• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nusyuz suami mengakibatkan pelanggaran terhadap

BAB II KONSEP NUSYUZ DALAM PERSPEKTIF HUKUM

E. Analisis Konsep Nusyuz Suami dan Akibatnya Menurut Hukum

1. Nusyuz suami mengakibatkan pelanggaran terhadap

a. Pengertian taklik talak

Pasal 1 huruf e Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan “Taklik talak ada

222

janji talak yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.”223

Kata taklik talak merupakan kosa kata yang akrab dan populer di Indonesia

dan istilah yang kurang populer di Indonesia dan istilah yang kurang populer pemakaiannya dalam fikih Islam. Taklik talak itu sendiri merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata, yaitu kata taklik dan talak.

Kata taklik merupakan masdar dari kata “allaqa yang konjugasinya adalah

menggantungkan atau mengaitkan. Dan kata talak berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang konjugasinya adalah melepaskan atau mengurai tali pengikat.”

Secara terminologi kata taklik talak tidak populer pemakaiannya dalam ilmu stilah yang galib dipakai dan memiliki maksud yang sama dengan taklik talak dalam rumusan yang berbeda, oleh Ahmad al-Gundur disebutkan dengan talak mengucapkannya, serta terdapatnya hubungan jatuhnya talak dengan syarat dan

kan bahwa “taklik talak atau talak mu'allak adalah menyandarkan

kan oleh suami dan dikaitkan 224

fikih, tetapi i

mu’allaq, adalah setiap talak yang disertai dengan syarat oleh orang yang

taklik.225

Dalam literatur yang berbahasa Indonesia seperti yang dirumuskan oleh Moh. Anwar disebut

jatuhnya talak kepada sesuatu perkara, baik ucapan, perbuatan, maupun waktu tertentu.”226

Definisi taklik talak yang lebih bersifat praktis dikemukakan oleh Kamal

Mukhtar sebagai “talak yang digantungkan dan diucap

223

Kompilasi Hukum Islam, Op.Cit, hlm.6

224

Louis Ma’luf, Al Munjid fi al Lughah, Dar al Masyruq, Libanon, Beirut, 1992, hlm.348

goro, Bandung, 1991, hlm.66

225

Ahmad Al Gundur, Al Talaq fi Syaria’ah al Islamiyah Waal Qanun, Darul Ma’rifah, Mesir, Kairo, 1977, hlm.200

226

Moh. Anwar, Dasar-dasar Hukum Islam dalam Menetapkan Keputusan di Pengadilan

dengan iwad sesudah aqad nikah sebagai suatu perjanjian perkawinan mengikat suaminya.”227

Definisi yang dikemukakan Kamal Mukhtar di atas berbeda dengan tiga definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, karena dengan penyebutan iwad dan mengkategorikannya kepada perjanjian berarti definisi taklik talak yang lebih bersifat praktis dan temporal dari pada universal konseptional.

Pengertian talaq mu'allaq yang selanjutnya dalam tesis ini disebut taklik talak

yang dikemukakannya dalam dikemu

penulis Dalam persetu

perkaw nempatkan suami isteri pada derajat yang sama.”

lam bahwa kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk: 1) taklik Beg dar Isla terj sun (3)

setiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak berbagai doktrin fikih dan pengertian yang kakannya dalam berbagai doktrin fikih dan pengertian yang dikemukakan oleh Indonesia pada umumnya, menempatkan taklik talak searah dengan talak.

pengertian bahwa taklik talak yang diucapkan suami tidak perlu memperoleh juan dari isteri. “Pengertian taklik talak seperti ini tidak sejalan dengan asas

inan di Indonesia yang me 228

Selanjutnya dalam Pasal 45 Kompilasi Hukum Is

talak dan 2) perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

itu pula yang diatur dalam Pasal 46 Kompilasi Hukum Islam yang terdiri i tiga ayat yaitu: (1) isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum m. (2) Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak betul-betul adi kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh- gguh jatuh, isteri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.

