DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009, tentang Perpajakan, Lembaga Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2007, KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukardji, Untung, 2010, Pokok – Pokok Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Indonesia, PT Grafindo Persada, Jakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007, tentang perubahan Ketiga atas Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, tentang barang kena
pajak yang tergolong mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001, Jis Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2003, tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak
Tertentu yang bersiat strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009, tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tatacara Pendaftaran, Pemberian dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan. Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan, KEP-24/PJ/2009, tentang Tatacara
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dengan E-Registration.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan, Nomor 68/PMK.03/2010 tentang
Batasan Pengusaha Kecil.
Republik Indonesia, Departemen Keuangan , Nomor PER-10/PJ/2013 tentang
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
a. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006 tentang barang kena pajak
yang tergolong mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang
mewah.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang jenis barang dan
jasa yang tidak dikenakan pajak.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2003 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang
dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Jis Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2003
tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai nomor 8 tahun 1983
sebagaimana telah direvisi dalam Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009 yang
dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan
jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dikenakan atas penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(8) huruf b dan huruf c. (Sukardji, 2010:54)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena
mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/badan dalam
proses pengenaan PPN, yaitu meliputi :
1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak), yaitu
orang/badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak.
Produsen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/Pengusaha Kena
Pajak.
2. Penanggung Pajak, yaitu orang/badan yang membayar pajak (dalam arti
ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan
3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/badan yang dimaksud oleh ketentuan
harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju undang-undang
untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh pedagang besar lewat
harga jual yang lebih tinggi.
PPN juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya
didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. PPN pada akhirnya
akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada
semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak.
PPN merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN
(Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara).
3. Subjek PPN
Subjek adalah Subjek Hukum Pajak. Untuk dapat dilaksanakan, suatu objek
pajak harus ada pihak yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan objek pajak
tersebut. Oleh karena itu Subjek pajak adalah pihak yang diberikan hak dan
kewajiban dibidang perpajakan atau suatu objek pajak.
Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk pajak
penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untuk Pajak Pertambahan Nilai
adalah Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 4 Undang – Undang No. 7 Tahun 1983,
disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak
Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak
adalah UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf f, huruf
g dan huruf h.
Dari pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa:
1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atas Jasa
Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak
(Pasal 4 ayat 1 huruf a dan huruf c UU PPN),
2. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud yang dapat
dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 ayat 1 huruf f UU
PPN),
3. Yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena
Pajak (JKP) Tidak Berwujud dapat dikenakan PPN adalah pengusaha
kena pajak (Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h UU PPN).
b. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi yang bukan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur
Berdasarkan pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat dikenakan PPN :
1. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP).
2. Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak dan/ atau Jasa
Kena Pajak (JKP) dari luar daerah pabean dan di dalam daerah pabean.
3. Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan perusahaan dan
pekerjaannya.
4. Objek Pajak
Salah satu ketentuan untuk melakukan pengukuhan pengusaha kena pajak yaitu
Objek pajak yang dikenakan atas :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha,
b. Impor Barang Kena Pajak,
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha,
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean,
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean,
f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak,
g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak dan
5. Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Pengusaha dapat berupa orang
pribadi atau Badan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, dan bentuk usaha tetap (BUT).
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang
perpajakan, dimana Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan membayar kepada
Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang
Kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau pemberi
Pengusaha Kena Pajak ( PKP) Menurut Undang – Undang Ketentuan Umum
dan Tatacara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 5 adalah pengusaha yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) atau Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dan atau ekspor Barang Kena Pajak
(BKP) dikenakan pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai yang
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 68/KMK.03/2010 ini
Pengusaha Kecil sebagai berikut:
a. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak
(BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam satu tahun buku memperoleh
jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp
600.000.000,00 (enam ratus rupiah).
b. Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku jumlah
peredaran bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 maka pengusaha ini memenuhi
syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak selambat-lambatnya pada
c. Dalam hal kewajiban pelaporan usaha dimaksud dilaksanakan tidak tepat
waktu, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya setelah akhir bulan
seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.
d. Dalam hal pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan secara
jabatan, maka saat pengukuhan tetap pada awal bulan berikunya setelah batas
akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.
