• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2. Obesitas

Obesitas adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jantung lemak secara berlebihan diseluruh tubuh, yang merupakan keadaan fatologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang melebihi dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Dewi, 2013).

Banyak orang tua merasa senang memiliki balita bertubuh gemuk, mereka beranggapan anak yang gemuk berarti sehat, para orang tua pun membiarkan sang buah hatinya, karena beranggapan anaknya akan berubah menjadi kurus saat dewasa padahal anggapan ini sangat keliru, banyak penelitian menunjukan balita yang mengalami kegemukan atau obesitas memiliki 2/3atau lebih dari 66% kecenderungannya untuk tetap terkena obesitas meski sudah beranjak dewasa kegemukan dan obesitas erat kaitannya dengan kelebihan gizi, Di Indonesia permasalahan kelebihan gizi makin meningkat dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir. (Kartika, 2013).

Obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak pada masa sekarang ini, Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan efek negatif untuk kesehatan. Anak kita yang lugu tidak tentu tidak memahami bahaya tersebut, maka dari itu orang tua adalah orang pertama yang bertanggung jawab atas kesehatan anaknya, Anak harus tetap sehat dan tidak sering sakit-sakitan, oleh karana itu orang

tua harus mengetahui apa penyebab dan bagaimana cara mencegah dan mengatasi masalah obesitas pada anak-anaknya. ( Nirwana, 2012).

Obesitas bisa dilihat langsung dari berat badan anak. Berat badan anak antara usia 0-6 bulan biasanya bertambah 682 gram per bulan. Berat badan bayi meningkat dua kali lipat setelah usia 5 bulan, yaitu antara 6-12 bulan. Berat bayi usia ini meningkat 341 gram perbulan. Berat bayi meningkat tiga kali lipat, ketika bayi beranjak usia 12 bulan. Berat badan bayi akan meningkat empat kali lipat dari berat lahir pada usia 2 tahun. Dan pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kilo gram per tahun. (Nirwana, 2012).

2.2.3 Penyebab Obesitas

Secara ilmiah obesitas dapat terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Obesitas cenderung dipengaruhi oleh turunan dari keluarga. Apabila ada orang tua yang obesitas dalam keluarga, kemungkinan anaknya juga akan menderita obesitas. Namun, tidak sedikit dari ahli kesehatan menilai bahwa faktor genetik bukanlah penentu dominan dalam obesitas pada anak. Obesitas pada anak juga ditentukan oleh faktor risiko lainnya (Lakshita, 2012).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami obesitas, di antaranya:

1. Faktor genetik

Faktor genetik ini merupakan faktor turunan dari orang tua. Faktor ini lah yang sulit untuk dihindari. Apabila ibu dan bapak anak mempunyai kelebihan berat badan, maka ini bisa dipastikan pula akan menurun pada anaknya. Biasanya bisa dipastikan pula menurun pada anaknya. Biasanya anak yang berasal dari keluarga yang juga mengalami Overweigt, dia akan lebih beresiko untuk memiliki berat badan berlebih, terutama pada lingkungan dimana makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktifitas fisik tidak terlalu diperhatikan (Nirwana, 2012)

a. Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan

Maraknya restoran cepat saji merupakan salah suatu faktor penyebab. Anak-Anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan siap disaji. Padahal makanan seperti itu umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan Obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan siap cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak-anak mereka, walaupun kandung gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan (Nirwana, 2012).

b. Minuman ringan

Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan soft drink terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadi anak-anak sangat menggemari minuman ini (Nirwana, 2012)

c. Kurangnya aktifitas fisik

Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan (Nirwana, 2012).

2. Faktor psikologi

Beberapa anak makan berlebih untuk melupakan masalah, melawan kebosanan, atau meredam emosi, seperti stres. Masalah-masalah inilah yang menyebabkan terjadinya Overweight pada anak (Nirwana 2012).

3. Faktor keluarga

Jika orang tua selalu membeli makanan ringan, seperti biskuit, chips, dan makanan tinggi kalori yang lain, hal ini juga berkontribusi pada penigkatan berat badan anak. Jika orang tua dapat mengontrol akses anak ke makanan yang tinggi kalori, mereka dapat membantu anaknya untuk menurunkan berat badan (Nirwana, 2012).

4. Faktor sosial ekonomi

Anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan rendah mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami obesitas. Karena mereka tidak pernah memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak, yang terpenting bagi keluarga yang kurang mampu, mereka bisa makan Memprioritaskan makanan yang sehat dan olahraga dalam keluarga membutuhkan membutuhkan waktu dan uang Itulah yang membuat anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang kelebihan berat badan (Nirwana, 2012).

