• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

4. Objek Pajak

Salah satu ketentuan untuk melakukan pengukuhan pengusaha kena pajak yaitu Objek pajak yang dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha,

b. Impor Barang Kena Pajak,

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha,

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean,

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak,

g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak dan h. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

5. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Pengusaha dapat berupa orang pribadi atau Badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang Kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan).

Pengusaha Kena Pajak ( PKP) Menurut Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 5 adalah pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dikenakan pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 68/KMK.03/2010 ini Pengusaha Kecil sebagai berikut:

a. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam satu tahun buku memperoleh jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus rupiah).

b. Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 maka pengusaha ini memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya.

c. Dalam hal kewajiban pelaporan usaha dimaksud dilaksanakan tidak tepat waktu, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya setelah akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.

d. Dalam hal pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan secara jabatan, maka saat pengukuhan tetap pada awal bulan berikunya setelah batas akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.

6. Pengukuhan Pengusaha Pajak (PKP)

Kewajiban untuk mendaftaran diri sebagai Pengusaha Kena Pajak diawali berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jederal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebelum menyerahkan penyarahan

Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh KPP atau KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

7. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :

a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha Kecil yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas berkewajiban untuk :

1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2. Memungut PPN/PPn BM yang terutang.

3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang kurang dibayar)

4. Melaporkan PPN/PPn BM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPnBM).

b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika

Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. c. Apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto

(omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya.

d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak melebihi batasan Pengusaha kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Hak PKP adalah :

a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP. b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN.

8. Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.

9. Dasar Hukum Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tatacara Pendaftaran, Pemberian dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak.

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tatacara pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 146/PMK.03/PJ/2012 Peraturan Menteri Keuangan Tentang Tatacara Verifikasi.

e. Pasal 3A Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Kewajiban bagi Pengusaha Kena Pajak untuk melaporkan usaha, memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.

Dengan adanya peraturan dan Undang – Undang yang menjadi landasan hukum Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di

Indonesia ini, maka akan meningkatkan kepastian hukum dan keadilan dan menciptakan sistem perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan pengawasan dan pengamanan penerimaan negara serta pajak yang dipungut oleh pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alasan bagi Wajib Pajak.

10. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Bila Wajib Pajak pindah alamat ke wilayah kerja kantor pelayanan pajak lain, bubar, atau tidak memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak lagi, maka terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

b. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan dengan cara mengisi formulir pemutakhiran data wajib pajak yang pengisiannya dilakukan oleh :

1. Wajib pajak atau kuasanya yang sah dengan melampirkan surat kuasa, 2. Petugas kantor pelayanan pajak yang bersangkutan dalam hal :

a. Wajib pajak meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan, berdasarkan surat keterangan kematian, atau fotokopi akte atau fotokopi laporan kematian wajib pajak.

b. Wajib pajak Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap dan wajib pajak orang pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat

digolongkan sebagai wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksaan kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.

c. Bila wajib pajak pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja.

11. Jangka Waktu Pelaporan Kegiatan Usaha

Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), wajib melaporkan pada kantor pajak pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha wajib pajak.

Batas waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengukuhan PKP paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan setelah dilakukan verifikasi. Wajib Pajak terdaftar dan/atau PKP terdaftar, yang mengalami perubahan data, wajib melaporkan perubahan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dan/atau PKP.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pendapatan negara dengan

diberikan sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 enam) tahun dan sanksi denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Wajib pajak yang tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak akan diterbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.

12. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha

a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/ atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

13. Tatacara Permohonan Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Hal-hal yang harus dilakukan Pengusaha :

a. Pengusaha harus mengisi formulir permohonan pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara lengkap dan jelas.

Dalam hal pengusaha membutuhkan bantuan dalam mengisi formulir tersebut dapat menanyakan kepada petugas pendaftaran wajib pajak. b. Pengusaha menyerahkan formulir permohonan pendaftaran pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta ditandatangani wajib pajak atau kuasanya kepada petugas pendaftaran wajib pajak.

