• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Pemungut Pajak Penghasilan pasal 21

4. Objek pajak PPh pasal 21

4. Objek pajak PPh pasal 21

Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjungan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun, atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon pegawai

d. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis hubungan dengan PHK

e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lain yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan – tunjangan yang terkait dengan

gaji, honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap

5. Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21

Penghasilan yang tidak dipotong Pajak Penghasila (PPh) pasal 21 yaitu,

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan / instansi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara askes yang dibayar oleh pemberi kerja

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

32   

C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif pajak pada Pajak Penghasilan pasal 21 adalah sebagai berikut : Tarif berdasarkan pasal 17 ayat (1) Undang – undang Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 tahun 2008.

Tarif pajak untuk Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Tarif Pajak Wajib Pajak Lapisan

Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak Tarif Pajak Untuk WP yang tidak memiliki NPWP s/d Rp. 50 Juta 5 % 6% atau (120% x 5%) Diatas Rp. 50 Juta s/d Rp. 250 Juta 15 % 18% atau (120% x 15%) Diatas Rp. 250 Juta s/d Rp. 500 Juta 25 % 30% atau (120% x 25%)

Diatas Rp. 500 Juta 30 % 36% atau (120% x 30%)

Sumber : PPh Pemotongan Pemungutan (Agus Setiawan, 2006 : 52)

D. Pengurangan yang diperbolehkan

Adapun beberapa pengurangan yang diperbolehkan dalam Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, yaitu :

a. Penghasilan yang dibayarkan kepada pejabat negara, PNS, anggota ABRI dan para pensiunan bertujuan:

1). Untuk menentukan penghasilan neto pejabat negara, PNS, dan anggota ABRI, penghasilan bruto dikurangi :

a). Biaya jabatan sebesar 5 % dari penghasilan bruto setinggi – tingginya Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 per bulan b). Iuran pensiun

2). Untuk menentukan penghasilan neto penerima pensiun adalah sebagai berikut :

Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun sebesar 5 % dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi – tingginya Rp. 2.400.000 setahun atau Rp. 200.000 sebulan.

3). Untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak, Penghasilan Neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

b. Penghasilan Tidak Kena Pajak Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara :

Tabel 3.2 : PTKP Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Jlh tanggungan PTKP diri pegawai/tahun PTKP pegawai yang kawin/tahun PTKP untuk anak/ tahun PTKP untuk anak/ tahun Total PTKP/tahun TK/0 24,300,000 24,300,000 TK/1 24,300,000 2,025,000 26,325,000 TK/2 24,300,000 2,025,000 2,025,000 28,350,000 K/0 24,300,000 2,025,000 26,325,000 K/1 24,300,000 2,025,000 2,025,000 28,350,000 K/2 24,300,000 2,025,000 2,025,000 2,025, 000 30,375,000

34   

Keterangan :

TK/0 : - Belum menikah dan tidak mempunyai anak - Suami /istri nya PNS/Polri (APBN/APBD) - Janda atau duda tidak mempunyai anak TK/1 : Duda atau janda memiliki satu anak

TK/2 : Duda atau janda memiliki dua anak

K/0 : Sudah menikah tetapi belum memiliki anak K/1 : Sudah menikah dan memiliki satu anak K/2 : Sudah menikah dan memiliki dua anak

E. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

- Pegawai Tetap

Adapun cara untuk menentukan atau menghitung besarnya Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 untuk pegawai tetap adalah :

Untuk menentukan atau mengetahui besarnya penghasilan neto dari pegawai tetap yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan :

a. Biaya jabatan, yaitu biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi – tingginya Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 sebulan. Biaya jabatan dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai negeri tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak

b. Iuran yang terkait gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

F. Contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara :

1. PTKP : K/2

- Ibu Desi adalah PNS golongan III b, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.424.700. Membayar iuran pensiun Rp. 131.298 sebulan, tunjangan beras Rp. 270.000, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Desi sudah menikah, dan mempunyai 2 anak.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.424.700

Tunjangan suami (10% x Gaji Pokok) Rp. 242.470 Tunjangan anak (0,2% x Gaji Pokok) Rp. 96.988 Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.764.158 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000

36    Tunjangan beras Rp. 270.000 Penghasilan Bruto Rp. 3.219.158 Dikurangi : - Biaya jabatan : 5% x Rp. 3.219.158 Rp. 160.957 - Iuran pensiun : Rp. 131.298 Jumlah Rp. 292.255

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.926.903

Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.926.903 Rp. 35.122.836

PTKP (K/2)

PTKP : Rp. 2.025.000 + Rp. 168.750 Rp. 2.531.250

+ Rp. 168.750 + Rp. 168.750

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 395.583

(Penghasilan neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 395.583 Rp. 237.350

2. PTKP : TK/0

- Ibu Riahta adalah PNS golongan III b, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.424.700. Membayar iuran pensiun Rp. 131.298 sebulan, tunjangan beras Rp. 67.500, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Riahta menjadi tanggungan suami nya yang bekerja sebagai polisi dan belum mempunyai anak.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.424.700

Tunjangan suami Tunjangan anak

Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.424.700 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000 Tunjangan beras Rp. 67.500 Penghasilan Bruto Rp. 2.677.200 Dikurangi : - Biaya jabatan : 5% x Rp. 2.677.200 Rp. 133.860 - Iuran pensiun : Rp. 131.298 Jumlah Rp. 265.158

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.412.042 Penghasilan neto setahun

38   

PTKP Rp. 2.025.000

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 403.166 (Penghasilan Neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 403.166 Rp. 20.158 PPh pasal 21 Rp. 20.158