Perjanjian taklik talak bukan suatu perjanjian yang wajib diadakan pada

227

Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm.207

228

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

dapat dicabut kembali.229

1. Perkaranya belum ada, tetapi mungkin terjadi kemudian, jika perkaranya jika matahari terbit, maka engkau tertalak. Sedangkan kenyataan matahari (seketika berlaku), sekalipun diucapkan dalam bentuk taklik. Jika umpamanya: jika ada onta masuk dalam lobang jarum, maka engkau 2. Hendaknya isteri ketika lahirnya aqad (talak) dapat dijatuhi talak, 3. Ketika terjadinya perkara yang ditaklikkan isteri berada dalam

egera diucapkan setelah akad nikah itu berlangsung dan tertera dalam akta ikah,

mengucapkan ikrar taklik talak tersebut setelah selesai ijab kabul dan diterima oleh isteri.

Suatu tradisi yang berlaku di daerah Sumatera Timur apabila akad nikah itu berlangsung, mempelai wanita tidak turut serta hadir di majelis pernikahan.

Kemudian syarat sahnya taklik talak ada tiga, yaitu:

telah nyata ada sungguh-sungguh ketika diucapkan kata-kata talak, seperti: sudah nyata terbit, maka ucapan yang seperti ini digolongkan tanjiz takliknya kepada perkara yang mustahil, maka ini dipandang main-main, tertalak.

umpamanya karena isteri ada di dalam pemeliharaannya. pemeliharaan suami.230

Taklik talak merupakan suatu pernyataan kehendak sepihak dari sang suami

yang s

n taklik talak ini dilakukan untuk memperbaiki dan melindungi hak-hak seorang

wanita yang dijunjung tinggi oleh kedatangan Islam. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan isteri tidak mau memperhatikan taklik talak itu ketika diucapkan oleh sang suami. Bahkan karena bukan termasuk rukun nikah, ada suami yang tidak

229

Bahan Penyuluhan Hukum Undang-undang Nomo 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam Departemen Agama RI, Jakarta, 2001, hlm.166 dan 174

230

M lai wanita tetap berada di dalam kamar. Untuk memperoleh keterangan- keterangan yang diperlukan dari calon isteri. Petugas Pencatat Nikah terpaksa harus masuk ke kamar. Alangkah besar faedahnya apabila mempelai wanita itu juga turut serta bersama-sama hadir di m

empe

ajelis pernikahan untuk mempersiapkan secara

k yang akan berperan sebagai pengendali mah

dimadukan dan jika dia tidak sabar, sang isteri dapat minta fasakh kepada Pengadilan Agama dan sang suami membayar sejumlah kerugian. Demikian juga dalam soal harta benda dapat diatur di dalam taklik.

taklik yang boleh dan sah, ada pula taklik yang tidak boleh, yaitu yang bertentangan dengan hukum Islam, bertentangan dengan akhlak, moral dan

usila, ya

langsung apa yang diucapkan oleh sang suami sebagai ijab kabul pernikahan dan ia akan mengetahui cara bagaimana harus ditempuhnya apabila sang suami menyakiti hatinya atau suami tidak menghiraukan kewajibannya terhadap isteri dan lain-lain.

Sudah merupakan suatu kelaziman apabila sebagai akad, akan dilangsungkan ucapan memberi nasehat oleh yang dianggap patut. Sebaiknya nasehat itu didengar dan diperhatikan oleh kedua belah piha

ru tangga yang bersangkutan.

Demikian taklik yang dibuat Pemerintah yang mesti diucapkan oleh sang

suami setelah upacara akad nikah dilangsungkan. Taklik itu dapat ditambah, jika ada permintaan dari pihak sang isteri, umpamanya sang isteri tidak akan dimadukan, jika

Di samping

kepada sang isteri untuk berkunjung ke tempat-tempat yang tidak sopan. Atau sang isteri s

b itu tidak

sah. Nam ut di atas itu

tidak b

itu ada dua macam bentuknya, yaitu:

anji, karena mengandung pengertian melakukan pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan atau menguatkan

b. Taklik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak bisa telah terpenuhi

berpendapat bahwa dua bentuk taklik yang atuh.”233

elama dalam perkawinan tidak dapat belanja (nafkah) dari sang suami. Atau jika sang suami atau isteri meninggal tidak saling pusaka mempusakai.