Petugas pendataran mempunyai tugas :

a. Menerima formulir permohonan pendaftaran pengukuhan pengusaha kena pajak yang telah ditandatangani oleh pengusaha atau kuasanya yang sah. b. Memeriksa kelengkapan pengisian formulir permohonan pendaftaran

pengkuhan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal formulir belum sepenuhnya diisi oleh pemohon, petugas mengembalikan formulir kepada pemohon untuk dilengkapi pengisiannya.

c. Merekam dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada pemohon setelah ditandatangani petugas pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. d. Mengisi kolom-kolom pada formulir permohonan perubahan data dan wajib

pajak pindah dan/atau formulir permohonan pendaftaran pengusaha yang

diberi keterangan “Diisi oleh petugas”.

e. Melakukan penelitian administrasi untuk mengetahui apakah pemohon telah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tata usaha Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau belum.

f. Apabila berdasarkan hasil penelitian administrasi ternyata :

1. Pemohon telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, kepadanya tidak diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). 2. Pemohon belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, kepadanya

g. Merekam data permohonan sesuai isian pada formulir permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan.

h. Merekam kewajiban perpajakan pengusaha pada menu aplikasi pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

i. Dalam hal permohonan mendaftarkan diri untuk memperoleh pengukuhan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, petugas pendaftaran wajib pajak : 1. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan SPPKP paling lama

satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. 2. Meneruskan SKT dan SPPKP kepada Kepala Seksi Pelayanan/Tata

Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.

j. Mencantumkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang diberikan pada formulir pendaftaran.

k. Mengadministrasikan SKT dan SPPKP yang telah diterbitkan.

14. Tatacara Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan adalah pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang dilakukan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan

usahanya berdasarkan data-data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktur Jenderal Pajak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tanggal 6 Februari 2008, Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan secara Jabatan apabila :

1. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. 2. Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi

sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak telah melampaui yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan : 1. Petugas pendaftaran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunai tugas: a. Menerima data Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk

dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.

b. Meneliti administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk mengetahui apakah ajib pajak sudah terdaftar atau belum.

c. Mengisi formulir permphonan pendaftran perubahan data wajib (KP.PDIP.4.1-00) dari yang diterima.

d. Menandatangani formulir permohonan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) pada kolom diisi oleh petugas pajak dalam hal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.

e. Merekam data wajib pajak dari formulir pendaftaran dan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) sesuai dengan Tatacara yang telah ditentukan, mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan dengan formulir permohonan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00). f. Dalam hal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak petugas mengisi dan

merekam Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat (KP.PDIP.4.7-00).

g. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP4.2-00) dan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dan kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.

h. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.3-00) kepada wajib pajak melalui pos tercatat paling lama pada hari berikutnya.

i. Mencantumkan Surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan perubahan data pajak (PD.PDIP.4.1-00), selanjutnya membuat berkas sementara yang berisi dokumen pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

2. Bentuk dan jenis formulir yang digunakan :

perubahan data wajib pajak. b. (KP.PDIP.4.2-00) : Surat Keterangan Terdaftar.

c. (KP.PDIP.4.3-00) : Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

d. (KP.PDIP.4.4-00) : Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak. e. (KP.PDIP.4.7-00) : Berita Acara Hasil Pembuktian

Alamat.

15. Tatacara Permohonan Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan menggunakan e-SPT

a. Semua PengusahaKena Pajak wajib e-SPT diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PER-10/PJ/2013 (Pasal 3 ayat 2).

b. Pengusaha Kena Pajak (PKP) Orang Pribadi boleh tidak e-SPT jika ≤ 25

dokumen dan < 400 juta (Pasal 3 ayat 3) e-SPT tersebut terdiri dari induk

hardcopy, lampiran Softcopy (Pasal 3 ayat 5).

c. SPT dianggap tidak disampaikan jika point 1-3 tidak dipenuhi (Pasal 5 ayat 1).

Ketentuan tersebut Berlaku mulai masa pajak Juni 2013 sebagaimana diatur pada Pasal II tersebut.

16. Tatacara Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem E-Registration

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak untuk mendaftarkan diri/melaporkan kegiatan usahanya melalui jaringan sistem informasi yang tergabung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak, ditetapkan peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.24/PJ/2009 tentang Tatacara Pendaftaran NPWP dan/atau Pengusaha Kena Pajak dan perubahan Data Pajak dan /atau Pengusaha Kena Pajak dengan sistem E-Registration.

a. Bagi Pengusaha Kena Pajak

1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

http://www.pajak.go.id.

