• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK SAMPING OBAT.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK SAMPING OBAT.docx"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK SAMPING OBAT A. Pengertian Efek Samping Obat

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.

Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.

B. Masalah Efek Samping Obat

Obat, selain memberikan efek terapi yang diharapkan, juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat, atau “adverse drug reaction”. Efek samping merupakan efek sekunder, efek yg tidak diinginkan, dapat diprediksi. Kedua efek muncul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung dari dosis obat, frekuensi penggunaan, cara pakai, kondisi fisik, dan faktor genetis sang pengguna.

Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga walaupun sasarannya adalah reseptor pada

(2)

pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas. Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Misalnya Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, Efek sampingnya: mual, muntah.

Semakin selektif suatu obat terhadap target aksi tertentu, semakin kecil efek sampingnya. Dan itulah yang kemudian dilakukan pada ahli produsen obat untuk membuat suatu obat yang semakin selektif terhadap target aksi tertentu, sehingga makin kurang efek sampingnya.

Efek samping tidak dapat dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui.

C. Macam-macam Efek Samping 1. Obat Tipe A

Efek Samping Tipe A adalah efek samping yang sudah terdeteksi saat uji klinik, berkaitan dengan dosis (dose-related) dan timbul berkaitan dengan efek farmakologi (khasiat) dari obat tersebut. Meningkatkan efek samping yang ditimbulkan, secara umum efek samping tipe A ini tidaklah berat. Contohnya penggunaan fenotiasin dapat menimbulkan ekstrapiramidal karena efek anti kolinergiknya, penurunan dosis berkemungkinan dapat menurunkan efek sampingnya.

Peningkatan efek farmakologi melebihi normal suatu obat pada dosis terapi yang dianjurkan, seperti bradikardia pada pengguna antagonist beta-adrenoseptor dan perdarahan pada pengguna antikoagulan. Mudah diduga (prediktabilitas tinggi) melalui pengenalan efek farmakologi obat yang bersangkutan, biasanya tergantung pada dosis yang digunakan. Insiden dan mordibitasnya tinggi tetapi umumnya memiliki angka mortalitas yang rendah. Sering timbul akibat perubahan farmakokinetik obat oleh penyakit atau farmakoterapi yang bersamaan.

Efek Samping Tipe A bersifat intrinsik, bergantung dari konsentrasi, dosis, serta bahan-bahan kimia yang dikandung oleh suatu jenis obat. Umumnya merupakan kelanjutan khasiat terapetik.

(3)

Kejadiannya dapat diprediksi sebelumnya. Insidens tipe ini paling tinggi. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi dalam hal farmakologi primer dan sekunder obat dan biasanya tergantung kepada dosis. Contoh jenis reaksi ini termasuk hipoglikemia dengan hipoglikemi oral dan hipotensi dengan anti-hipertensi. Reaksi ini harus diantisipasi, dan sering bisa dieliminasi dengan mengurangi dosis.

2. Obat Tipe B

ESO type B (ESO dose Independent) ialah ESO yang merupakan suatu respon jarang atau tidak umum terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya. Si ESO tipe B tidak berhubungan dengan khasiat farmakologik obat, dan yang terjadi tidak bergantung pada dosis. Reaksi ini lebeh jarang terjadi (dibanding dengan tipe A), tetapi lebih sering bersifat fatal.

Reaksi tipe B ini biasanya berat, bahkan sering menyebabkan kematian dan pengurangan dosis tidak bermanfaat untuk mengurangi efek amping. Oleh karene itu, pemberian obat harus segera dihentikan. Reaksi tipe B ini umumnya bersifat imunologik dan dapat timbul sebagai syok anafilakti atau hiperfeleksi maligna.

Untuk menghindari dan untuk kewaspadaan kita terhadap reaksi tipe B ini.diperlukan data-gata berisi informasi mengenai ESO yang telah dilaporkan dari pengalaman pemakaian obat, atau dari evaluasi pemakaian obat.

3. Obat Tipe C (Chronic)

Reaksi yang terkait dengan penggunaan obat jangka lama, contohnya adalah ketergantungan Benzodiazepine, chloroquine dan analgesik nefropati (kerusakan pada ginjal). Reaksi-reaksi dapat dijelaskan dengan baik dan kronik tetapi dapat diantisipasi.

(4)

Benzodiazepine biasanya digunakan untuk gangguan kecemasan, insomnia, gangguan kejang, gangguan suasana hati, gangguan gerakan, intoksikasi (keracunan) dan melepaskan ketergantungan terhadap alcohol dan zat lainnya. Contoh obat jenis ini adalah alprazolam, bromazepam, chloridazepoxide, clobazam, clonazepam, clorazepate, diazepam, dll.

Chloroquine biasanya digunakan untuk pencegahan malaria dan sebagai modifikasi obat anti rematik. Obat populer berdasarkan Chloroquine adalah Klorokuin FNA, resochin dan Dawaquin.

4. Obat Tipe D

Efek samping obat tertunda/lambat yang terjadi beberapa tahun setelah terapi seperti karsinogen (penyabab kanker) dan teratogen. Diperkirakan bahwa toksisitas tersebut dihalangi oleh penelitian mutagenisitas praklinis. Penelitian karsinogen untuk senyawa kimia baru perlu dilakukan secara menyeluruh sebelum lisensi produk diberikan. Contohnya efek samping obat diethystilbesterol. Diethystilbesterol digunakan untuk indikasi vaginitis gonorrheal, vaginitis atrofi, gejala menopause, dan postpartum menyusui penekanan untuk mencegah pembengkakan payudara.

5. Tipe E (Ending)

Efek samping obat terjadi pada akhir terapi jika obat diberhentikan secara mendadak/tiba-tiba. Contohnya pada penggunaan steroid yang meng-induced cushing syndrome. Sindrom Cushing menjelaskan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan kontak yang terlalu lama dengan tingkat tinggi terhadap hormon kortisol. Kortisol adalah hormon steroid, lebih khusus glukokortikoid yang diproduksi oleh fasciculata zona korteks adrenal.