6. Pengukuhan Pengusaha Pajak (PKP)
Kewajiban untuk mendaftaran diri sebagai Pengusaha Kena Pajak diawali
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 bahwa
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak wajib melaporkan
usahanya pada Kantor Direktorat Jederal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban pelaporan terkait pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Terhadap Wajib Pajak orang pribadi
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan disamping
kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula kewajiban melaporkan usahanya untuk
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) bagi yang memenuhi
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh
KPP atau KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak pada KPP tertentu yang berisi identitas dan kewajiban
perpajakan Pengusaha Kena Pajak.
7. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah :
a. Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha
Kecil yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas
berkewajiban untuk :
1. Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2. Memungut PPN/PPn BM yang terutang.
3. Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang kurang dibayar)
4. Melaporkan PPN/PPn BM yang terutang (menyampaikan SPT Masa
PPN/PPnBM).
b. Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak
wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha
Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang Kena
Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
c. Apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto
(omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak,
selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya.
d. Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak
melebihi batasan Pengusaha kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang
bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
Hak PKP adalah :
a. Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP.
b. Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN.
8. Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pengusaha Kena
Pajak (PKP) dibidang PPN dan PPnBM.
9. Dasar Hukum Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagai mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tatacara Pendaftaran, Pemberian
dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengusaha Kena Pajak.
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tatacara
pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 146/PMK.03/PJ/2012 Peraturan
Menteri Keuangan Tentang Tatacara Verifikasi.
e. Pasal 3A Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Kewajiban bagi
Pengusaha Kena Pajak untuk melaporkan usaha, memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.
Dengan adanya peraturan dan Undang – Undang yang menjadi landasan
Indonesia ini, maka akan meningkatkan kepastian hukum dan keadilan dan
menciptakan sistem perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan
pengawasan dan pengamanan penerimaan negara serta pajak yang dipungut oleh
pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak
perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alasan bagi Wajib Pajak.
10. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
a. Bila Wajib Pajak pindah alamat ke wilayah kerja kantor pelayanan pajak
lain, bubar, atau tidak memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak
lagi, maka terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan pencabutan
pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan dengan cara
mengisi formulir pemutakhiran data wajib pajak yang pengisiannya
dilakukan oleh :
1. Wajib pajak atau kuasanya yang sah dengan melampirkan surat kuasa,
2. Petugas kantor pelayanan pajak yang bersangkutan dalam hal :
a. Wajib pajak meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan,
berdasarkan surat keterangan kematian, atau fotokopi akte atau
fotokopi laporan kematian wajib pajak.
b. Wajib pajak Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal
kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap dan wajib pajak
digolongkan sebagai wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksaan
kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
c. Bila wajib pajak pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan
atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja.
11. Jangka Waktu Pelaporan Kegiatan Usaha
Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), wajib melaporkan
pada kantor pajak pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha wajib
pajak.
Batas waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) adalah pengukuhan PKP paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
permohonan diterima secara lengkap. Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b diberikan setelah dilakukan verifikasi. Wajib Pajak terdaftar dan/atau
PKP terdaftar, yang mengalami perubahan data, wajib melaporkan perubahan tersebut
ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dan/atau PKP.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan
diberikan sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
enam) tahun dan sanksi denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dan paling
tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Wajib pajak
yang tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
akan diterbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.
12. Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha
a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, dan/ atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
13. Tatacara Permohonan Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Hal-hal yang harus dilakukan Pengusaha :
a. Pengusaha harus mengisi formulir permohonan pendaftaran pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak secara lengkap dan jelas.
Dalam hal pengusaha membutuhkan bantuan dalam mengisi formulir
tersebut dapat menanyakan kepada petugas pendaftaran wajib pajak.
b. Pengusaha menyerahkan formulir permohonan pendaftaran pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta
ditandatangani wajib pajak atau kuasanya kepada petugas pendaftaran
Petugas pendataran mempunyai tugas :
a. Menerima formulir permohonan pendaftaran pengukuhan pengusaha kena
pajak yang telah ditandatangani oleh pengusaha atau kuasanya yang sah.
b. Memeriksa kelengkapan pengisian formulir permohonan pendaftaran
pengkuhan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal formulir belum
sepenuhnya diisi oleh pemohon, petugas mengembalikan formulir kepada
pemohon untuk dilengkapi pengisiannya.
c. Merekam dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta
menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada pemohon setelah
ditandatangani petugas pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Mengisi kolom-kolom pada formulir permohonan perubahan data dan wajib
pajak pindah dan/atau formulir permohonan pendaftaran pengusaha yang
diberi keterangan “Diisi oleh petugas”.
e. Melakukan penelitian administrasi untuk mengetahui apakah pemohon telah
terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tata usaha Kantor Pelayanan
Pajak Pratama atau belum.
f. Apabila berdasarkan hasil penelitian administrasi ternyata :
1. Pemohon telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, kepadanya
tidak diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).
