• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

A. MAHENDRA 067018042/EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan

pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor

ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan di masa yang akan datang.

Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil

pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling

bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.

Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan

terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan

lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal, tidak produktif

akan menjadi produktif yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri.

Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”.

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke

(3)

pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,

sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya

disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.

Selain itu pertumbuhan ekonomi umumnya juga disertai dengan terjadinya

pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktivitasnya ke kegiatan

yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi secara potensial

cenderung meningkatkan produktivitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.

Kuznets dalam Sirojuzilam(2005:5) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai “ Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini

bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis yang diperlukan”.

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai

kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan

mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama, maka untuk mengatakan tingkat

pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari

tahun ke tahun.

Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi stabil tidaklah

pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini ibaratnya mata uang 2 sisi, kadang

dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil. Untuk mencapai inilah

(4)

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter

(biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit

yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.Apabila

jumlah uang beredar meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan naik. Sebaliknya,

apabila jumlah uang beredar berkurang, maka pertumbuhan ekonomi akan turun.

Ada empat instrumen utama kebijakan moneter yang digunakan pemerintah

yaitu : operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount

rate), giro wajib minimum (reserve requirement ratio), pengaturan kredit dan

pembiayaan Di luar empat instrument tersebut (yang merupakan kebijakan moneter

bersifat kuantitatif), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral persuasion).

a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Jika pemerintah ingin mengendalikan jumlah uang beredar dengan

menggunakan instrumen operasi pasar terbuka (OPT), maka pemerintah menjual dan

membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di Indonesia, salah satu alat yang

sering digunakan Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang beredar adalah

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dikeluarkan BI kepada setiap pemilik SBI Bank

Indonesia memberikan balas jasa berupa pendapatan bunga.

Jika Bank Indonesia ingin mengurangi jumlah uang beredar (kebijakan uang

ketat atau tight money policy), maka pemerintah menarik jumlah uang beredar dari

masyarakat dengan jalan membuat masyarakat semakin banyak membeli SBI. Agar

(5)

tingkat bunga SBI. Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka

Bank Indonesia melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menarik SBI yang berada di

tangan masyarakat, dengan cara membelinya. Agar semakin banyak SBI yang dijual,

maka Bank Indonesia menurunkan tingkat bunga SBI.

b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Untuk membantu Bank Umum yang mengalami kesulitan dana dalam rangka

ekspansi kredit, Bank Sentral dapat memberi pinjaman. Pinjaman oleh Bank Sentral

kepada Bank Umum tersebut disebut juga fasilitas diskonto atau tingkat diskonto.

Yang dimaksud dengan tingkat diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan

pemerintah atas Bank-Bank Umum yang meminjam ke Bank Sentral. Dalam kondisi

tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam

kepada Bank Sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah untuk

mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.

Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah

menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga

pinjaman yang lebih murah, maka keinginan Bank-Bank Umum untuk meminjam

uang dari Bank Sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar

bertambah. Sebaliknya bila ingin menahan laju pertambahan jumlah uang beredar,

(6)

bank meminjam uang dari Bank Sentral sehingga pertambahan jumlah uang beredar

dapat ditekan.

c. Giro Wajib Minimum (reserve requirement ratio = RRR)

Penetapan cadangan wajib minimum (giro wajib minimum) juga dapat

mengubah jumlah uang beredar. Jika Bank Sentral menurunkan giro wajib minimum

maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang

beredar bertambah. Sebaliknya jika giro wajib minimum dinaikkan maka daya

ekspansi kredit Bank Umum menurun dan jumlah uang beredar juga berkurang.

d. Kredit

Yang dimaksud dengan kredit adalah kredit yang disalurkan bank umum dalam

bentuk rupiah dan valas pertahun (satuan milyar rupiah). Mekanisme jalur kredit

dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, jalur neraca perusahaan (balance sheet

channel) yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi perusahaan

yang kemudian mempengaruhi akses perusahaan untuk memperoleh kredit. Kedua,

jalur pinjaman bank (bank lending channel) yang menekankan pengaruh kebijakan

moneter pada kondisi keuangan bank,khususnya sisi aset (Warjiyo dan Solikin,2003).

e. Imbauan Moral (moral persuasion)

Selain empat instrumen di atas (yang merupakan kebijakan yang bersifat

(7)

Instrumen ini sangat kualitatif sifatnya dan tidak menuntut Bank Umum untuk

menaatinya. Biasanya imbauan moral merupakan pernyataan Bank Sentral (misalnya

oleh Gubernur Bank Indonesia) yang bersifat mengarahkan atau memberi informasi

yang lebih bersifat makro untuk dijadikan masukan bagi Bank-Bank Umum dalam

pengelolaan aset dan kewajibannya.

Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi

yang lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut diukur dengan

menggunakan indikator-indikator makro utama seperti terpeliharanya pertumbuhan

ekonomi yang baik, stabilitas harga umum yang terkendali, dan menurunnya tingkat

pengangguran.

Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang kegiatannya

bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan, maka pemerintah perlu

melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan sistem

perkreditan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi

ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan.

Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai stabilisasi ekonomi.

Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut dipengaruhi oleh dua faktor,

pertama : kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi

tersebut, kedua : jangka waktu perubahan kebijakan moneter terhadap kegiatan

ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisa sampai sejauh mana

(8)

ekonomi di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul ”Analisis Kebijakan

Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil

sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk lebih

mempermudah dan mensistemasikan penulisan tesis ini. Selain itu, rumusan masalah

ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan

tesis.

Penulis mencoba membuat perumusan masalah apakah kebijakan moneter yang

selama ini diterapkan pemerintah pusat yang tujuannya untuk stabilisasi ekonomi

juga berpengaruh terhadap peningkatan PDB Indonesia .

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah:

1. Berapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia ?

2. Berapa besar pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?

(9)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh

kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah penulis dalam disiplin ilmu

yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara kontekstual dan tekstual.

3. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik membahas

(10)

2.1. Kebijakan Moneter

2.1.1. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter

(biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit

yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan

kebijakan moneter, terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan

kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang

seimbang. Kalau kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijakan

moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).

Kebijakan moneter adalah bagian dari kebijakan ekonomi makro yang meliputi

pula kebijakan lain. Selain kebijakan moneter, pemerintah secara simultan

melaksanakan kebijakan fiskal (anggaran), kebijakan perdagangan luar negeri (trade

policy), dan kebijakan mengenai peraturan dan perizinan (licensing and regulation).