“Semua taklik tersebut tidak diakui oleh hukum Islam dan oleh seba un, perkawinan tetap sah dengan pengertian taklik yang terseb erlaku.”231

b. Bentuk taklik talak

Sayid Sabiq menguraikan dalam fiqih sunnah mengatakan bahwa taklik talak

a. Taklik yang dimaksud sebagai j

suatu kabar. Dan taklik seperti ini disebut dengan ta'liq qasami. syarat ta'liq. Ta'liq seperti ini disebut dengan ta'liq syarti.232

Dari dua bentuk taklik di atas dapat dibedakan dengan kata-kata yang diucapkan oleh suami. Pada ta'liq qasamy, suami bersumpah untuk dirinya sendiri. Sedangkan pada ta'liq syarty suami mengajukan syarat dengan maksud jika syarat itu ada maka jatuhlah talak suami pada isterinya.

“Ulama berbeda pendapat tentang jatuh atau tidaknya talak dengan dua formulasi di atas. Jumhur Ulama

dikaitkan dengan talak apabila yang ditaklikkan terjadi maka talaknya j

Sedangkan Ibnu Hazm dan Ibnu Qayyim Al Jauziyah berpendapat bahwa “taklik yang

231

T.Jafizham, Persentuhan Hukum di Indonesia dengan Hukum Perkawinan Islam,

ercetak 8.

am Al Syar’iyah li al Ahwal al Syakhsiyah, Darul

ahdah 2

P an Mestika, Medan, 1977, hlm.26

232

Sayid Sabiq, Op.Cit, hlm.40

233

Zakiyuddin Sya’ban, Jurnal Al Ahk N ‘Arabiyah, Mesir, Kairo, 1967, hlm.44

di dalamnya terkandung maksud sumpah (qasam) tidak berakibat jatuhnya talak, akan tetapi wajib membayar kifarat sumpah dan taklik yang di dalamnya terkandung syarat yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak ketika terjadinya sesuatu yang

234 disyaratkan, maka talak itu jatuh.”

Al-Gundur membagi talaq mu'allaq itu kepada empat bagian, yaitu:

1. Bahwa taklik dimaksudkan untuk menjatuhkan talak apabila yang

sesuatu yang diperbuatnya.

dirinya dalam melakukan sesuatu.235

Dari empat macam taklik yang dikemukakan oleh Al-Gundur, Jumhur Ulama berpendapat, “taklik yang dikemukakan suami kepada isterinya dalam bentuk yang manapun akan membawa konsekuensi talak jatuh bila yang ditaklikkan terwujud, tidak terdapat perbedaan hukum antara empat macam taklik tersebut.”236 Pendapat

ya hnya

pada m membawa konsekuensi apapun terhadap talak.

Selanjutnya hammad Yusuf Musa mengemukakan pendapatnya bahwa

kepada isteri apabila dipenuhi syarat sebagai berikut: ditaklikkan benar-benar terjadi.

2. Bahwa taklik hanya dimaksudkan untuk menakut-nakuti isterinya, bukan

untuk menjatuhkan talak.

3. Bahwa taklik hanya dimaksudkan untuk menyakinkan orang lain tentang

4. Bahwa taklik hanya dimaksudkan untuk memberikan dorongan kepada

ng berbeda dikemukakan oleh Ibnu Hazm bahwa talak yang dikaitkan jatu asa yang akan datang tidak

Mu

taklik talak yang diucapkan suami dapat membawa konsekuensi jatuhnya talak suami

234

Ibnu Hazm, Op.Cit, hlm.258-260

235

Ahmad Al Gundur, Op.Cit, hlm.201

236

1. Bahwa yang ditaklikkan itu adalah sesuatu yang belum ada ketika taklik diucapkan tetapi dimungkinkan terjadi pada masa yang akan datang.

h menjadi isteri sah bagi pengucap taklik.

perjanj 1. T 2. T

lanjut bahwa meski obyek taklik belum menjadi isterinya pada saat taklik diucapkan, tetapi kalau taklik diucapkan dan contoh seorang laki-laki berkata kepada seorang perempuan jika nanti saya

mpuan tersebut menjadi isterinya di kemudian hari, maka talak suami jatuh kepada isteri

i sebagai subyek talak

2. Pada saat taklik talak diucapkan taklik (isteri) suda

3. Pada saat taklik talak diucapkan suami isteri berada dalam majelis

tersebut.237

Selain pembagian bentuk taklik talak yang dikemukakan Sayid Sabiq di atas, ian taklik talak ini dapat juga dilihat dari waktu pengucapannya, yaitu:

aklik talak diucapkan sebelum perkawinan dilangsungkan. aklik talak diucapkan setelah perkawinan dilangsungkan.