2. Pemohon belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, kepadanya
g. Merekam data permohonan sesuai isian pada formulir permohonan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan tatacara yang telah
ditentukan.
h. Merekam kewajiban perpajakan pengusaha pada menu aplikasi pendaftaran
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
i. Dalam hal permohonan mendaftarkan diri untuk memperoleh pengukuhan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, petugas pendaftaran wajib pajak :
1. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan SPPKP paling lama
satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.
2. Meneruskan SKT dan SPPKP kepada Kepala Seksi Pelayanan/Tata
Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.
j. Mencantumkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang
diberikan pada formulir pendaftaran.
k. Mengadministrasikan SKT dan SPPKP yang telah diterbitkan.
14. Tatacara Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan adalah pemberian Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang dilakukan terhadap Pengusaha
Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
usahanya berdasarkan data-data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tanggal 6
Februari 2008, Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan secara Jabatan apabila :
1. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas dan wajib pajak badan, paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha
mulai dijalankan dan memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
2. Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku jumlah nilai peredaran bruto
atas Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak telah melampaui
yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan :
1. Petugas pendaftaran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunai tugas:
a. Menerima data Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk
dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan
ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.
b. Meneliti administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk mengetahui
c. Mengisi formulir permphonan pendaftran perubahan data wajib
(KP.PDIP.4.1-00) dari yang diterima.
d. Menandatangani formulir permohonan perubahan data wajib pajak
(KP.PDIP.4.1-00) pada kolom diisi oleh petugas pajak dalam hal
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Jabatan.
e. Merekam data wajib pajak dari formulir pendaftaran dan perubahan data
wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) sesuai dengan Tatacara yang telah ditentukan,
mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan
dengan formulir permohonan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00).
f. Dalam hal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak petugas mengisi dan
merekam Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat (KP.PDIP.4.7-00).
g. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP4.2-00) dan Pengusaha Kena
Pajak (KP.PDIP.4.3-00) dan kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Tata
Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.
h. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (KP.PDIP.4.2-00) dan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.3-00) kepada wajib pajak
melalui pos tercatat paling lama pada hari berikutnya.
i. Mencantumkan Surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan perubahan
data pajak (PD.PDIP.4.1-00), selanjutnya membuat berkas sementara yang
berisi dokumen pendaftaran pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
2. Bentuk dan jenis formulir yang digunakan :
perubahan data wajib pajak.
b. (KP.PDIP.4.2-00) : Surat Keterangan Terdaftar.
c. (KP.PDIP.4.3-00) : Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
d. (KP.PDIP.4.4-00) : Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak.
e. (KP.PDIP.4.7-00) : Berita Acara Hasil Pembuktian
Alamat.
15. Tatacara Permohonan Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan menggunakan e-SPT
a. Semua PengusahaKena Pajak wajib e-SPT diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor PER-10/PJ/2013 (Pasal 3 ayat 2).
b. Pengusaha Kena Pajak (PKP) Orang Pribadi boleh tidak e-SPT jika ≤ 25
dokumen dan < 400 juta (Pasal 3 ayat 3) e-SPT tersebut terdiri dari induk
hardcopy, lampiran Softcopy (Pasal 3 ayat 5).
c. SPT dianggap tidak disampaikan jika point 1-3 tidak dipenuhi (Pasal 5
ayat 1).
Ketentuan tersebut Berlaku mulai masa pajak Juni 2013 sebagaimana diatur
16. Tatacara Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem E-Registration
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak untuk mendaftarkan
diri/melaporkan kegiatan usahanya melalui jaringan sistem informasi yang tergabung
secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak, ditetapkan peraturan Direktorat
Jenderal Pajak No.24/PJ/2009 tentang Tatacara Pendaftaran NPWP dan/atau
Pengusaha Kena Pajak dan perubahan Data Pajak dan /atau Pengusaha Kena Pajak
dengan sistem E-Registration.
a. Bagi Pengusaha Kena Pajak
1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
http://www.pajak.go.id.
