• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBAT YANG MEMPENGARUHI AIR DAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Obat yang Mempengaruhi Air dan Elektrolit

Dalam dokumen EFEK SAMPING OBAT.docx (Halaman 28-35)

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, yaitu: pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran ( kehilangan ) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbagan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Penaruh ekstra sel terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan diuretik. Secara umum diuretic dapat dibagi dalam dua golonggan besar yaitu: penghambat mekanisme transport elektrolit didalam tubuli ginjal dan diuretic osmotik.

Obat yang dapat menghambat transpor elektrolit ditubuli ginjal ialah: (1) benzotiadiazid; (2) diuretic kuat; (3) diuretic hemat kalium; dan (4) penghambat karbonik anhidrase.

2. Efek Samping Obat yang Mempengaruhi Air dan Elektrolit (Obat Deuretik)

Efek samping dan perhatian yang harus diperhatikan dari diuretik antara lain:

a. Gangguan cairan dan elektrolit.

Sebagian efek samping berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara lain hipotensi, hiponetremia, hipokleremia, hipokalsemia dan hipomagnesemia. (Gunawan, 2007).

b. Ototoksisitas.

Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius. Ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebakan oleh perubahan komposisi elektrolit cairan endolimfe. Ototoksitas merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. (Gunawan, 2007).

c. Hipotensi dapat terjadi akibat depelsi volume sirkulasi. (Gunawan, 2007).

d. Efek metabolik.

Seperti diuretic tiazid, diuretic kuat juga dapat menimbulkan efek samping metabolic berupa hiperurisemia, hiperglikemua, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida, serta penurunan HDL (Gunawan, 2007).

e. Reaksi alergi.

Reaksi alergi umumnya berkaitan dengan struktur molekul yang menyerupai sulfonamide. Diuretic kuat dan diuretic tiazid dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi sulfonamide. Asam etakrinat merupakan satu-satunya diuretic kuat yang tidak termasuk golongan sulfonamide, dan digunakan khususnya untuk pasien yang alergi terhadap sulfonamide. (Gunawan, 2007).

f. Nefritis interstisialis alergik.

Furosemid dan tiazid diduga dapat menyebabkan nefritis interstisialis alergik yang menyebabkan gagal ginjal reversibel. (Gunawan, 2007). K. EFEK SAMPING VITAMIN

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu

pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh

1. Efek Samping Vitamin

Penggunaan vitamin secara berlebihan, terutama untuk vitamin yang tidak larut dalam air akan menimbulkan gejala-gejala hipervitaminosis, seperti yang ditunjukkan beberapa vitamin di bawah ini:

a. Vitamin A

Penggunaan vitamin A 25.000 hingga 50.000 UI sehari pada anak-anak dapat menimbulkan nyeri tulang, lesi kulit, rambut rontok, hepatosplenomegali, papiludem, perdarahan dan kelemahan. Vitamin A memiliki efek kumulatif yang tinggi pada hati dan lemak. Kebanyakan hipervitaminosis A terjadi akibat terlampau bersemangatnya para ibu memberikan minyak ikan kepada anak-anaknya setiap hari karena percaya akan kemujarabannya.

Hipervitaminosis D dimanifestasikan dalam bentuk hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada jaringan lunak, kelemahan, mengantuk, mual, nyeri abdomen, haus, konstipasi, kehilangan berat hingga kerusakan ginjal. Pada orang dewasa amat berbahaya mengkonsumsi vitamin D dengan dosis perhari di atas 10.000 UI lebih dari dua belas minggu. Hipervitaminosis D dapat diatasi dengan penghentian pemberian vitamin D, diet rendah kalsium, minum banyak dan pemakaian glukokortikoid untuk mengurangi absorpsi kalsium.

c. Vitamin E

Pemakaian vitamin E dengan dosis 400-800 unit perhari dapat menimbulkan kaburnya penglihatan, pembesaran payudara pada wanita dan laki-laki, diare, pusing, gejala-gejala seperti flu, sakit kepala, mual dan gejala kelemahan yang tidak lazim.

Pemakaian vitamin E dengan dosis lebih 800 unit perhari pada periode lama dapat meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang mengalami vitamin K defisiensi, mengganggu metabolisme hormon, imunitas dan fungsi seksual.

d. Vitamin C

Pemakaian vitamin C dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan tidur, sakit kepala dan gangguan pencernaan. Dosis di atas 4 gram sehari dalam waktu panjang, dapat meningkatkan kadar oksalat di urin yang berperan dalam pembentukan batu oksalat. Diare juga sering terjadi dengan dosis di atas satu gram sehari.

Pemakaian dosis tinggi vitamin C dapat menimbulkan batu ginjal pada individu-individu tertentu. Pada individu dengan glucose 6-P defisiensi, krisis hemolitik dapat segera terjadi.

a. Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang penting bagi penglihatan normal dan produksi sel di dalam tubuh. Gejala overdosis vitamin A:

 Penglihatan kabur

 Pusing

 Keadaan pingsan

 Haid tidak teratur

 Mual  Insomnia  Diare  Ruam kulit  Nyeri sendi  Sakit kepala

b. Vitamin B, juga dikenal sebagai B kompleks, adalah satu set vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine),

B9 (asam folat), dan B12 (cobalamin).

Gejala overdosis vitamin B:

 Susah bernapas

 Nyeri dengan sensai terbakar

 Kehilangan koordinasi otot

 sakit kepala

 Depresi

 Kelumpuhan

c. Vitamin C atau asam askorbat sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga untuk menyembuhkan luka lebih cepat.

Gejala overdosis vitamin C:

 Sariawan  Batu ginjal  Diare  Sakit perut  Badan panas  Sakit perut  Insomnia

d. Vitamin D atau calciferol diperlukan untuk penyerapan kalsium serta pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dalam tubuh. Gejala overdosis vitamin D:

 Kelemahan otot

 Tuli

 Kehilangan nafsu makan

 Mual

 Kelelahan

 Muntah

 Nyeri tulang

e. Vitamin E merupakan antioksidan penting yang juga diperlukan

untuk reproduksi normal pada manusia.

Gejala overdosis vitamin E adalah:

 Hipertensi

 Kelemahan otot

 Kelelahan

 Payudara lunak

 Lambat penyembuhan luka

f. Vitamin K merupakan vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh karena membantu dalam penggumpalan darah. Gejala overdosis vitamin K meliputi:

 Mual

 Muntah

 Diare

 Ruam kulit

3. Cara Mengatasi dan Mencegahnya

Jika ada gejala yang disebutkan di atas, pengobatan overdosis vitamin sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Karena sebagian besar gejalanya seperti gejala medis yang lain, maka penting untuk didiagnosa dengan baik.

Segera hentikan asupan suplemen vitamin adalah langkah utama dalam mengobati overdosis vitamin. Kedua, dokter mungkin menyarankan untuk menghindari makan makanan yang tinggi kadar vitamin masing-masing. Ketiga, dokter mungkin meresepkan beberapa obat yang membantu dalam mengobati gejala overdosis vitamin.

Gejala overdosis vitamin dapat diobati jika tepat waktu dan perawatan yang tepat dilakukan. Sebagai tindakan pencegahan, perlu juga untuk memeriksa label multivitamin dan suplemen untuk agar lebih aman.

Dalam dokumen EFEK SAMPING OBAT.docx (Halaman 28-35)

Dokumen terkait