HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1 Multikolinieritas
4.5.3. Uji Normalitas (Jarque-Bera Test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan
yang dapat diketahui melalui uji JB test. Uji ini menggunakan hasil estimasi residual
dan Chi-square probability distribution. Berikut ini hasil estimasi yang dilakukan
dengan uji JB test seperti pada tabel 4.10 di bawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Estimasi JB Test
0 1 2 3 4 5 6 7 -200000 -100000 0 100000 200000 Series: Residuals Sample 1986 2005 Observations 20 Mean 2.82E-10 Median -11628.04 Maximum 221917.5 Minimum -155118.1 Std. Dev. 97495.82 Skewness 0.499525 Kurtosis 2.965697 Jarque-Bera 0.832732 Probability 0.659439
Berdasarkan hasil estimasi uji JB test diatas, diperoleh besarnya nilai Jarque-
Bera normality test sebesar 0,833 dan bila dibandingkan dengan nilai X2 tabel = 7,81,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB test lebih kecil dari nilai X2 tabel (JB test
hitung (0,833) < X2 tabel (7,81)), ini berarti model empiris yang digunakan dalam model
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil estimasi terhadap PDB diketahui secara keseluruhan variabel bebas yang
terdiri dari Suku bunga SBI, Kredit, dan Investasi memiliki nilai koefisien
determinasi R2 sebesar 0,9758 yang mengandung arti ketiga variabel di atas
mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 97,58 % selama
periode 1986 sampai dengan 2005.
2. Variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif sebagaimana yang akan
diperkirakan, namun cukup signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 %.
3. Variabel kredit memiliki pengaruh positif sebagaimana yang akan diperkirakan,
namun cukup signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 %.
4. Variabel investasi juga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95 %.
5. Berdasarkan tabel 4.7, nilai R2 lebih besar dari R2 dengan regresi partial. Atas
6. Dengan uji LM test, ternyata X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, dengan demikian
model yang diestimasi tidak mengandung korelasi serial (autokorelasi) diantara
faktor error.
5.2. Saran
Dari hasil studi empiris yang dilakukan mengenai pengaruh kebijakan moneter
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka dibuat beberapa saran sebagai
berikut :
1. Pemerintah diharapkan untuk melaksanakan kebijaksanaan moneter yang tepat
dan fleksibel yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi
masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan.
2. Hendaknya Pihak Perbankan dapat merespon penurunan SBI dengan melalui
penurunan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3. Bank Sentral sebaiknya memilih kebijaksanaan yang baik dalam menetapkan
tingkat bunga atau jumlah cadangan minimum dari bank-bank komersil.
4. Disarankan kepada Bank Indonesia untuk menerapkan jalur kredit (credit
channel) sebagai mekanisme transmisi moneter. Jalur kredit dapat menyerap
ABSTRACT : High economic growth is all government target. All government want
to reach this goal because economic growth can describe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. To reach this is needed by monetary policy. There is three special instrument of monetary policy which used by government to arrange the amount of money supply: open market operation with sale of SBI, ratio requirement reserve, and loan.
The data for this study were collected through documentation study. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis method. The hypothesis was simultaneously or partially tested by using Eviews 4.1.
The result of study shows that interest rate, loan and investment have a significant influence on the economic growth and loan is the variable which significantly has a dominant influence on the economic growth. With the value of determination coefficient (R Square) 97,58%, it means that the independent variable of interest rate, loan, and investment can explain economic growth as dependent variable for 97,58% while the remaining 2,42% is explained by the other independent variables which are not included in this study model.
(Key words : economic growth, interest rate, loan, investment)
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat
pula dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.
Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal, tidak produktif akan menjadi produktif yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah
“Redistribution With Growth”.
Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun tergambar
negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.
Selain itu pertumbuhan ekonomi umumnya juga disertai dengan terjadinya pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktivitasnya ke kegiatan yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi secara potensial cenderung meningkatkan produktivitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.
Kuznets dalam
Sirojuzilam(2005:5) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “
Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan”.
Pertumbuhan ekonomi
(Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama, maka untuk mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ke tahun.
dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil. Untuk mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.Apabila jumlah uang beredar meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan naik. Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar berkurang, maka pertumbuhan ekonomi akan turun.
Ada empat instrumen utama kebijakan moneter yang digunakan pemerintah yaitu : operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate), giro wajib minimum (reserve requirement ratio), pengaturan kredit dan pembiayaan Di luar empat instrument tersebut (yang merupakan kebijakan moneter bersifat kuantitatif), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral persuasion).
