Dosen Pengampu : Muhammad Kurniawan,S.E.,M.E.Sy.
Penghantar Ilmu Ekonomi
Penghantar Ilmu Ekonomi
K e l o m p o k : 5
Agus Fajar Fitriyanto
1421050444
Ahmad Khairuman
1421050288
Alwina Putri Dwigita
1421050012
Nausa Rachti Cancera
1421050425
Rizki Wicaksono
1421050418
Kebijakan
Moneter
Kebijakan Moneter
adalah suatu upaya atau keputusan
mengendalikan perekonomian makro kekondisi yang di inginkan (yang
lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud
dengan kondisi lebih baik adalah menigkatkan output keseimbangan
atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).
Melalui kebijakan moneter
pemerintah dapat mempertahankan,
menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya
mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus
mengendalikan
inflasi. Apabila
kestabilan
dalam
kegiatan
perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi).
Fungsi Kebijakan Moneter
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijkan moneter
digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk
mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat
melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
Tig
ht money policy
(kebijakan moneter kontraktif atau monetary
contractive policy) yaitu : kebijakan bank sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara : menaikan
suku bunga, menaikan cadangan kas, membatasi pemberian kredit.
Easy money policy
(kebijakan moneter ekspensif atau monetary
expensive policy) yaitu kebijakan yang dilakukan bank sentral
untuk menambah jumlah uang yng beredar dengan cara :
Kebijakan moneter
bertujuan untuk mencapai stabilitasi ekonomi yang dapat
diukur dengan :
1.
Kesempatan kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan penigkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan di ikuti dengan kebutuhan tenaga kerja.
Hal ini berarti akan terjdi peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan
karyawan.
2.
Kestabilan harga
Apabila kestabilan harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan
sama dengan harga yang akan datang.
3.
Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang,
maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
Tujuan Kebijakan
Moneter
Kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang
yang beredar dan kredit yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan, terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran internasional. Kalau kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijaksanaan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi) Pada dasarnya alat / instrument kebijaksanaan moneter yang dipakai adalah :
Instrumen umum meliputi politik pasar terbuka (open market), politik cadangan minimum (reserves requirements) dan politik diskonto
(discoumt policy)
Instrument yang selektif meliputi margin requirements, pembatasan/penentuan tingkat bunga, yang semuanya ini untuk mempengaruhi
alokasi kredit untuk sector-sektor ekonomi tertentu.
Instrument moral suasion / open mouth policy meliputi pengaturan system perbankan.
Politik Pasar Terbuka : meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini akan berpengaruh untuk menaikkan cadangan bank-bank umum yang tersangkut dalam transaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga misalnya bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang menjual surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. Akibat tambahnya cadangan, maka bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit).
Politik Diskonto yaitu tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana
dari bank sentral. Dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan atau dikurangi.
Politik Perubahan Cadangan Minimum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Apabila tentuan cadangan minimum
diturunkan, jumlah uang beredar cenderung naik, dan sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang akan cenderung turun.
Margin Requirement digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga. Caranya
dengan menetapkan jumlah minimum kas down payment untuk transaksi surat berharga. Misalnya ditentukan margin requirement 80% artinya apabila seseorang hendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan kas dan sisanya 20% boleh dipinjam dari bank.
Moral Suasion untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang bergerak di bidang moneter dengan pidato-pidato
Gubernur Bank Sentral atau publikasi-publikasi, agar supaya bersikap seperti yang dikehendaki oleh penguasa moneter.
Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Undang-undang yang mengatur Bank Indonesia sebagai
bank sentral
adalah
UU No.13 Tahun 1968. Dalam pasal 7
undang-undang ini disebutkan bahwa tugas pokok Bank
Indonesia adalah membantu pemerintah dalam hal :
mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.
Dalam menjalankan tugas pokok tersebut harus
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan bantuan dewan moneter. Dewan moneter ini terdiri
atas tiga orang anggota, yaitu menteri yang membidangi
Mencetak dan mengedarkan uang kertas. Tugas ini dilakukan
dalam rangka menjamin tersedianya uang kas yang cukup.
Sebagai pemegang kas dan penasihat keuangan pemerintah. Bank
sentral membantu memperlancar kegiatan keuangan pemerintah,
dengan cara membantu dalam hal penerimaan dan pembayaran serta
member pinjaman dan penngedaran surat-surat hutang Negara.
Memelihara cadangan bank-bank umum. Tujuannya, untuk
mengatur volume uang beredar serta mempermudah proses
pembayaran.
Memelihara cadangan emas dan devisa. Tugas ini dimaksudkan
untuk menciptakan adanya kestabilan kurs valuta asing.
