• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELI TIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Puskesmas

5. Nilai tertimbang dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman

Nilai tertimbang merupakan hasil perkalian antara bobot dan rating masing-masing indikator. Setelah nilai tertimbang masing-masing indikator ditemukan, nilai tertimbang tersebut di jumlahkan. Dari hasil pembobotan dan penilaian tersebut di atas di peroleh tabel sebagai berikut :

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Tabel 4.13

Total Nilai tertimbang dalam analisis SWOT Puskesmas Arjosari Kabupaten Pacitan

No Kategori Variabel dan Indikator Bobot Nilai Nilai Tertimbang 1 Kekuatan:

- Tersedianya tenaga gizi, bidan dan kader

- Adanya program gizi cakupan ASI Eksklusif

- Adanya Posyandu, kelas ibu, pojok gizi dan pojok ASI

- Adanya jadwal khusus Posyandu dan kelas ibu setiap bulan

- Adanya penyuluhan ASI Eksklusif saat Posyandu maupun ANC

- Terdapat pencatatan dan laporan bulanan 0,29 0,24 0,14 0,19 0,10 0,05 3 3 3 2 3 2 0,86 0,71 0,43 0,38 0,29 0,10 TOTAL 2,76 2 Kelemahan:

- Peran bidan desa dan kader belum optimal

- Belum ada dana khusus untuk ASI eksklusif

- Program manajemen laktasi masih kurang

- Cakupan ASI Eksklusif masih rendah 0,40 0,10 0,30 0,20 3 2 3 3 1,20 0,20 0,90 0,60 TOTAL 2,90

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

No Kategori Variabel dan Indikator Bobot Nilai Nilai Tertimbang 3 Peluang:

- Lokasi wilayah Puskesmas yang cukup luas namun mudah dijangkau petugas - Kinerja seksi Gizi Dinas

Kesehatan Kabupaten cukup baik

- Adanya kader di wilayah kerja puskesmas

- Adanya posyandu

- Adanya tempat praktek bidan swasta 0,14 0,21 0,36 0,29 0,07 3 3 4 3 2 0,43 0,64 1,43 0,86 0,14 TOTAL 3,50 4 Ancaman: - Kurangnya koordinasi puskesmas dan kader

- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif

- Kurangnya dukungan keluarga tentang pentingnya ASI Eksklusif

- Kesibukan ibu yang bekerja

0,30 0,20 0,40 0,10 2 2 3 2 0,60 0,40 1,20 0,20 TOTAL 2,40

Dari hasil tabel 4.13 diatas, dapat dijelaskan bahwa dari faktor kekuatan tersedianya tenaga gizi, bidan dan kader diberikan penilaian 3 berarti sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas Arjosari yang ada

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

cukup dalam mendukung faktor kekuatan dalam peningkatan kinerja, namun demikian kader posyandu belum seluruhnya aktif dan petugas gizi di puskesmas yang hanya 1 orang belum bisa setiap bulan mendatangi semua posyandu sesuai jadwal yang telah ada. Adanya program gizi cakupan ASI eksklusif diberikan penilaian 3 berarti program tersebut cukup mendukung dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kinerja program kesehatan di puskesmas. Adanya Posyandu, kelas ibu, pojok gizi dan pojok ASI diberikan penilaian 3 berarti cukup mendukung peningkatan kinerja program karena dengan keberadaan fasilitas kesehatan di wilayah sebagai kepanjangan puskesmas makan program-program kesehatan yang telah ditargetkan dapat tercapai dan pelayanan kesehatan di masyarakat juga terpenuhi. Adanya jadwal khusus Posyandu dan kelas ibu setiap bulan diberikan penilaian 2 berarti faktor ini berperan dalam peningkatan kinerja, walaupun penilaian yang diberikan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan indikator yang lain, karena dengan adanya kegiatan setiap bulan di posyandu dan kelas khusus ibu hamil maka pelaksanaan kegiatan dapat secara rutin terpantau. Adanya penyuluhan ASI Eksklusif saat Posyandu maupun ANC diberikan penilaian 3 berarti cukup mendukung peningkatan kinerja program, karena dengan penyuluhan ini pesan-pesan kesehatan terutama tentang ASI eksklusif dapat tersampaikan kepada sasaran program. Terdapat pencatatan dan laporan bulanan diberikan penilaian 2, walaupun penilaian yang diberikan pada variabel ini tidak terlalu penting,

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

namun variabel ini dapat digunakan untuk pemantauan dan evaluasi hasil kinerja setiap bulan.

Dari faktor kelemahan peran bidan desa dan kader belum optimal diberikan penilaian 3 yang berarti cukup lemah, karena peran bidan desa dan kader sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan di wilayah. Belum ada dana khusus untuk ASI eksklusif diberikan penilaian 2 yang berarti variabel ini tidak begitu lemah, karena walaupun belum ada dana khusus untuk program ASI Eksklusif, namun anggaran untuk pelaksanaan dan pemantauan program gizi sudah dianggarkan, jadi dengan anggaran yang ada diharapkan program pemberian ASI eksklusif sudah bisa tercakup didalamnya. Program manajemen laktasi masih kurang diberikan penilaian 3 yang berarti variabel ini cukup lemah, karena manajemen laktasi sangat penting bagi ibu hamil yang selanjutnya dapat berpengaruh dalam proses menyusui, jadi program manajemen laktasi ini harus lebih digalakkan lagi. Cakupan ASI eksklusif masih rendah diberikan penilaian 3 yang berarti cukup lemah, karena cakupan ASI eksklusif ini sangat berpengaruh terhadap capaian program gizi, dimana program tersebut sudah ditargetkan capaiannya secara nasional.