Selain itu pemerintah juga melaksanakan kebijakan khusus tentang investasi, pasar

modal serta sektor produksi.

Tujuan pembangunan yang dikenal sebagai Trilogi Pembangunan berupa

pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas, bukanlah sasaran yang didapat melalui

(11)

sasaran tujuan pembangunan juga bisa berbeda-beda sesuai dengan keadaan ekonomi

yang dihadapi serta kendala sumber (resource constraints) pada kurun waktu suatu

kebijakan dirumuskan dan diimplementasikan.

Kebijakan moneter yang baik dan dilakukan dalam waktu yang tepat dapat

merupakan bantuan yang amat berharga untuk meredakan resesi. Kebijakan tersebut

dapat kita perinci sebagai berikut :

a. Pengaruh yang pertama atas pembelanjaan masyarakat dari kebijakan moneter

dapat melalui pengaturan atas syarat-syarat kredit yang harus dipenuhi para

peminjam kredit.

b. Mempengaruhi pembelanjaan dapat pula melalui kebijakan kredit yang

ditujukan kepada jumlah uang total dan aktiva likuid lainnya.

c. Kebijakan moneter adalah faktor yang dapat mempengaruhi iklim finansial

dalam pengertian bahwa apabila iklim tersebut menyenangkan yaitu jika

kredit itu mudah pengaruhnya ialah mendorong pengusaha,

penyelenggaraan-penyelenggaraan investasi atau konsumen untuk membelanjakan uangnya,

dan sebaliknya jika suasana finansil itu tidak menyenangkan yaitu jika kredit

dan uang itu dibikin sesak maka para pengusaha akan berhati-hati dan

pengaruh ini akan meluas kepada pengusaha-pengusaha lainnya, sehingga

pengaruh kebijakan moneter itu akan mendorong menaikkan atau menekan

(12)

d. Pengaruh terhadap jumlah pembelanjaan dapat dikatakan dengan tekanan

terhadap volume pembelanjaan yang dibiayai melalui perluasan kredit.

Sebagian besar dari kebijakan yang ada biasanya tidak dapat dengan langsung

mempengaruhi pengeluaran kredit. Tekanan yang terlebih dekat adalah atas

biaya-biaya dan jumlah yang tersedia dari kredit jangka pendek. Dengan

perkataan lain, kebijakan itu dapat melalui tindakan untuk mempermudah dan

mempermurah atau sebaliknya mempersukar dan mempermahal pinjaman

kredit jangka pendek.

e. Pengaruh moneter dapat pula terasa melalui tekanan ke atas atau tekanan ke

bawah yang cukup atas nilai aktiva yang diperjualbelikan, sehingga ia dapat

menaikkan atau menurunkan jumlah aktiva yang dapat diterima oleh

perdagangan, perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan lainnya. Cara itu

dimaksudkan untuk mendorong perusahaan-perusahaan, perseorangan atau

lembaga keuangan supaya mereka mempunyai kecenderungan yang lebih

besar atau lebih kecil untuk menjual aktivanya guna memperoleh likuiditas.

2.1.2. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kegiatan ekonomi. Banyak faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kegiatan

ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol pemerintah. Tetapi kebijakan

moneter merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga dengan

(13)

Apabila pemerintah memandang bahwa tujuan pembangunan ekonomi tidak

seperti yang diharapkan, misalnya adanya pengangguran yang tinggi, inflasi ataupun

defisit dalam neraca pembayaran, maka perlu adanya tindakan stabilisasi untuk

menghilangkan / mengurangi pengangguran, menekan inflasi dan defisit.

Ada empat instrumen utama kebijakan moneter yang digunakan pemerintah

yaitu: operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount

rate),giro wajib minimum (reserve requirement ratio) dan kredit. Di luar empat

instrument tersebut (yang merupakan kebijakan moneter bersifat kuantitatif),

pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral persuasion).

2.2. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) 1). Pengertian SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek

dengan sistem diskonto. Sertifikat Bank Indonesia pada dasarnya adalah merupakan

instrument investasi jangka pendek yang bebas resiko (risk free).

2). Tujuan Penerbitan SBI

Sertifikat Bank Indonesia diterbitkan berdasarkan atas unjuk, yaitu terakhir

membawa Sertifikat Bank Indonesia pada saat jatuh tempo maka dialah yang berhak

(14)

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan

nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang

giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah.

SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang

primer tersebut.

Pada dasarnya, dengan digunakannya SBI maka Bank Indonesia mempunyai

alat dalam Operasi Pasar Terbuka walaupun tidak ada surat berharga pemerintah. Hal

seperti ini juga dilakukan oleh beberapa Bank Sentral untuk menyedot kelebihan

likuiditas perbankan jika kondisi moneter terlalu ekspansif. Perbankan dapat

memanfaatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki dengan membeli SBI jika dana

tersebut tidak dipinjamkan kemasyarakat.

Dengan adanya SBI maka pemerintah dapat melakukan pengendalian jumlah

uang beredar yang terdapat dimasyarakat.

3). Dasar Hukum Penerbitan SBI

Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli

1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta intervensi

rupiah.

Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu operasi pasar

terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun

demikian tidak tertutup kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun

(15)

dilakukan secara langsung dengan Bank Indonesia melainkan harus melalui Bank

Umum serta pialang pasar uang dan pasar modal yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

4). Karakteristik SBI

1. Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk

jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.

2. Denominasi dari yang terendah Rp.50 juta sampai dengan tertinggi Rp.100

milyar.

Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus berikut ini:

Nilai Tunai = Nilai Nominal x 360

360 + {(Tingkat Diskonto) x (Jangka Waktu)}

3. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka. Besarnya

diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.

4. Pajak penghasilan (pph) atas diskonto dilakukan secara final sebesar 15 %.

5). Tata cara transaksi SBI

1. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

2. Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa.

3. Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum,

pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari

(16)

4. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta melakukan penawaran

jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah

peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto terendah sampai dengan

jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. SBI tidak ditentukan oleh Bank

Indonesia melainkan para peserta lelang itu sendiri. Semakin rendah tingkat

diskonto yang ditawarkan oleh peserta maka semakin besar kemungkinan peserta

tersebut memenangkan lelang.

5. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta untuk menghindari

terjadinya pemalsuan, pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan

(BDS) sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank Indonesia

tanpa dipungut biaya penyimpanan.

