NOTA TAMBAHAN TERHADAP
UNDANGUNDANG RENTJANA
PEMBANGUNAN
LIMA TAHUN 1956 – 1960
Pendahuluan.
1. Dengan diambil•alihnja oleh Pemerintah Rantjangan Undang-Undang tentang Rentjana Pembangunan Lima Tahun 1956—1960 beserta Garis-garis Besar rentjana tersebut, dan diadjukannja kembali
ke Dewan Perwakilan Rakjat maka dipandang sangat perlu untuk mengadakan beberapa perubahan-perubahan maupun tambahan-tambahan terhadap Rantjangan Undang-Undang tersebut.
Perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan ini didasarkan atas adanja:
(a) keputusan-keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan;
(b) pengalaman-pengalaman jang diperoleh didalam pelaksanaan
Ren-tjana Pembangunan ini selama 2 tahun jang lalu dan keadaan
ekonomi pada waktu sekarang.
2. Tentang Musjawarah Nasional Pembangunan, mulanja dimaksudkan oleh Pemerintah supaja diadakan pembahasan jang luas serta mendalam tentang dasar-dasar Rentjana Pembangunan Nasional jang meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan Bangsa. Atjara ini adalah sangat luas dan termasuk pula didalamnja tidak sadja pembahasan keinginan-keinginan, tetapi djuga hal-hal jang merupakan po-kok-pokok persoalan didalam pekerdjaan perentjanaan
jaitu antara
tempatnja dan integrasi-nja kedalam Ren- tjana Nasional; dan sebagainja.
Mengingat luasnja bidang jang harus ditindjau, maka dapatlah dimengerti bahwa ada segi-segi jang panting jang kurang atau tidak mendapatkan pembahasan.
3. Bila diperhatikan hasil-hasil Musjawarah Nasional
Pembangun-an, akan ternjata bahwa disamping soal-soal prinsip.,seperti seal
naman modal asing, diadjukan pula keinginan-keinginan ataupun kebutuhan-kebutuhan jang diandjurkan untuk dipenuhi oleh Pemerintah.
Dapat dikatakan bahwa pada hakekatnja sebagian
besar prinsip
prinsip dan keinginan-keinginan tersebut sudah tersimpul didalam Rentjana Lima Tahun, meskipun tidak dikatakan dengan tegas, umpamanja sadja prinsip mengenai Pembiajaan pembangunan.
Dengan demikian faedah jang njata daripada Musjawarah Nasional Pembangunan jalah bahwa prinsip-prinsip itu telah diperdjelas dan diperlegas.
Sebaliknja masih belum terdapat persesuaian paham
atau jang ma
sih meragukan tentang beberapa soal seperti
umpamanja soal asli
dan tidak asli, konsep Dewan Perantjang Nasional. 4. Suatu hal jang sangat periting bagi pekerdjaan perentjanaan,
dan jang kurang diperhatikan oleh Musjawarah
Nasional Pembangun
an, jalah prinsip penjusunan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan kedalam suatu skala prioritet.
Hal ini perlu sekali, mengingat kenjataan bahwa
disatu pihak sum
bet-sumber pembiajaan bagi pembangunan adalah terbatas, sedangkan dilain pihak keinginan-keinginan adalah besar sekali, terutama bagi Indonesia sebagai suatu negara jang belum madju perekonomiannja.
Pertama-tama harus diteliti dengan saksama keinginan-keinginan itu, mana jang harus dilaksanakan dengan segera, dan mama jang dapat ditangguhkan untuk diselenggarakan didalam Rentjana Lima Tahun jang kedua.
misalnja, sangat perlu untuk dipikirkan masak-masak sampai dimana dan dengan tjara bagaimana akan ditentukan projek masing-masing.
Dari hal-hal Musjawarah Nasional Pembangunan dapat disimpulkan bahwa jang dianggap sangat mendesak pada waktu ini jalah pembangunan-pembanguman didalam:
— produksi bahan makanan
— produksi bahan pakaian
— sektor pengangkutan, terutama pelajaran.
5. Telah diutarakan diatas bahwa pembangunan selama 2 tahun jang lalu telah didjalankan didalam
rangka Rentjana Pembangunan
ini. Tambahan.pula penjusunan suatu Rentjana Pembangunan djangka pandjang membutuhkan penjelidikan dan pekerdjaan-pekerdjaan persiapan jang lama dan mendalam, sebagaimana halnja dengan penjusun
an Rentjana Pembangunan ini.
Maka didalam mengadakan perubahan-perubahan dan tambahantambahan sekarang ini Rentjana Pembangunan Lima Tahun itu didjadikan dasar.
Dan pengalaman-pengalaman jang diperoleh akan dipakai sebagai bahan jaug berharga bagi penjusunan Rentjana Pembangunan Lima Tahun jang kedua jang lebih sempurna.