Ibnu Human memberikan komentarnya tentang taklik yang diucapkan seorang laki-laki bahwa talak yang dihubungkan dengan syarat apabila di kemudian hari syarat yang ditaklikkan terpenuhi, maka talaknya jatuh. Dalam hal ini beliau memberikan komentar lebih

yang ditaklikkan terjadi di kemudian hari, maka talaknya jatuh. Sebagai menikahimu, maka engkau tertalak. Kemudian ternyata pere

dengan sebab adanya taklik tersebut. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh al-Syarbaini bahwa, lafaz ta'liq yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak haruslah diucapkan kepada seorang isteri yang masih terikat hubungan perkawinan yang sah. Dengan perkataan lain taklik yang diucapkan sebelum pernikahan berlangsung tidak memberikan konsekuensi apapun terhadap eksistensi hubungan suami isteri.238

Terlepas dari perbedaan pendapat di kalangan fuqaha tentang bentuk taklik yang berdampak jatuhnya talak, tetapi menurut A Jamil Latif bahwa :

Perbedaan yang mendasar antara taklik yang ada dalam kitab fiqih dengan yang ada di Indonesia adalah, kalau fiqh suam

sedangkan taklik di Indonesia isterilah yang menjadi subyek talak. Selain itu

237

Muhammad Yusuf Musa, Al Ahkam Al Syakhsiyah Fi Al Fiqh Al Islamy, Dar Al Kutub Al Arabiyah, Mesir, Kairo, 1956, hlm.273

238

Muhammad Ibn Abdul Wahid alias Ibn Human, Fath Al Qadir, Tijarah Al Kubra, Mesir, Kairo, 1972, hlm.128

dalam kitab fiqh juga tidak dikenal adanya pembakuan sighat taklik, meskipun

sepanjang tidak dan peraturan perundang-undangan

untuk suami, lembar kedua untuk isteri, lembar ketiga untuk PPN dan c) Perjanjian yang berupa taklik talak dianggap sah jika perjanjian itu dibaca

d) Sighat taklik talak ditetapkan Menteri Agama.

239

Permulaan taklik talak dijadikan sebagai alasan perceraian adalah sesuatu hal

yang sulit memastikannya. Keadaan ini berkaitan erat dengan kesulitan menentukan secara tepat kapan pertama kali Islam masuk ke Indonesia, walaupun menurut kesimpulan seminar masuknya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan tahun 1963 dan kemudian dikukuhkan kembali dalam Seminar Sejarah Islam di Banda Aceh (sekarang: Nanggroe Aceh Darussalam) tahun 1978 bahwa : “Agama Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah, langsung dari tanah Arab. Tetapi Snouck Hurgronje mengemukakan pendapatnya bahwa yang paling memungkinkan adalah Islam masuk ke Indonesia permulaannya disebarkan oleh para

taklik tersebut dikhususkan pemakaiannya kepada taklik talak. Berbeda halnya

dengan taklik talak yang dikenal di Indonesia, yaitu:

a) Calon suami isteri dapat mengadakan perjanjian

bertentangan dengan hukum Islam yang berlaku.

b) Perjanjian sebagaimana tersebut pada ayat (1) dibuat rangkap empat di

atas kertas bermeterai menurut peraturan yang berlaku; lembar pertama lembar keempat untuk pengadilan.

dan ditandatangani oleh suami setelah akad nikah dilangsungkan.

e) Tentang ada atau tidaknya perjanjian sebagaimana dimaksud ayat (1) dan

ayat (3) dicatat di dalam daftar pemeriksaan nikah.

c. Taklik talak sebagai alasan perceraian

239

A. Jamil Latief, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, lm.62-6

saudagar muslim dari India pada abad kedua belas.”240

Oleh karena itu, yang paling mungkin dapat dikemukakan di sini adalah, “taklik talak sudah dilembagakan sebagai alasan perceraian oleh Sultan Agung Anyakrakusuma pada tahun 1630 Miladiyah di saat beliau sebagai raja Kerajaan