6). Hubungan suku bunga SBI dengan pertumbuhan ekonomi

Jika pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menambah

jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menarik SBI yang berada di tangan

masyarakat, dengan cara membelinya. Agar semakin banyak SBI yang dijual, maka

Bank Indonesia menurunkan tingkat bunga SBI. Jika Bank Indonesia ingin

mengurangi jumlah uang beredar (kebijakan uang ketat atau tight money policy),

maka pemerintah menarik jumlah uang beredar dari masyarakat dengan jalan

membuat masyarakat semakin banyak membeli SBI. Agar masyarakat semakin

(17)

2.3. Investasi

2.3.1. Pengertian Investasi

Secara umum Investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam

masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,

pembukaan tanah baru dan sebagainya.Menurut Sukirno (2000;366), Investasi

didefinisikan sebagai : pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal

dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama

menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa dimasa depan. Dengan perkataan lain, dalam Teori

Ekonomi Investasi berarti kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas

memproduksi sesuatu dalam perekonomian.

Dalam kaitannya dengan perusahaan dimana perusahaan melakukan investasi

untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya, dimana dana investasi tersebut salah

satunya bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga

keuangan, maka Deliarnov (1995:80-81) mengemukakan : ”Investasi merupakan

pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk

membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua

modal lain yang diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk keperluan

bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya,

juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan

(18)

2.3.2. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi merupakan suatu faktor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi

jangka panjang (bagi kelangsungan pembangunan ekonomi). Pembangunan ekonomi

melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) disemua sektor-sektor

ekonomi. Untuk kegiatan-kegiatan tersebut perlu dibangun pabrik-pabrik,

gedung-gedung perkantoran, infrastruktur seperti jalan raya, bandara, jembatan, alat-alat

transportasi dan komunikasi dan sebagainya. Untuk pengadaan semua itu, diperlukan

dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi.

Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan

pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya menciptakan atau meningkatkan

permintaan di pasar. Pasar berkembang dan berarti juga volume kegiatan produksi,

kesempatan kerja dan pendapatan didalam negeri meningkat, maka terciptalah

pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara erat kaitannya dengan tingkat produktivitas

penggunaan modal. Untuk melihat besarnya pembentukan modal tetap domestik

bruto dengan pertambahan PDB (Products National Bruto) adalah dengan melihat

Incremental Capital Output Ratio (ICOR).ICOR dapat digunakan untuk

menunjukkan efisiensi suatu perekonomian dalam menggunakan barang modal, dan

menunjukkan kecenderungan penggunaan metode produksi (padat karya atau padat

(19)

2.4. Kredit

Yang dimaksud dengan kredit adalah kredit yang disalurkan bank umum dalam

bentuk rupiah dan valas pertahun (satuan milyar rupiah).Mekanisme jalur kredit

dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, jalur neraca perusahaan (balance sheet

channel) yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi perusahaan

yang kemudian mempengaruhi akses perusahaan untuk memperoleh kredit. Kedua,

jalur pinjaman bank (bank lending channel) yang menekankan pengaruh kebijakan

moneter pada kondisi keuangan bank,khususnya sisi aset (Warjiyo dan Solikin,2003).

a) Jalur Neraca Perusahaan (balance sheet channel)

Jalur neraca perusahaan menekankan bahwa kebijakan moneter yang dilakukan

oleh bank sentral akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pada sisi yang

lain, adanya informasi yang asimetris menyebabkan cenderung terjadinya

kelambanan dalam perkembangan kredit. Pada satu sisi sering terjadi praktik moral

hazard dikalangan peminjam, sehingga menyebabkan keengganan perbankan dalam

menyalurkan kredit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan beberapa

kebijakan moneter yang akan mempengaruhi posisi neraca perbankan dan neraca

perusahaan sebagai peminjam sehingga aktifitas kredit berjalan lancar dan dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

b) Jalur pinjaman bank (Bank lending channel)

Jalur pinjaman bank inti nya adalah digunakannya sejumlah dana (money) yang

(20)

lainnya) sebagai sumber pembiayaan (kredit) yang merupakan salah satu komponen

aset perbankan (Nualtaranee, 2005). Menurut jalur ini, sisi aset juga berpengaruh

terhadap aktivitas kredit.

2.4.1. Hubungan antara kredit dengan pertumbuhan ekonomi

Kredit dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan cara jumlah uang

beredar dinaikkan, sehingga deposito bank meningkat. Meningkatnya deposito bank

menyebabkan kredit perbankan mengalami peningkatan sehingga investasi akan

meningkat dan akhirnya pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Contoh lain

misalnya, jika bank sentral menurunkan rasio cadangan minimum, maka cadangan

yang ada di bank umum akan meningkat, sehingga dana yang akan disalurkan dalam

bentuk kredit akan mengalami kenaikan yang dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

2.5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Di antara para pemikir ekonomi, terdapat beberapa perbedaan berkenaan dengan

besarnya pengaruh uang terhadap perekonomian (yakni besarnya angka pelipat uang)

serta bagaiman jalur pengaruh (mekanisme transmisi) perubahan jumlah uang

terhadap perekonomian. Ada beberapa jalur dalam mana perubahan jumlah uang

mempengaruhi kegiatan ekonomi (biasanya kegiatan ekonomi diukur dengan

(21)

a. Jalur Biaya Modal (The Cost Of Capital Channel)

Dalam ekonomi Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara

sektor moneter dengan sektor riil. Perubahan jumlah uang misalnya, akan

mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi investasi

atau bahkan mungkin juga konsumsi. Investasi ini merupakan bagian dari

pengeluaran total (aggregate expenditure). Perubahan dalam pengeluaran total pada

gilirannya akan mempunyai efek ganda terhadap keseimbangan pendapatan nasional.

Dengan demikian, tingkat bunga yang merupakan biaya modal dapat dipandang

sebagai indikator pengaruh kebijakan moneter / sektor moneter terhadap

keseimbangan pendapatan (sektor riil).

b. Jalur Kekayaan (Wealth Channel)

Pengaruh perubahan jumlah uang terhadap pendapatan nasional dapat juga

melalui jalur kekayaan. Pengertian kekayaan biasanya meliputi :

1. Kekayaan yang berupa barang phisik (rumah, tanah, dan sebagainya).

2. Surat berharga

3. Uang tunai

Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran total (dalam hal ini konsumsi)

telah dijelaskan oleh Pigou (yang sering disebut dengan Pigou effect atau real balance

effect). Real balance effect dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perubahan nilai uang kas riil (real cash balance) baik disebabkan oleh karena

(22)

harga tetap) akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari

pengeluaran total. Dengan perubahan pengeluaran total maka keseimbangan

pendapatan akan berubah.

