang.deptan.go.id/ ind/ 2005/ TPH/ kemitraan.doc. [ 5 Jul 2011] .

Lamona, L., Y.A. Purwanto, dan Sutrisno. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 3 (2) : 145-152. http : / / http: / / download.portalgaruda.org/ article.php?article= 367746&val= 4940&t itle= Pengaruh% 20Jenis% 20Kemasan% 20dan% 20Penyimpanan [ 30 Juni 2016] .

Mutia, K.A., Y.A. Purwanto, dan L. Pujatoro.2014. Perubahan Kualitas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Selama Penyimpanan pada Tingkat KadarAir dan Suhu yang Berbeda. J. Pascapanen 11 (2) : 108-115.

Nurdjannah, R., Y. A. Purwanto, dan Sutrisno. 2014. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Dingin Terhadap Mutu Fisik Cabai Merah. J. Pascapanen 11 (1) : 19-29.

Oktoviana, Y, Aminah Siti dan Sakung J. 2012. Pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoate terhadap kadar vitamin C cabi merah (Capsicum anum L). Jurnal Akademi Kimia 1(4): 193-199.

Pantastico, Er.B. 1997. Fisiologi Pascapanen: Penanganan dan pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika. Terjemahan Kamaryani. Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta.

Pustaka, A. 2008. Panduan Lengkap Budi Daya dan Bisnis Cabai. Amedia Pustaka, Jakarta.

Sherly Sisca Piay et al. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Samad, M. Y. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi I ndonesia Vol. 8 (1) : 31-36.

Soetiarso, T.A dan Setiawati, W. 2010. Kajian Teknis dan Ekonomis Sistem Tanam Dua Varietas Cabai Merah Di Dataran Tinggi. Pusatlitbang Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. J. Hort., vol. 20, no. 3 Tahun 2010, hlm. 284-98.

Sembiring, N N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap kualitas produk Cabe merah (Capsicum annum L) segar kemasan selama Penyimpanan Dingin. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Santika, A. 2004. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta

Kemasan dan Penyimpanan Dingin Terhadap Mutu Fisik Cabai Merah. J. Pascapanen 11 (1) : 19-29.

Wulandari, S, Yusnida B dan Kartini D, T. 2012. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Dan Susut Berat Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.). Jurnal Biogenesis, Vol. 8, Nomor 2, hlm.23-30.

Yuliana, N, T, Hanum dan Karyono. 1991. Pengaruh pembelahan buah cabai terhadap rendemen dan mutu oleoresin. Jurnal Hortikultura 1(4): 35-39..

ANALI SI S RI SI KO

Analisis risiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian.

Tabel 16. Daftar risiko dan dampak pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Kualitas hasil panen yang rendah (kategori risiko sedang)

Serangan hama penyakit Hasil pengkajian tidak valid, mutu produk akan menurun

2. Bahan baku (cabai merah) tidak tersedia (kategori risiko sedang)

• Di luar musim • Gagal panen

Stok cabai merah fluktuatif

Pelaksanaan pengkajian terhambat/ tertunda 3. Petani menolak

penerapan teknologi (kategori risiko tinggi)

• Teknologi di-anggap sulit un-tuk dipahami • Tidak paham manfaat

tek-nologi tersebut

Teknologi enggan untuk diterapkan

Tabel 17. Daftar penanganan risiko kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

No. Risiko Penyebab Dampak Penanganan

1. Kualitas hasil panen yang rendah Serangan hama penyakit Hasil pengkajian tidak valid, mutu produk olahan menurun

Memperbanyak ulangan perlakuan, dengan kebun pe-tani sebagai ulangan 2. Bahan baku (cabai) tidak tersedia •Di luar musim •Gagal panen

Stok cabai fluk- tuatif Pelaksanaan pengkajian terhambat/ tertunda

Mengadakan bahan baku dari luar lokasi tersebut 3. Petani menolak penerapan •Teknologi dianggap sulit untuk dipahami Teknologi enggan untuk diterapkan Sosialisasi dan

Penjelasan juknis secara rinci dalam pelaksanaan

•Tidak paham manfaat teknologi tersebut dipahami petani kooperator

Pembinaan secara terus menerus untuk

keberlangsungan penerapan teknologi bagi petugas lapang dan petani kooperator

JADUAL KERJA

Tabel 18. Jadwal kerja kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

No Uraian Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Perbaikan RPTP/ ROPTP 2. Persiapan : 3. Pelaksanaan : 4. Diseminasi •Ekspose/ Temu lapang •Pameran/ pelatihan 5. Laporan Tengah Tahun 6. Tabulasi Data 7. Analisis Data 8. Laporan Akhir 9. Seminar Hasil

PEMBI AYAAN

Tabel 19. Rencana anggaran belanja kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

No Jenis Pengeluaran Volume

Harga Satuan (Rp.000) Biaya (Rp.000) 1. Belanja Bahan (521211) • Konsumsi 123 OK 50 6.150 6.150 2 Honor Output kegiatan (521213)