6. Adapun perubahan-perubahan serta tambahan-tambahan ini mengikuti urutan pokok-pokok jang tertjantum didalam Rantjangan Undang-undang tentang Rentjana Pembangunan Lima Tabun 1956—1960 beserta Pendjelasannja dan Garis-garis Besar sebagai lampirannja.
Dengan demikian terdapat beberapa soal jang tidak
dapat dimasuk
kan (sepenuhnja) kedalam Rentjana Pembangunan ini.
Soal-soal ter
sebut jalah: pemeliharaan; tourisme; tindakan-tindakan perdjoangan Irian Barat; lapangan mental; Angkatan Perang; Polisi; Peradilan.
Hasil-hasil Musjawarah Nasional Pembangunan dalam soal-soal ini akan merupakan bahan-bahan pertimbangan jang berguna sekali bagi Pemerintah dalam menentukankebidjaksanaannja, demikian pula dapat didjadikan dasar didalam penjusunan Rentjana Nasional jang berikut mengenai lapangan-lapangan tersebut.
Bab-bab dengan dikemukakan bagaimana perubahan-perubahan atau tambahan-tambahannja. Nota ini terdiri atas 2 bagian:
Bagian I memuat perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan
atas Rantjangan Undang-Undang Rentjana Pembangunan Lima Tahun beserta pendjelasannja; sedangkan Bagian II berhubungan dengan Garis-garis Besar.
BAGIAN I
A. RANTJANGAN UNDANG-UNDANG RENTJANA
PEMBA-NGUNAN LIMA TAHUN 1956-1960, 1. Pasal 1. dita m ba h dengan satu ajat, ajat 3, jang bunjinja
sebagai berikut:
Sektor-sektor ini djuga akan meliputi
pembangunan Nasional jang bersifat regional. 2. Pasal 3. ajat 1
Koordinasi dalam perentjanaan dan pelaksanaan pembangunan dilakukan atas nama Pemerintah oleh Dewan Ekonomi dan Pembangunan.
3. Pasal 3 ajat 2:
Pelaksanaan pembangunan disektor Pemerintah dilakukan oleh Kementerian-kementeriaa dan Pemerintah daerah-dae rah otonom jang bersangkutan dan oleh Badan-badan jang ehusus ditundjuk oleh Pemerintah untuk keperluan itu. 4. Pasal 5: memerintahkan pengumuman undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembar Diundangkan di Djakarta, Perdana Menteri,
Tanggal . tahun 1958. DJUANDA.
G.A. MAENGKOM. SOETIKNO SLAMET
B. PENDJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG RENTJANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN 1956-1960.
1. para 4 alinea2:
Dalam hal ini sifat gotong-rojong dimasjarakat desa
barns di
pelihara dan diperkembangkan sebaik-baiknja, oleh
karena hal
ini merupakan suatu sumber pembangunan jang berharga sekali. Sebagai misal dapat disebutkan usaha mengerahkan pertanian perseorangan ke pertanian koperatif.
Pendjelasan Pasal DemiPasal. 2. para10
Rentjana investasi Pemerintah selama 5 t ahun diharapkan Rp. 12.500 djuta. Djumlah Rp. 12.500
djuta ini diambil dari sum
ber-sumber sebagai berikut:
Kalau melihat sumber-sumber pembiajaan investasi Pemerintah di- atas, teranglah bahwa pembiajaan Rentjana Pembangunan Lima Tabun berdasarkan kekuatan sandhi, karena dana-dana jang bersumber di luar negeri meliputi
Rp.
1,900 djuta atau kurang lebih S U.S. 165 djuta selama lima tahun (± 15%).3. para 11.
tahun biaja sedikitnja Rp. 10.600 djuta. Ini
berdasarkan pengalaman kita
selama beberapa tahun belakangan ini.
Menurut Anggaran Belandja selama 1953 — 1955, pengeluaran untuk investasi dari Anggaran Belandja berdjumlah antara Rp. 1.700 sampai Rp. 2.400 djuta, sedang untuk tahun-tahun 1956 dan 1957 pengeluaran-pengeluaran Pemerintah untuk pembangunan berdjumlah berturut-turut
Rp. 2.870 djuta dan Rp.
2.750 djuta. Kalau kita dapat mempertahankan
tingkat penge
luaran Pemerintah untuk investasi menurut Rentjana Pembangunan Lima Tahun alas dasar jang tidak inflatoir, maka ini sudah akan merupakan suatu succes.
Keadaan sedemikian sedikit-dikitnja telah
memberikan djamin
an bahwa pengeluaran dari sumber-sumber Anggaran Belandja akan dapat diteruskan untuk tahun-tahun jang akan datang.