3. PTKP : TK/0

- Ibu Ade adalah PNS golongan III a, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.255.200. Membayar iuran pensiun Rp. 107.122 sebulan, tunjangan beras Rp. 67.500, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Ade belum menikah.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.255.200

Tunjangan suami Tunjangan anak

Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.255.200 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000 Tunjangan beras Rp. 67.500 Penghasilan Bruto Rp. 2.507.700

Dikurangi :

- Biaya jabatan :

5% x Rp. 2.507.700 Rp. 125.385 - Iuran pensiun : Rp. 107.122

Jumlah Rp. 232.507

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.275.193

Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.275.193 Rp. 27.302.316

PTKP Rp. 2.025.000

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 250.166

(Penghasilan Neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 250.166 Rp. 12.508

PPh pasal 21 Rp. 12.508

4. PTKP : K/2

- Bapak Junaidi adalah PNS golongan I, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 1.758.500. Membayar iuran pensiun Rp. 95.223 sebulan, tunjangan beras Rp. 270.000, tunjangan fungsional Rp. 175.000. Bapak Junaidi sudah menikah, dan mempunyai 2 anak.

40   

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 1.758.500

Tunjangan istri (10% x Gaji Pokok) Rp. 175.850 Tunjangan anak (0,2% x Gaji Pokok) Rp. 70.340 Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.004.690 Tunjangan Fungsional Rp. 175.000 Tunjangan beras Rp. 270.000 Penghasilan Bruto Rp. 2.449.690 Dikurangi : - Biaya jabatan : 5% x Rp. 2.449.690 Rp. 122.484 - Iuran pensiun : Rp. 95.223 Jumlah Rp. 217.707

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.231.982 Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.231.982 Rp. 26.783.784 PTKP (K/2)

PTKP : Rp. 2.025.000 + Rp. 168.750 Rp. 2.531.250 + Rp. 168.750 + Rp. 168.750

Penghasilan kena pajak setahun - PPh pasal 21

G. Penerapan Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Pelaksanaan PPh pemotongan dan pemungutan pada dasarnya merupakan pajak yang dibayar dalam tahun pajak berjalan. Tujuan dari pemotongan dan pemungutan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mengamankan penerimaan negara atas jenis penghasilan wajib pajak.

Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS hendaknya harus diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan serta undang – undang yang berlaku. Hal ini diterapkan agar tidak adanya kekeliruan atau kesalahan dalam pemotongan PPh pasal 21.

Perhitungan serta penerapan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku. Pemotongan PPh pasal 21 telah diterapkan kepada masing – masing pegawai tetap yang bekerja pada instansi.

Perhitungan PPh pasal 21 terhadap pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara di hitung berdasarkan gaji pegawai, golongan, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pegawai dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tanggungan, serta status dari pegawai tersebut. Status disini menunjukkan apakah pegawai tersebut sudah menikah atau belum, di tanggung oleh suami / istri atau tidak, memiliki berapa anak / tanggungan.

42   

Departemen Keuangan yang memiliki tugas dalam bidang keuangan, mempunyai beberapa bagian yaitu perbendaharaan dan perpajakan. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri mengikuti aturan dari perbendaharaan, yakni perhitungan serta penerapan pemotongan PPh pasal 21 di hitung secara bulanan. Sedangkan pada perpajakan, perhitungan nya sendiri di lakukan secara tahunan.

Penerapan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri telah diterapkan sesuai dengan peraturan perbendaharaan pada Departemen Keuangan. Penerapan PPh pasal 21 terhadap pegawai telah dilakukan dengan baik tanpa ada terjadinya kecurangan.

Pemungutan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan gaji, honorarium, dan pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai pada dinas tersebut.

Tarif yang dikenakan terhadap masing – masing pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai dengan gaji serta golongan yaitu 5 % x biaya jabatan, sedangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) masing – masing diri pegawai berbeda – beda tergantung status dari pegawai tersebut.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp. 24,300,000 per tahun

sedangkan per bulannya sebesar Rp. 2.025.000. Penghasilan Tidak Kena Pajak

bulannya sebesar Rp. 168.750. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk anak sebesar Rp. 2.025.000 per tahun sedangkan per bulannya sebesar Rp. 168.750.

Yang menjadi subjek pajak dan objek pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara antara lain :

a. Subjek pajak terdiri dari : Pegawai, penerima honorarium, orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotongan pajak.

b. Objek pajak terdiri dari :

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, honorarium, premi bulanan, uang lembur, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya.

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara tidak teratur berupa tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya.

Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu pembayaran asuransi seperti asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi beasiswa, iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua.

44   

Pemungut atau pemotong PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan dan pemotongan PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.

Adapun pemungut atau pemotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Bendahara pengeluaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara menyetor PPh pasal 21 yang tidak ditanggung pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Perhitungan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

2. Penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

3. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 5% x biaya jabatan.

4. Pemungut atau pemotong pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

46   

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara, adapun saran peneliti yaitu :

1. Perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara harus tetap diterapkan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku yang nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21.

2. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai harus mengikuti peraturan dan undang – undang pajak penghasilan yang berlaku.

3. Pemungut dan pemotong pajak PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan ataupun pemotongan pajak PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan pajak PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. B. Drs, 2001. Perpajakan Indonesia, Cetakan Kedua, Diadit Media, Jakarta.

Data internal Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

Ilyas B. Wirawan dan Rudy Suhartono, 2007. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak Penghasilan : sesuai UU No.17 tahun 2000 Dan Aturan Pelaksanaan Terbaru, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Setiawan Agus, 2006. PPh Pemotongan Pemungutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suandy Erly, 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Undang – undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

Undang – undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

www.pajak.go.id yang diakses pada 24 April 2014. www.bapepam.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014. www.dikti.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014.

Dokumen terkait