BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
C. Obesitas
1. Defenisi obesitas
Obesitas didefenisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan
sedikitnya 20% di atas berat badan rata – rata sesuai umur, jenis kelamin, dan
Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan atau
berat badan yang berlebihan. Permasalahan ini terjadi hampir diseluruh dunia
dengan prevalensi yang semakin meningkat, baik di negara – negara maju
ataupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Sejak tahun 1998, WHO juga
telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global ( Aryani, 2010).
2. Penilaian status gizi
Beberapa metoda yang telah dibakukan untuk menentukan
status gizi adalah sebagai berikut :
a. Tabel Metropolitan Life Insurance Co
Cara menentukan besar kecilnya perawakan atau postur tubuh
adalah dengan rumus :
b. Pengukuran Jaringan Lemak Bawah Kulit
Metoda ini dilakukan dengan alat khusu yang disebut “skinfold capiler”, yang mengukur ketebalan jaringan lemak dibawah kulit. Pada wanita pengukuran dilakukan di lengan atas bagian belakang (triceps). Bila ketebalan lemak mencapai lebih dari 2,5 cm, maka wanita itu
kegemukan. Pada pria pengukuran dilakukan di bawah tulang belikat (
subscapula). Ketebalan lemak yang mencapai lebih dari 1,5 cm termaksud kegemukan. Metode ini memerlukan keterampilan khusus
dan biasanya dilakukan waktu pemeriksaan pasien oleh dokter atau
dalam penelitian – penelitian.
Kegemukan pada dasarny bertingkat – tingkat. Semakin banyak lemak
di dalam tubuh, maka tingkat kegemukannya semakin besar. Untuk mengetahui
tingkat kegemukan, kegemukan bisa dihitung dengan kalkulator untuk melihat
posisi masing – masing.
d. Tentu saja, masing – masing penderita kegemukan harus jujur pada
dirinya sendiri. Dengan demikian, dapat diketahui tingkat kegemukan yang
dialaminya secara lebih pasti. Klasifikasi yang digunakan disini adalah kategori
berdasarkan aturan untuk orang – orang di Asia Pacific. Indonesia termasuk
bagi dari Asia Pacific.
Tabel 2.1
Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi Status Gizi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Underweight < 18,5 kg/m2
Batas Normal 18,5 – 22,9 kg/m2
Overweight ≥ 23 kg/m2
At Risk 23,0 – 24,9 kg/m2
Obese ≥ 25 kg/m2
(Sumber : Klasifikasi Berat Badan (BB) Penduduk Asia Menurut International Obesity Task Force (IOTF)).
e. Rumus Broca
Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan Broca
adalah dengan cara menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi
badannya (TB). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
3. Jenis obesitas
Terdapat beberapa jenis obesitas
a. Obesitas berdasarkan usia
kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity)
Kegemukan dapat terjadi pada semua umur, mulai dari bayi, anak – anak,
remaja sampai dewasa. Kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity) dimulai sejak bayi baru lahir sampai berumur 24 bulan. Hal ini umumnya disebabkan karena bayi mendapatkan makanan yang berlebih.
Apabila kegemukan pada masa bayi ini terus berlangsung sampai umur 2
tahun, maka biasanya akan berlanjut terus sampai masa kanak – kanak.
Para peneliti mengungkapkan bahwa 30% dari bayi yang menderita
kegemukan sampai umur 6 bulan, kelak akan menjadi orang dewasa yang
gemuk pula.
Kegemukan pada masa dewasa (adult-onset obesity) BB normal = TB – 100 BB ideal = BB normal – 10% (BB
normal) Ket :
Kegemukan saat dewasa biasanya terjadi setelah usia 30 tahun lebih.
Berdasarkan penelitian, setelah umur 25 tahun metabolisme basal turun
4% setiap 10 tahun berikutnya. Ini berarti makin tua seseorang maka
metabolisme basalnya makin rendah sehingga ada kelebihan energi dalam
tubuh yang akan ditumpuk sebagai jaringan lemak. Ditambah pula
kesibukan dalam pekerjaan serta tanggung jawabnya semakin bertambah
sehingga tidak sempat untuk berolahraga. Bila keadaan ini berlangsung
lama, lambat – laun tubuh akan menderita kegemukan.
b. Obesitas berdasarkan atas kondisi sel – sel lemak
Jenis Hipertropik
Kegemukan yang terjadi karena ukuran sel – sel lemak yang membesar
disebut dengan obesitas Hipertropik. Hasil penelitian dua orang peneliti
yakni Hirsch dan Knittle mengungkapkan bahwa ukuran sel lemak normal adalah 0,3 ug, sedangkan jumlah sel lemak seseorang dengan berat normal
adalah 2 x 10 pangkat 10.