Tetapi perlu diingat, bahwa bila tekanan inflasi
makin bentam
bah besar, maka djumlah tersebut tidak akan dapat ditjapai dan akan hilang dalam kekatjauan keuangan.
6. Para 27 mendjadi para 25.
Dengan demikian kita menudju kepembangunan jang seimbang. Keseimbangan daripada Rentjana Pembangunan Lima Tabun ini djuga berlaku terhadap pembangunan regional.
Kebidjaksanaan Daerah dalam pembangunannja
ini harus se
djalan (parallel) dengan kebidjaksanaan
Pemerintah Pusat da
lam rangka pembangunan Nasional.
daerah sendiri, tanpa melepaskan kepenting an Negara kita sebagai satu kesatuan ekonomi, pembangunan Daerah perlu direntjanakan dengan
seksama dan dikoordinasi
kan.
Langkah-langkah jang ditempuh dalam kebidjaksanaan in:
a, Untuk mendapatkan bahan-bahan guna perentjanaan
pem-bangunan jang lebih seksama akan selalu diadakan kerdja
sama dengan berbagai instansi di Daerah-daerah dan/atau
badan perentjanaan tingkat Daerah jang Tabun jang pertama ini clan seterusnja.
c, Menjusun monografie-monografie daerah sebagai sumber bahan-bahan guna perentjanaan
Pembangunan Daeranda
lam rentjana Nasional berikutnja.
Dalam rentjana ini disediakan untuk lapangan
industri, dari
pembiajaan Pemerintah biaja sebesar ± Rp. 400 djuta selama
5 tahun untuk pemerintahan daerah, selandjutnja dikandung
maksud supaja pelaksanaan beberapa projek
Pemerintah dalam
BAGIAN II,
GARIS-GARIS BESAR RENTJANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN.
Bab I dan 2.
Tidak ada perubahan dan/atau tambahan. Bab 3.
Peinbiajaan Rent :tuna
1.Mengingat keadaan j a n g telah. berobah, maka pokok-pokok daripada keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan, kiranja dapat diterima, karena telah disusun dengan menginsjafi akan kenjataankenjataan jang ada.
Maka itu dapatlah disetudjui untuk mengadakan tambahan-tambah
an serta perubahan-perubahan seperlunja pada Garis-garis Besar
Ini guna menjesuaikan Rentjana Pembangunan Lima Tahun pada keputusan-keputusan Musjawarah
Nasional Pembangunan.
Tentang saran-saran jang diadjukan didalam
lampiran pada kepu
tusan jang bersangkutan, jang menundjukkan
djalan-djalan jang
dapat diambil oleh Pemerintah untuk mentjapai keseimbangan moneter, kiranja baik untuk diperhatikan dan dilaksanakan dimana mungkin. 2.Para 3 dan 4 perlu dihapuskan, dengan
keterangannja, bahwa di
dalam keadaan jang belum stabil, kemungkinan akan tertjapainja djumlah-djumlah perkiraan tentang
pindjaman: bank dan penge
luaran obligasi akan mendjadi ketjil; sedangkan
pembuatan perki
man baru jang didasarkan atas angka-angka jang dapat dipertjaja., sangatlah sukar karena tidak mungkin untuk memperkirakan sebelumnja bagaimana akibat daripada perobahan keadaan ini terhadap sumber-sumber pembiajaan diatas.
Tentang modal asing ini dipandang perlu untuk mengadakan perobahan, disebabkan oleh karena
hal-hal jang pada waklu penjusun
an Rentjana Pembangunan Lima Tahun belum
diperhitungkan, te
tapi jang kini telah mendjadi kenjataan.
Karena itu perlu dimasukkan pula, mulai dengan tahun 1958, djumlah-djumlah jang merupakan pampasan Djepang dan kemungkinankemungkinal pindjaman lainnja.
4. Para 6 mendjadi
dara
4.Didalam pasal ini sampailah kita pada perobahan-perobahan jang panting, karena. taksira:n cumber-cumber pembiajaan didalam
susu
nan jang lama sudah tidak dapat lagi dipertahankan. Maka susunanbaru adalah sebagai berikut:
Taksin sumber-sumber pembiayaan Rencana Lima Tahun
Perubahan didalam perkiraan daripada
pengeluaran-pengeluaran Anggaran Belandja untuk
pembangunan didasarkan atas angka
angka pengeluaran Pemerintah didalam tahun-tahun 1956 dan 1957,
jang berturut-turut diperkirakan sebesar Rp. 2.873,2 djuta dan
Rp: 2.752;4 djuta.