2. Memilih menu sistem e-Registration.
3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-Registration.
4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password
yang telah dibuat.
5. Memilih menu “permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak”.
7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan
benar.
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Pemohonan Pendaftaran
NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan Surat
Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) melaui aplikasi e-Registration.
10. Menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT), Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (SPPKP) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana wajib
pajak terdaftar.
b. Petugas pendaftaran wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat
wajib pajak seharusnya terdaftar.
1. Memantau informasi pemohonan wajib pajak pada sistem e-Registration.
2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian formulir
permohonan pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang disampaikan melalui sistem e-Registration.
3. Menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak paling lama 1 (satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran
pengukuhan PKP diisi secara lengkap.
4. Menyampaikan SKT dan SPPKP kepada wajib pajak.
5. Setelah menerbitkan SKT dan SPPKP, Kepala Kantor dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun menugaskan petugas konfirmasi lapangan untuk
dalam rangka membuktikan kebenaran pengisian formulir permohonan yang
disampaikan wajib pajak.
6. Kategori wajib pajak sebagai wajib pajak berisiko antara lain :
a. Wajib pajak yang dikirimi surat tetapi “kembali dari pos (kempos)”
dengan dibubuhi catatan dari Kantor Pos berupa :
1. Nama tidak dikenal; atau
2. Alamat tidak ditemukan; atau
3. Rumah/gedung tidak dihuni.
b. Tidak menyampaikan SPT.
c. Wajib Pajak yang sering berpindah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
tempat terdatar.
d. Wajib Pajak yang sering berpindah alamat tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat usaha.
e. Wajib Pajak yang melaporkan adanya kegiatan ekspor.
f. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor (terlihat dari adanya
pembayaran pajak dalam rangka impor) tetapi tidak berstatus sebagai
PKP.
g. Wajib Pajak mengajukan Restitusi.
h. Wajib Pajak yang tidak berstatus sebagai PKP tetapi menyampaikan
SPT Massa PPN.
i. Wajib Pajak berdiri langsung melakukan penyerahan dalam jumlah
j. Wajib Pajak badan yang akte pendiriannya dibuat dihadapan notaris
yang sama tanggal dan pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau
berdekatan.
k. Wajib Pajak yang memiliki nama yang aneh.
l. Wajib Pajak lain yang menurut pertimbangan Kepala KPP Pratama
termasuk Wajib Pajak berisiko.
7. Dalam hal konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan
oleh PKP terdaftar tidak benar, KPP Pratama menerbitkan Surat Pencabutan
SKT dan/atau Surat Pencabutan SPPKP secara jabatan untuk disampaikan
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Statistik Pengusaha Kena Pajak yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pajak Pratama
Medan Barat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dapat kita lihat pada tabel
berikut.
Tabel
Jumlah Pengusaha Kena Pajak pada KPP Pratama Medan Barat
PKP 2010 2011 2012
ORANG PRIBADI 486 484 196
BADAN 1.428 1.351 469
JUMLAH 1.914 1.835 665
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
1. Orang Pribadi
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sebanyak 486
orang yang terdaftar sebagai PKP. Dan selanjutnya pada tahun 2011 terdapat
sebanyak 484 orang PKP yang terdaftar. Kemudian pada tahun 2012 ada sebanyak
196 orang yang terdaftar, disini terlihat bahwa dari tahun ke tahun terdapat penurunan
[image:26.612.104.540.401.514.2]Medan Barat. Hal ini terjadi karena pada tahun 2012 adanya Registrasi ulang
PKP yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat sehingga semakin menurun PKP
Orang Pribadi yang terdaftar, ini disebabkan adanya PKP yang dicabut dan ditolak
yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai PKP sebagaimana yang sudah ditentukan.
