• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Tebu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Tebu

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987).

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperolah dari pengolahan tebu sehingga menjadi gula adalah Metode Hayami. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan tebu di pabrik gula dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan tebu menjadi gula yang siap dipasarkan. Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan masing-masing faktor-faktor produksi menurut sumbangan masing-masing faktor-faktor produksi, serta berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja. Berikut ini merupakan tabel perhitungan nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Tebu

No Output, Input, Harga Nilai

1 Hasil produksi (kg/tahun) 25.086.821

2 Bahan baku (kg/tahun) 382.622.320

3 Tenaga kerja (HOK) 44.688

4 Faktor konversi 0,07

5 Koefisien tenaga kerja 0,0001

6 Harga produk (Rp/kg) 8.900

7 Upah rerata (Rp) 1.970.303

Pendapatan

8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) 0

9 Bahan Tambahan Pengolahan (Rp/kg bahanbaku) 7,26

10 Nilai produk (Rp/kg) 623

11 a. Nilai tambah (Rp/kg) 615,74

b. Rasio nilai tambah (%) 98

12 a. Imbalan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 197,03

b. Bagian tenaga kerja langsung (%) 31,9

13 a. Keuntungan 418,71

b. Tingkat keuntungan (%) 68

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14 Margin (Rp/kg) 623

a. Pendapatan TK langsung (%) 31,6

b. Bahan Tambahan Pengolahan (%) 1,2

c. Keuntungan Perusahaan (%) 67,2

Catatan : Perhitungan Dengan Metode Hayami

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka produk yang dihasilkan dari Pabrik Gula Sei Semayang adalah berupa gula dan tetes. Namun, penelitian ini hanya meneliti mengenai nilai tambah gula saja. Gula merupakan salah satu bahan sembako yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Penjelasan mengenai perhitungan yang terdapat pada tabel 3, dapat dilihat sebagai berikut :

Input, Output dan Harga

Dari tabel 3, dilihat bahwa hasil produksi berupa gula yang dihasilkan adalah sebesar 25.086.821 kg/tahun. Hasil produksi ini diperoleh selama 114 hari pada tahun 2010 dimana pada Bulan Januari selama 17 hari, Bulan Februari selama 26 hari, Bulan Maret selama 29 hari, Bulan April selama 27 hari, dan Bulan Mei selama 15 hari. Hasil produksi selama 114 hari tersebut dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan ini adalah tebu. Tebu yang akan digiling merupakan tebu yang telah masak panen dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Bahan baku awal harus ada setiap kali akan melakukan kegiatan produksi karena bahan baku merupakan kunci utama dalam proses pengolahan yang akan berlangsung.

Dari tabel 3, tebu yang diperoleh sebanyak 382.622.320 kg/tahun. Tebu-tebu yang diperoleh tersebut dapat dilihat pada lampiran 7. Tebu-tebu tersebut diperoleh dari Unit Kebun Sei Semayang itu sendiri, yang merupakan produksi sendiri. Karena tebu yang dihasilkan oleh kebun Sei Semayang tidak mencukupi kapasitas giling dalam proses pengolahan di Pabrik Gula Sei Semayang, maka pabrik ini juga memperoleh tebu yang berasal dari TRI Sei Semayang.

Namun demikian, jumlah bahan baku tebu yang diperoleh tidak mampu menghasilkan produk gula yang banyak pula. Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil produk olahan/output yang dihasilkan sebanyak 25.086.821 kg/tahun lebih sedikit dibandingkan dengan bahan baku tebu yang akan digiling yaitu sebanyak 382.622.320 kg/tahun. Perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang diperoleh tersebut adalah 1 : 15. Sedikitnya hasil produksi yang diperoleh

dibandingkan dengan bahan baku akan digiling, dikarenakan kandungan rendemen tebu yang dihasilkan rendah.

Rendemen tebu merupakan kandungan yang terdapat pada tebu yang akan digiling. Rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanaman dan proses penggilingan di pabrik. Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi, tanaman harus bermutu baik dan ditebang pada saat yang tepat. Sedangkan rendemen gula adalah perbandingan berat kristal gula yang diperoleh dengan berat tebu yang digiling.

Pabrik sebagai sarana proses pengolahan juga berperan dalam menentukan rendemen. Tinggi rendahnya rendemen bukan hanya ditentukan oleh pabrik, tetapi juga ditentukan oleh kualitas tanaman tebu meliputi varietas tebu, budidaya tanaman tebu, waktu tanam, kemasakan optimal waktu panen, kriteria tebangan, dan waktu angkutan

Keterbatasan perolehan gula yang ada sekarang ini menyebabkan Indonesia masih mengimpor gula untuk memenuhi kebutuhan gula yang ada di Indonesia pada umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya sehingga saat ini Indonesia belum mampu untuk melakukan swasembada gula. Kinerja dari pabrik-pabrik gula di Indonesia juga cenderung menurun. Hal ini dapat dikarenakan umur pabrik gula yang sudah tua, kapasitas dan hari giling pabrik gula cenderung tidak mencapai standar.

Dari tabel 3, faktor konversi yang diperoleh adalah sebesar 0,07. Faktor konversi ini diperoleh dari pembandingan antara hasil produksi dengan bahan baku. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg tebu akan menghasilkan

0,07 kg gula. Sedangkan koefisien tenaga kerja merupakan pembandingan antara tenaga kerja dengan bahan baku, maka nilai yang diperoleh dari koefisien tenaga kerja adalah sebesar 0,0001.