Meskipun kelihatannja angka-angka tersebut ada
namun perlu diingat bahwa angka-angka dari tahun
1956 dan ta
hun-tahun sesudahnja semuanja meliputi pembajaran-pembajaran T,P,1 padahal angka-angka Rentjana Pembangunan Lima Tabun jang didasarkan atas angka-angka 1954 dan 1955 tidak memperhitungkan pembajaran T.P.1. diatas.
Maka angka Rp. 2:120 djuta setahunnja dapatlah kiranja diterima sebagai djumlah jang paling sedikit
dapat diharapkan dari Anggar
an Belandja Pemerintah bagi pengeluaran-pengeluaran pembangunan.
Dengan perkiraan diatas, pembiajaan dari luar negeri kurang lebih merupakan 15% dan djumlah pembiajaan, jang berarti hampir 2 kali lipat dari persentase jang lama.
5. Achirnja para 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16; berturut-turut diubah mendjadi
para 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11: 12: 13; 14.
Bab, 4.
Pertanian, kehutanan, kehewanan dan perikanan.
Soal-soal jang dikemukakan Musjawarah Nasional Pembangunan
jang tertera dibawah ini akan digunakan sebagai pegangan untuk merealisasikan Rentjana Pembangunan Lima Tabun.
A. Untuk melaksanakan penambahan produksi 2 djuta
ton betas
dalam lima tahun, maka harus diadakan
tindakan-tindakan isti
mewa sebagai berikut: 1 extra intensivering.
2. perluasan areal setjara besar-besaran diluar Djawa antara lain dengan pendirian rijst-bedrijven, serta pengeringan tanah-tanah rawa pasang-surut.
B. 1. Memusatkan usaha-usaha perpetaan dan pengukuran.
2. Supaja Pemerintah mengadakan census dalam lapangan pertanian.
3. Memprodusir sendiri alat-alat pertanian dan rabuk.
4. Supaja import pupuk diselenggarakan oleh Pemerintah
sedang-kan distribusinja disalursedang-kan lewat kooperasi•kooperasi
per-tanian.
5. Mempertjepat realisasi sampai didaerah-daerah
dan Nelajan, dan memperbesar modal
permulaannja dari
Rp. 100 djuta mendjadi Rp. 500 djuta.
6. Disamping usaha-usaha rakjat, Pemerintah supaja menjelenggarakan perusahaan-perusahaan mengenai bahan makanan dan pakaian pokok.
7. Menambah mata peladjaran pertanian dalam
kelas-kelas ter
achir pada sekolah.sekolah rakjat.
8. Hay-making dan merakjatkan peternakan sapi perahan:
9. Supaja Pemerintah mendirikan bank cultuur. Perlu diterangkan bahwa sesuai dengan saran Musjawarah Nasional Pembangunan tersebut dalam A2, oleh Kementerian-kementerian Pertanian dan Pekerdjaan Umum dan Tenaga telah disusun rentjana pembukaan tanah-tanah kering dan pengeringan tanah-tanah rawa setjara
besar-besaran didalam usaha untuk memperluas areal tanaman bahan makanan.
Bab, 5
Pengairan.
Tidak ada perobahan dan/atau tambahan.
Bab,6
Sumber -sumber mineral.
Dalam soal-coal tersebut dibawah ini maka keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan mengenai pertambangan sesuai dengan Ren ljana Pembangunan Lima Tahun:
1. Pemberian konsesi-konsesi. 2. Permian Daerah.
3. Modal.
Sebaliknja ada beberapa soal jang agak berbeda, misalnja:
bahwa pada waktu"ini dan beberapa waktu jang akan datang, disebabkan belum terdapataja tjukup modal maupun tenaga ahli, Indonesia masihakan merupakan
an kerdja untuk pengusaha-pengusaha partikelir (nasional maupun asing).
2. Urutan.Prioritet.
Demikian,pula berlainan dengan keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan jang memberikan prioritet ke-2 untuk penggunaan
bahan-bahan galian untuk kebutuhan Musjawarah Nasional Pembangunan dapat. dipakai sebagai pegangan dalam merealisasikan Rentjana Pembangunan Lima Tahun mengenai pertambangan. B a b . 7 .
Te n a g a L i s t r k . Tidak ada perobahan dan/atau tambahan. B a h . 8 .
Perinduslrian.
Pada pokoknja putusan Musjawarah Nasional Pembangunan tidak bertentangan dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun mengenai perindustrian. Perihal keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan supaja diutamakan usul-usul dan rentjana-rentjana dari Daerah, maka djika ditindjau lebih mendalam tempat-tempat dan projek-projek jang tertjantum dalam Rentjana Pembangunan Lima Tahun sudah menun-djukkan adanja penjebaran. diseluruh Indonesia.