6. Efek samping yang paling sering muncul, yaitu sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak, selain itu ada beberapa efek samping lain yang lazim muncul, yaitu:

(5)

Obat dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas sehingga badan menjadi terasa lelah.

b. Anemia

Merupakan salah satu yang menyebabkan tubuh kita merasa lelah. c. Masalah pencernaan

Banyak obat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada perut. Obat dapat menyebabkan mual, muntah, kembung, atau diare.

d. Perut kembung

Dapat dikurangi dengan menghindari makanan seperti buncis, beberapa macam sayuran mentah dan kulit sayuran

e. Diare

Diare dapat berkisar antara ringan sampai berat. Jika berat segeralah periksa ke dokter. Jangan lupa perbanyak minum air putih.

f. Lipodistrofi

Yaitu kehilangan lemak pada lengan, kaki dan wajah, penambahan lemak pada perut atau dibelakang leher dan peningkatan lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini dapat meningkatkan resiko serangan jantung atau serangan otak.

g. Tingkat lemak atau gula yang tinggi dalam darah

Termasuk kolesterol,trigliserida dan glukosa. Masalah ini dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.

h. Masalah kulit

Beberapa obat menyebabkan ruam (gatal-gatal pada kulit), ada yang bersifat sementara , tetapi dapat menimbulkan reaksi berat. Periksalah ke dokter jika mengalami ruam. Selain itu obat juga dapat menyebabkan kulit kering dan rambut rontok. Pelembab kulit dapat membantu masalah kulit.

i. Neuropati

Neuropati adalah penyakit yang sangat nyeri disebabkan oleh kerusakan saraf. Penyakit ini biasanya dimulai dari kaki dan tangan.

j. Toksisitas mitokondria

Toksisitas mitokondria merupakankerusakan rangka dalam sel. Penyakit ini dapat menyebabkan neuropati atau kerusakan pada ginjal dan dan dapat meningkatkan asam laktit dalam tubuh.

(6)

Pada penderita HIV obat dapat menyebabkan mineral tulang hilang dan tulang menjadi rapuh.

7. Efek teratogenik.

Tragedi talidomit di awal 1960-an meningkatkan minat terhadap pengetahuan, pencegahan, dan pengobatan kelainan perkembangan manusia. Sekitar 3 % dari seluruh bayi manusia baru lahir menunjukkan cacat bawaan yang berarti untuk klinis. Dari jumlah ini,sekitar 7% disebabkan oleh paparan terhadap zat kimia,fisika, biologi selama di dalam kandungan. Sekitar 15%-25% berkaitan dengan mutasi gen atau penyimpangan kromosom, 20% karena etiologi multifaktor dan lebih 50% karena penyebab yang tidak diketahui.

Tahap perkembangan embrio menentukan kerentanan terhadap teratogen. Beberapa paparan teratogenik bertindak langsung terhadap embrio. Sementara, sebagian lagi bertindak melalui penengah (intermediate)yang dihasilkan melalui metabolisme ibu. Tahap kehamilan sangat mempengaruhi kemaknaan paparan obat.

Teratogen dapat bekerja melalui proses yaitu : a. mengubah kecepatan poliferasi sel

b. menghalangi sel sehingga agregasi tak benar

c. mengubah matriks yang mengganggu perpindahan sel-sel d. merusak bagian atau kemampuan sel berespon

Beberapa senyawa yang dapat menimbulkan efek teratogenik :

a. Teratogen : Androgen, etisteron, noretisteron, testosteron , Cacat Bawaan : Maskulinisasi janin wanita dengan berbagai tingkatan. Genitalia eksternal ambigu karena fusi labial dan hipertrofi klitoris.

b. Teratogen:Alkohol

Cacat Bawaan : Fetal alcohol sydrome, retardasi pertumbuhan di dalam kandungan(IUGR), keterlambatan mental,

(7)

mikrosefali,kelainan okuler, kelainan sendi, dan Short palpebral fissures.

c. Teratogen:Tetrasiklin

Cacat Bawaan : Gigi berwarna,hipoplasia email.

Obat-obatan ini telah dibuktikan dapat membuat cacat janin. Obat-obat yang tercantum dalam daftar ini tidak mutlak dilarang penerapannya, dalam keadaan darurat masih dapat digunakan. Misalnya, semua antiepileptika, kecuali dari kelompok benzodiazepin, termasuk obat ” terlarang “. Namun, bila perlu, obat ini dapat diberikan selama kehamilan, karena resiko timbulnya penyimpangan pada janin lebih besar tanpa pengobatan. Manfaat obat bagi si ibu harus diseimbangkan dengan resiko untuk janin. Bila manfaat bagi si ibu disangsikan, hendaknya obat jangan diberikan.

Obat Efek teratogenik

Metotreksat

Malformasi SSP, mata, telinga, tangan

dan kaki Dietilstilbestrol

(DES) Kanker vagina

Karbamazepin, Asam valproat

Cacat tabung saraf

Fenitoin Fetal hydanatoin

syndrome

Thalidomide Phocomelia

Warfarin Tulang rangka,

SSP

Alkohol Fetal alcohol

syndrome

isotretinoin SSP, craniofacial,

jantung

Tetrasiklin Tulang gigi

ACE inhibitor Gagal ginjal,

tengkorak

sikofosfamid Cleft palate,

ginjal tidak terbentuk D. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat

(8)

Setelah melihat uraian di atas, maka kemudian dapat diidentifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong terjadinya efek samping obat. Faktor-faktor tersebut ternyata meliputi:

1. Faktor bukan obat

Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara lain adalah: a. Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik,

kecenderungan untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup. b. Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan,

misalnya pencemaran oleh antibiotika. 2. Faktor obat

a. Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping

b. Pemilihan obat

c. Cara penggunaan obat d. Interaksi antar obat

E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Masing-masing obat mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi manfaat maupun kemungkinan efek sampingnya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, jangan terlalu terpaku pada obat baru, di mana efek-efek samping yang jarang namun fatal kemungkinan besar belum ditemukan. Sangat bermanfaat untuk selalu mengikuti evaluasi/penelaahan mengenai manfaat dan risiko obat, dari berbagai pustaka standard maupun dari pertemuan-pertemuan ilmiah. Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai atau paling dikenal dari suatu obat akan sangat bermanfaat dalam melakukan evaluasi pengobatan.

1. Upaya pencegahan

Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:

a. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri b. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada

alternatif non-farmakoterapi

c. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus

(9)

d. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak, gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran

e. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi

f. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat 2. Penanganan efek samping

Dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan mekanisme terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya seperti berikut ini:

a. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping.

Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik, obat harus diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi. Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti obat yang mana penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu.

b. Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.

Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan

(10)

lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kortikosteroid (bila diperlukan), dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:

a. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane b. Pendarahan usus, akibat Aspirin

c. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2 d. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin e. Kematian, akibat Propofol

f. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon

g. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik

h. Diare, akibat penggunaan Orlistat i. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan j. Demam, akibat vaksinasi

k. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid

l. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia

m. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan

n. Kerusakan hati akibat Parasetamol

o. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin

p. Stroke atau serangan jantung akibat penggunaan Sildenafil (Viagra)

q. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan F. EFEK SAMPING KEMOTERAPI (ANTI KANKER)

Kemoterapi yang dalam bahasa Inggris ditulis chemotherapy adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah kemoterapi hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker. Kemo / Chemo = Kimia, Terapi/Therapy = Pengobatan, Nah Kemoterapi (Chemoterapy) dalam

(11)

pengertian yang paling umum, adalah pengobatan penyakit dengan bahan kimia terutama untuk membunuh mikro-organisme atau sel-sel kanker.

Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel onkogen (kanker) pada tubuh pasien. Prinsip kerja obat-obatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang bereplikasi. Obat kemoterapi hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya berada dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan.