Tinjauan Pustaka
Arestis dan Sawyer (2002), melihat bagaimana tingkat bunga sebagai instrumen utama kebijakan moneter mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode OLS dengan menggunakan
tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap PDB. Penurunan 1 persen tingkat bunga akan menurunkan 0,2 hingga 0,35 persen PDB.
Hafer, Haslag dan Jones (2002), meneliti tentang hubungan antara kebijakan moneter dan output di Amerika Serikat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS dengan menggunakan data tahun 1961-1982 dan 1961-2000. Penelitian ini terdiri dari tiga kajian. Yang pertama yaitu melihat hubungan antara kebijakan moneter dan output dengan mengestimasi persamaan output gap dimana tingkat pembiayaan bank dalam bentuk kredit menjadi instrumen kebijakan moneter. Yang kedua mengestimasi Congressional
Budget Office (CbO) terhadap output
gap, dan yang ketiga mengestimasi pengaruh tingkat bunga terhadap output. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat pembiayaan bank dalam bentuk kredit terhadap output dalam kurun waktu 1961-1982.
Didik J.Rachbini (2003), menyimpulkan bahwa stabilitas ekonomi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Stabilitas tersebut diwujudkan melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Evaluasi dan koordinasi penyempurnaan peraturan perbankan
memacu pertumbuhan ekonomi.
Purbaya Yudhi Sadewa (2005), dalam suatu penelitian pada data periode 2000-2005 menunjukkan naik turunnya suku bunga SBI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hanya saja pengaruhnya akan lebih signifikan jika suku bunga SBI berada dibawah 10 persen yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan pendekatan kointegrasi. Digunakannya metode kointegrasi ini adalah untuk melihat hubungan dan perubahan struktur jangka panjang antara variabel-variabel regresi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia pada kurun waktu tahun 1986-2005.
Definisi Operasional Variabel
1. Pertumbuhan ekonomi di proxy dengan Produk Domestik Bruto (PDB) harga
konstan yang dihitung (dalam satuan miliar rupiah).
investor atau pengusaha yang berguna untuk membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan hasil/profit pada masa yang akan datang yang dihitung (dalam satuan miliar rupiah).
4. Kredit yang disalurkan (LOAN)
adalah kredit yang disalurkan bank umum dalam bentuk rupiah dan valas pertahun (dalam satuan miliar rupiah).
Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari model keseimbangan IS-LM. Model keseimbangan IS-LM dapat kita lihat pada persamaan berikut, yaitu =
)) ( ( ) 1 ( ) 1 ( h k x k M Y h k x bt b n bt b G d be a Y − − f + − − + − + + − =
Dari persamaan tersebut dapat dilihat koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal, dimana pertumbuhan ekonomi adalah fungsi dari kebijakan moneter (M) dan kebijakan fiskal (G). Secara singkat dapat ditulis :
Y = f (M,G)
Untuk Variabel M dapat disubstitusi dengan kredit (Loan),tingkat suku bunga, dan investasi hal ini berdasarkan pada teori
Balance Sheet Channel dimana uang
dapat diproxi dengan kredit atau tingkat suku bunga.
Dengan spesifikasi model sebagai berikut : μ β β β α + + + + = 1X1 2X2 3X3 Y Dimana : Y : PDB (dalam rupiah) α : Intercept 3 , 2 , 1 β β β : Koefisien regresi X1 : Suku Bunga
SBI (dalam persen)
X2 : Kredit (dalam rupiah) X3 : Investasi (dalam rupiah) μ : Term of Error Pengujian Hipotesis Uji Kesesuaian
Koefisien determinasi dilakukan
untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependent.
a. Uji t-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependent variabel.
Dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
Sbi b bi hitung t− = ( − ) Dimana : bi : koefisien variabel independen ke-i
b : Nilai hipotesis nol
Sbi : simpangan baku dari variabel independen ke-i
b. Uji F-statistik
Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen variabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : bi = b2 =………bk = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : bi ≠ 0 (ada pengaruh) untuk i =1…..k
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
k : jumlah variabel independen
n : jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95 % sebagai berikut : Ho diterima jika F-hitung < F α
Ho ditolak jika F-hitung > F α
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu maka perlu melakukan Uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari :
1. Uji Multikolinieritas
Interpretasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variable-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas maka akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu pendeteksian multikolinieritas dengan besaran- besaran regresi yang didapat, yakni :
a. Variabel besar (dari taksiran
OLS)
b. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar).
tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standard error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi (a1 –
a4) tidak signifikan.
d. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t.
e. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyelesaikan interprestasi.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam
disturbansi atau μ1 dengan
penggunaan rotasi E (μ1, μj) = 0 ; I
J. Secara sederhana model klasik mengasumsikan unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi unsur distribusi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain.