Sebaliknja berlainan dengan keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan jang menjarankan penjusunan bagian chusus dari dinas Perindustrian dengan perlengkapan, tenaga dan kredit untuk setjara actief turut serta dalam pemberian kredit, sesuai dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun Pemerintah berpendapat bahwa perlu diichtiarkan penjederhanaan dan dihilangkan adanja doubl'ures. Dan untuk ini segala pekreditan hares disalurkan melaini bank.
Rah, 9.
A. Djalan-djalan dan djenahatan.
Pada pokoknja tidak ada perbedaan diantara
Rentjana Pembangun
an Lima Tahun dan putusan Musjawarah Nasional Pembangunan mengenai Djalan-djalan dan Djembatan, oleh karena itu putusan Musja-
warah; Nasional Pembangunan ini dapat dipakai sebagai pegangan dalam merealisasikan Rentjana Pembangunan Lima Tahun mengenai Djalan-djalan dan Djembatan.
B. Pelajaran.
Pada pokoknja seksi inipun tidak ada perbedaan antara Rentjana Pembangunan Lima Tahun dengan putusan Musjawarah Nasional Pembangunan. Beberapa persoalan jang tidak tertjantum dalam Ren-tjana Pembangunan Lima Tahun ialah antara lain: 1. Usul penentuan „Vrije Haven”.
Soal „Vrije Haven” ini sebetulnja meliputi beberapa segi.
Misalnja segi perdagangan, antara lain
fasilitet-fasilitet bank, letak
nja tempat „Vrije Haven” didalam lalu-lintas laut,
dan investasi
untuk pelabuhan-pelabuhan dan sebagainja. Untuk menentukan adanja suatu „Vrije Haven” maka bares terlebih dahulu diadakan penjelidikan jang lebih landjut.
2. Perindustrian Perkapalan dan Perusahaan muatan kapal laut (venal).
Kedua persoalan ini dapat ditambahkan kepada Rentjana Pembangunan Lima Tahun dan akan merupakan suatu perluasan dan perbaikan.
3. Pelabuhazt.
Mengenai. Masalah ini
ada
beberapa hal jang diusulkan oleh Musjawarah Nasional Pembangunan jang perlu dipertimbangkan sampai berapa djauh dapat dilaksanakan.Usul-usul ini ialah mengenai:
a. Perubahan Organisasi dan Administrasi. b. Soal Pembiajaan.
C.
Perhubungan kereta api,
D.
Perhubungan
Udara.Mengenai projek•projek lapangan terbang dan perlengkapan-perlengkapan lapangan terbang tidak ada perbedaan diantara Rentjana
Pembangunan Lima Tahun dan.putusan Musjawarah Nasional Pem- bangunan.
Selain projek-projek tersebut Musjawarah Nasional Pembangunan membahas beberapa persoalan jang tidak tertjantum dalam Rentjana Pembangunan Lima Tahun jang pada hakekatnja dapat dianggap se bagai suatu perluasan dan perbaikan.
Persoalan-persoalan tersebut ialah: a. Pokok-pokok kebidjaksauaan. b. Personil dan Pendidikan. c. Materiil.
d. Perhubungan udara, Sub d ini dibagi dalam: I. lnterinsulair division.
2. International division. 3. Regional division.
4. Special Operation division. 5. Perawatan.
6. S.A.R. (Pentjari. dan Penolong). Bab, 10.
Sumber-sumber tenaga kerdja.
Hasil-hasil Musjawarah Nasional Pembangunan mengenai hal Lni umumnja tidak berbeda dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun. Perbedaan jang prinsipiil ialah:
I. Musjawarah Nasional Pembangunan berpendapat
bahwa Penem
patan tenaga djuga perlu didjadikan tudjuan dari pembangunan (employment target).
2. Rentjana Pembangunan Lima Tahun bertudjuan anlara lain:
Memperluas kesempatan bekerdja bagi seluruh penduduk.
Pemerintah berpendapat, bahwa apa jang diputuskan
pada Musja
warah Nasional Pembangunan itu (employment target)
akan diusaha
Bab. II.
Hubungan Perburhant. Tidak ada perobahan dan/atau tambahan.
Bab 12
Pendidikan
Keputusan-keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan dibidang pendidikan dapat dipersatukan
dengan tudjuan dan kebidjaksanaan
jang telah diutarakan didalam Rentjana Pembangunan Lima Tahun.