• Honor Petugas lapang 13 OB 200

2.600 2.600 3. Belanja Barang Non Operasional

Lainnya (521219) • UHL

• Analisa proksimat/ nutrisi

148 OH 1 paket 50 7.831 15.231 7.400 7.831 Belanja Barang Untuk persediaan

barang Konsumsi (521811) • Bahan baku dan bahan pendukung pengkajian • ATK, komputer suply dan

pelaporan

• Materi informasi teknologi

1 paket 1 paket 1 paket 14.803 4.941 3.375 23.119 14.803 4.941 3.375

4. Belanja Jasa Profesi (522151) • Narasumber,

fasilitator,evaluator,moderator

2 OJ 500

1.000

1.000 5. Belanja Perjalanan biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp.365.000,- s.d

Rp.5.000.000)

10 OP 5.000

40.000

40.000

Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Penginapan perjalanan ke luar propinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan • Uang harian dan transport

2 OP 1 OH 700 2.900 14.860 1.400 2.900

dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• Akomodasi dan konsumsi dalam rangka pertemuan, FGD, valuasi kegiatan

20 OH 180 3.600

Jumlah 96.000

Tabel 20. Realisasi anggaran belanja kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

No Jenis Pengeluaran Volume

Total Anggaran (Rp.000) Biaya (Rp.000) 1. Belanja Bahan (521211) • Konsumsi 123 OK 6.150 6.150 6.150 2 Honor Output kegiatan (521213)

• Honor Petugas lapang 13 OB 2.600

2.600 2.600 3. Belanja Barang Non Operasional

Lainnya (521219) • UHL

• Analisa proksimat/ nutrisi

148 OH 1 paket 7.400 7.831 15.231 7.400 7.831 Belanja Barang Untuk persediaan

barang Konsumsi (521811) • Bahan baku dan bahan pendukung pengkajian • ATK, komputer suply dan

pelaporan

• Materi informasi teknologi

1 paket 1 paket 1 paket 14.803 4.941 3.475 29.659 14.803 4.840 3.475

4. Belanja Jasa Profesi (522151) • Narasumber,

fasilitator,evaluator,moderator

2 OJ 1.000

1.000

1.000 5. Belanja Perjalanan biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp.365.000,- s.d

Rp.5.000.000)

5 OP 40.000

39.420

39.420

Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Penginapan perjalanan ke luar propinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan • Uang harian dan transport

perjalanan ke luar

propinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan 2 OP 1 OH 20 OH 1.400 2.900 3.600 14.860 1.240 2.900 3.600

• Akomodasi dan konsumsi dalam rangka pertemuan, FGD, valuasi kegiatan

Jumlah 96.000 95.156

PERSONALI A

Tabel 21. Personalia kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komodit as cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu No. Nama Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi Waktu (jam / mg) 1. Wilda Mikasari, S. TP, M.Si Peneliti Muda/ Teknologi Pascapanen Penang- gung Jawab •Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengkajian •Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan •Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan •Menyusun laporan 20 2. Lina I vanti, S. TP Peneliti Pertama/ Teknologi Pangan

Anggota •Membantu pelaksanaan pengkajian •Membantu menyusun laporan 15 3. Taufik Hidayat, S. TP Peneliti Pertama/ Teknologi Hasil Pertanian

Anggota •Membantu pelaksanaan pengkajian

•Menyusun kuisioner kajian

•Melakukan pengolahan dan analisis data

15

4. Zainani, S.Sos

Teknisi Anggota •Membantu pelaksanaan pengkajian

•Menyusun kuisioner kajian

Melakukan pengolahan dan analisis data

10

5. Suardi Teknisi Anggota •Membantu pelaksanaan pengkajian

•Membantu menyusun

•Membantu analisis data •Membantu administrasi kegiatan 6. David Ari Juniansya h

Teknisi Anggota •Membantu pelaksanaan pengkajian •Membantu pengumpulan data 10 7. Rizal Efendi, SE

Administrasi Anggota •Membantu menyelesaikan administrasi dan keuangan

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan pengkajian peningkatan nilai tambah komoditas cabai merah melalui teknologi penyimpanan dan pengeringan di Provinsi Bengkulu

Gambar 1. Pertemuan dalam rangka introduksi penanganan pascapanen cabai segar dan pengolahan cabai

Gambar 2. Penanganan pascapanen cabai (sortasi dan grading)

m e r a h

Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Cabai Merah Melalui Teknologi Penyimpanan dan Pengeringan di Provinsi Bengkulu

Gambar 4. Pengemasan cabai segar dan cabai kering

Gambar 5. Peralatan yang dimiliki kelompok tani Sumber Sari (mesin pencuci dan sealer)

Dalam dokumen lapkir nilai tambah cabai 2016 (Halaman 36-53)

Dokumen terkait