Efek samping kemoterapi dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek samping kemoterapi yang bisa timbul adalah:

1. Lemas Efek samping kemoterapi yang umum timbul.

Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung hingga akhir pengobatan.

2. Mual dan Muntah

Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum/selama/sesudah pengobatan kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.

3. Efek samping kemoterapi pada pencernaan

Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang juga merupakan efek samping kemoterapi yang terjadi pada pasien. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, dan sayur. Minum banyak untuk

(12)

mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.

4. Sariawan

Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.

5. Efek samping kemoterapi pada Rambut

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.

6. Efek samping kemoterapi pada Otot dan Saraf

Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.

7. Efek samping kemoterapi Pada Darah

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.

Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:

a. Mudah terkena infeksi Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit.

b. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.

c. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di

(13)

dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.

8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan jenis kemoterapi yang diberikan adalah:

a. Biaya atau harga dari kemoterapi tersebut.

b. Fasilitas yang memadai; kemungkinan untuk kontrol dan pengawasan.

c. Protokol kemoterapi.

d. Keadaan umum tubuh dan adanya penyakit atau kelemahan lain yang menyertai.

Syarat seseorang mendapat kemoterapi: a. Fungsi organ baik

b. Jenis sel darah merah dan darah putih cukup c. Tidak demam

d. Tidak perdarahan

e. Dapat melakukan kegiatan sehari-hari sendiri (sehat) Mengatasi efek samping kemoterapi :

1. Mual dan muntah

 Hampir 80% pasien

 Anti mual: Zofran, Narfos, Kytril, Primperan, Ativan dll  Waspada tanda dehidrasi

2. Penurunan jumlah sel darah merah (RBC)

 Menyebabkan kekurangan Oksigen, kelemahan  Hgb 9.5-10 gm/dl perlu supplemen zat besi  Hgb ≤ 8 gm/dl perlu transfusi

(14)

3. Penurunan jumlah sel darah putih (WBC/ Lekosit)  Resiko tinggi terhadap infeksi

 Growth Factor (GCSF): leukokine/ granocyte untuk merangsang pembentukan Lekosit

 Ruang/kamar terpisah dari orang yang menderita infeksi (FLU atau penyakit menular lainnya)

 Cuci tangan dengan benar  Ukur suhu tubuh tiap 4-6 jam

 Perhatikan: demam, tanda infeksi spt batuk/pilek dan jumlah lekosit dalam darah

 Batasi pengunjung  Hindari tanaman hidup

 Makanan: buah berkulit, dimasak matang, hindari makanan mentah/lalap

4. Penurunan jumlah trombosit

 Observasi adanya perdarahan di urine/kotoran  Hindari penyuntikan secara secara langsung  Gunakan pencukur elektrik

 Hindari penggunaan kateter dan termometer dubur

 Hindari trauma mulut dengan penggunaan sikatgigi lembut, hindari penggunaan dental gloss dan jangan makan permen yang keras

(15)

 Batasi pergerakan/ aktifitas berlebihan untuk mencegah perdarahan otak

 Jika perlu gunakan "stool softeners" untuk menghindari mengejan  Tranfusi trombosit jika medis mengindikasikan

5. Mukositis

 Perlukaan pada dinding rongga mulut/saluran cerna  Kumur2 dengan ½ NS dan ½ peroxide setiap 12 jam  Obat Topical analgesic

 Hindari mouthwash yang mengandung alkohol  Hindari makanan yang pedas dan keras

 Monitor status nutrisi pasien 6. Rambut Rontok

 2-3 minggu setelah pengobatan

 Semua rambut termasuk alis dan bulu mata

 4-8 minggu setelah pengobatan akan tumbuh kembali  Pergunakan wig/ kerudung/ topi

 Perawatan kulit kepala tidak berlebihan 7. Gangguan Saraf Tepi

 Kebas dan kesemutan di jari tangan dan kaki  Hati-hati : gangguan keseimbangan dan jatuh

(16)

 Alat bantu/ pendamping

G. EFEK SAMPING PENGGUNAAN ANTIMIKROBA & ANTIPARASIT 1. Anti Mikroba

Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosikrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolik pada hospes.

a. Reaksi Alergi

Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes. Terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat . Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.

b. Reaksi Idiosinkrasi

Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secaragenetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagaicontoh 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemiahemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkanmereka kekurangan enzim G6PD.

c. Reaksi Toksik

AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat inirelatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenisantimikroba. d. Perubahan Biologik Dan Metabolik

Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderitainfeksi, terdapat populasi mikroflora normal.

(17)

• Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba

• Aktif terhadap bakteri gram + dan -, tetapi masing-masing derivat bervariasi

• Efek samping : reaksi alergi

• Sefalosporin hanya digunakan untuk infeksi yang berat atau tidak dapat diobati dengan antimikroba yang lain

Tetrasiklin

• Spektrum : luas, baik gram + atau -, aerob, anaerob, spirochaeta, klamiidia, riketsia

• Derivat : tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, demeklosiklin, rolitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, limesiklin

• Indikasi : infeksi klamidia, riketsia, mikoplasma, gonore, kokus, kollera • Efek samping : reaksi kepekaan, toksik dan iritatif

• Sediaan : tablet, kapsul, sirup, salep, pulveres Kloramfenikol

• Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein kuman • Sifat : bakteriostatik

• Spektrum antibakteri luas

• Indikasi : demam tifoid, meningitis purulenta, riketsiosis, kuman anaerob • Efek samping : depresi sumsum tulang, alergi, reaksi sal.cerna, sindrom

Gray, reaksi neurologik

• Kontrindikasi : neonatus, gangguan faal hati, penderita yang hipersensitif Rifampisin

(18)

• Rifampisin meninggikan aktivitas streptomisin dan isoniazid

• Efek samping: kemerahan, demam, mual, muntah, urtikaria, ikterus, anemia

• Merupakan pemacu metabolisme obat yg cukup kuat, misalnya obat hipoglikemik oral, kortikosteroid, kontrasepsi oral

• Sediaan : kapsul 150 dan 300 mg, tablet 450 dan 600 mg, suspensi 100 mg/5 ml

2. Antiparasit a. Antelmintik

Deskripsi : Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.

Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.

· Contoh:

 Dietil karbamazin Nama dagang : Filarzan

Indikasi : Filariasis, onkoseriasis, loaiasis, askariasis, dan ankilostomiasis

(19)

Kontra indikasi: anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui

Efek samping : demam, sakit kepala, sakit otot dan persendian, mual, muntah, menggigil, urtikaria, gejalaasma bronkial. Sedangkan gejala lokal berupa limfadenitis, limfangitis, abses, ulkus, funikulitis, epidimitis, orchitis, dan limfedeme

Dosis : Untuk filariasis bankrofti, dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.

 Levamisol

Nama dagang : Kam cek san, obat cacing kancisan

Indikasi : cacing perut, cacing tambang, cacing gelang, cacing kremi Kontraindikasi : hipersensitif, gangguan fungsi ginjal, hati dan ibu hamil

Efek samping : mual, muntah, nyeri perut, pusing, sakit kepala, sindroma seperti enselopati.