2. Badan
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 1.428
Pengusaha Kena Pajak Badan yang terdaftar dan pada tahun 2011 jumlah PKP Badan
yang terdaftar 1.135 PKP yang terdaftar, kemudian pada tahun 2012 ada sebanyak
469 PKP yang terdaftar. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pada Tahun 2012 adanya
Registrasi ulang PKP yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat sehingga semakin
menurun PKP Badan yang terdaftar, ini disebabkan adanya PKP yang dicabut dan
ditolak yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai PKP sebagaimana yang sudah
ditentukan.
B. Kendala-kendala yang dihadapi Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin Mendaftarkan Dirinya dalam Hal Perpajakan
1. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang
Perpajakan.
2. Sulitnya Pengusaha Kena Pajak dalam memahami Undang – Undang yang
sering berubah dalam perpajakan.
Dalam hal komunikasi dan informasi antara Pengusaha Kena Pajak dengan
fiskus menyebabkan terhambatnya pengurusan admininstrasi perpajakan, ini terlihat
apabila Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan-pengurusan dalam hal
administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala-kendala :
a. Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat-surat sebagai syarat yang harus
dipenuhi dalam hal adminitrasi perpajakan.
b. Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah
oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi oleh surat kuasa dari
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak
ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya
kelancaran tugastugas dari aparat pajak.
Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan dan juga melayani jumlah
Pengusaha Kena Pajak ang begitu banyak, disamping itu agar berjalannya tertib
administrasi dengan baik dan lancar, maka dirasakan sangat kurang tenaga pegawai
yang jumlahnya sangat minim untuk melayani para wajib pajak atau Pengusaha Kena
Pajak sehingga secara otomatis volume kerja semakin meningkat. Hal–hal seperti ini
C. Upaya-upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kendala-kendala yang Dihadapi oleh Pengusha Kena Pajak.
a. Pemerintah telah mencoba menyenderhanakan membuat peraturan yang
mudah dimengerti oleh Pengusaha.
b. Direktorat Jenderal Pajak secara aktif memberikan pelatihan bagi fiskus agar
pengusaha dapat menjalin kerja sama yang baik dengan fiskus.
c. Hal lain yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah
menyebarkan informasi perpajakan yaitu menigkatkan sosialisasi dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat oleh penulis dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya antara lain :
1. Kewajiban untuk mendaftaran diri sebagai Pengusaha Kena Pajak diawali
berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 bahwa Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang
dikenai pajak wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jederal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
2. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila telah
memenuhi syarat dibawah ini :
a. Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP.
b. Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan
Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada tahun
buku seluruh peredaran brutonya telah melampaui batasan sebagai Pengusaha
Kecil.
3. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak dapat langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak
Pratama.
b. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan adalah pemberian Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang dilakukan terhadap
Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk
mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data-data
yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Dengan sistem E-Registration, yaitu wajib pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak untuk mendaftarkan diri/melaporkan kegiatan usahanya melalui
jaringan sistem informasi yang tergabung secara online dengan Direktorat
Jenderal Pajak.
4. Kendala-kendala yang dihadapi Pengusaha Kena Pajak yang ingin
mendaftarkan dirinya dalam hal perpajakan .
a. Rendahnya tingkat pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang perpajakan.
c. Sulitnya Pengusaha Kena Pajak dalam memahami Undang – Undang yang
sering berubah dalam perpajakan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan pada bagian akhir dan sekaligus
penutup tulisan ini adalah :
1. Mengupayakan peningkatan jumlah Pengusaha Kena Pajak dengan cara
Intensifikasi, yaitu pemanfaatan data internal Direktorat Jenderal Pajak dan
diimbangi dengan Ekstensifikasi, yaitu penambahan Pengusaha Kena Pajak
atau memperluas objek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Agar Pengusaha Kena Pajak dapat mengetahui hak dan kewajibannya dalam
bidang perpajakan, hendaknya Direktorat Jenderal Pajak memperbanyak
buku-buku panduan perpajakan bagi masyarakat yang mudah terjangkau dan
mudah dimengerti para pembacanya.
2. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran Pengusaha Kena Pajak dalam
membayar pajak perlu ditingkatkan sosialisasi kepada seluruh Pengusaha
dan mengadakan penyuluhan perpajakan, seminar-seminar perpajakan.
3. Untuk dapat meningkatkan pelayanan pajak dibutuhkan petugas pemerintah
yang benar-benar menguasai bidangnya, memiliki keterampilan yang
memadai dan sikap moral yang terpuji dan profesional dalam pelayanan
BAB II
GAMBARAN UMUM / LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Lokasi Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak.