Usaha-usaha pendidikan ditudjukan pada memenuhi kebutuhan masjarakat dan pembangunan. Sekarang untuk lebih dapat memenuhi kebutuhan pelaksanaan pembangunan, dirasakan perlu titik berat pe-njelenggaraan pendidikan diletakkan kepada penjempurnaan usaha pendidikan dari pada perluasan
usaha pendidikan: Dalam hubungan
ini andjuran untuk menindjau kembali struktur dan sistim pendidikan
supaja lebih selaras dengan kebutuhan negara jang sedang membangun, akan diperhatikan. Selain dari itu sesuai dengan andjuran Musjawarah Nasional Pembangunan dibidang kesehatan tidak menundjukkan
perbedaan jang prinsipiil dengan Ran
tjana Pembangunan Lima Tatum. Mengenai penjelenggaraannja Musjawarah Nasional Pembangunan mengandjurkan supaja d a l a m melak-sanakan kebidjaksanaan kesehatan, usaha-usaha prepentip lebih diintensifir disamping usaha-usaha kuratip untuk mentjapai keseimbang-an, hal mana dapat diterima.
Nasional Pembangunan supaja untuk mentjapai
keseimbangan, usaha usaha prepen
tip lebih diintensifkan disamping usaha-usaha kuratip.
Bab 14 dan 15.
Kesedjahteraan sosial dan Djaminan sosial serta Perumahan.
Mengenai pokok ini Musjawarah Nasional Pembangunan tidaklah memberikan keputusan-keputusan jang terperintji. Hanja disana sini sadja, seperti didalam pembitjaraan mengenai kepegawaian dan
perburuhan Musjawarah Nasional Pembangunan telah menjiuggung masalah ini.
Oleh karena itu Bab 14 dan Bab 15 tetap didjadikan pedoman.
Selandjutnja perlu diterangkan bahwa mengenai masalah datang bulan (Bab 14 B Djaminan Sosial, Sub
d
hal. 222) sudah tjukup diatur
didalam Undang-undang Kerdja No. 1 tahun 1951, berhubungan dengan Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1951 fasal 1 ajat (2), jang pada pokoknja menjatakan bahwa buruh wanita tidak boleh diwadjibkan bekerdja pada hari pertama dan kedua waktu haidh, sedangkan disamping itu madjikan dianggap tidak mengetahui
keadaan haidh
buruh wanita itu, bilamana jang berkepentingan tidak
memberi tahu
kan hal itu kepada madjikannja.
Maka oleh karena itu Sub
d
dikeluarkan dari Program djaminanSosial. Bab. 16.
Pem ba ngunan Masjarakat Desa.
Perihal kebidjalcsanaan perentjanaan Pembangunan Masjarakat
Desa, keputusan Musjawarah Nasional Pembangunan
sedjiwa dengan
apa jang telah diutarakan didalam Rentjana Pembangunan Lima Tabun 1956 — 1960.
Mengenai daerah-daerah perbatasan seperti jang
terdapat di Kali
mantan Barat Timur, Daerah Sangir dan Talaud, Daerah
Timor, Ma
mendjalankan pekerdjaan-pekerdjaan persiapan sesuai dengan prinsip-pninsip Pembangunan Masjarakat Desa.
Mengenai penjelenggaraan tugas-tugas tertentu pada tarap desa, memang lurah/kepala daerah jang setingkat itu bukanlah merupakan seorang jang ahli dalam segala lapangan. Dari itu segi-segi teknis penjelenggaraan tidak mungkin ia lakukan, tetapi karena fungsi dan pengaruhnja dilingkungan masjarakat Desa, lurah tidak
akan ditinggal
kan dalam rangka usaha Pembangunan Masjarakat Desa.
Bab.17
Kooperasi
Usaha kooperasi mendapat perhatian jang chusus dari Rentjana
Pembangunan Lima Tahun, dan putusan Musjawarah Nasional Pambangunan mengenai hal ini dapat dianggap adalah merupakan sebagai penegasan.
Bab.18
Transmigrasi.
Kebidjaksanaan terhadap persoalan transmigrasi jang dirumuskan
oleh Musjawarah Nasional Pembangunan adalah sedjadjar dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun. Segi penjelenggaraannja dititik beratkan ke transmigrasi spontaan sedang ikut sertanja pemerintah daerah (baik dalam pengirimanmau administrasi negara sebagaimana dilihat oleh Musjawarah Nasional Pembangunan dan didalam Rentjana Pembangunan Lima Tahun.
Demikian pula halnja dengan penelaahan berbagai segi administrasi dan perumusan tudjuan-tudjuan dan kebidjaksanaan-kebidjaksanaan. Boleh dikatakan bahwa sifatnja saling memperlengkap, saling menutupi atau saling mengisi.
Pemerintah untuk dilaksanakan dalam waktu sesingkat-singkatnja, dapatlah diberikan keterangan sekedarnja sbb:
I. Hal melaksanakan hasil-hasil Musjawarah Nasional I
Panmtia I.
Segera setelah berachirnja Musjawarah Nasional,
telah dibentuk tiga
Panitia ad-hoc Pemerintah, diantaranja Panitia ad-hoc I Urusan Umum
dan Pemerintahan dan Panitia ad-hoc II Urusan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, jang bertugas menindjau keputusan rapat Panitia I dan II Musjawarah Nasional pada tanggal 12 September 1957.