Dosis : Dewasa dan anak berusia lebih dari 16 tahun : 3 tablet, anak berusia 5-15 tahun : 2 tablet., anak berusia 1-4 tahun : 1 tablet. Diberikan sebagai dosis tunggal. Dosis kedua dianjurkan 1 atau 7 hari kemudian.

 Mebendazol

Nama dagang : Gavox

Indikasi : Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Ancylostoma duodenale (cacing tambang), Necator americanus (cacing tambang). Kontra indikasi : kehamilan dan menyusui

(20)

Efek samping : Nyeri perut, diare Dosis :

 Ascariasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari  Trichuriasis:100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari  Enterobiasis: 100 mg dalam dosis tunggal

 Ancylostomiasis/Necatoriasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.  Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg

dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.

 Piperazin

Nama dagang : Degezine, Combicetrin Indikasi : enterobiasis, askariasis

Kontra indikasi : pasien dengan riwayat epilepsi, pasien dengan penyakit atau kerusakan ginjal kronik.

Efek samping : mual, muntah, kolik, diare, alergi, nyeri sendi, demam, vertigo.

Dosis : D i b e r i k a n p a d a d o s i s 5 0 - 7 5 m g / k g B B d i b a g i d a l a m 4 d o s i s s e l a m a 2 h a r i .

b. Obat Malaria KLOROKUIN

 Efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.

 Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P.vivax dan P.falcifarum, juga gamet P.vivax.

 Metabolisme dihambat oleh SKF 525-A, amodiakuin, hidroksiklorokuin, primakuin.

 Efek samping : sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan dan gatal-gatal.

PRIMAKUIN

 Menyembuhkan radikal malaria vivaks dan ovale, karena late tissue stage form ini dapat dihancurkan pleh primakuin.

(21)

 Metabolisme cepat.

 Efek samping : anemia hemolitik akut H. OBAT IMUNOSUPRESAN

1. Pengertian Obat Imunosupresan

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respon imun. Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi dalam usaha mencegah reaksi penolakan dan berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan. Penyakit-penyakit autoimun memiliki beberapa ciri yang sama yaitu kerusakan jaringan akibat inflamasi. (Rengganis iris 2010)

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit. Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

2. Efek Samping Obat Imunosupresan

Imunosupresan akan memberikan efek samping bila pemakaian dengan dosis yang berlebihan atau memberikan kombinasi imunosupresan. Pada umumnya efek samping adalah depresi sumsum tulang dimana fungsi sumsum tulang adalah pabrik dari lekosit, sehingga bila terjadi depresi sumsum tulang, maka produksi lekosit dalam darah menurun yang menimbulkan pertahanan tubuh menurun dan mudah terjadi infeksi. Efek

(22)

samping lain dari pemberian obat imunosupresan adalah hipertensi, gangguan fungsi ginjal, osteoporosis, dan diabetes mellitus. Imunosupresan juga memungkinkan timbulnya kanker.

Berikut ini merupakan obat-obat imunosupresan beserta resikonya :

No .

Jenis obat

Imunosupresan

Risiko

1. Methotrexate Gangguan pencernaan, cepat lelah, gangguan hati, infeksi paru (pneumonitis)

2. Azatriopine Gangguan pencernaan, gangguan hepar 3. Mycophenolatemofetil Diare, mual, tukak lambung

4. Cyclosporine Gangguan ginjal, hipertensi, hyperplasia gusi, gangguan pencernaan, parestesia

5. Tacrolimus Gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus

6. Cyclophosphamide Peradangan saluran kemih, gangguan kesuburan, penigkatan risiko ke arah keganasan

7. Chlorambucil Gangguan kesuburan, penigkatan risiko ke arah keganasan

8. TNF-α inhibitor Reaksi saat dilakukan infus, infeksi (reaktivasi TB), keganasan/proliferasi kelenjar limfe, sindrom autoantibodi/ lupuslike

3. Tanda dan Gejala yang Timbul

Imunosupresan termasuk obat yang sangat keras dengan tanda dan gejala sebagai berikut:

 Muntah.

 Kehilangan nafsu makan.

(23)

 Diare.

 Kejang-kejang.

 Mudah lebam atau berdarah.

 Berjerawat.

 Sakit kepala.

 Bertambahnya berat badan.

 Pertumbuhan rambut berlebihan. I. OBAT HEMATOLOGI

1. Pengertian Obat Hematologi

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan jaringan pembentuk darah. Salah satu contoh penyakit yang berhubungan dengan kekurangan darah adalah Anemia. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit hingga di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesa yang seksama, pemeriksaan fisik, dan informasi laboratorium. Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain: besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari

beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan lain-lain. Batas bawah dari nilai normal untuk wanita dan laki – laki dewasa berbeda yaitu:

(24)

2. Untuk wanita dewasa: 11,5 gr/dl.

Sel darah merah (eritrosit) dibuat dalam sumsum tulang–tulang pipih dan pembentukan eritrosit ini memerlukan zat besi (Ferum–Fe) untuk pembentukan warna sel darah merah (hemopoese), sedang asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah (eritropoese).

2. Efek Samping Obat Hematologi Contoh-Contoh Obat Hematologi 1. Adfer

Komposisi : Fe glukonat 250 mg, Mangan sulfat 200 µg, Tembaga sulfat 200 µg, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1000 µg, Vitamin B12 7,5 µg, dan Sorbitol 25 mg.

Indikasi : Anemia yang disebabkan oleh kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau anemia endogenik, anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia lanjut dan masa penyembuhan, kehamilan, menyusui, dan anemia yang disebabkan malnutrisi umum atau diet.

Kontra Indikasi : Penumpukan Fe, gangguan penggunaan Fe. Efek Samping : Gangguan saluran pencernaan.

Kemasan : Kapsul 100 biji.

Dosis : Dosis awal 1-2 kapsul sehari. 2. Bufiron

Komposisi : Fe (II) Fumarat 250 mg, Vitamin B12 10 ug, Mn (II) Sulfat 0,2 mg, Cu (II) Sulfat 0,2 mg, dan Dioktil Natrii Sulfosuccinate 20 mg.

Indikasi : Pencegahan dan penyembuhan berbagai bentuk anemia seperti anemia makrositik, anemia hipokromik, anemia pernisiosa. Untuk mengobati keadaan kurang darah yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi yaitu karena pendarahan, pada wanita hamil dan pada masa

(25)

pertumbuhan karena kebutuhan akan zat besi meningkat.

Kontra Indikasi : - Efek Samping :

-Kemasan : Dus 10x10 kapsul

Dosis : Pencegahan à 1 x 1 kapsul/hari, pengobatan à 3 x 1 kapsul/hari

3. Dasabion Kapsul

Komposisi : Besi (II) Fumarat 360 mg, Kalsium 20 mg, Asam Folat 1,5 mg, Vitamin B12 15 mkg, Vitamin C 75 mg, Vitamin

D3 400 SI, dan Sorbitol 25 mg.