Pengawasan serta pengendalian kredit perbankan, supaya tercapai
kehidupan perbankan yang sehat
Teori Moneter Klasik
Tiang utama dari teori moneter klasik adalah
J.B.Say,Irving Fisher
dan
A.Marshall. J.B.Say
terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa
penawaran akan selalu menciptakan permintaan. Artinya bahwa suatu
perekonomian tidak akan mengalami
underemployment
atau apa yang oleh
Malthus dinamakan
underconsumption
. Pengeluaran total masyarakat akan
selalu mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja
penuh
(full employment).
Menurut ekonomi klasik
, adanya tabungan masyarakat tidaklah berarti dana
Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi
pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk
melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran
investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana innvestasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan
tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
Meskipun kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan dalam perekonomian terbuka,sebagaimana dalam
perekonomian tertutup, mekanisme tranmisi moneternya berbeda. Ingatlah, bahwa dalam perekonomian tertutup kenaikan jumlah uang beredar menigkatkan pengeluaran karena menurunkan tingkat bunga dan mendorong investasi. Dalam perekonomian terbuka kecil, saluran transmisi moneter ini tidak tersedia Karena tingkat bunga ditetapkan oleh tingkat bunga dunia.
Tingkat bunga dan kurs kembali menjadi variable utama. Begitu kenaikan jumlah uang beredar menekan
tingkat bunga domestic, modal mengalir keluar dari perekonomian karena investor mencari pengembalian yang lebih tinggi di tempat lain. Kebijakan ini juga memiliki dampak lain : Karena berinvestasi di luar negeri mengharuskan dilakukannya konversi mata uang domestic menjadi mata mata uang asing, aliran keluar modal meningkatkan penawaran mata uang domestic dipasar valuta asing, menyebabkan kurs mengalami depresiasi. Penurunan kurs membuat barang-barang domestic relative murah terhadap barang-barang luar negeri dan menigkatkan ekspor neto. Jadi, dalam perekonomian terbuka kecil , kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan dengan mengubah kurs, bukan tingkat bunga
Semenjak 1967, pemerintah telah berusaha untuk menciptakan tata kehidupan perbankan yang mengarah pada orientasi pasar. Seperti misalnya, pengaturan kegiatan pemberian kredit oleh bank umum pemerintah. Sebagai bank sentral, bank Indonesia juga memberi beberapa macam kredit, diantaranya kredit likuiditas, kredit langsung, dan kredit untuk pertamina.
Disamping bank-bank umum (baik pemerintah maupun swasta) terdapat pula lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti misalnya : asuransi dan lembaga-lembaga tabungan dan perkreditan. Pada tahun 1968 pemerintah mulai dengan usaha untuk mendirikan pasar modal yang ditujukan untuk meningkatkan peranan sektor moneter dalam menunjang pembangunan ekonomi. Namun demikian, lembaga-lembaga keuangan tersebut masih belum berfungsi seperti yang diharapkan.
Sistem moneter di Indonesia masih sederhana, ruang gerak penguasa moneter untuk melakukan kebijaksanaan moneter juga sangat terbatas. Bank Indonesia mengatur langsung jumlah uang yang beredar melalui pengaturan penyaluran kredit perbankan. Pengaturan secara tidak langsung (misalnya politik pasar terbuka) belum bisa dilakukan karena pasar modal belum berkembang, bahkan surat-surat berharga jumlahnya masih sangat terbatas.
Sebelum tahun 1973 pemerintah menerapkan kebijaksanaan minimum 30% tetapi adanya bom minyak pada tahun 1973 dan 1974 bank-bank umum menjadi terlalu likuid sehingga cadangan minimum 30% menjadi tidak cukup untuk menahan ekspansi kredit. Karena itu, pada tahun 1974 bank Indonesia meninggalkan pengaturan kredit secara langsung tersebut dan beralih pada penetapan batas tertinggi atau ceiling kredit. Ceiling ditentukan oleh bank Indonesia pada setiap permulaan tahun, dan setiap periode bisa diadakan revisi. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat ditekan sehingga dapat dicapai kestabilan harga.
Tujuan kebijaksanaan moneteradalah mengembangkan ekonomi. Tujuan ini perlu ditingkatkan, mengingat bahwa pasar modal belum berkembang maka masyarakat pada umumnya menyimpan kekayaan dalam bentuk kas atau depuiosito bank. Oleh karena itu kebijaksanaan tingkat bunga dapat dipakai untuk mempengaruhi jumlah deposito sehingga dapat disalurkan untuk investasi. Investasi baik dari luar maupun dalam negeri meningkat sehingga produksi barang bertambah. Disatu sisi jumlah uang terkendali melalui anggaran berimbang, disisi lain produksi barang meningkat maka akibatnya tingkat inflasi dapat terkendali. Inflasi menurun dari 635% tahun 1966 menjadi 10% pada tahun 1969 dan bahkan tinggal 2,5% pada tahun1971. Program stabilitas dapat dikatakan berhasil.