Dalam melaksanakan kegiatan produksinya Pabrik Gula Sei Semayang membutuhkan tenaga kerja. Adapun tenaga kerja langsung yang berpengaruh terhadap proses pengolahan di Pabrik Gula Sei Semayang sebanyak 533 orang, dimana tenaga kerja pria sebanyak 502 orang dan wanita sebanyak 31 orang. Perbandingan antara tenaga kerja wanita dengan pria adalah 1 : 16. Hal ini diartikan bahwa satu tenaga kerja wanita sebanding dengan 16 tenaga kerja pria atau tenaga kerja pria lebih dibutuhkan dalam proses pengolahan tebu dibandingkan tenaga kerja perempuan. Dalam hal ini, bagian teknis dan pengolahan didominasi oleh tenaga kerja pria, sedangkan pada bagian penyelesaian/pengemasan didominasi tenaga kerja wanita. Maka tenaga kerja yang dibutuhkan selama 114 hari adalah sebesar 44.688 HKO.

Pendapatan

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa Pabrik Gula Sei Semayang tidak membeli bahan bahan baku. Hal ini dikarenakan adanya bagi hasil antara pihak kebun Sei Semayang dengan TRI Sei Semayang. Sehingga pada Metode hayami, harga bahan baku bernilai nol(0) rupiah.

Dalam proses pengolahan tebu menjadi gula dibutuhkan bahan tambahan pengolahan yang dimasukkan dalam memproduksi gula sehingga menghasilkan gula yang sesuai dengan kriteria/standart yang telah ditentukan. Bahan tambahan yang dimaksud merupakan bahan tambahan yang ditambahkan secara langsung ke

dalam proses pengolahan sebagai komposisi produk yang bertujuan untuk menyempurnakan produk akhir yang dihasilkan. Berikut ini merupakan tabel yang menujukkan biaya bahan tambahan pengolahan tebu adalah :

Tabel 4. Biaya Bahan Tambahan Pengolahan Tebu Di PG. Sei Semayang

No. Jenis Bahan Satuan (Rp) Persentase (%)

1 Kapur Tohor 527,686,500 30.2% 2 Belerang 844,075,000 48.3% 3 Asam Phospat 111,287,500 6.4% 4 Tolasep 89,775,000 5.1% 5 Buckem NT-49 70,150,000 4.0% 6 Natrium Phospat 6,548,400 0.4% 7 Garam Dapur 4,002,000 0.2% 8 Caustic Soda 94,080,000 5.4% Total 1,747,604,400 100% Sumber : Lampiran 3

Dari tabel 4, dapat dijelaskan bahwa pemakaian belerang sangat diperlukan dalam proses pengolahan tebu dibandingkan lainnya. Persentase penggunaan bahan tambahan terbanyak yaitu belerang sebanyak 48,3 %, sedangkan yang terkecil adalah garam dapur sekitar 0,2 %. Gas sulfit/belerang diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tabung belerang, dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian selanjutnya secara terus-menerus dialirkan ke udara kering. Tujuan pemberian gas sulfit/belerang ini adalah:

 Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan Ca(SO3)2.

 Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh pada warna kristal dari gula.

Sedangkan garam dapur digunakan untuk membersihkan heating tube pada proses penguapan. Pada kapur tohor ini dilarutkan ke dalam air sampai mencapai 5-8° Be, serta diberikan ke dalam nira mentah yang mempunyai suhu 70° C didalam defikator yang bertujuan untuk mendapatkan inti endapan berupa kristal. Asam phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang terdapat pada nira sedangkan buckem NT-49 phospat untuk membuat kristal gula lebih gampang dipisahkan, serta natrium phospat, dan caustic soda digunakan untuk membersihkan heating tube pada proses penguapan.

Nilai produk yang dihasilkan sebesar Rp. 623/kg. Nilai produk ini diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dan harga produk. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tebu menjadi gula adalah sebesar Rp. 615,74/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku dan nilai input lain. Rasio nilai tambah yang diperoleh sebesar 98 %. Hal ini berarti, dalam proses pengolahan tebu memberikan nilai tambah sebesar 98 % dari nilai produk.

Imbalan tenaga kerja langsung diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rerata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 197,03/Kg, sedangkan persentasi imbalan tenaga kerja langsung terhadap nilai tambahnya adalah 31,9 %.

Imbalan terhadap modal dan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan ini adalah 418,71 dengan tingkat keuntungannya 68 %.

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

Hasil analisis nilai tambah dengan Metode Hayami ini juga dapat menunjukkan marjin dari bahan baku tebu menjadi gula yang didistribusikan kepada imbalan

tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan. Margin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku. Dari tabel 6, nilai margin yang diperoleh adalah sebesar Rp. 623/kg.

Bagian pendapatan tenaga kerja dari pengolahan diperoleh dari perbandingan antara imbalan tenaga kerja dengan margin dikali dengan 100%. Hasil dari bagian pendapatan tenaga kerja langsung adalah sebesar 31,6%.

Balas jasa untuk sumbangan input lain diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan margin dikali dengan 100%. Hasil dari balas jasa untuk input lain adalah sebesar 1,2%. Keuntungan perusahaan yang diperoleh sebesar 67,2%. Nilai ini diperoleh dari perbandingan keuntungan dengan margin dikali dengan 100%.

Dokumen terkait