Indikasi : Segala macam anemia Kontra Indikasi :

-Efek Samping : Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual, muntah dan diare. Pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi dan feses menjadi hitam. Kemasan : Dus 100 kapsul

Dosis : Sehari 1 kapsul atau menurut resep dokter 4. Emineton

Komposisi : Ferrous Fumarate 90 mg, Cupric Sulfate 0,35 mg, Cobaltous Sulfate 0,15 mg, Manganese Sulfate 0,05 mg, Pyridoxine Hydrochloride 0,192 mg, Cyanocobalamine 5 mg, Ascorbicacid 60 mg, Dl-A-Tocopherol Acetate 5 mg, Folicacid 400 mg, Calcium Phosphate Dibasic 60 mg. Indikasi : Membantu mengurangi gejala anemia

Kontra indikasi :

Efek Samping : Pemakaian Emineton secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan gastroenterik seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.

(26)

Dosis : Dewasa (1–2 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan), Anak-anak (1 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan).

5. Ferro Glukonat

Komposisi : Besi (II) sulfat 525 mg

Indikasi : Untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan mineral seperti kekurangan darah (anemia) dan membantu pembentukan darah.

Kontra indikasi :

Efek Samping : Konstipasi, diare, mual, dan muntah. Kemasan : Botol 100 tab

Dosis : Sehari 1 kapsul pada waktu atau sesudah makan, sesuai petunjuk dokter.

6. Fercee

Komposisi : Besi (II) Fumarat 275 mg, Asatn Askorbat 100 mg, Natrium Dioktilsulfosuksinat 20 mg, dalam bentuk pelepasan yang diperlambat

Indikasi : Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang disebabkan oleh kekurangan zat besi, penyakit kurang darah yang disebabkan oleh pendarahan, masa akil balik, masa hamil dan pada anak-anak.

Kontra Indikasi : Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage disease atau pasien yang cenderung ke arah penyakit tersebut yang disebabkan oleh chronic hemolytic anemia (seperti anomali keturunan dari struktur/sintesa hemoglobin dan/atau defisiensi enzim darah merah). Anemia oleh kekurangan piridoksina hidroklorida sirosis hati.

Efek Samping : Reaksi sensitivitas dan gangguan saluran pencernaan dapat terjadi.

(27)

Kemasan : Dus 100 kapsul lepas lambat

Dosis : 1 kapsul tiap hari sesudah makan pagi – bila perlu dapat sampai 2 kapsul tiap hari.

7. Hemobion

Komposisi : Ferrous 360 mg, Asam Folat 1,5 mg, Vitamin B12 15 mcg,

Kalsium Pantotenat 200 mg, Kolekalsiferol 400 UI, dan Vitamin C 75 mg.

Indikasi : Sebagai vitamin pada anemia pada masa kehamilan dan laktasi, pada masa kehamilan, dan anemia karena kehilangan darah oleh berbagai sebab

Kontra indikasi : -Efek samping : -Kemasan : 10 x 10 kapsul Dosis : 1 Kapsul/hari

8. Livron B. Plex

Komposisi : Vitamin B1 1,5 mg, Vitamin B2 0,25 mg, Vitamin B12 0,5

mcg, Vitamin C 12,5 mg, Kalsium Pantotenant 1,5 mg, Nikotinamid 10 mg, Asam Folat 0,5 mg, Besi (II) Glukonat 7,5 mg, Tembaga (II) Sulfat 0,65 mg, dan Hati Kering 100 mg

Indikasi : Anemia makrositik hiperkromik, seperti: anemia megaloblasnak tropikal. Anemia hiperkromik. Anemia yang bertalian dengan gangguan fungsi hati, perdarahan pada gusi. Anemia hiperkromik sehabis keracunan. Untuk segalat macam penyakit oleh karena kekurangan vitamin B. Sesudah pengobatan dengan antibiouka, sulfonamida dan sebagai tambahan vitamin. Dalam hal–hal yang tak memungkinkan penyunukan dengan preparat hati, misalnya

(28)

oleh karena terlalu peka. Sebagai tonikum umum untuk pertumbuhan anak–anak yang tidak sehat. Sesudah mengalami berbagai penyakit infeksi dan dalam masa sembuh dari suatu penyakit.

Kontra indikasi : -

Efek Samping : Nausea, Nyeri Lambung, Konstipasi, Diare dan Kolik. Kemasan : Dus 10 x 10 tablet

Dosis : Dewasa à 3x sehari 1-2 Tablet Salut Gula, Anak-anak à 3x sehari 1 Tablet Salut Gula

J. OBAT YANG MEMPENGARUHI AIR DAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Obat yang Mempengaruhi Air dan Elektrolit

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, yaitu: pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran ( kehilangan ) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbagan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Penaruh ekstra sel terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan diuretik. Secara umum diuretic dapat dibagi dalam dua golonggan besar yaitu: penghambat mekanisme transport elektrolit didalam tubuli ginjal dan diuretic osmotik.

Obat yang dapat menghambat transpor elektrolit ditubuli ginjal ialah: (1) benzotiadiazid; (2) diuretic kuat; (3) diuretic hemat kalium; dan (4) penghambat karbonik anhidrase.

2. Efek Samping Obat yang Mempengaruhi Air dan Elektrolit (Obat Deuretik)

Efek samping dan perhatian yang harus diperhatikan dari diuretik antara lain:

(29)

a. Gangguan cairan dan elektrolit.

Sebagian efek samping berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara lain hipotensi, hiponetremia, hipokleremia, hipokalsemia dan hipomagnesemia. (Gunawan, 2007).

b. Ototoksisitas.

Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius. Ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebakan oleh perubahan komposisi elektrolit cairan endolimfe. Ototoksitas merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. (Gunawan, 2007).

c. Hipotensi dapat terjadi akibat depelsi volume sirkulasi. (Gunawan, 2007).

d. Efek metabolik.

Seperti diuretic tiazid, diuretic kuat juga dapat menimbulkan efek samping metabolic berupa hiperurisemia, hiperglikemua, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida, serta penurunan HDL (Gunawan, 2007).

e. Reaksi alergi.

Reaksi alergi umumnya berkaitan dengan struktur molekul yang menyerupai sulfonamide. Diuretic kuat dan diuretic tiazid dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi sulfonamide. Asam etakrinat merupakan satu-satunya diuretic kuat yang tidak termasuk golongan sulfonamide, dan digunakan khususnya untuk pasien yang alergi terhadap sulfonamide. (Gunawan, 2007).

f. Nefritis interstisialis alergik.