Jenis Hiperplastik
Pada obesitas Hiperplastik, seseorang mempunyai jumlah sel lemak lebih
banyak – mungkin sampai jumlah 2 x 10 pangkat 16 – dibandingkan
dengan jumlah normal.
Jenis Hipertropik – Hiperplastik
Obesitas Hipertropik – Hiperplastikterjadi apabila kelebihan gizi
berlangsung lama dan ukuran sel lemak telah mencapai maksimal yaitu 0,9
mulai memperbanyak diri sehingga jumlahnya bertambah banyak dan
dapat mencapai 2 x 10 pangkat 16 atau bahkan sampai tidak terbatas.
c. Obesitas berdasarkan atas distribusi jaringan lemak
Obesitas tipe buah apel (tipe android)
Kegemukan tipe buah apel menpunyai gejala – gejala penimbunan
terutama di bagian tubuh sebelah atas yaitu di muka, leher, pundak, dada
dan perut. Umumnya tipe ini terdapat pada laki – laki, oleh karena itu
disebut tipe android (andro = laki – laki, bahasa latin).
obesitas tipe per (tipe android)
Kegemukan tipe buah per ditandai dengan penimbunan lemak yang
berlebihan di bagian tubuh sebelah bawah yaitu perut, panggul, pantat/
bokong dan paha. Umumnya tipe ini terdapat pada wanita, oleh karena itu
disebut tipe ginoid (gino = perempuan).
d. Obesitas berdasarkan atas jaringan lemak yang tertimbun didaerah perut/
sentral
Pada obesitas sentral, penimbunan lemak terutama terdapat di daerah
perut ditandai dengan meningkatnya lingkar pinggang. Pada wanita
lingkar pinggang mencapai lebih dari 88 cm dan pada laki – laki lebih
dari 102 cm (Tirtawinata, 2012).
4. Penyebab obesitas
Adapun faktor yang menyebabkan obesitas adalah
Ada sebagian orang yang tidak dapat mengendalikan nafsu makannya
sehingga mereka makan berlebihan. Mereka selalu makan sekenyang –
kenyangnya, baik makan sehari – hari dirumah maupun di restoran ataupun
di pesta – pesta. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang salah
mengakibatkan kegemukan. Para ahli menganjurkan agar makan
secukupnya saja, supaya ada ruang dalam perutnya untuk minuman, buah –
buahan sebagai pencuci ulut serta untuk pernafasan (Tirtawinata, 2012).
b. Kurang gerak badan
Faktor lain yang menyebabkan kegemukan adalah kurang gerak yang berarti
kurang melakukan aktivitas jasmani serta pola hidup yang terlalu santai.
Keadaan ekonomi yang membaik dan kemajuan teknologi yang pesat
membuat kehidupan seseorang lebih santai karena pekerjaan yang tadinya
dikerjakan dengan tenaga manusia sekarangdigantikan oleh mesin
(Tirtawinata, 2012).
c. Faktor psikologi
Keadaan psikologis seseorang dapat menyebabkan perubahan perilakunya.
Ketakutan, kecemasan, kesedihan, kebosanan dan stres karena tekanan
hidup akan menyebabkab perilaku yang berbeda – beda bagi setiap orang.
Ada yang mengatasi stres dengan tidur atau melamun, ada yang melakukan
olahraga atau jalan – jalan, ada pula yang menenggak minuman keras atau
menelan obat terlarang. Sebagian orang ada yang memilih makan berlebih
makanan berlebihan sebagai pelarian, karena proses makan selalu
memberikan rasa nikmat, kenyang dan nyaman, maka rasa kenyang dan
nyaman itu diidentikkan dengan rasa aman dan tenang. Makan berlebihan
sebagai “pelipur lara” ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan
obesitas (Tirtawinata, 2012).
d. Faktor keturunan
Suatu penelitian di Amerika Serikat membuktikan bahwa apabila kedua
orang tua mempunyai berat badan normal, biasa berat badan anak –
anaknya juga normal; kecenderungan anak – anaknya menjadi gemuk
hanya sekitar 10%.