Pendapat-pendapat kedua Panitia ad-hoc itu jang
dewasa ini didja
dikan pegangan dalam melaksanakan putusan-putusan Musjawarah Nasional itu, adalah sedjalan dengan Rentjana Lima Tabun.
II. Hal-hal memperintji, mempertegas dan memperluas soal-soal pokok dalam Bab 19 Garis-garis Besar Rentjana lima Tabun (1956--1960) dengan.
1. Penjusunan undang-undang dan/atau
peraturau-peraturan Pemerin
tah tentang:
Mengenai djumlah, organisasi dan koordinasi Kementerian-kementerian, Djawatan-djawatan sampai ketingkat Swatantra I, II dan III, maka Pemerintah tetap mempergunakan Laporan Panok (Panitia Negara untuk menjelidiki organisasi kementerian-kementerian) tertanggal 26 April 1954 sebagai pedoman. Akan tetapi sebagaimana dinjatakan dalam Bab 19 ini, didalam mempergunakan laporan tersebut sebagai pedoman dalam penjusunan aparatur pemerintahan jang lebih effisien, parlu diperhatikan perkembangan-perkembangan baru jang berlangsung sesudah laporan itu diselesaikan.
Mengenai kepegawaian, termasuk peradilan pegawai, maka Pemerintah memberikan prioritet pertama kepada pembentukan suatu Panitya Negara jang kompeten dengan tugas menjusun suatu ran-tjangan Undang-undang Pokok Kepegawaian jang harus menjiapkan pekerdjaannja dalam waktu terbatas.
Adalah kebidjasanaan Pemerintah pula untuk setingkat demi setingkat membangunkan suatu
tif jang lengkap.
Mengenai perbendaharaan dan anggaran belandja
jang lebih se
suai, termasuk Undang-Undang Perusahaan Negara,
maka Peme
rintah menginsafi benar bahwa kelantjaran
pelaksanaan pembangun
an tidak sedikit tergantung dari kelantjaran penjelenggaraan admi-
nistrasi anggaran-umum. Maka suatu masalah ialah
setjara bagai
main mendjadikan seluruh aparatur anggaran-umum
dan adminis
trasinja suatu alat pembangunan jang memenuhi
kebutuhan. Di
harapkan bahwa Panitya jang disebutkan dalam Bab 19
ini, ialah
Panitya Interdepartemental Penjusun Undang-Undang Perbenda
haraan lidak lama lagi akan siap dengan rentjananja
tentang peng
urusan keuangan negara jang nanti akan menggantikan I.C.W. (Indonesische Comptabiliteits wet 1925). Adalah selajaknja bahwa
djuga I.B.W. (Indonesische Bedrijven wet 1927) diganti
oleh Un
dang-Undang Perusahaan jang sesuai.
2. Pemeliharaan dan usaha meninggikan mutu dari pada petugas-pe
tugas Pemerintah dengan beberapa tindakan.
Pendidikan dan latihan administratif merupakan suatu
tjabang jang
tak terpisah-pisahkan daripada administrasi
kepegawaian jang balk.
Maka diharapkan bahwa dalam waktu dekat, Lembaga Administrasi
Negara jang dibentuk dengan P.P. No. 30 tahun 1957 sudah akan merupakan suatu kenjataan.
Lembaga itu jang sebagai suatu badan pemerintah
berdiri lang
sung dibawah Perdana Menteri, akan mendjadi pusat kegiatan jang menudju kepenjempurnaan aparatur
pemerintahan serta adminis
trasinja. Salah satu tugasnja jang terpenting ialah menjelenggarakan
dan mengawasi pendidikan dan latihan pegawai negeri
sipil dan/
atau tjalon pegawai negeri sipil, sehingga mendjadi
strasi negara .jang mempunjai keperibadian dan
ketjakapan sesuai
dengan tugasnja.
Untuk melaksanakannja akan diadakan suatu Biro Pendidikan
dengan tugas:
a. mengusahakan segala sesuatu jang diperlukan untuk mendjamin terselenggaranja setjara teratur rentjana
latihan djabatan bagi
pegawai negeri sipil dan/atau tjalon pegawai negeri
sipil dalam
lapangan administrasi negara.
b, memperluas dan memperdalam pengetahuan
pegawai negeri
sipil/atau tjalon pegawai negeri sipil tentang administrasi negara
.
c. mendjalankan koordinasi dan pengawasan kursus-kursus dan Iatihan djabatan dalam administrasi negara jang diselenggarakan oleh kementerian-kementerian dan/atau badan-badan pemerintah lainuja.