Furosemid dan tiazid diduga dapat menyebabkan nefritis interstisialis alergik yang menyebabkan gagal ginjal reversibel. (Gunawan, 2007). K. EFEK SAMPING VITAMIN

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu

(30)

pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh

1. Efek Samping Vitamin

Penggunaan vitamin secara berlebihan, terutama untuk vitamin yang tidak larut dalam air akan menimbulkan gejala-gejala hipervitaminosis, seperti yang ditunjukkan beberapa vitamin di bawah ini:

a. Vitamin A

Penggunaan vitamin A 25.000 hingga 50.000 UI sehari pada anak-anak dapat menimbulkan nyeri tulang, lesi kulit, rambut rontok, hepatosplenomegali, papiludem, perdarahan dan kelemahan. Vitamin A memiliki efek kumulatif yang tinggi pada hati dan lemak. Kebanyakan hipervitaminosis A terjadi akibat terlampau bersemangatnya para ibu memberikan minyak ikan kepada anak-anaknya setiap hari karena percaya akan kemujarabannya.

(31)

Hipervitaminosis D dimanifestasikan dalam bentuk hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada jaringan lunak, kelemahan, mengantuk, mual, nyeri abdomen, haus, konstipasi, kehilangan berat hingga kerusakan ginjal. Pada orang dewasa amat berbahaya mengkonsumsi vitamin D dengan dosis perhari di atas 10.000 UI lebih dari dua belas minggu. Hipervitaminosis D dapat diatasi dengan penghentian pemberian vitamin D, diet rendah kalsium, minum banyak dan pemakaian glukokortikoid untuk mengurangi absorpsi kalsium.

c. Vitamin E

Pemakaian vitamin E dengan dosis 400-800 unit perhari dapat menimbulkan kaburnya penglihatan, pembesaran payudara pada wanita dan laki-laki, diare, pusing, gejala-gejala seperti flu, sakit kepala, mual dan gejala kelemahan yang tidak lazim.

Pemakaian vitamin E dengan dosis lebih 800 unit perhari pada periode lama dapat meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang mengalami vitamin K defisiensi, mengganggu metabolisme hormon, imunitas dan fungsi seksual.

d. Vitamin C

Pemakaian vitamin C dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan tidur, sakit kepala dan gangguan pencernaan. Dosis di atas 4 gram sehari dalam waktu panjang, dapat meningkatkan kadar oksalat di urin yang berperan dalam pembentukan batu oksalat. Diare juga sering terjadi dengan dosis di atas satu gram sehari.

Pemakaian dosis tinggi vitamin C dapat menimbulkan batu ginjal pada individu-individu tertentu. Pada individu dengan glucose 6-P defisiensi, krisis hemolitik dapat segera terjadi.

(32)

a. Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang penting bagi penglihatan normal dan produksi sel di dalam tubuh. Gejala overdosis vitamin A:

 Penglihatan kabur

 Pusing

 Keadaan pingsan

 Haid tidak teratur

 Mual  Insomnia  Diare  Ruam kulit  Nyeri sendi  Sakit kepala

b. Vitamin B, juga dikenal sebagai B kompleks, adalah satu set vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine),

B9 (asam folat), dan B12 (cobalamin).

Gejala overdosis vitamin B:

 Susah bernapas

 Nyeri dengan sensai terbakar

(33)

 Kehilangan koordinasi otot

 sakit kepala

 Depresi

 Kelumpuhan

c. Vitamin C atau asam askorbat sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga untuk menyembuhkan luka lebih cepat.

Gejala overdosis vitamin C:

 Sariawan  Batu ginjal  Diare  Sakit perut  Badan panas  Sakit perut  Insomnia

d. Vitamin D atau calciferol diperlukan untuk penyerapan kalsium serta pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dalam tubuh. Gejala overdosis vitamin D:

 Kelemahan otot

(34)

 Tuli

 Kehilangan nafsu makan

 Mual

 Kelelahan

 Muntah

 Nyeri tulang

e. Vitamin E merupakan antioksidan penting yang juga diperlukan

untuk reproduksi normal pada manusia.

Gejala overdosis vitamin E adalah:

 Hipertensi

 Kelemahan otot

 Kelelahan

 Payudara lunak

 Lambat penyembuhan luka

f. Vitamin K merupakan vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh karena membantu dalam penggumpalan darah. Gejala overdosis vitamin K meliputi:

 Mual

 Muntah

(35)

 Diare

 Ruam kulit

3. Cara Mengatasi dan Mencegahnya

Jika ada gejala yang disebutkan di atas, pengobatan overdosis vitamin sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Karena sebagian besar gejalanya seperti gejala medis yang lain, maka penting untuk didiagnosa dengan baik.

Segera hentikan asupan suplemen vitamin adalah langkah utama dalam mengobati overdosis vitamin. Kedua, dokter mungkin menyarankan untuk menghindari makan makanan yang tinggi kadar vitamin masing-masing. Ketiga, dokter mungkin meresepkan beberapa obat yang membantu dalam mengobati gejala overdosis vitamin.

Gejala overdosis vitamin dapat diobati jika tepat waktu dan perawatan yang tepat dilakukan. Sebagai tindakan pencegahan, perlu juga untuk memeriksa label multivitamin dan suplemen untuk agar lebih aman.

L. EFEK SAMPING MINERAL

Mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan vitamin bertindak secara interaksi. Anda perlu vitamin agar mineral dapat bekerja dan sebaliknya. Tanpa beberapa mineral / vitamin, beberapa vitamin / mineral tidak berfungsi dengan baik. Perbedaan terbesar antara vitamin dan mineral adalah bahwa mineral merupakan senyawa anorganik, sedangkan vitamin organik.

Mineral dapat diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh Anda. Mineral utama (mayor) adalah mineral yang kita perlukan lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral minor (trace elements) adalah yang kita perlukan kurang dari 100 mg sehari. Kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida adalah contoh mineral utama, sedangkan kromium, magnesium, yodium, besi, flor, mangan, selenium dan zinc adalah contoh mineral minor. Pembedaan jenis mineral tersebut semata-mata hanya berdasarkan jumlah yang diperlukan, bukan kepentingan. Mineral minor

(36)

tak kalah penting dibandingkan mineral utama. Kekurangan mineral minor akan menyebabkan masalah kesehatan yang juga serius.

Ketika pola makan sehat dan bervariasi, tubuh mendapatkan cukup mineral. Namun, bila pola makan tidak seimbang atau memiliki gangguan penyerapan mineral, tubuh dapat mengalami kekurangan mineral. Dalam kondisi tersebut, mungkin perlu mengambil suplemen mineral dan vitamin.

1. Efek Samping

a. Kalsium (Calcium = Ca)

Mengkonsumsi Kalsium berdosis tinggi dapat menyebabkan nyeri lambung dan diare.

b. Magnesium = Mg

Konsumsi Magnesium dosis tinggi dalam waktu singkat dapat dapat menyebabkan diare.