Dengan demikian kebijakan moneter akan mempengaruhi jumlah uang (dimana

uang merupakan bagian dari kekayaan). Perubahan salah satu komponen kekayaan ini

(dalam hal ini uang kas riil) akan mempengaruhi konsumsi (melalui real balance /

Pigou effect). Konsumsi merupakan bagian dari pengeluaran total. Perubahan

pengeluaran total akan mengakibatkan perubahan pendapatan.

c. Jalur Harga Relatip (Teori Portfolio)

Teori portfolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegan

sesuatu (beberapa) kekayaan tertentu, termasuk dalam bentuk uang. Beberapa

anggapan teori ini antara lain :

1. Setiap orang akan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal

(marginal return) dari masing-masing bentuk kekayaan dalam portfolionya.

2. Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk

kekayaan tersebut relatip terhadap bentuk kekayaan yang lain.

3. Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekayaan yang harganya turun

tersebut dengan bentuk kekayaan lain yang harganya lebih tinggi.

4. Proses pertukaran tersebut (dengan demikian juga berarti proses perubahan

susunan bentuk kekayaan akan berjalan terus akan dilakukannya sampai

(23)

Perubahan harga relatip sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses

penyesuaian susunan portfolio seseorang. Misalnya, penambahan jumlah uang

sebagai akibat dari kebijakan moneter yaitu membeli surat berharga oleh Bank

Sentral, akan menyebabkan individu kelebihan uang kas dalam portfolionya.

Individu akan menukarkan kelebihan uang kas ini dengan bentuk kekayaan

yang lain. Harga kekayaan lain akan naik (atau returnnya turun). Produksi (dan

dengan demikian investasi) pada bentuk kekayaan lain akan naik. Investasi naik akan

mengakibatkan pendapatan juga bertambah. Dari contoh ini jelas bahwa kenaikan

jumlah uang akan dapat menaikkan pendapatan.

d. Jalur Langsung (Teori Monetarist)

Menurut teori ini pengaruh kebijakan moneter terhadap GNP secara langsung.

Jalur mekanisme langsung, ini sifatnya lebih sederhana. Menurut pendapatnya,

karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks sehingga sukar untuk

digambarkan, maka tidak bisa dinyatakan secara spesifik. Oleh karena itu tidak bisa

digambarkan secara terperinci.

Tenggang Waktu (Lag) Efek Dari Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter untuk tujuan stabilisasi ekonomi tergantung pada, pertama

kuat/tidaknya hubungan antara perubahan kebijakan moneter dengan kegiatan

ekonomi dan kedua jangka waktu antara perubahan kebijakan moneter dengan

(24)

dengan perubahan kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag). Ada

beberapa komponen (unsur) dalam lag efek kebijakan moneter ini.

Recognition lag mencakup waktu dari to ke t1, yakni waktu yang diperlukan oleh

Bank Sentral untuk mengumpulkan data ekonomi serta menganalisa perubahan

kegiatan ekonomi yang diinginkan dengan melakukan kebijakan moneter. Pada waktu

t0 tingkat kegiatan ekonomi telah berubah, misalnya terdapatnya kenaikan

pengangguran yang cukup besar. Sebelum Bank Sentral mengambil kebijakan

moneter guna mengatasi masalah pengangguran ini diperlukan waktu terlebih dahulu

untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengangguran.

Administrative lag menunjukkan waktu antara diketahuinya (oleh Bank Sentral)

akan diperkirakan untuk merubah kebijakan moneter (t1) dengan waktu dalam mana

Bank Sentral betul-betul merubah satu atau beberapa instrumen kebijakan moneter

(t2). Keseluruhan recognition dan administrative lag sering disebut dengan inside lag,

yakni jangka waktu antara perubahan keadaan / kegiatan ekonomi yang memerlukan

perubahan kebijakan moneter dengan perubahan satu atau beberapa instrument

kebijakan moneter.

Outside / impact lag adalah waktu antara perubahan dalam instrument kebijakan

moneter (t2) dengan efek dari kebijakan moneter tersebut dalam kegiatan ekonomi.

Lag ini mengukur lamanya waktu dalam mentransfer perubahan kebijakan moneter

dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi (t3).

Masalah lag ini sangat penting terutama dalam kaitannya dengan kebijakan

(25)

tenggang waktu (lag) inilah yang sering kebijakan moneter yang ditujukan untuk

stabilisasi kegiatan ekonomi malah berakhir dengan ketidakstabilan. Milton Friedman

adalah salah satu ahli ekonomi yang mempermasalahkan lag dalam kebijakan

moneter dan fiskal.

Gambar berikut menjelaskan permasalahan tersebut :

Kebijakan Moneter Counter Cyclical

GNP

KM Restriktip

C A Efek KM

Ekspansip B

Kebijakan Efek

Moneter (KM) KM D Ekspansip Restriktip

Waktu Gambar 2.1 Kebijakan Moneter Counter Cyclical

Adanya lag sering mengakibatkan bahwa kebijakan moneter yang ditujukan

untuk menstabilkan perekonomian justru berakhir dengan timbulnya ketidakstabilan.

Misalnya, kebijakan moneter yang ekspansip diambil pada saat perekonomian lesu

(titik A). Karena efek kebijakan ini ada tenggang waktu, maka baru terasa justru pada

(26)

(titik C) dibandingkan dengan apabila tidak diambil kebijakan moneter ekspansip

(perekonomian akan bergerak seperti pada pola garis tidak patah-patah).

Kegiatan ekonomi terus meningkat dan inflasi mungkin dapat timbul. Untuk

mencegahnya, maka diambil kebijakan moneter yang restriktip. Karena adanya lag,

maka efeknya terasa pada waktu kegiatan ekonomi menurun, dan bahkan

menurunnya lebih tajam (titik D). Dengan demikian tampak dengan jelas, bahwa

kebijakan moneter yang dimaksudkan untuk menstabilkan perekonomian justru

berakhir dengan ketidakstabilan. Garis patah-patah menggambarkan gerak gelombang

kegiatan perekonomian sebagai akibat adanya kebijakan moneter, yang lebih tidak

stabil dibandingkan tanpa kebijakan moneter.