241 Mataram.”

Gagasan pelembagaan perjanjian taklik talak setiap selesai akad nikah tujuan utamanya adalah sebagai alat bagi seorang perempuan untuk melepaskan diri dari kesewenang-wenangan suami pada masa itu, atau dengan perkataan lain bahwa perjanjian taklik talak ini tujuannya adalah untuk alasan perceraian. Pendapat ini dikuatkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah ayah kandung Hamka, tahun 1916 pada saat pertama kali taklik talak ini dicetuskannya.

Setelah pemerintahan Hindia Belanda mulai mengatur Pengadilan Agama yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Raja Belanda Nomor 24 Tahun 1882. Stb. 1882 No. 152, maka taklik talak dimaksudkan sebagai alasan perceraian. Ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 2a, Stb. 1882 No. 152 yang menyebutkan bahwa: “Pengadilan Agama semata-mata hanya berkuasa memeriksa perselisihan- perselisihan antara suami isteri yang beragama Islam dan perkara-perkara lain tentang talak, rujuk dan perceraian antara orang-orang yang beragama Islam yang memerlukan perantaraan hakim agama, dan berkuasa memutuskan perceraian, dan

imensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Gema Insani

Press, Jakarta, 1996, hlm.70

240

Amrullah Ahmad, D

241

m akan syarat untuk jatuhnya talak yang digantungkannya (taklik talak).”242 Setelah adanya amandemen terhadap Stb.1882 No.152, yaitu dengan diberlakukannya Stb.1937 No.116

enyat

dan 610 untuk Pengadilan Agama dan pemben dan 63 sebagia sebaga berbag tersebu

pada pokoknya menerangkan di umpahnya bahwa Soedja waktu kawin pada Bok Nasifah betul pake Nasifah dan Betul Bok Nasifah sudah ditinggalkan delapan tahun lamanya dipimpin oleh ketua majelisnya Hadji Muhammad Iljas dan Hadji Muhammad menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi ‘Nama Soedja tetap jatuhkan orang lain sesoedah iddah quru’' tiga kali suci dari hel. Taklik talak sebagai atas, pada saat itu belum disertai dengan uang iwad. Penyertaan uang iwad Minangkabau telah dimulai sejak tahun 1916, sedangkan di tempat lain seperti tukan Mahkamah Agung Tinggi di Jawa dan Madura dan Stb. 1937 No.638 9 untuk pembentukan Kerapatan Qadi dan Kerapatan Qadi Besar untuk n Residensi Kalimantan Selatan dan Timur, taklik talak ini tetap dijadikan i alasan perceraian.

Dalam konteks taklik talak sebagai alasan perceraian dapat dilihat dalam ai kumpulan putusan Pengadilan Agama yang telah dibukukan dan keputusan

t antara lain dapat dilihat dari :

Keputusan Raad Agama Majalengka tanggal 2 Januari 1910 Nomor 1 Tahun 1910 dengan posisi kasusnya adalah bahwa : Saja djadi bininja nama Soedja tidak suka tidak terima djadi bininya Soedja sebab sudah meninggalkan pada saya 8 tahun lamanya maka saya minta jatuh talak satu karena melanggar perjanjian waktu kawin. Selanjutnya dalam pemeriksaan di depan persidangan didengar keterangan empat orang saksi yang

bawah s

muallak 1 tahun jalan laut, 7 bulan jalan darat maka jatuh talak satu pada Bok oleh lakinya Nama Soedja. Atas dasar kesaksian tersebut Majelis Hakim yang Rafi'i, Hadji Muhammad Sanusi masing-masing sebagai Hakim anggota thalak satu pada Bok Nasifah maka tidak ada halangan boleh kawin pada alasan perceraian seperti tersebut dalam putusan Raad Agama Majalengka di dalam sighat taklik tidak terdapat kesatuan waktu pemberlakuannya, di daerah