Disamping itu perlu pula bahwa Pemerintah-pemerintah Daerah setjara sistematis menjelenggarakan pendidikan kader untuk men-djalankan pemerintahannja, balk untuk pekerdjaan-pekerdjaan administratif maupun teknis.
3. Penempatan dan penerbitan (alokasi) dan realokasi) tenaga-tenaga kerdja administratif dan kedjuruan sesuai dengan kebutuhan Djawatan dan masjarakat daerah-daerah.
Penjelesaian masalah penggunaan tenaga pegawai dengan sebaikbaiknja ini merupakan sebagian daripada penjederhanaan dan rasionalisasi seluruh aparatur pemerintahan, balk di Pusat maupun di Daerah.
4. Normalisasi dan standarisasi dari pada alat-alat perlengkapan Djawatan-djawatan untuk mentjapai efficiency, penjederhanaan dan penghematan.
Bahkan dapat ditambahkan dengan mekanisasi dari Administrasi dimana mungkin mengingat makin meluasnja tugas pemerintahan, sebagaimana
tertjantum dalam Bab 19 ini.
--5 . Diadakannja djaminan-djaminan sosial jang lajak jang mengenai makanan, pakaian dan perumahan
bagi para petugas, disamping
itu supaja diusahakaa adanja penghargaan kepada semua petugas negara jang telah melakukan tugasnja dengan sebaik-baiknja dan dapat dipudji. Dalam batas-batas kemampuan Pemerintah senantiasa akan diusahakan untuk menjempurnakan tjara-tjara mempertinggi moril, kegembiraan bekerdja dan gengsi corps pegawai negeri.
jang sampai sekarang sudah ada dan masih terbengkalai (diantaranja putusan-putusan Panok dan
P.P. No. 30/1957 tentang Lembaga Administrasi Negara).
Perhatian chusus ditjurahkan Pemerintah terhadap hal ini.
B a b 2 0
Pe k e r j a a n m e r e n t j a n a d a n o r g a n i s a s i n j a
D a l a m hubungan ini perlu ditindjau putusan Musjawarah Nasional Pembangunan mengenai pembentukan suatu Dewan Perantjang Nasional (National Planning Board) jang bertugas menjusun suatu Rentjana Pembangunan Semesta (National Overall Plan) jang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pemerintah sedang mempertimbangkan sampai dimana dan setjara bagaimana putusan Musjawarah Nasional Pembangunan itu dapat didjalankan. Sebab diinsafi bahwa hal itu perlu dilakukan dalam rangka penjempurnaan organisasi seluruh aparatur perentjanaan negara dan tatatjara kerdjanja.
Dengan demikian akan tertjiptalah kebulatan dan keserasian didalam bekerdjanja aparatur perentjana negara itu.
Selandjutnja dimintakan perhatian terhadap kenjataan bahwa didalam Bab 20 ini perlu diadakan
beberapa perubahan, mengingat adanja
perkembangan-perkembangan dalam masa achir-achir ini.
Pertama-pertama dalam sub a perihal Pembuatan rentjana djangkapandjang dan organisasinja, alinea terachir perlu disesuaikan dengan tekst baru Rantjangan undang-undang pasal 3 sehingga berbunji sebagai berikut:
keperluan itu.
Pelaksanaan pembangunan disektor partikelir dan
disektor masja
rakat desa dilakukan oleh partikelir dan masjarakat
desa sendiri
dengan petundjuk, bimbingan dan pengawasan
Kementerian, Peme
rintah daerah atau Badan jang dikuasakan oleh Pemerintah''.
Begitu pula halnja dengan sub c perihal membuat rentjana-tahunan
dan organisasinja, maka sub c tersebut diubab sehingga berbunji
sebagai berikut:
„Telah diuraikan bahwa rentjana-tahunan dan
rentjana djangka
pandjang saling pengaruh-mempengaruhi. Dengan demikian Dewan Ekonomi dan Pembangunan pun mendjadi badan koordinasi didalam perentjanaan dan pelaksanaan rentjana tahunan.
Dalam hubungan ini perlu disebut Panitia Koordinasi Interdepartemental (PAKIN),. jaitu suatu Panitia dengan Direktur-Djenderal Biro Perantjang Negara sebagai anggauta merangkap Ketua dan Wakil-wakil dari beberapa Kementerian sebagai anggauta.
PAKIN bertugas mengadakan koordinasi dalam lapangan ekonomisosial dan segala bantuan luar negeri
jang meliputi berbagai Kemen
terian. Maka oleh karena itu projek.projek pembangunan didalam rentjana-tahunan perlu dibitjarakan terlebih dahulu dalam rapat-rapat. berkala dari PAKIN sebelum disampaikan kepada Dewan Ekonomi