• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

C. Novel

1. Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa novella, yang dalam bahasa jerman disebut novelle dan novel dalam bahasa inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek yang berbentuk prosa.43

Novel menurut H. B. Jassin dalam bukuny Tifa Penyair dan Daerahnya adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orangorang luar biasa karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.44

Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan.

Novel adalah media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya.

Ketika di dalam kehidupan sekitar muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan sebuah cerita.45 Sebagai bentuk karya sastra

43 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 9.

44 Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra INDONESIA untuk SMTA (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 19.

45 3 Nursito, Ikhtisar Kesusastraan ………., h. 168.

tengah (bukan cerpen atau roman) novel sangat ideal untuk mengangkat peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia dalam suatu kondisi kritis yang menentukan.

Berbagai ketegangan muncul dengan bermacam persoalan yang menuntut pemecahan.

2. Ciri-ciri Novel

Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra lain.

Dari segi jumlah kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaan relative jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. Dari segi panjang cerita novel lebih panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang komplek. Berikut adalah ciri-ciri novel:

a. Jumlah kata, novel jumlah katanya mencapai 35.000 buah b. Jumlah halaman, novel mencapai maksimal 100 halaman

kuarto.

c. Jumlah waktu, waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel paling diperlukan sekitar 2 jam (120 menit).

d. Novel bergantung pada perilaku dan mungkin lebih dari satu pelaku.

e. Novel menyajikan lebih dari satu impresi.

f. Novel menyajikan lebih dari satu efek.

g. Novel menyajikan lebih dari satu emosi.

h. Novel memiliki skala yang lebih luas i. Seleksi pada novel lebih ketat

j. Kelajuan dalam novel lebih lambat

k. Dalam novel unsur-unsur kepadatan dan intensitas tidak begitu diutamakan.

3. Unsur-unsur Novel

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang artistic. Sebagai sebuah totalitas, novel memiliki bagian-bagian, unsurunsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur extrinsic terdiri dari keadaan subyektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup, biografi, keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan sosial yang kesemuanya itu mempengaruhi karya yang ditulisnya.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara factual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah

unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud adalah tema, plot, penokohan, latar, dan sudut pandang.46

a) Tema

Tema merupakan gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.47 Tema dalam sebuah cerita bersifat mengikat karena tema tersebut yang akan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita.

Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah novel. Gagasan yang telah ditentukan oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain cerita akan mengikuti gagasan dasar umum yang ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa, konflik dan pemilihan berbagai unsure intrinsik yang lain seperti penokohan, perplotan,

b) Plot

Alur atau plot merupakan urutan peristiwa yang sambungmenyambung dalam sebuah cerita berdasarkan sebab-akibat. Dengan peristiwa yang sambung

46 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian…h.23

47 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian…h.23

menyambung tersebut terjadilah sebuag cerita. Diantara awal dan akhir cerita itu terdapat alur. Jadi alur memperlihatkan bagaimana cerita berjalan. Kita misalkan cerita dimulai dengan peristiwa A dan diakhiri dengan Z.

maka A, B, C, D, dan Z merupakan alur cerita.

Berdasarkan waktunya plot dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Plot lurus atau progresif, plot dikatakan progresif jika peristiwaperistiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti peristiwa-peristiwa kemudian.

2) Plot flash-back. Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir.

c) Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakteristik secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-isltilah tersebut sebenarnya tidak menyarankan pada pengertian yang persis sama walaupun memang ada diantaranya yang bersinonim.

Istilah tokoh merujuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban dari pertanyaan:

“siapakah tokoh utama novel Sepatu Dahlan?”, atau “Ada

berapa jumlah pelaku dalam novel Sepatu Dahlan?” dan sebagainya. Tokoh cerita, menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.48

Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan dengan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan perwatakan tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga saggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

d) Latar

Membaca sebuah novel, pada hakikatnya seseorang berhadapan dengan sebuah dunia, dunia yang dilengkapi dengan tokoh penghuni beserta dengan permasalahannya. Namun, hal tersebut tidak akan lengkap

48 Ibid, h. 166

apabila dalam cerita tidak ada ruang lingkup, tempat dan waktu sebagai tempat pengalaman kehidupannya. Dengan begitu dalam sebuah cerita selain memerlukan tokoh dan plot juga memerlukan latar.

Latar atau setting merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Saat membaca sebuah novel, pasti akan ditemukan sebuah lokasi tertentu seperti nama kota, desa, jalan, hotel dan lain-lain tempat terjadinya peristiwa. Di samping itu, pembaca juga akan berurusan dengan hubungan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, pukul, saat bulan purnama, atau kejadian yang merujuk pada waktu tertentu.

Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya

1) Latar tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu atau lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar dalam sebuah novel biasanya meliputi berbagai lokasi, ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke yempat

yang lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah

“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Waktu dalam karya naratif dapat bermaksa ganda yaitu merujuk pada pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita dan di pihak lain menunjuk pada urutan waktu yang terjadi dalam cerita. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat juga latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu

3) Latar sosial

Latar sosial merupakan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritkan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup komplek. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga

berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.49

e) Sudut pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar dari pada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. Pencerita dalam sudut pandang orang ketiga berada diluar cerita sehingga pencerita tidak memihak salah satu tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dengan menggunakan kata ganti nama ia, dia, dan mereka, pengarang dapat menceritakan suatu kejadian jauh ke masa lampau dan ke masa sekarang.50

3) Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat,

49 Ibid, h.234

50 Nyoman Kutha Ratna, Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 319

serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

37 BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian. Metode merupakan acuan ataupun pedoman dalam melakukan penelitian. Metode penelitian menurut Sugiono adalah cara ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah diartikan yaitu, rasional (terjangkau akal), empiris (bisa diamati indra manusia) dan sistematis (menggunakan tahapan tertentu yang bersifat logis). Oleh karena itu keabsahan suatu penelitian ditentukan dari metode penelitian.51

Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengolah data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang merupakan data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkat.

Pendekatan kuantitatif adalah pencarian data atau informasi dari realitas permasalahan yang ada dengan mengacu pada pembuktian konsep atau teori yang digunakan.52

Aspek yang penting dalam menyusun penelitian adalah pendekatan analisis isi. Dilihat dari pendekatan analisis isi, dapat dibagi kedalam tiga bagian besar, yakni

51 M. Hariwijaya, Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal Dan Skripsi (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007), h. 51

52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alabeta, 2011), hal. 14.

analisis isi deskriptif, eksplanatif, dan prediktif. Analisis isi deskriptif sebatas hanya menggambarkan pesan, sementara analisis isi eksplanatif berusaha untuk menguji hubungan diantara variabel. Adapun analisis isi prediktif ditujukan untuk menguji prediksi variabel lain dengan menggunakan suatu variabel.53

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan analisis isi deskriptif, karena penelitian ini bertujuan hanya untuk menggambarkan pesan, tentu berbeda dengan penelitian dengan penelitian yang ingin menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi deskriptif adalah penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek- aspek dan karakteristik dari suatu pesan.54

Sehubungan dengan hal tersebut, maka jenis analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan menggambarkan pesan moral yang nampak dalam novel Rentang Kisah. Alasan memilih analisis isi kuantitatif, karena peneliti ingin mengetahui muatan atau pesan moral yang tampak pada novel Rentang Kisah, dengan

53 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.46

54 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.47

cara menghitung frekuensi dan prosentase masing-masing kategori pesan moral yang ada dalam buku Rentang Kisah.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi) yang kemudian dijadikan kesimpulan dari hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.55 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi.

Objek penelitian menurut Sugiyono adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek ataub kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.56 Objek dalam penelitian ini adalah isi pesan atau konten pesan moral yang terkandung dalam novel Rentang Kisah.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan salah satunya di tempat yang disetujui juri. Mengingat dalam penelitian dibutuhkan juri untuk menganalisis isi pesan moral pada Novel Rentang Kisah. Adapun waktu penelitian akan dimulai dari bulan September 2020

55 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 35.

56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 38.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kategorisasi Pesan

Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi mengatakan bahwa Nilai moral itu sendiri menyangkut tentang persoalan hidup manusia. Pesan moral adalah merupakan gagasan ide yang diucapkan serta disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan isi didalamnya. Adapun bentuk pesan moral terdiri dari 3 aspek yaitu:

Tabel 2 Kategorisasi No Kategorisasi Pesan Moral

1 Hubungan manusia dengan Tuhan 2 Hubungan manusia dengan diri sendiri 3 Hubungan manusia dengan manusia lain

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga,

hidung, mulut, dan kulit. 57 observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk melengkapi penelitian dan data-data tersebut dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung. Pada penelitian ini, yaitu secara tidak langsung peneliti melakukan pengamatan pada novel Rentang Kisah. Kemudian naskah-naskah tersebut dicatat, dipilih dan dianalisis sesuai dengan penelitian yang digunakan yaitu diteliti dan dikategorisasikan oleh juri sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data dalam penelitian dengan mencari informasi berdasarkan dokumen yang terkait agar dapat diperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan buku yang ada hubungannya dengan komunikasi serta teori-teori maupun data yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

4. Coding Sheet

Coding Sheet adalah tabel yang berisi pesan yang akan dijadikan objek penelitian. Coding Sheet dibuat berdasarkan kategorisasi yang ditetapkan sesuai dengan isi novel Rentang Kisah.