2. Memilih menu sistem e-Registration.

3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-Registration. 4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password

yang telah dibuat.

5. Memilih menu “permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak”.

7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan benar.

8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Pemohonan Pendaftaran

NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) melaui aplikasi e-Registration. 10. Menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT), Surat Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak (SPPKP) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana wajib pajak terdaftar.

b. Petugas pendaftaran wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat wajib pajak seharusnya terdaftar.

1. Memantau informasi pemohonan wajib pajak pada sistem e-Registration. 2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian formulir

permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang disampaikan melalui sistem e-Registration.

3. Menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lama 1 (satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran pengukuhan PKP diisi secara lengkap.

4. Menyampaikan SKT dan SPPKP kepada wajib pajak.

5. Setelah menerbitkan SKT dan SPPKP, Kepala Kantor dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun menugaskan petugas konfirmasi lapangan untuk melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas sesuai resiko wajib pajak

dalam rangka membuktikan kebenaran pengisian formulir permohonan yang disampaikan wajib pajak.

6. Kategori wajib pajak sebagai wajib pajak berisiko antara lain :

a. Wajib pajak yang dikirimi surat tetapi “kembali dari pos (kempos)”

dengan dibubuhi catatan dari Kantor Pos berupa : 1. Nama tidak dikenal; atau

2. Alamat tidak ditemukan; atau 3. Rumah/gedung tidak dihuni. b. Tidak menyampaikan SPT.

c. Wajib Pajak yang sering berpindah Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat terdatar.

d. Wajib Pajak yang sering berpindah alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat usaha.

e. Wajib Pajak yang melaporkan adanya kegiatan ekspor.

f. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor (terlihat dari adanya pembayaran pajak dalam rangka impor) tetapi tidak berstatus sebagai PKP.

g. Wajib Pajak mengajukan Restitusi.

h. Wajib Pajak yang tidak berstatus sebagai PKP tetapi menyampaikan SPT Massa PPN.

i. Wajib Pajak berdiri langsung melakukan penyerahan dalam jumlah besar tetapi jumlah kurang bayarnya relatif kecil.

j. Wajib Pajak badan yang akte pendiriannya dibuat dihadapan notaris yang sama tanggal dan pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan.

k. Wajib Pajak yang memiliki nama yang aneh.

l. Wajib Pajak lain yang menurut pertimbangan Kepala KPP Pratama termasuk Wajib Pajak berisiko.

7. Dalam hal konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan oleh PKP terdaftar tidak benar, KPP Pratama menerbitkan Surat Pencabutan SKT dan/atau Surat Pencabutan SPPKP secara jabatan untuk disampaikan kepada PKP.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pajak Pratama Medan Barat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel

Jumlah Pengusaha Kena Pajak pada KPP Pratama Medan Barat

PKP 2010 2011 2012

ORANG PRIBADI 486 484 196

BADAN 1.428 1.351 469

JUMLAH 1.914 1.835 665

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1. Orang Pribadi

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 486 orang yang terdaftar sebagai PKP. Dan selanjutnya pada tahun 2011 terdapat sebanyak 484 orang PKP yang terdaftar. Kemudian pada tahun 2012 ada sebanyak 196 orang yang terdaftar, disini terlihat bahwa dari tahun ke tahun terdapat penurunan jumlah orang pribadi yang terdaftar sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Barat. Hal ini terjadi karena pada tahun 2012 adanya Registrasi ulang PKP yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat sehingga semakin menurun PKP Orang Pribadi yang terdaftar, ini disebabkan adanya PKP yang dicabut dan ditolak yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai PKP sebagaimana yang sudah ditentukan. 2. Badan

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 1.428 Pengusaha Kena Pajak Badan yang terdaftar dan pada tahun 2011 jumlah PKP Badan yang terdaftar 1.135 PKP yang terdaftar, kemudian pada tahun 2012 ada sebanyak 469 PKP yang terdaftar. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pada Tahun 2012 adanya Registrasi ulang PKP yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat sehingga semakin

Dokumen terkait