Dalam kaitannya dengan masalah ini Milton Friedman menyarankan aturan

bahwa penambahan jumlah uang beredar dilakukan secara ekonomi. Tentukan tingkat

pertambahan jumlah uang tertentu dan biarkan tanpa dirubah. Sebab kalau

pertambahan jumlah uang ini dirubah-rubah sesuai dengan kegiatan ekonomi

(ditambah pada masa resesi) maka yang timbul adalah ketidakstabilan dalam

perekonomian, seperti pada gambar di atas. Dengan aturan seperti yang disarankan

Friedman ini maka dapat dihindarkan adanya masalah lag serta kesalahan dalam

(27)

2.6. Model IS-LM

Koordinasi antara kebijakan moneter, fiskal dan pertumbuhan ekonomi dapat

dilihat dari model keseimbangan IS-LM (Nopirin, 2000).

1. Model IS

Model IS adalah model ekonomi yang menggambarkan hubungan antara tingkat

bunga dan pendapatan yang sesuai dengan keseimbangan dipasar barang.

Berikut beberapa model ekonomi makro dalam keseimbangan pasar barang :

Fungsi konsumsi C = a + b (Y-T)... (1)

Fungsi pajak T = e + t (Y)... (2)

Fungsi investasi I = d-n (r)... (3)

Pengeluaran pemerintah G = G... (4)

Indentitas pendapatan nasional Y = C + I + G... (5)

Dimana :

Y : Pendapatan nasional tahun t

C : Konsumsi tahun t

I : Investasi tahun t

G : Pengeluaran pemerintah tahun t

T : Pajak tahun t

R : Tingkat bunga tahun t

a, e, d : Konstanta

(28)

Jika persamaan (2) disubstitusikan kedalam persamaan (1) maka didapatlah

nilai Ct. Lalu persamaan (1), (3) dan (4) disubstitusikan kedalam persamaan (5) maka

didapatlah persamaan IS, yaitu :

r

Model LM mencerminkan hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan

dipasar uang. Model LM diadopsi dari permintaan uang Keynes, dimana permintaan

uang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan tingkat bunga (Nopirin, 2000) :

Md = f (Y,r)

MD = F-h (r) + k (Y)...(7)

Faktor pendapatan relevan dengan adanya motif permintaan uang Keynes yaitu

permintaan uang untuk bertransaksi dan berjaga-jaga. Sedangkan tingkat bunga

berkaitan dengan motif permintaan uang untuk berspekulasi.

Sedangkan Fungsi penawaran uang adalah :

Ms = M...(8)

Dimana kondisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang adalah :

(29)

Gabungan antara fungsi permintaan dan penawaran uang disebut model LM, yaitu :

3. Model Keseimbangan IS-LM

Untuk mencari keseimbangan IS dan LM, substitusikan persamaan (11) ke

dalam persamaan (6), lalu didapat :

(

)

( ( ))

Dari persamaan tersebut dapat dilihat koordinasi antara kebijakan fiskal dan

moneter, dimana, pertumbuhan ekonomi adalah fungsi dari kebijakan fiskal (G) dan

kebijakan moneter (M). Secara singkat dapat ditulis :

(30)

2.7. Implimentasi Kebijakan Moneter a. Masalah Dalam Implimentasi

Penentuan tujuan kebijakan moneter seperti pertumbuhan ekonomi serta neraca

pembayaran yang sehat hanyalah merupakan salah satu bagian dari kebijakan

moneter. Masih banyak masalah yang perlu dipecahkan, terutama dalam hal

implimentasinya. Masalah ini mencakup, pertama bahwa penguasa moneter harus

menentukan arah yang hendak dituju untuk mencapai sasaran kebijakan, seperti

misalnya output, employment serta harga. Kedua, mereka harus menentukan

bagaimana caranya mengatur / mengubah instrument kebijakan moneter (seperti

cadangan minimum, politik diskonto serta jual beli surat berharga) agar supaya tujuan

/ sasaran kebijakan moneter tercapai.

Bagi Bank Sentral akan mengalami kesulitan di dalam mengatur kebijakan

moneter dikarenakan kurangnya informasi atau kurangnya kepastian mengenai proses

implimentasi kebijakan moneter. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini

beberapa penelitian telah memberikan dasar teori dan empirik tentang indicator serta

target operasional dari implimentasi kebijakan moneter.

Penguasa moneter biasanya tertarik pada dua pertanyaan yang berkaitan dengan

masalah implimentasi, yakni pertama bagaiman efek kebijakan terhadap tujuan yang

ingin dicapai, apakah sudah mengarah pada sasaran atau belum. Suatu indikator

diperlukan untuk mengetahui hal ini. Kedua ingin mengetahui bagaimana mereka

harus mengubah / memanipulasi instrument kebijakan moneter supaya tujuan /

(31)

b. Indikator Dalam Implimentasi Kebijakan Moneter

Indikator kebijakan moneter adalah variabel ekonomi yang memberikan

informasi tentang gerakan / perubahan dalam sektor riil apakah sudah bergerak ke

arah sasaran yang diinginkan atau belum.

Pemilihan indikator sebenarnya merupakan pemilihan variabel moneter yang

secara konsisten memberi informasi tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap

perekonomian. Ini memerlukan adanya hubungan yang pasti (dapat diperkirakan)

antara indikator tersebut dengan tujuan / sasaran kebijakan moneter. Perubahan sektor

riil dapat diperkirakan dari adanya perubahan dalam indikator.

Dengan melihat indikator ini dapat diperkirakan apakah arah kebijakan moneter

itu sejalan / menuju kesasaran yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tidak, penguasa

moneter dapat mengubah instrument kebijakan moneter. Dengan demikian indikator

ini memberikan informasi apakah sasarannya akan tercapai atau tidak.

c. Target Operasional

Target operasional adalah variabel ekonomi / moneter yang selalu diawasi tiap

hari oleh penguasa moneter (Bank Sentral) dalam menjalankan kebijakan jual-beli

surat berharga (open market operation). Beberapa syarat harus dipenuhi agar supaya

sesuatu variabel dapat dipakai sebagai target operasional, antara lain :

1. Bank Sentral harus dapat mengukur target operasional ini dalam jangka yang

(32)

2. Bank Sentral harus dapat mengatur volume target operasional ini dengan cara

merubah instrument kebijakan moneter.

3. Perubahan volume target operasional dari waktu ke waktu mempunyai pengaruh

yang besar terhadap perubahan dalam variabel indikator.

2.8. Pertumbuhan Ekonomi 2.8.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi i.Teori Ekonomi Klasik

Orang yang pertama membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis adalah

Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya An

Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776). Inti ajaran

Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan

kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan.

Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi,

membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan

ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationary state). Posisi stasioner terjadi

apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada

pengangguran, hal itu bersifat sementara.

Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas

pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong

pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun

(33)

keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta membuat “aturan main”

yang memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi.

Dalam hal ini pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana sehingga

aktivitas swasta menjadi lancar. Pengusaha perlu mendapat keuntungan yang

memadai (tidak hanya sekadar keuntungan minimum) agar dapat mengakumulasi

modal dan membuat investasi baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja baru.

Terhadap pemikiran Smith, perlu dicatat pendapat Schumpeter (1911) dalam bahasa

Jerman, 1934 dalam bahasa Inggris), yang mengatakan bahwa posisi stasioner tidak

akan terjadi karena manusia akan terus melakukan inovasi.

Sebagai akibat depresi ekonomi dunia tahun 1929-1932, pandangan Smith

kemudian dikoreksi oleh Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin

pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan

dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah

uang beredar), dan pengawasan langsung. Ahli ekonomi setelah itu ada yang

mendukung dan memperluas pandangan Keynes. Kedua kelompok ini tetap

mengandalkan mekanisme pasar.

Perbedaannya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup

besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin.

Walaupun berbeda, kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu tugas

negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang (ada

kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga pertumbuhan ekonomi bisa

(34)

Belakangan disadari bahwa pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan

jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat

menanganinya apabila tidak diberi hak khusus. Misalnya pembangkit tenaga listrik,

telepon dan air minum. Swasta mungkin berminat menyediakan fasilitas ini apabila

diberi hak monopoli dan karena hal itu mungkin tidak diterima oleh masyarakat dan

penanganannya diambil alih oleh pemerintah. Atau, kalaupun itu dikelola oleh swasta

harus diawasi oleh pemerintah.

Hal lain yang dianggap wajar pemerintah ketika turun tangan adalah mengatur

stok pangan agar tercipta harga yang stabil. Dalam kerangka ekonomi wilayah, ada

pandangan Smith yang tidak bisa diterapkan sepenuhnya, misalnya tentang lokasi

dari kegiatan ekonomi tersebut. Sesuai dengan tata ruang yang berlaku maka lokasi

dari berbagai kegiatan sudah diatur dan kegiatan yang akan dilaksanakan harus

memilih diantara lokasi yang diperkenankan.

Terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam teori Smith, pandangannya masih

banyak yang relevan untuk diterapkan dalam perencanaan pertumbuhan ekonomi

wilayah. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberi

kebebasan kepada setiap orang/badan untuk berusaha (pada lokasi yang

diperkenankan); tidak mengeluarkan peraturan yang menghambat pergerakan orang

dan barang; tidak membuat tarif pajak daerah yang lebih tinggi dari daerah lain

sehingga pengusaha enggan berusaha di daerah tersebut; menjaga keamanan dan

ketertiban sehingga relatif aman untuk berusaha; menyediakan berbagai fasilitas dan

(35)

prosedur penanaman modal yang rumit; berusaha menciptakan iklim yang kondusif

sehingga investor tertarik menanamkan modalnya di wilayah tersebut.

Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, teori Smith akan tumbuh subur

pada kondisi pasar sempurna. Kondisi pasar sempurna untuk semua transaksi

memang sulit diwujudkan, namun pemda harus berusaha untuk membuat kondisi

pasar mengarah ke kondisi pasar sempurna. Pemda tidak memberi hak monopoli

(penjual tunggal) atau monopsoni (pembeli tunggal) kepada pihak swasta atas dasar

lisensi, serta informasi tentang pasar disebarluaskan kepada masyarakat.

ii. Teori Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu bersamaan oleh Harrod (1948) di

Inggris dan Domar (1957) di Amerika Serikat. Di antara mereka menggunakan proses

perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya

dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini

melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi

statis) sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis).

Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :

1. Perekonomian bersifat tertutup

2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale), serta

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat

(36)

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan

produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat

keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n,

Dimana :

g : Growth (tingkat pertumbuhan output)

K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus

terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan

tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = Rasio modal-output).

Apabila tabungan dan investasi adalah sama (I = S), maka :

V

Agar pertumbuhan tersebut mantap, harus dipenuhi syarat g = n = s/v. Hal ini

lebih mudah dimengerti dengan menggunakan contoh. Misalnya, perekonomian

berada dalam kapasitas penuh dengan total pendapatan (Y) = 1.000 triliun rupiah.

(37)

1.000 triliun rupiah = 200 triliun rupiah. Misalnya rasio modal-output adalah 5 : 1

(diperlukan modal Rp.5,00 agar terdapat kenaikan produksi sebesar Rp.1,00 per tahun

atau produktivitas modal = 0,20. Besarnya kenaikan output adalah I/v = 200/5 = 40

triliun rupiah. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi adalah

% 4 000

. 1

40

= =

triliun triliun g

Akan tetapi, hal ini hanya tercapai apabila laju pertumbuhan tenaga kerja juga

4%. Contoh diatas dapat dilihat dari sisi lain. Misalnya, kita menginginkan

pertumbuhan ekonomi 5% atau ada kenaikan output sebesar 1.000 triliun rupiah x

0,05 = 50 triliun rupiah. Hal ini berarti investasi haruslah sebesar 50 triliun rupiah x

(v) = 50 triliun rupiah x 5 =250 triliun rupiah. Artinya, tingkat tabungan harus

dinaikkan dari 0,20 menjadi 0,25 atau kekurangannya harus dipinjam dari luar.

Karena s,v,dan n bersifat independen maka dalam perekonomian tertutup, sulit

tercapai kondisi pertumbuhan mantap. Harrod-Domar mendasarkan teorinya

berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi,

kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya

investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan

barang.

Untuk perekonomian daerah, Richardson (Robinson Tarigan, 2003)mengatakan

kekakuan diatas diperlunak oleh kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat

(38)

diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah

kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah.

Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output kapasitas

penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan

yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang

tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa

yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat

menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya

menjadi sedikit longgar.

Syarat statistik bagi perekonomian terbuka :

S + M = I + X dapat dirumuskan menjadi :

Kita mengetahui bahwa ekspor suatu daerah i dapat dirumuskan sebagai impor

daerah-daerah lain.

Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari daerah i = nilai m (marginal

propensity to impor) daerah-daerah j dari daerah I dikalikan dengan tingkat

(39)

Dengan demikian, Richardson dalam Tarigan merumuskan persamaan

pertumbuhan suatu wilayah adalah :

i

Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau gi tinggi,

dikehendaki agar : sI (tingkat tabungan) = tinggi, mi (impor) = tinggi, ekspor = kecil,

vi (capital output ratio/COR) = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat

meningkatkan output yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor

(40)

kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau

arus masuk dari setiap faktor di atas.

Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja

interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan

tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang.

Dalam praktiknya, daerah yang pertumbuhannya tinggi (daerah yang telah maju) akan

menarik modal tenaga kerja dari daerah lain yang pertumbuhannya rendah dan hal ini

membuat pertumbuhan antardaerah menjadi pincang. Artinya, daerah yang maju kian

maju dan yang terbelakang akan makin ketinggalan.Jadi, pertumbuhan antar daerah

akan mengarah kepada heterogenous (makin pincang).

Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang masih

terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit. Dalam kondisi seperti

ini, biasanya barang modal sangat langkah sehingga sulit melakukan konversi antara

barang modal dengan tenaga kerja. Untuk wilayah seperti itu, bagi sektor yang hasil

produksinya tidak layak atau kurang menguntungkan untuk diekspor (karena biaya

angkut tinggi atau produk tidak tahan lama) maka peningkatan produksi

mengakibatkan produk tidak terserap oleh pasar lokal dan tingkat harga turun drastis

sehingga merugikan produsen. Oleh karena itu, lebih baik mengatur pertumbuhan

berbagai sektor secara seimbang. Dengan demikian, pertambahan produksi di satu

(41)

ii.Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M.Solow (1970) dari

Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan

menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi,

dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model

Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya.

Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan

adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian,

syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif

disebabkan kemungkinan subsitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti

adanya fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat

menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak

mencampuri/mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan

pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori

Neoklasik.

Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal,

bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini

terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita

meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap fungsi dari waktu.

(42)

Yi = fi (K,L,t)

Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson(RobinsonTarigan,

2003)kemudian menderivasikan rumus di atas menjadi sebagai berikut :

Yi = ai ki + (1-ai) ni + T

Di mana :

Yi = besarnya output

ki = tingkat pertumbuhan output

ni = tingkat pertumbuhan tenaga kerja

Ti = kemajuan teknologi

a = bagian yang dihasilkan oleh faktor modal

(1-a) = bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang

menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi full employment). Dengan

demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa :

p K Y a MPK

i i i i = =

MPKI = Marginal productivity of capital

Jika p sudah tertentu dan a konstan maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat

yang sama.

(43)

= = =

1

1 i

i i

i S

I

(walaupun di suatu region tabungan bisa saja tidak sama dengan investasi).

Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih

kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal

productivity of labour (MPL) adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari

marginal productivity of capital (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal

tenaga kerja (K/L).

Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan fungsi

produksi yang identik maka di daerah yang K/L-nya tinggi terdapat upah riil yang

tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang K/L-nya rendah terdapat upah

riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari

daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan

balas jasa (untuk modal) yang lebih tinggi.

Sebaliknya, tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah

tinggi. Mekanisme di atas pada akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor

produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian

regional/pendapatan per kapita regional akan mengalami proses konvergensi (makin

sama).

Teori neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi

selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna,

(44)

kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan

termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus

barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebarluasan informasi pasar.

Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan

terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik. Demikian pula model

Neoklasik sangat memperhatikan faktor kemajuan teknik, yang dapat ditempuh

melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Mutu SDM adalah

menyangkut keahlian dan moral, dan moral sangat dipengaruhi oleh aturan main yang

berlaku. Hal khusus yang perlu dicatat bahwa model Neoklasik mengasumsikan I = S.

Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka menyimpan uang kontan dalam

jumlah besar di rumah (bukan di bank) tanpa tujuan khusus, dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi.

Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Paham neoklasik melihat

peran kemajuan teknologi/inovasi sangat besar dalam memacu pertumbuhan wilayah.

Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong terciptanya kreativitas dalam kehidupan

masyarakat, agar produktivitas per tenaga kerja terus meningkat. Analisis lanjutan

dari paham Neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan

yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan

(45)

iii. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan

Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (1955).

Setiap negara/wilayah perlu melihat sector/komoditi apa yang memiliki potensi besar

dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena

sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.

Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sector tersebut dapat memberikan

nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relative singkat

dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya

terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar

negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang

sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Mensinergikan sector-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan

saling mendukung. Misalnya usaha perkebunan yang dibuat bersinergi dengan usaha

peternakan. Rumput/limbah perkebunan dapat dijadikan makanan ternak, sedangkan

teletong/kotoran ternak bisa dijadikan pupuk untuk tanaman perkebunan. Contoh lain

adalah usaha pengangkutan dan usaha perbengkelan. Dengan demikian, pertumbuhan

sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya.

Menggabungkan kebijakan jalur cepat (turnpike), dan mensinergikannya dengan

sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

Selain itu, perlu diperhatikan pandangan beberapa ahli ekonomi (Schumpeter

dan lain-lain) yang mengatakan bahwa kemajuan ekonomi sangat ditentukan oleh

(46)

mampu melihat peluang dan berani mengambil resiko membuka usaha baru maupun

memperluas usaha yang telah ada.

Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha tersedia lapangan kerja

tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya. Angkatan

kerja yang tidak tertampung dapat menciptakan instabilitas keamanan sehingga

investor tidak berminat melakukan investasi dan ekonomi menjadi mandek.

Perekonomian yang mandek membuat makin banyak pencari kerja tidak tertampung

sehingga instabilitas bertambah parah. Apabila jaminan keamanan berusaha sudah

tidak ada, investor yang sudah ada pun akan merelokasi usahanya. Apabila hal ini

terjadi akan terjadi depresi ekonomi dan kemakmuran menjadi menurun.

2.8.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan

pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor

ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan di masa yang akan datang.

Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan dan hasil

pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling

(47)

Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana mengupayakan

terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasil pembangunan

dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak

produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu

sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”.

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke

tahun tergambar melalui penyajian PDB atas harga konsumen secara berkala, yaitu

pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,

sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya

disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.

Selain itu pertumbuhan ekonomi umumnya juga disertai dengan terjadinya

pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktifitasnya kegiatan yang

lebih tinggi. Dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi secara potensial cenderung

meningkatkan produktifitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.

Kuznets dalam Sirojuzilam(2005:5) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini

bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis yang diperlukan”.