57 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.118.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengkategorisasikan setiap adegan yang masuk kedalam tiga aspek pesan moral, kemudian di analisis untuk mencari isi pesan moral apa yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam menganalisa data:

1) Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi mengatakan bahwa Nilai moral itu sendiri menyangkut tentang persoalan hidup manusia. Pesan moral adalah merupakan gagasan ide yang diucapkan serta disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan isi didalamnya. Untuk memudahkan penelitian ini, maka ditetapkan struktur kategori pesan moral yang terdapat didalam buku Rentang Kisah. Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

a) Moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan

Dalam hal ini, moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya ialah makhluk yang tidak berdiri sendiri, yakni manusia selalu berhubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, sehingga inilah yang menjadikan manusia selalu berhubungan dengan Tuhan.

b) Moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri Dalam hal ini, bahwa manusia selalu ingin memperoleh yang terbaik untuk dirinya sendiri dalam

hidupnya dan keyakinannya sendiri tanpa harus selalu bergantung dan campur tangan dengan orang lain.

c) Moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain Manusia dan sosial pasti saling berhubungan.

Moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya. Disamping itu, manusia juga merupakan makhluk individu yang memiliki keingininan pribadi untuk meraih kepuasan dan ketenangan baik secara lahiriah maupun batiniah dengan cara hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan diri sendiri.

2) Pengolahan Data, dalam pengolahan data, penelitian dilakukan dengan menganalisis isi novel dengan menggunakan juri. Unit analisis merupakah langkah awal yang penting dalam analisis isi, Krippendorff mendefinisikan unit analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat, dan dianggap sebagai data. Memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya, unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai apa dari isi yang akan diteliti dan dipakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks.58

3) Kemudian memasukkan data ke dalam lembar koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

58 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metedologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, cet-1, hlm. 59.

4) Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi pesan moral, maka dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri untuk mengisi lembar koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan yaitu kategorisasi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan manusia lain.

5) Ketiga kategori tersebut kemudian menjadi landasan peneliti dalam menentukan bentuk-bentuk pesan oral yang terdapat dalam novel Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi. Hasil dari kesepakatan tim juri dijadikan sebagai koefisien reliabilitas dihitung dengan rumus Holsty,59 yaitu:

Koefisien Reliabilitas: 2M

N1+N2

Keterangan:

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri

Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri (komposit reliabilitas), dengan menggunakan rumus:

Komposit Reliabilitas: N (x antar juri) 1+(N-1) (x antar juri)

59 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 76

Keterangan:

N = Jumlah juri

X = Rata-rata koefisien reliabilitas antar juri

6) Kemudian dilakukan perhitungan prosentase mengenai pesan moral yang dominan yang terdapat pada film dua garis biru, selanjutnya menganalisa data. Prosentase pesan moral yang dominan dihitung dengan rumus

P = F x 100%

N Keterangan:

P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah

46 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini, penulis menjelaskan dan menguraikan data yang sudah dikumpulkan mengenai isi pesan moral dalam novel Rentang Kisah. Data tersebut diperoleh dari kalimat atau naskah yang tertulis dalam novel, yang mengandung pesan moral dan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan, yaitu kategori Moral Kepada Tuhan, Moral Kepada Diri Sendiri, Moral Kepada Orang Lain.

Peneliti mengadakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder yang dianggap kredibel dalam bidangnya untuk memperoleh validitas dan reliabilitas kategori isi pesan moral dalam novel Rentang Kisah. yaitu Moral kepada Tuhan, Moral Kepada Diri Sendiri, Moral Kepada Orang Lain. Ketiga juri tersebut dari: Juri I Zainun Nasichah, M.Pd., beliau adalah seorang guru yang mengajar di Pondok Pesantren. Juri 2. Ade Masturi, M.A., beliau adalah dosen komunikasi dan dakwah. Dan juri 3. Hanifa Rizkiyah S.Psi., beliau adalah seorang sarjana Psikologi yang bekerja di suatu perusahaan.

Hasil dari ketiga juri tersebut kemudian akan dijadikan koefisien reliabilitas. Selanjutnya, langkah yang diambil yaitu mencari komposit reliabilitas yang berupa kesepakatan rata-rata antar juri yang pada akhirnya mencari pesan moral apa yang paling dominan. Untuk mencari koefisien reliabilitas kategori antar juri, peneliti menggunakan rumus Hostli, yaitu:

Koefisien reliabilitas =

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1+N2 =Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M = Kesepakatan antar juri

N = Jumlah yang di teliti

Komposit Reliabilitas =

N = Jumlah juri X = Rata-rata

Dalam penelitian ini, penulis menemukan pesan moral dalam novel Rentang Kisah dan terbagi menjadi tiga yakni moral kepada Tuhan, moral kepada manusia, moral kepada manusia lain. Setelah itu mendapatkan hasil

Dalam penelitian ini, penulis menemukan pesan moral dalam novel Rentang Kisah dan terbagi menjadi tiga yakni moral kepada Tuhan, moral kepada manusia, moral kepada manusia lain. Setelah itu mendapatkan hasil

Dokumen terkait