(37)

Konsumsi garam terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah (hipertension) dan hal ini beresiko terhadap stroke dan serangan jantung.

d. Fosfor (Phosphorus = P)

Mengkonsumsi suplemen Fosfor dosis tinggi dalam waktu singkat, dapat mengakibatkan diare atau nyeri lambung. Sedangkan konsumsi dosis tinggi dalam waktu lama dapat menurunkan jumlah Kalsium dalam tubuh, sehingga tulang lebih beresiko terhadap fraktur.

(38)

Konsumsi terlalu banyak Kalium dapat menyebabkan nyeri lambung, mual dan diare.

f. Besi (Ferrum = Fe)

Efek samping kelebihan besi antara lain konstipasi, nausea, vomiting and nyeri lambung. Besi dengan dosis sangat tinggi dapat berakibat fatal, khususnya jika diberikan pada anak, sehingga jagalah selalu suplemen besi agar bebas dari jangkauan anak-anak.

(39)

Konsumsi Boron dosis tinggi dalam waktu lama dapat mengurangi fertilitas pada pria.

h. Kobalt (Cobalt = Co)

Konsumsi Kobalt berjumlah besar dalam waktu lama dapat berpengaruh pada jantung dan mungkin menurunkan fertilitas pada pria.

(40)

Konsumsi tembaga dosis tinggi dapat menyebabkan nyeri lambung, penyakit dan diare. Kelebihan dosis dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

j. Iodium (Iodine = I)

Konsumsi iodium dosis tinggi dalam waktu lama dapat mengubah cara kerja kelenjar tiroid. Hal ini dapat mengakibatkan gejala-gejala kelainan, sebagai contoh adalah kegemukan.

(41)

Konsumsi mangan dosis tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan saraf dan gejala neurologis seperti fatigue and depresi.

l. Molibdenum (Molybdenum= Mo)

Beberapa bukti menunjukkan bahwa mengkonsumsi suplemen molibdenum dapat mengakibatkan nyeri sendi. Tak ada cukup bukti untuk mengetahui apa saja efek yang dapat timbul akibat mengkonsumsi suplemen molibdenum.

(42)

Terlalu banyak mengkonsumsi selenium menimbulkan selenosis, suatu keadaan yang paling ringan mengalami kerontokan rambut, kulit dan kuku.

n. Silikon (Silicon = Si)

Tak ada cukup bukti untuk mengetahui efek apa saja yang terjadi akibat mengkonsumsi suplemen silikon dalam dosis tinggi.

(43)

Konsumsi seng dosis tinggi akan mengurangi jumlah tembaga yang dapat diserap dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan anemia dan kerusakan tulang.

2. Tanda dan Gejala

Jarang terjadinya kelebihan dosis disaat anda mengonsumsi mineral yang didapatkan dari sumber alami. Akan tetapi bila mineral tersebut anda dapatkan dari suplementasi dan dikonsumsi dalam jangka yang panjang, maka akan berisiko terjadinya overdosis.

a. Besi

Jika anda mengonsumsi zat besi lebih dari dari 25 mg/hari, memungkinkan anda untuk mengalami sembelit, letih, sakit kepala, resiko infeksi meningkat, kerusakan pada hati, otot jantung, dan pankreas, mual, hingga dapat menyebabkan keracunan pada anak-anak.

b. Fosfor

Jika anda mengonsumsi fosfor hingga 3000 mg atau lebih dalam sehari, maka menyebabkan penyerapan kalsium di tubuh anda tidak dapat maksimal.

c. Yodium

Jika anda mengonsumsi yodium lebih dari 2mg perhari dapat membuat kulit dan rambut kering, muntah, mulut sakit, susah bernapas, diare,

(44)

kelenjar saliva bengkak, berat badan naik, merusak fungsi kelenjar tiroid, muncul ruam di kulit, hingga menstruasi berlebihan.

d. Kalsium

Jika anda mengonsumsi lebih dari 2000 mg/hari meningkatkan resiko timbulnya batu di saluran kemih, nyeri perut, gangguan penyerapan zat besi, zinc, dan magnesium, letih, merusak fungsi ginjal hingga sembelit. e. Magnesium

Mengonsumsi lebih dari 350 mg per hari dapat membahayakan kesehatan. f. Kalium

Memang jarang terjadinya overdosis terhadap kalium, namun bila kondisi ginjal tidak dalam kondisi yang baik, maka kelebihan kalium pun bisa terjadi dan menyebabkan rasa kesemutan hingga menyebabkan otot melemah.

g. Sodium

Jika anda mengonsumsi sodium lebih dari 2300 mg/hari dapat berefek pada keramnya otot, merasa dehidrasi, tekanan darah tinggi, kembung, mata berkunang-kunang, osteoporosis hingga menyebabkan gangguan persarafan.

h. Zinc

Mengonsumsi zinc lebih dari 75 mg/hari bisa melemahkan fungsi kekebalan tubuh, nyeri dan perdarahan perut, mual, anemia, kadar kolesterol yang tidak stabil hingga kelahiran prematur.

3. Cara Mengatasi dan Mencegah

a. Seharusnya Kalsium didapatkan dengan diet yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika mengkonsumsi suplemen Kalsium, seharusnya

(45)

tidak terlalu banyak. Konsumsi suplemen Kalsium 1500 mg atau kurang per hari, mungkin tidak menyebabkan gangguan.

b. Magnesium seharusnya diperoleh dengan cara mengkonsumsi makanan secara bervariasi dan seimbang. Tetapi jika mengkonsumsi suplemen Magnesium disarankan tidak terlau banyak. Konsumsi Mg 400 mg atau kurang perhari, mungkin tidak menyebabkan gangguan. c. Rata-rata, setiap hari kita mengkonsumsi 3.5 g garam lebih banyak

daripada seharusnya. Disarankan masyarakat mengurangi garam dan NaCl seharusnya tak digunakan dalam suplemen.

d. Kita seharusnya sudah dapat memenuhi kebutuhan Fosfor dari makanan yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika kita memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen Fosfor, penting untuk membatasi agar tidak terlalu banyak, karena dapat menimbulkan gangguan. Konsumsi suplemen Fosfor 250 mg per hari atau kurang, mungkin tidak menyebabkan gangguan.

e. Kita seharusnya sudah dapat memenuhi kebutuhan Fosfor dari makanan yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika kita memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen Fosfor, penting untuk membatasi agar tidak terlalu banyak, karena dapat menimbulkan gangguan. Konsumsi suplemen Fosfor 250 mg per hari atau kurang, mungkin tidak menyebabkan gangguan.

f. Mayoritas masyarakat sudah dapat memenuhi seluruh kebutuhan besi dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen besi, jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan gangguan. Mengkonsumsi suplemen besi 17 mg atau kurang perhari mungkin tidak menyebabkan gangguan. Tetapi jika meneruskan ke dosis yang lebih tinggi harus berdasarkan saran dokter.

g. Kebutuhan Boron sudah dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen Boron, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan gangguan.Mengkonsumsi Boron 6 mg atau kurang per hari mungkin tidak menimbulkan gangguan. h. Konsumsi terlalu banyak Kobalt dapat menyebabkan gangguan.