Kantor Inspeksi Pajak Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di JL. Suka mulia No. 17 A.
2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di JL. Diponegoro No. 3 A.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK.01/1989 tanggal 25
Maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor
Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April
1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara di ganti namanya Menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara.
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
No.443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat di
pecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari
2002. Pada saat itu wilayah kinerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Helvetia
4. Kecamatan Medan Petisah
Namun seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak untuk menuju yang lebih baik, Kecematan Medan Barat adalah wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Selain itu, Kantor Pelayanan Pajak
Pratama terbagi menjadi 9 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu:
1. KPP Madya Medan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Petisah
4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Belawan
6. KPP Pratama Medan Kota
7. KPP Pratama Medan Timur
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Lubuk Pakam
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat adalah menjadi pengelola
keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan
dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju
masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.
1. Di bidang Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola
kekayaan dan utang negara secara hati-hati (prudent), bertanggung jawab dan
trasparan.
2. Di bidang Ekonomi
Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran
strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan
bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.
3. Di bidang Politik
Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi.
4. Di bidang Sosial Budaya
Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.
5. Di bidang Kelembagaan
Memperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan
perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta
pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat
yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil,
dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang
tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Pengahasilan,
Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan dalam wailayah wewenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat adalah sebagai berikut:
1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
3. Penyuluhan perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan ekstensifikasi.
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
10. Pelaksanaan intensifikasi.
11. Pembetulan ketetapan pajak.
12. Pelaksanaan administrasi Kantor.
B. Struktur Oraganisasi KPP Pratama Medan Barat
Struktur oraganisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar kerja dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang maksimal. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdiri atas sebealas seksi yang
masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi. Struktur oraganisasi yang ada di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat digambarakan sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsonal.
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak
Struktur Oraganisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Sumber: Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
KEPALA KANTOR
Sub Bagian Umum
Seksi Pengolaha n Data dan
Informasi
Seksi Pelayanan
Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan
Seksi Penagihan Seksi
Pemeriksaan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi
C. Deskripsi Tugas
Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan
perlengkapan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,
penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata
usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filling, serta penyampaian laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan regristrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama
perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan
angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
5. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan
objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai
objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Masing-masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib
Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak,
dan melakukan evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku:
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhan dan
beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran
aktif warga negara dan para anggota masyarakat untuk membiayai semua keperluan
negara berupa pembangunan nasional yang pelaksaannya diatur oleh Undang – Undang (UU) dengan tujuan kesejahteraan bangsa dan negara, dimana pajak sudah
memberikan prestasi yang bisa dirasakan bagi masyarakat. Sehingga dalam
menjalankan program pemerintah diperlukan perhatian khusus bagaimana target
tersebut dapat tercapai. Aplikasinya bahwa pembangunan nasional dan keperluan
negara lainnya tidak akan tercapai jika dana yang digunakan mini atau tidak
mencukupi, maka pembangunan nasional tidak akan mencukupi, maka dengan itu
pemerintah berupaya mencari solusi bagaimana cara meningkatkan penerimaan
negara tersebut sehingga dapat membiayai program pemerintah seperti yang
ditargetkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Pajak yang merupakan sumber utama penerimaan negara yang paling
dominan sehingga pemerintah berupaya bagaimana agar penerimaan dari pajak
tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Salah satu usaha yang harus
objek pajak dengan berbasis pada Undang – Undang Perpajakan.Wajib pajak yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu wajib mendaftarkan diri dan melaporkan
usahanya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 pasal 1 mengenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) bahwa pengusaha adalah orang pribadi atau badan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 14 adalah orang pribadi atau badan dalam
bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean, melakukan usaha
jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Untuk dikukuhkan sebagai Pegusaha Kena Pajak dan Wajib mendaftarkan dan
melaporkan PPN yang terutang dan dapat memperoleh Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak. (Sukardji,2009:14)
Namun adakalanya wajib pajak khususnya pengusaha yang memenuhi syarat
tersebut diatas, masih belum juga memahami dan mengerti bagaimana proses
pengusaha tersebut memohon mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak serta
bagaimana pengusaha tersebut melaksanakan kewajibannya. Dalam hal ini terdapat
prosedur dan Tatacara pendaftaran pengusaha tersebut sehingga tujuan pemungutan
Dengan dasar ilmiah inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dengan topik “TATACARA PERMOHONAN DAN
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN BARAT”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan PKLM
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilum Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Ada pun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
1.1 Untuk mengetahui gambaran pengusaha dalam melakukan Permohonan
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat.
1.2 Untuk mengetahui Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha
1.3 Untuk mengetahui upaya KPP Pratama Medan Barat dalam meningkatkan
kesadaran Pengusaha Untuk melakukan Permohonan dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Medan Barat.
2. Manfaat PKLM
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa
pihak diantaranya adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan profesionalitas, memperluas serta memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
khususnya dibidang perpajakan.
b. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalitas serta kedisipinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat
dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.
c. Mempraktikan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta
mengaplikasikan dalam kehidupan nyata yang diperoleh selama masa
perkuliahan.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
a. Suatu sarana untuk mempeerat hubungan yang positif antara KPP
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Univesitas Sumatera Utara (FISIP USU).
b. Dengan dilaksanakan PKLM bagi mahasiswa dituntut berupa saran
maupun kritik yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan
kinerja kantor KPP Pratama Medan Barat khususnya dalam pendataan
Pengusaha Kena Pajak.
c. Mempromosikan citra KPP Pratama Medan Barat terhadap masyarakat
khususnya sifitas Akademik FISIP USU.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Adminitrasi
Perpajakan FISIP USU dengan KPP Pratama Medan Barat.
c. Mengusahakan adanya umpan balik untuk revisi kurikulum Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
C. Uraian Teoritis
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan
faktor prokduksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada
para konsumen. Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap
perpindahan/pertukaran barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak
berganda.
Sedangkan menurut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 1984 sebagaimana telah direvisi dalam Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa
didalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat disetiap jalur produksi dan
ditribusi.
2. Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang -Undang
Kententuan Umum dan Tatacara Perpajakan Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 ayat 5
adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) tahun 1984 dan perubahannya, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
3. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Dalam pasal 3A ayat 1 Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1984 ditentukan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (pasal
4 huruf a), melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (pasal 4 huruf c), atau melakukan
ekspor Barang Kena Pajak pasal 4 huruf) wajib :
a. Kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
b. Memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) yang terutang.
c. Menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) yang terutang.
d. Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) yang terutang.
4. Objek Pajak Petambahan Nilai (PPN)
Objek PPN berdasarkan perubahan ketiga Undang – Undang PPN 1984 adalah :
a. Pasal 4 ayat (1) huruf a yaitu Penyerahan BKP didalam Daerah Pabean yang
dilakukan Pengusaha,
b. Pasal 4 ayat (1) huruf b Impor BKP,
c. Pasal 4 ayat (1) huruf c Penyerahan JKP didalam Daerah Pabean yang
d. Pasal 4 ayat (1) huruf d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar didalam
Daerah Pabean,
e. Pasal 4 ayat (1) huruf e Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam
Daerah Pabean,
f. Pasal 4 ayat (1) huruf f Ekspor BKP berwujud oleh PKP,
g. Pasal 4 ayat (1) huruf g Ekspor BPK tidak berwujud oleh PKP,
h. Pasal 4 ayat (1) huruf h Ekspor JKP oleh PKP,
i. Pasal 16C Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha/pekerjaan orang pribadi/badan,
j. Pasal 16D Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh PKP. Kecuali Pajak Masukannya tidak dapat
dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan c. (Sukardji, 2010:52)
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam hal ini Mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat untuk mendapatkan serta mempelajari data
tentang :
1. Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
2. Masalah-masalah yang dihadapi oleh pengusaha untuk dikukuhkan sebagai
3. Perkembangan pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dengan menggunakan data-data kantor pajak periode Januari 2010 sampai
2012 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari
pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, perbaikan proposal,
persetujuan proposal, penentuan dosen pembimbing, berkonsultasi dengan dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan, dan pembuatan surat izin oleh Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan kepada KPP Pratama Medan Barat.
2. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan mengumpulkan data dan mempelajari buku-buku yang
berkaitan dengan judul PKLM seperti Undang – Undang Perpajakan, Peraturan Pemerimtah, Keputusan Menteri Kuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak
serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan laporan Praktik Kerja
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat mengenai objek studi khususnya Tatacara
Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4. Pengumpulan Data
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun
Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang terdiri dari:
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap
orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta
observasi penulis dilapangan tempat objek PKLM.
b. Data Sekunder yaitu data/informasi yang diperoleh dari studi literatur seperti
sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi maupun literatur yang
berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu Menganalisis dan mengevaluasi data-data yang telah diperoleh selama
kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang nantinya data-data tersebut akan
digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis-jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk
1. Pertanyaan (Interview)
Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan
memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga
penulis dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
2. Observasi (Observation)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun
tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan
mengadakan pengamatan pada objek yang bersangkutan.
3. Dokumentasi (Optional)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan
tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,
uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, struktur organisasi,
tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai
atau karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
BAB III : GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini Penulis secara jelas dan terperinci mengenai
ketentuan, objek dan subjek pajak, Tatacara Pendaftaran dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh
dan kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan
interprestai untuk menjawab perumusan masalah yang
diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan
saran-saran mengenai objek yang dihadapi selama Praktik
TATA CARA PERMOHONAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN
BARAT O L E H
NAMA : DEVI ROHAYA SILALAHI NIM : 102600012
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN
OLEH :
Nama : Devi Rohaya Silalahi
NIM : 102600012
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Tata Cara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Ramot Mulia Jekson,S.ST,MA Muhamad Ali
NIP. 195608311986011001 NIP. 198908172010122002 NIP.198003252001121001
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, Dengan
Anugerah dan KasihNya yang telah dilimpahkan kepada penulis serta Karunia dan
Hikmat yang dari padaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada
program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan penulis juga dapat
menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) dengan judul “Tatacara Permohonan dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.
Laporan Tugas Akhir ini dapat diajukan guna untuk memenuhi salah satu
syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna baik dalam bahasa dan
kata-kata, maupun dari segi susunan-susunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun dan dapat membuat
tulisan ini menjadi lebih baik lagi.
Dalam Menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini,
tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen Pengajar pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU, yang telah mentransformasikan ilmu-ilmu pengetahuanya kepada saya.
5. Bapak Ramot Mulia Jekson,S.ST selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta M.Silalahi dan K.br.Nainggolan yang senantiasa
memberikan kasih sayangnya, didikan, dorongan dan semangat kepada penulis, dan
juga materi yang diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun. Kalian
adalah semangat hidupku.
7. Kakakku (Netty Silalahi) dan adik-adikku tersayang (Zufrin Silalahi), pudan kami
(Dodi Silalahi) yang selalu memberikan senyuman dan dukungan dan sepupuku
Sihartani terimakasih buat kebahagiaannya.
8. Ungkapan terimakasih buat Teman seperjuangan dari awal perkuliahan hingga
akhir, Tax 2010 terkhusus Tax’A dan sahabatku Juni Novita Tambunan (cinto),
9. Buat Diadema, saudara rohaniku yang tidak henti-hentinya mengajariku untuk
menjadi pribadi yang lebih berarti lagi, PKKku Kak Acel terima kasih buat Doa
dan Semangat yang Kakak berikan, Marisi sihombing satu-satunya saudaraku di
diadema terimakasih buat suka dan duka yang kita alami dalam persaudaraan di
diadema dan buat LD7, (kak Liberty, kak Felina, Bg Windo) Terima Kasih untuk
motivasi dan semangat yang kalian berikan dan UKM KMK USU UP PEMA
FISIP wadah penulis bertumbuh secara Rohani.
10. Teman-teman kostku, Elsi lubis (mbak’e), Putri sinulingga (purnel), Riska ginting
(Arlikha) dan Kak ido ( bu kost gaul ) makasi buat semangatnya dan suka dan duka
selama kita bersama di kost.
11. Teman-teman riset, alexander Sinaga, reisya Andari, winda Siregar, Tri Elwina,
Etika makasi buat semangatnya semoga kita sukses selalu.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehinggan laporan
ini dapat selesai. Dan penulis berharap kiranya Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini dapat bermanfaat dalam prakarya ilmu pendidikan.
Medan, juli 2013
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C.Uraian Teoristis ... 5
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
F. Metode Pengumpulan Data