Sejak dahulu banyak orang berpendapat bahwa bayi gemuk artinya sehat dan lucu, Akibatnya sering kali banayk ibu justru berupaya semaksimal mungkin membuat anakanya montok, termasuk dengan memberikan makanan yang membuat berat badan si kecil melonjak. Salah satu penyebab obesitas pada Balita adalah faktor keturunan, terutama jika orang tua mengidap penyakit diabetes, maka anak-anaknya berisiko untuk mengalami obesitas pada usia muda. Bahkan, meskipun ketika balita

mereka memiliki berat badan yang normal. Tapi bukan berarti jika ibu dan pasangannya bebas diabetes maka sikecil juga tak bisa mengalami obesitas.Faktor utama penyebab obesitas pada balita adalah kebiasaan hidup sehari-hari, seperti pola makan, aktivitas, dan pola istirahat yang diterapkan pada sikecil. Makin banyak tersedia jenis makanan dan cemilan bagi sikecil sebaiknya, ibu tetap mengutamakan faktor kesehatan dalam memiliki jenis makanan bagi sang buah hati. Jangan berlebihan dalam memberi makanan yang memiliki kadar Karbohidrat dan Lemak yang tinggi seperti: permen dan coklat, minuman yang mengandung banyak gula, makanan cepat saji, kue-kue yang banyak mengandung banyak gula dan coklat, keju dan kacang-kacang dan lain-lain. Bukan berarti si kecil sama sekali tidak boleh mengkonsumsi makanan-makanan tersebut selama porsi dan frekuensinya tidak berlebihan. Meningkatnya kasus kegemuikan pada anak balita akan memicu peningkatan Risiko penyakit Kardiovaskuler, Kanker, Diabetes, Kelainan otot, Hingga kelainan pernapasan, namun dampak ini tidak muncul seketika pada anak kegemukan bukan bererti penyakit infeksi, tetapi bersipat Kronis yang dampaknya muncul saat mereka dewasa. Penyakit-penyakit ini muncul bersama dengan penurunan metabolisme tubuh akibat kegemukan, namun dampak ini dapat dikurangi jika kegemukan pada balita segera ditangani. (Sekartini, 2011)

2.2.4 Dampak dan Akibat Obesitas

Obesitas berdampak banyak pada anak, akibat dari obesitas adalah diabetes, darah tinggi atau penyakit jantung. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasa menyerang orang dewasa, tetapi bersama perkembangannya zaman penyakit tersebut kini bisa menyerang pada anak-anak. Penyakit itu akibat timbunan lemak, kolesterol dan gula yang mengendap pada tubuh anak, selain itu gangguan pernapasan atau asma juga termasuk salah satu penyakit yang menyerang obesitas. Gangguan pernafasan atau asma beresiko lebih besar dialami oleh anak-anak yang mengalami obesitas. Anak yang mengalami berat badan atau kegemukan juga sering mengalami gangguan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebih pada organ-organ yang seharusnya berkembang. (Nirwana, 2012).

Pola makan ketika bayi akan memberikan dampak hingga ia dewasa. Pemberian makanan padat sebelum usia anak 4 bulan akan meningkatkan resiko obesitas. Pemberian Asi ekslusif ketika bayi dapat menjadi solusi bagi kebutuhan gizi anak. Orangtua hendaknya memodifikasi makanan anak dengan memberi anak mereka makanan sehat yang cukup serat dan seimbang gizi. Hindarkan anak dari kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji. Berikan lah makanan yang bervariasi setiap harinya dengan kandungan gizi yang seimbang. Hiaslah makanan yang disediakan orangtua dibandingkan makanan cepat saji. (Lakshita,2012).

Salah satu penyebab kegemukan adalah pola makan tidak seimbang, kelebihan kalori disebabkan banyaknya konsumsi gula, sementara kelebihan protein dipicu banyak konsumsi susu, sejumlah balita yang diteliti mengkonsumsi susu hingga delapan gelas perhari, kondisi ini membuat asupan gizi lain menjadi kurang kerana sipat susu yang mengenyangkan, apalagi susu nya jenis fuul creame (Tinggi lemak) dan ditambah gula. (Bardosono, 2011).

Masalah ini harus segera diatas karena kelebihan gizi terutama pada anak usia dini dapat mengakibatkan penyakit-penyakit yang tidak menular seperti penyumbatan pembuluh darah di otak yang memicu stroke penyumbatan pembuluh darah di jantung dan diabetes. Jika tidak segera ditanggani, biaya penanggulangan akibat obesitas bakal meningkat, dampak buruk bila dibiarkan banyak sekali pada janin dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun antara lain ukuran dan komposisi tubuh termasuk otak dan organ internal tidak seimbang gangguan fisiologi dan metabolik serta dampak buruk anak dan dewasa antara lain kemampuan kognitif buruk, obesitas, rentan infeksi, dan penyakit degeneratip lainnya. (Kartika , 2013)

Dokumen terkait