(46)

dapatkan dari makanan tidak berbahaya.Konsumsi suplemen Kobalt 1.4 mg atau kurang per hari munkin tidak menyebabkan gangguan. i. Kebutuhan tembaga dapat tercukupi dari makanan bervariasi dan

seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan mengkonsumsi suplemen tembaga, sebaiknya tidak terlalu banyak karena bisa menyebabkan gangguan. Konsumsi suplemen tembaga 1 mg atau kurang per hari mungkin tidak menimbulkan gangguan.

j. Kebutuhan iodium sudah tercukupi dari makanan yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen iodium, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan gangguan. Mengkonsumsi suplemen iodium 0.5 mg atau kurang per hari mungkin tidak menimbulkan gangguan.

k. Kebutuhan mangan seharusnya sudah tercukupi dari diet yang bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsi suplemen mangan, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan gangguan. Bagi mayoritas orang, mengkonsumsi suplemen mangan 4 mg atau kurang per hari mungkin tidak menyebabkan gangguan.

Bagi orang-orang yang lebih tua, mengkonsumsi suplemen mangan 0.5 mg atau kurang per hari mungkin tidak menyebabkan gangguan. Ini merupakan jumlah yang lebih rendah karena orang-orang yang tua lebih sensitif terhadap mangan.

l. Kebutuhan molibdenum sudah tercukupi dari diet bervariasi dan seimbang. Molibdenum yang kita peroleh dari makanan tidak menyebabkan gangguan.

m. Kebutuhan selenium sudah tercukupi dari diet bervariasi dan seimbang dengan jenis makanan daging, ikan atau kacang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen selenium sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan gangguan. Mengkonsumsi suplemen selenium 0.35 mg atau kurang per hari mungkin tidak menimbulkan gangguan.

n. Kebutuhan silikon sebenarnya sudah tercukupi dari diet bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen silikon, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat

(47)

menimbulkan gangguan. Mengkonsumsi suplemen silikon 700 mg atau kurang per hari mungkin tidak menimbulkan gangguan.

o. Kebutuhan seng sudah tercukupi dari diet bervariasi dan seimbang. Tetapi jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen seng, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan gangguan. Hindari mengkonsumsi suplemen seng lebih dari 25 mg per hari. Tetapi jika Anda melanjutkan ke dosis yang lebih tinggi, harus dengan saran dokter.

M. NUTRISI PARENTRAL

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.

Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000).

Contoh sediaan nutrisi parenteral 1. OTSU-D5

(48)

Efek samping : Jarang : hiperglikemia, iritasi lokal, anuria, oligouria (sekresi kemih yang berkurang dibandingkan dengan masukan cairan), kolaps sirkulatori, tromboflebitis, udema, hipokalemia, hipomagnesia, hipofosfatemia.

2. Ringer Glukosa

Efek Samping : Tromboflebitis (pada pH rendah 3,5-5), panas, iritasi atau infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

N. VAKSIN DAN IMUNISASI 1. Efek Samping Vaksin

a. Vaksin BCG Kering

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Satu hingga dua minggu kemudian timbul indurasi dan eriterna di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka ini tidak memerlukan pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan/atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya. Sekalipun sangat jarang, karena dosis berlebihan atau suntikan terlalu dalam (subkutan) pada bayi < 1 tahun kadang-kadang dapat terjadi limfadenitis supurativa. Proses ini bersifat tenang dan akan sembuh spontan sekalipun tanpa pengobatan.

b. Vaksin Jerap Difteri Tetanus

Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

c. Vaksin Jerap Difteri Tetanus Pertusis

Terjadinya gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Menurut dugaan komplikasi neurologis yang disebabkan oleh komponen pertusis sangat jarang terjadi, observasi yang telah dilakukan menunjukkan gejala ini jarang terjadi jika dibandingkan dengan gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP.

(49)

d. Vaksin Jerap Tetanus

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan.

e. Vaksin Tetanus Toksoid-Uniject

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi TT aman diberikan selama periode kehamilan.

f. Vaksin Polio Oral

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000: Bull WHO 66: 1988).

g. Vaksin Campak Kering

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan.

h. Vaksin Hepatitis B Rekombinan

Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dam pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.

2. Imunisasi

Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada anak sejak masih bayi hingga remaja. Melalui program ini, tubuh diperkenalkan dengan bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang sistem imun guna membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme tersebut di masa yang akan datang. Inilah yang disebut dengan kekebalan aktif.

(50)

Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, seperti bengkak atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik, demam, mual, nyeri, pusing, dan hilang nafsu makan. Untuk efek samping yang tergolong besar, seperti kejang, jarang sekali terjadi.

Efek Samping Yang Timbul Setelah Imunisasi

Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini:

 BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.

 DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.

 Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10 hari setelah penyuntikan.

Reaksi yang timbul pada anak setelah imunisasi dapat berasal dari unsur kuman dari vaksin maupun zat-zat tambahan yang dapat berupa reaksi “simpang” vaksin. Reaksi-reaksi tersebut dapat sebagai akibat dari efek farmakologi, efek samping, interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi dan reaksi alergi. Reaksi alergi adalah reaksi yang timbul akibat kepekaan seorang anak yang berhubungan dengan faktor genetik (keturunan).

Ada pula reaksi yang bukan karena vaksinnya sendiri, yaitu akibat dari kesalahan tehnik pembuatan, pengadaan dan distribusi vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Menurut hasil telaah Pokja KIPI Depkes RI, justru penyebab timbulnya KIPI sebagian besar karena kesalahan prosedur dan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditunjukan pada temperatur 1200°C, dengan reduktor arang kayu dan waktu reduksi 2 jam menghasilkan sponge iron dengan persen metalisasi sebesar 97,43% lebih tinggi dibanding

Pipet 10 ml larutan baku 100 µg/ml Nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Tambahkan 2,5 ml pereaksi sulfanilamida, dan aduk.

Tatalaksana pada intoksikasi ben#odia#epin adalah air$ay support &amp;bila ter!adi depresi napas', supporti%e care dan monitoring !ika obat diminum kurang dari + !am dapat

Hasil yang diperoleh dari uji rata-rata dua kelompok berpasangan didapatkan P = 0,044 ( P &lt; 0,05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai Nilai Kapasitas

Contoh lain, usaha-usaha masyarakat internasional atau Negara-negara dalam men- cegah dan memberantas kejahatan transnasio- nal dapat dilakukan dengan kerjasama secara fisik

Berdasarkan asumsi -asumsi makroekonomi di atas, serta mengacu pada kerangka logis adanya dampak simultan antar variabel ekonomi, maka berikut ini dapat disampaikan hasil

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian ini sebagai objek adalah bank campuran dan bank asing, sedangkan penelitian Abustan

1. Hasil setiap tahapan pengembangan produk melalui prosedur R&amp;D Borg &amp; Gall adalah tersusunnya LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi Termokimia yang