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai

kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan

(48)

pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari

tahun ke tahun atau dapat diformulasikan sebagai berikut :

GNP

2.8.3. Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi

Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Akumulasi Modal

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari

pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar ouput

dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaam pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan

bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik suatu daerah (yakni,

nilai riil “neto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal itu jelas

(49)

Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan

berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan

sosial. Contohnya adalah pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik,

persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi dan

sebagainya, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan

mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif. Sebagai contoh, investasi

yang dilakukan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru

pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya. Tetapi tanpa fasilitas transportasi

(jalan dan/atau kenderaan) yang memadai guna mengangkut tambahan produksi

tersebut ke pasaran, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah

produksi pangan.

Di samping investasi yang bersifat langsung seperti itu, banyak cara yang

bersifat tidak langsung untuk menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber

daya. Pembangunan sistem irigasi akan dapat memperbaiki kualitas tanah pertanian

serta meningkatkan produktivitas lahan per hektar. Jika 100 hektar tanah irigasi dapat

memproduksi output yang sama jumlahnya dengan yang dihasilkan oleh 200 hektar

tanah tanpa irigasi, maka itu berarti pembangunan sistem irigasi tersebut

sesungguhnya telah melipatgandakan “kuantitas” tanah.

Demikian pula, penggunaan pupuk buatan dan pestisida juga akan

meningkatkan produktivitas lahan-lahan pertanian. Semua bentuk investasi tersebut

(50)

Dampak positif peningkatan seluruh stok tanah yang produktif, untuk berbagai

keperluan, sebenarnya identik dengan pembuka lahan-lahan pertanian baru.

Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan

kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang

sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus

bertambahnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program pendidikan dan pelatihan

dalam kerja atau magang, kursus-kursus, dan aneka pendidikan informal lainnya

perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumber daya

manusia yang terampil melalui investasi langsung dalam pembangunan serta

pengadaan gedung-gedung, peralatan dan bahan baku (misalnya, buku-buku,

proyektor film, komputer, peraltan ilmiah, serta alat-alat dan mesin pendidikan

kejuruan seperti mesin bubut dan gerinda).

Pendidikan guru yang bermutu dengan kurikulum yang tepat dan relevan, sama

halnya dengan penyediaan buku-buku ekonomi yang baik, pasti akan dapat

meningkatkan kualitas, kepemimpinan dan produktivitas tenaga kerja.Segenap

kegiatan yang dijelaskan diatas merupakan bentuk-bentuk investasi yang menjurus ke

akumulasi modal. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru (contohnya,

pembukaan tanah-tanah yang semula tidak digunakan) atau meningkatkan kualitas

sumber daya yang sudah ada (misalnya, perbaikan sistem irigasi, pengadaan pupuk,

pestisida).

Satu hal penting yang harus dipahami di sini adalah, bahwasanya untuk

(51)

konsumsi sekarang dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi

harus bersedia mengorbankan atau mengurangi konsumsi pada saat sekarang ini demi

memperoleh konsumsi yang lebih baik di kemudian hari.

b. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa

tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai

salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja

yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan

pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih

besar.

Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan

ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang

bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga

kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat

dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang, seperti

kecakapan manajerial dan administrasi.

Pada tingkat penguasaan teknologi tertentu dan jumlah sumber daya manusia

dan modal fisik yang tertentu pula, kurva kemungkinan-produksi memperlihatkan

jumlah output maksimum yang berupa kombinasi dua jenis komoditi, misalnya saja,

(52)

sumber daya yang tersedia dalam perekonomian yang bersangkutan benar-benar

digunakan secara penuh dan efisien.

P1

Radio

P

0 P P1 Beras

Gambar 2.2 : Dampak kenaikan sumber daya manusia dan fisik

Gambar 2.2 terlihat bahwa peningkatan kuantitas sumber daya sampai dua kali

lipat itu akan menggeser kurva kemungkinan-produksi ke luar secara sejajar, dari P-P

ke P1-P1.

c. Kemajuan Teknologi

Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena

(53)

pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian

atau membangun rumah.

Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :

a. kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral techonological progress)

b. kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving techonological

progress)

c. kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological

progress).

Kemajuan teknologi yang netral (neutral techonogical progress) terjadi apabila

teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi

dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang

sederhana seperti pengelompokkan tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat

mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat, adalah

contohnya.

Ditinjau dari sudut analisis kemungkinan produksi, perubahan teknologi yang

netral, yang dapat melipatgandakan output secara konseptual, artinya teknologi yang

mampu melipatgandakan semua input produktif.Sementara itu, kemajuan teknologi

dapat berlangsung sedemikan rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau

tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh

(54)

Penggunaan komputer elektronik, mesin tekstil otomatis, bor listrik

berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenis mesin

serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi

yang hemat tenaga kerja (laborsaving technological progress).

Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological

progress) merupakan fenomena yang relatif langka. Hal ini dikarenakan hampir

semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di

negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan untuk menghemat

modal.

2.8.4 Metode Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan total

setiap orang dalam perekonomian (Mankiw,2000, hal:72).

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi data PDB yang digunakan

adalah data PDB atas dasar harga konstan, sebab pengaruh perubahan harga terhadap

nilai PDB (atas dasar harga berlaku) telah dihilangkan (Triyanto, 1990, hal : 36).

Adapun cara perhitungan laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan

menggunakan formula :

Gambar

Gambar berikut menjelaskan permasalahan tersebut :
Gambar 2.2 terlihat bahwa peningkatan kuantitas sumber daya sampai dua kali
Tabel 4.1 Perkembangan PDB di Indonesia  PDB (Milyar) 742.461
Tabel 4.2 Perkembangan Suku Bunga SBI Tahun Suku Bunga SBI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuhan menciptakan manusia terdiri dari unsur ruh dan jasad yang keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainya dan merupakan satu kesatuan untuk saling

Usaha rental mobil memilki target pasar yang sangat luas, oleh karena itu diperlukan variasi produk yang dapat menjangkau semua jenis konsumen. Disamping itu persaingan dalam

telah di semester VII, telah menempuh minimal 110 sks dan telah lulus mata kuliah pendukung PI yang telah dipersyaratkan di buku Pedoman Pelaksanaan Praktek

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram putih ( Pleurotus sp ) di daerah penelitian adalah strategi SO ( Strenghts ± Opportunities ) yaitu

Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015..

3.5 Mengenal teks permintaan maaf tentang sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi

Dalam Penelitian ini matahari terkena biopsi kulit dari pasien yang lebih tua mengungkapkan respon inflamasi meningkat dengan mononuklear. sel dibandingkan dengan daerah

Proses Dapur Tinggi Listrik5. Proses