Tahun 1981/1982 ekonomi dunia mengalami kelesuan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
perdagangan antarnegara maju. Amerika mengalami double deficit, yakni dalam anggaran belanja serta neraca pembayaran. Kelesuan ini mengakibatkan dana pemerintah untuk pembangunan ekonomi menjadi terbatas. Menghadapi situasi yang demikian ini pemerintah melakukan serangkaian kebijaksanaan
penyesuaian, diantaranya devaluasi, penjadwalan proyek dan yang paling penting adalah deregulasi
perbankan 1 juni 1983. Deregulasi dimaksudkan agar kehidupan perbankan lebih efesien, mandiri dan dapat meningkatkan mobilisasi dana masyarakat.
Semenjak dregulasi ini pengaturan jumlah uang beredar tidak lagi secara langsung. Kredit likuiditas serta
penetapan tingkat bunga, tetapi lebih bersifat tidak langsung. Yakni melalui politik pasar terbuka, fasilitas diskonto serta cadangan minimum. Sasaran yang hendak dicapai dengan deregulasi tersebut adalah
meningkatkan efisiensi dan kemandirian perbankan, meningkatkan peranan swasta serta mencegah terjadinya arus modal ke luar negeri. Isi pokok deregulasi adalah penghapusan pagu kredit perbankan, pembebasan penentuan tingkat bunga (kecuali kredit prioritas bunga masih ditentukan oleh bank Indonesia) serta penurunan kredit likuiditas (hanya untuk program-program prioritas saja).
Sasaran yang Ingin Dicapai
Untuk meningkatkan mobilisasi dana, mendorong ekspor
nonmigas,meningkatkan efisiensi perbankan serta pengembangan pasar
modal.
Menurunkan cadangan minimum dari 15% menjadi 2% (termasuk
deposito berjangka dan tabungan dikenakan cadangan wajib)
Kemudahan dalam mendirikan bank baru serta mendorong bank-bank
untuk meluncurkan produk-produk baru.
Memperingan syarat pendirian bank devisa.
Memperbolehkan pendirian bank campuran dan cabang bank asing di
luar Jakarta.
Sebagian dana BUMN dapat ditempatkan pada bank swasta dan LKBB.
Menetapkan batas minimum pemberian kredit kepada debitur group
(legal leding limit)
Transaksi swap diperpanjang dari 6 bulan menjadi 3 tahun serta premi
ditentukan atas dasar selisih bunga deposito dengan LIBOR.
Pembatasan posisi devisa neto (selisih antara aktiva dengan pasiva
Paket–paket dregulasi perbankan tersebut ternyata dapat mendorong perkembangan
perbankan. Produk-produk perbankan baru bermunculan, misalnya berbagai macam bentuk tabungan, ekspansi kredit serta kartu kredit. Disamping itu jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat, yakni masing-masing sebanyak 111 dan 1.879 pada bulan maret 1989 naik menjadi 151 dan 2.341 pada bulan maret tahun berikutnya. Kebijaksanaan
deregulasi perbankan tersebut kemudian dilanjutkan lagi pada bulan januari 1990 guna mendorong kea rah kemandirian serta mencapai sasaran pemerataan.
Kenaikan aktivitas perbankan ini tentu saja akan mendorong likuiditas masyarakat
meningkat sehingga permintaan agregat naik. Disamping itu naiknya investasi luar negeri serta perkembangan pasar modal semenjak 1989 telah member andil dalam peningkatan permintaan agregat. Naiknya tingkat inflasi ini didorong oleh kebijaksanaan penyesuaian seperti misalnya kenaikan gaji, harga BBM, tarif listrik. Usaha bank Indonesia untuk
menekan laju inflasi dibawah dua digit didasari pada perkiraan bahwa apabila inflasi mencapai lebih dari 10% efeknya jauh lebih buruk disbanding dengan lambannya laju pertumbuhan dikarenakan naiknya tingkat bunga. Inflasi dengan pengetatan likuiditas ini hanya akan mempengaruhi sisi permintaan saja. Inflasi yang terjadi ternyata juga berasal dari sisi penawaran. Untuk mendorong sisi penawaran perlu upaya deregulasi di sektor produksi barang diteruskan. Bank Indonesia tidak akan mengetatkan likuiditas ini dengan intensitas yang makin tinggi karena dapat menyebabkan tingkat bunga naik melebihi 20-22%.
Kebijaksanaan moneter ketat tersebut juga menyulitkan perbankan sendiri karena
banyaknya kredit macet sebagai akibat ekspansi yang cukup tinggi pada tahun 1989,1990, dan 1991 sehingga kualitas portofolionya menurun. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah memberikan ketentuan untuk menyehatkan perbankan melalui CAR (capital adequacy ratio) sebesar 8% serta LDR (loan to deposit ratio) kurang dari 100% yang kemudian dikenal
dengan paket februari 1991 (praktri). Keadaan moneter perbankan tahun 1992 masih merupakan kelanjutan dari tahun 1991 belum begitu cerah. Upaya bank Indonesia untuk menurunkan tingkat bunga SBI dan SBPU dengan harapan tingkat bunga pasar ikut