≠
Oleh karena model regresi mempunyai nilai kelambanan (lag) dari variabel terikat, maka untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini, akan dilakukan
maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.
b. Jika nilai X2hitung < nilai X2tabel,
maka hipotesis yang menyatakan tidak ada korelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.
3. Uji Normalitas
Asumsi model linier klasik adalah bahwa faktor pengganggu μ1
mempunyai nilai rata-rata yang sama dengan 0, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimation akan mempunyai sifat-sifat statistik yang diinginkan, seperti unbias dan varian yang minimum. Untuk dapat mengetahui normalnya μ 1 dilakukan
dengan J-B test (Jarque – Bera test). Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan chi-square probability distribution, yaitu dengan membandingkan nilai JB hitung = X2
hitung dengan nilai X2 tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut :
a. Jika JBhitung > nilai X2tabel,
maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual μ1
adalah berdistribusi normal ditolak.
b. Jika JBhitung < nilai X2tabel,
bunga SBI, Kredit, dan Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dilakukan estimasi dengan
hasil estimasi tersebut diperoleh persamaan regresi seperti pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 1. Hasil Estimasi Ordinary Least Square
Variabel Koefisien t-statistik Prob.
C 11.11806 81.15565 0.0000
Suku Bunga SBI (X1) -0.006010 -3.669857 0.0021
KREDIT (X2) 0.209339 16.29358** 0.0000 INVESTASI (X3) 0.044185 2.503162* 0.0235 R-squared Adjusted R-squared F-statistic D-W stat 0.975830 0.971299 215.3299 1.246095 Sumber : Hasil Penelitian, 2008 (data diolah)
Keterangan :
** : signifikan pada α= 1 % * : signifikan pada α= 5 %
Berdasarkan tabel 1. di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9758 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan regresi, mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia (PDB) sebesar 97,58 persen selama kurun waktu yang diteliti, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
Bila dianalisis secara simultan (serentak) dari masing-masing variabel bebasnya, maka pengaruhnya terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang diproxi dengan produk
domestik bruto memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada α= 5 %.. Hal ini dapat dilihat dari nilai F- statistik (215,3299) lebih besar dari F- tabel (3,24) dan apabila dianalisis secara parsial dari masing-masing variabel bebasnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebasnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan yang berbeda.
Berdasarkan hasil estimasi di atas, variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif sebesar 0,0060 dengan nilai t statistik
di Indonesia. Hasil studi ini memberi arti apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan sebanyak 1 persen, ceteris paribus, maka akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 0,0060 miliar rupiah. Hasil studi ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara suku bunga SBI dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus.
Hasil estimasi untuk variabel kredit memiliki pengaruh yang positif sebesar 0,2093 dengan nilai t statistik sebesar16,293. Ini berarti variabel kredit secara statistik memiliki pengaruh yang positif dan cukup signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil studi ini memberi arti apabila kredit mengalami kenaikan sebesar 1 miliar rupiah, ceteris
paribus, maka akan berdampak pada
meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 0,2093 miliar rupiah. Hasil studi ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kredit dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus.
Sedangkan hasil estimasi untuk variabel investasi memiliki pengaruh yang positif sebesar 0,0441 dengan nilai t statistik sebesar 2,503. Ini berarti variabel investasi secara statistik memiliki pengaruh yang
sebanyak 1 persen, ceteris paribus, maka akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 0,0441 miliar rupiah. Hasil studi ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus.
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Multikolinieritas
Pengujian masalah
multikolinieritas dilakukan dengan uji Korelasi Parsial (Partial Correlations Examinations), yaitu dengan
membandingkan nilai R2y,x dengan
nilai R2x,x dengan kriteria keputusan sebagai berikut :
1. Jika nilai R2y,x < R2x,x maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikilinieritas dalam model empiris yang digunakan, diterima.
2. Jika nilai R2y,x > R2x,x maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikilinieritas dalam model empiris yang digunakan, ditolak.
Dari hasil estimasi model regresi, diperoleh nilai R2 sebesar 0,9758 dan variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan secara statistik.
Kredit = f (SBI, INV) 0.482925 Investasi = f (SBI, KREDIT) 0.487676 Sumber : Hasil Penelitian, 2008 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai R2 dari regresi auxiliary lebih kecil dari R2 regresi awal (0,9758), sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinieritas.
Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya serial korelasi, dapat dilakukan uji B-G serial korelasi LM test. Uji ini lebih baik dibandingkan dengan Durbin
Watson, karena lebih mudah diinterpretasikan dan dapat diterapkan untuk regresi yang menggunakan lag variabel. Berikut ini hasil estimasi dari B-G serial korelasi LM Test :
Tabel 3. Hasil Estimasi B-G Serial Korelasi LM Test
F-statistic 2.088973 Probability 0.168933
Obs*R-squared 2.444820 Probability 0.117913 Sumber : Hasil Penelitian,2008 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji di atas, menunjukkan bahwa besarnya nilai X2 hitung (Obs*R-squaredstat) = 2,44 <
X2tabel = 7,81. Dengan demikian
Hipotesa nol (Ho) yang menyatakan
bahwa tidak ada autokorelasi diterima. Artinya dalam model yang diestimasi tersebut tidak mengandung korelasi serial (autokorelasi) antar faktor penggangu (error term).
Uji Normalitas (Jarque-Bera Test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan yang dapat diketahui melalui uji JB test. Uji ini
menggunakan hasil estimasi residual dan Chi-square probability distribution. Berikut ini hasil estimasi yang dilakukan dengan uji JB test seperti pada tabel 4.10 di bawah ini :
0 1 2 3 4 5 6 7 -200000 -100000 0 100000 200000 Series: Residuals Sample 1986 2005 Observations 20 Mean 2.82E-10 Median -11628.04 Maximum 221917.5 Minimum -155118.1 Std. Dev. 97495.82 Skewness 0.499525 Kurtosis 2.965697 Jarque-Bera 0.832732 Probability 0.659439
Berdasarkan hasil estimasi uji JB test diatas, diperoleh besarnya nilai Jarque- Bera normality test sebesar 0,833 dan bila dibandingkan dengan nilai X2 tabel = 7,81, maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB test lebih kecil dari
nilai X2 tabel (JB test hitung (0,833) < X2 tabel (7,81)), ini berarti model empiris
yang digunakan dalam model tersebut mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil estimasi terhadap PDB diketahui secara keseluruhan variabel bebas yang terdiri dari Suku bunga SBI, Kredit, dan Investasi memiliki nilai koefisien
determinasi R2 sebesar 0,9758
yang mengandung arti ketiga variabel di atas mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 97,58
% selama periode 1986 sampai dengan 2005.
2. Variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif sebagaimana yang akan diperkirakan, namun
signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 %.
4. Variabel investasi juga
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95 %.
5. Berdasarkan tabel 4.7, nilai R2 lebih besar dari R2 dengan regresi partial. Atas dasar ketentuan rule of thumb, maka model ini terbebas dari multikolinieritas.
6. Dengan uji LM test, ternyata X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, dengan demikian model yang diestimasi tidak mengandung korelasi serial (autokorelasi) diantara faktor error.
Saran
Dari hasil studi empiris yang dilakukan mengenai pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan.
2. Hendaknya Pihak Perbankan dapat merespon penurunan SBI dengan melalui penurunan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3. Bank Sentral sebaiknya memilih kebijaksanaan yang baik dalam menetapkan tingkat bunga atau jumlah cadangan minimum dari bank-bank komersil.
4. Disarankan kepada Bank Indonesia untuk menerapkan jalur kredit (credit channel) sebagai mekanisme transmisi moneter. Jalur kredit dapat menyerap likuiditas lebih cepat sehingga lebih efektif mempengaruhi perekonomian.
Deliarnov.1995. Pengantar Ekonomi Makro, UI Press, Jakarta. Gujarati, Damodar.1999. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
Mandala, Manurung dan Prathama, Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Marsuki.2005. Analisis Sektor Perbankan, Moneter, Dan Keuangan Indonesia, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Nasution, Mulia.1998. Ekonomi Moneter Uang Dan Bank, Djambatan, Jakarta. Nopirin.1992. Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2004. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sinungan, Huchdarsyah.1984. Kebijaksanaan Moneter, Bina Aksara, Jakarta. Sirojuzilam.2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI, Bandung. Sjahrir.1995. Persoalan Ekonomi Indonesia Moneter, Sinar Harapan, Jakarta. Sugiyono.1999. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Tarigan, Robinson.2003. Ekonomi Regional Teori, Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Waluya, Harry.1993. Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Solo. Wijaya, Faried.2000. Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.