Dari faktor peluang lokasi wilayah puskesmas yang cukup luas namun mudah dijangkau petugas diberikan nilai 3 berarti cukup berpeluang dalam menjangkau sasaran, sehingga pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan kinerja dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan wilayah. Kinerja seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten cukup baik diberikan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

penilaian 3 berarti cukup berpeluang dalam peningkatan kinerja, karena dengan kinerja yang baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya seksi gizi maka monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan selalu diperhatikan dan dapat berjalan dengan baik. Adanya kader di wilayah kerja puskesmas diberikan penilaian 4 yang berarti variabel ini mempunyau peluang yang baik, karena dengan adanya kader di wilayah maka kegiatan di wilayah dapat dibantu oleh kader kesehatan tersebut. Adanya posyandu diberikan penilaian 3 berarti cukup berpeluang dalam peningkatan kinerja, karena dengan adanya posyandu maka tersedia sarana untuk melakukan kegiatan dan penyuluhan kepada masyarakat khusunya balita dan ibu balita dalam upaya peningkatan kinerja program ASI eksklusif. Adanya tempat praktek bidan swasta diberikan penilaian 2 berarti kurang berpeluang, namun variabel ini juga dibutuhkan dalam upaya pelayanan dan penyampaian pesan kesehatan khususnya bagi ibu dan bayinya.

Sedangkan dari faktor ancaman kurangnya koordinasi puskesmas dan kader diberikan penilaian 2 berarti tidak terlalu menjadikan ancaman pada peningkatan kinerja, namun koordinasi ini juga dibutuhkan dalam kelancaran proses pelaksanaan kegiatan, dengan koordinasi dan hubungan yang baik antara puskesmas dengan kader kesehatan yang ada di wilayah puskesmas makan keberlangsungan program dan pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan baik. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI ekslusif diberikan penilaian 2 berarti

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

tidak terlalu menjadikan ancaman dalam peningkatan kinerja program, namun demikian pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif ini harus terus ditingkatkan sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif ini bisa tumbuh dan muncul dari dirinya sendiri tanpa paksaan. Kurangnya dukungan keluarga tentang pentingnya ASI eksklusif ini diberikan penilaian 3 berarti variabel ini cukup menjadikan ancaman bagi peningkatan kinerja program peningkatan pemberian ASI eksklusif, karena dinilai dukungan keluarga sangat berperan penting bagi ibu hamil maupun ibu menyusui dimana keluarga biasanya yang memperhatikan, merawat dan memenuhi kebutuhan ibu pada saat hamil maupun menyusui. Kesibukan ibu bekerja diberikan penilaian 2 berarti variabel ini tidak terlalu menjadikan ancaman bagi tercapainya peningkatan kinerja program, karena mayoritas ibu-ibu bukan pekerja yang harus bekerja seharian namun sebagai ibu rumah tangga, jadi bagi ibu-ibu yang bekerja perlu perhatian dan penyuluhan tentang bagaimana supaya bisa tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, 6. Menentukan posisi Organisasi

Setelah diketahui nilai tertimbang dan total nilai tertimbang selanjutnya adalah menentukan posisi organisasi dalam kuadran dari ke empat kuadran yang dimiliki oleh matriks SWOT sekaligus menentukan strategi bersama yang seyogyanya diaksanakan berdasarkan posisi yang dimiliki tersebut. Dari hasil perhitungan tersebut di atas di dapatkan selisih nilai tertimbang sebagai berikut :

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Tabel 4.14

Selisih Nilai Tertimbang Faktor

FAKTOR FAKTOR SELISIH

NILAI TERTIM BANG Nilai Tertimbang Kekuatan Organisasi

NIlai Terimbang Kelemahan Organisasi Selisih Negatif

2,76 2,90 -0,14

Nilai Tertimbang Peluang Organisasi Nilai Tertimbang Ancaman Organisasi

Selisih Positif

3,50 2,40 1,10

Dari hasil perhitungan selisih antara nilai tertimbang kekuatan organisasi dengan nilai tertimbang kelemahan organisasi adalah selisih negatif (-0,14) dan perhitungan nilai tertimbang peluang organisasi dengan nilai tertimbang ancaman organisasi adalah selisih positif (1,10), maka organisasi berada pada strategi posisi kuadran II sehingga organisasi seyogyanya menggunakan strategi stabilisasi. Posisi organisasi dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 4.1

Diagram Cartesius SWOT Peluang (Opportunity)

Kuadran II Kuadran I

Stabilisasi 1 Pertumbuhan

Kelemahan (Weakness)1 Kekuatan (Strenght)

Kuadran III Kuadran IV

Pertahanan Diversivikasi Ancaman (Threat) (-0,14) (1,10)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

Analisis penetapan posisi organisasi dalam peningkatan kinerja program ASI ekslusif, dilakukan dengan mencari selisih total skor nilai tertimbang dari faktor kekuatan dan kelemahan (sumbu X), serta selisih total skor nilai tertimbang faktor peluang dan ancaman (sumbu Y). Kedua nilai tersebut dihubungkan, sehingga diketahui posisi organisasi dalam peningkatan kinerja program terletak pada kuadran II (Stabilisasi) yang berarti adanya kelemahan pada internal organisasi namun memiliki peluang yang besar. Jadi dengan peluang yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada, sehingga dapat dikembangkan dengan strategi WO pada matrik SWOT.

Pada tahap analisis digunakan matrik SWOT untuk menggambarkan posisi Puskesmas Arjosari dalam peningkatan kinerja program pemberian ASI ekslusif serta memperoleh strategi yang tepat untuk dapat diimplementasikan dalam upaya mengatasi masalah yang ditemukan.

Dokumen terkait