242

Jawa Barat baru dimulai pada tahun 1931.243

Setelah Indonesia merdeka, maka dengan berdasarkan kepada Pasal II aturan

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : “Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah memeriksa dan memutus perselisihan antara suami isteri yang beragama Islam dan memutuskan perkara perceraian dan mengesahkan bahwa syarat taklik sudah berlaku.”

m etap dibenarkan oleh peraturan yang berlaku, meskipun

perkaranya diajukan ke Pengadilan Agama.” Bahkan dalam rentang waktu 29

Desember 1989 pasca diberlakukan Undang-undang Peradilan Agama sampai dengan diberlakukannya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 tahun 1991

peralihan Undang-undang Dasar 1945, taklik talak tetap diakui sebagai alasan perceraian. Bahkan dalam peraturan pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah Propinsi untuk daerah Luar Jawa, Madura dan sebagian Residensi Kalimantan Selatan dan Timur, taklik talak tetap diakui sebagai alasan perceraian

244

Dalam yurisprudensi menunjukkan bahwa “perceraian dengan alasan elanggar taklik talak t

245

tentang penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, ternyata perceraian dengan alasan melanggar sighat taklik tetap dibenarkan oleh praktek peradilan di Indonesia, mulai

243

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama, Himpunan

Putusan/Penetapan Pengadilan Agama, Jakarta, 1977, hlm.86-87.

244

Ibid,hlm.88

245

Putusan Mahkamah Agung Nomor 37K/AG/1980 tanggal 3 Juni 1981, No.51K/AG/1980 tanggal 16 Desember 1981, No.24K/AG/1980 tanggal 14 April 1982 dan No. 27K/AG/1981 tanggal 18 Juli 1982 dalam Departemen Agama,1983, Himpunan Putusan Kasasi tentang Peradilan Agama, Jakarta, hlm.59 dan 87

dari peradilan tingkat pertama dan banding sampai pada tingkat kasasi.

d. Tujuan taklik talak

akan di

aitu dengan melaksanakan ak

me da

seb

saya pergauli isteri saya yang bernama……….dengan baik menurut berikut. Sewaktu-waktu saya :

2. atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (tiga) bulan lamanya;

4. atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya 6 (enam) bulan

Pengadilan Agama dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadh (pengganti) kepada saya maka kuasakan untuk menerima uang iwadh dan kemudian menyerahkan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam cq Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah untuk keperluan ibadah

Di atas telah diuraikan mengenai dasar hukum taklik talak, pada bagian ini bicarakan pula mengenai tujuan daripada taklik talak. Hikmah dari melakukan perkawinan adalah untuk membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk mencapai hal itu, hendaklah diadakan ikatan perkawinan, y

ad nikah. Apabila seseorang telah melaksanakan akad nikah, dengan demikian reka mengadakan suatu perjanjian untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia n tentram.

Adapun kutipan shighat taklik talak yang biasanya terdapat pada buku nikah

agai berikut :

Bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami dan akan ajaran syari’at Islam. Saya membaca sighat taklik atas isteri saya sebagai 1. meninggalkan isteri saya 2 (dua) tahun berturut-turut ;

3. atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya;

lamanya kemudian isteri saya tidak ridho dan mengadukan halnya kepada pengadilan tersebut dan isteri saya membayar uang sebesar Rp 10.000,- jatuhlah talak saya 1 (satu) kepadanya. Kepada pengadilan tersebut saya ke

sosial.246

246

Seperti yang telah disinggung pada uraian terdahulu, bahwa selesai melakukan akad nikah, mempelai laki-laki mengucapkan janji penggantungan talak atas isterinya. Apabila terjadi hal-hal sebagaimana yang disebutkan dalam shighat

talik talak tersebut dilanggar oleh suami dan isterinya tidak rela atas perbuatan

suaminya itu, dan mengadukan hal tersebut kepada pengadilan atau petugas yang diberi hak, serta pengaduan itu dibenarkan dan diterima oleh pengadilan atau petugas

yang diberi ha untuk mengurus pangaduan itu, maka jatuhlah talak suami atas k

rinya itu.

Bila dilihat tujuan taklik talak sebagaimana yang telah dirumuskan dalam bentuk perjanjian itu, jelaslah taklik talak itu ditujukan guna memperjuangkan nasib

Dokumen terkait