Apabila salah satu orang tuanya gemuk, maka kecenderungan anak –
anaknya menjadi gemuk meningkat menjadi 40 – 50%. Sedangkan bila
kedua orang tuanya gemuk, maka peluang anak – anaknya menjadi gemuk
meningkat lagi menjadi 70 – 80%. Menurut ilmu genetika, kegemukan
diturunkan dari orang tua ke anaknya, sesuai dengan hukum Mendel
(Tirtawinata, 2012).
5. Resiko obesitas
Penyakit generatif adalah penyakit yang disebabkan oleh
menurunannya fungsi organ – organ tubuh karena usia lanjut (Tirtawinata,
2012).
a. Penyakit Degeneratif
Hasil dari berbagai penelitian mengungkapkan bahwa angka kesakitan
berat badan normal, yang berarti penderit kegemukan lebih sering terserang
penyakit dari pada orang dengan berat badan normal. Demikian juga angka
kematian (mortalitas) pada penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anga kematian pada orang dengan berat badan normal (Tirtawinata,
2012).
b. penyakit kanker
Obesitas merupakan faktor risiko terhadap terjadinya penyakit kanker.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa laki – laki penderita obesitas
mempunyai risiko lebih besar terkena usus besar dan kanker kelenjar
prostat, bila dibandingkan dengan laki – laki berbobot normal. Adapun
wanita kegemukan berisiko tinggi terkena kanker payudara, kanker indung
telur (ovarium) dan kanker mulut rahim, terutama pada wanita pasca menopause yaitu yang telah berhenti haidnya (Tirtawinata, 2012).
c. osteo-artritis
Penderita obesitas mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penyakit osteo
– artritis daripada orang dengan berat badan normal. osteo – artritis adalah
radang di persendian tulang. Salah satu jenis artritis adalah penyakit akut
atau disebut juga gangguan asam urat yang disebabkan karena adanya
kadar asam urat dalam darah. Apabila kadar asam urat itu sangat jenuh,
maka akan terbentuk kristal asam urat yang mengendap disendi – sendi
tulang sehingga terasa sakit sekali bila sendi itu digerakkan (Tirtawinata,
d. batu empedu
Cairan empedu di hasilkan oleh hati (liver) dan ditampung dalam kantung
empedu. Fungsi cairan empedu adalah mencerna lemak makanan yang
kemudian mengalami metabolisme dalam tubuh menjadi energi yang
digunakan untuk aktifitas sehari-hari (Tirtawinata, 2012).
Jumlah cairan empedu yang diproduksi tergantung pada jumlah lemak
dalam makan. Bila makanan banyak mengandung lemak, maka makin
banyak pula cairan empedu yang diproduksi. Cairan empedu yang
berlebihan dan menjadi jenuh akan mengendap dan membentuk batu
empedu. Gejala penyakit empedu adalah rasa nyeri yang sangat hebat
(kolik) di derah perut bagian kanan atas (Tirtawinata, 2012).
e. Penampilan Fisik
Dampak sosial yang diakibatkan oleh obesitas ialah pandangan dari segi
estetika yaitu yang berkaitan dengan keindahan, keserasian tubuh dan
kecantikkan. Sebenarnya hal ini sangat relatif, tergantung pada zaman dan
mode. Dalam kehidupan sehari – hari, mereka yang menderita obesitas
kesukaran memilih pakaian jadi yang pas dan kesukaran mendapatkan
pekerjaan bila dibandingkan dengan orang – orang yang berbadan langsing
yang kualisifikasinya sama (Tirtawinata, 2012). 6. Penanggulangan obesitas
a. Perilaku Sehat
Seseorang sangat mempengaruhi kesehatannya. Modifikasi perilaku
pada mereka yng menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku
ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat
badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu
mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas (Andri & Hurmaly,
2013).
b. Aktivitas fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah
membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar
bergantung dari frekuensi, durasi dan intensitas latihan yang dilakukan.
Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah aerobik atau
berjalan kaki selama 30 menit setiap hari (Andri & Hurmaly, 2013).
c. Perubahan Pola Makan
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan
kalori total. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui
kebutuhan kalorimu. Diet ekstrem tidak disarankan karena dapat
mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa
pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin.
Puasa terus – menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan
berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh