• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objektifitas

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 56-0)

BAB III. Metode Penelitian

F. Keabsahan Data

4. Objektifitas

Objektifitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria objektifitas sebagai berikut:

a. Desain penelitian dibuat secara baik dan benar b. Fokus penelitian tepat

c. Kajian literatur yang relevan

d. Instrumen dan cara pendataan yang akurat

e. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti

f. Analisis data dilakukan secara benar

g. Hasil penelitian bermanfaat

Peneliti melakukan ketiga hal tersebut saat penyusunan skripsi dan penganalisisan data hasil penelitian.

38

BAB IV

DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta. Subjek merupakan guru pengajar siswa tunarungu yang tidak pernah menempuh pendidikan secara formal di jurusan atau program studi Pendidikan Luar Biasa (PLB). Latar belakang pendidikan subjek adalah lulusan program studi psikologi dengan jenjang pendidikannya adalah strata 1 atau sarjana.

Subjek berjenis kelamin perempuan dan berusia 36 tahun. Subjek bergabung menjadi guru untuk mengajar di SLB-B Karnnamanohara sejak tahun 2005. Setelah lulus kuliah di tahun 2004, subjek sempat mendaftarkan diri untuk bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Yogyakarta. Namun, sebelum ada panggilan kerja dari LSM tersebut, subjek ditawari oleh salah satu wali murid dari siswa SLB-B Karnnamanohara untuk mencoba mendaftar menjadi guru di sekolah tersebut. Subjek kemudian mencoba memasukkan lamaran ke sekolah dan akhirnya diterima bekerja sebagai guru sampai dengan sekarang.

Di SLB-B Karnnamanohara, subjek mendapatkan tugas untuk mengajar di kelas kecil atau kelas persiapan. Penugasan tersebut dimulai setelah subjek mengikuti proses tahapan observasi dan penentuan kelas.

Sebelum mengajar di kelas kecil, subjek mendapatkan tugas sebagai guru

kelas taman. Di kelas ini, subjek menjadi guru pendamping. Menurut penuturan subjek, guru pendamping bertugas membantu guru kelas untuk mendampingi siswa saat menempuh pelajaran bersama guru kelas. Tugas guru pendamping adalah membantu guru kelas untuk mengarahkan siswa agar tetap fokus pada pelajaran. Guru pendamping diperlukan karena seringkali siswa-siswa tunarungu ini tidak memperhatikan guru kelas yang sedang mengajar. Disinilah guru pendamping berperan mendampingi siswa agar kembali fokus yaitu dengan cara mengarahkan siswa untuk kembali duduk dan memberitahu sikap yang benar.

Setelah masa observasi selesai, subjek ditempatkan di kelas kecil dengan siswa berusia 2 hingga 7 tahun. Di kelas ini subjek tidak lagi menjadi guru pendamping melainkan guru kelas. Namun, subjek tetap didampingi guru senior di kelas, masa pendampingannya hanya berlangsung kurang lebih 2 tahun. Saat ini subjek bertanggungjawab untuk mengajar 17 siswa di kelas kecil. Subjek dibantu oleh 3 orang guru pendamping. Guru kelas bertugas mengajarkan mata pelajaran tematik atau berbahasa. Bagi kelas kecil seperti yang diampu oleh subjek, pelajaran berbahasa menjadi sangat penting karena biasanya siswa baru yang masuk masih belum bisa berbahasa sama sekali atau istilahnya “nol bahasa”. Oleh karena itu, guru kelas kecil mendapatkan porsi guru pendamping yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas yang diatasnya.

Di SLB-B Karnnamanohara sendiri menerapkan metode pembelajaran MMR (Metode Maternal Reflektif). Subjek menjelaskan bahwa metode MMR ini memiliki cukup banyak cakupan dan biasanya spontan dari anak, jadi apa yang dibawa oleh anak bisa dikembangkan sebagai bahan pembelajaran di kelas. Sekolah hanya memberikan metode pengajarannya saja dan biasanya guru yang mengembangkan. Metode ini diajarkan hingga sekarang, subjek menuturkan bahwa sekolah masih memberikan bimbingan rutin kepada guru. Bimbingan ini silaksanakan dengan jadwal tertentu, antara 2 minggu atau 3 minggu sekali. SLB-B Karnnamanohara juga memfasilitasi guru untuk mendapatkan pelatihan MMR dari sekolah yang juga sudah menerapkan metode ini, biasanya mereka mengundang dari SLB-B Santi Rama Jakarta. Selain bimbingan tersebut, sekolah juga menyediakan buku-buku serta video pengajaran MMR yang bisa dipelajari oleh guru, termasuk subjek.

Di sekolah, subjek termasuk salah satu guru yang tidak menempuh pendidikan PLB secara formal sehingga jika ada pelatihan atau diklat dari Dinas PLB, maka subjek diikutsertakan. Subjek pernah mengikuti pelatihan tersebut di tahun 2010. Pelatihan tersebut membahas mengenai hal-hal apa saja yang terkait dengan bidang ke-PLB-an.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SLB-B Karnnamanohara yang beralamat di Jalan Pandean 2, Gang Wulung, Condongcatur, Depok, Sleman pada

hari Senin, tanggal 20 Juni 2013, pukul 08.00 WIB. Wawancara dilakukan di ruang untuk penerimaan tamu. Peneliti bertemu dahulu dengan wakil sekolah terlebih dahulu untuk menyampaikan surat ijin penelitian. Setelah bertemu dengan wakil dari sekolah tersebut, peneliti segera mempersiapkan untuk wawancara dengan subjek.

Peneliti bertemu langsung dengan subjek dan melakukan rapport terlebih dahulu. Peneliti mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangannya kepada subjek. Peneliti juga menanyakan perihal waktu untuk melakukan pengumpulan data bersama dengan subjek. Setelah mendapat jawaban bahwa subjek memiliki waktu saat itu, maka pengambilan data dilakukan.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode wawancara semi-terstruktur. Subjek diwanwancarai dengan menggunakan panduan pertanyaan tetapi kemudian dikembangkan seiring dengan munculnya respon dari subjek. Peneliti menggunakan alat perekam guna menyimpan data yang sudah diperoleh dari subjek. Peneliti juga menyiapkan semacam lembar panduan pertanyaan yang digunakan sekaligus sebagi transkripsi.

Peneliti memulai wawancara dengan menanyakan identitas subjek terlebih dahulu. Setelah sesi awal tersebut selesai, peneliti melanjutkan proses wawancara lebih mendalam dengan subjek. Beberapa pertanyaan diajukan oleh peneliti. Subjek menjawab dengan suara yang cukup keras sehingga memudahkan peneliti untuk menggunakan alat perekam. Peneliti mengakhiri sesi pengambilan data tersebut setelah dirasa cukup. Sesi

pengambilan data tersebut ditutup oleh peneliti dengan menyampaikan bahwa peneliti akan melakukan kroscek data setelah penyusunan verbatim.

Peneliti kemudian langsung melakukan penulisan verbatim guna mengkroscek data kembali dengan subjek. Proses penulisan verbatim memakan waktu kurang lebih 2 jam. Selain mendengarkan hasil rekaman yang sudah ada, peneliti juga menambahkan data yang tertulis dalam transkripsi. Transkripsi tersebut ditulis pada saat bersamaan dengan wawancara dilakukan. Ada beberapa info penting yang ditulis oleh peneliti guna mempermudah menemukan kata kunci untuk melakukan tahapan penggalian tema dan kategorisasi.

C. KATEGORISASI DAN HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Tabel Kategorisasi Aspek Penyesuaian Diri Subjek Masa Awal Mengajar Masa Mengajar Saat Ini 1. Pribadi

a. Tanda fisiologis:

1) sehat 2) menangis

3) keringat dingin dan jantung berdebar b. Gejala psikologis

1) kurangnya rasa percaya diri

2) cemas dan takut 2. Sosial

a. Relasi interpersonal yang masih kaku

b. Kesulitan berkomunikasi dengan siswa

c. Keraguan keluarga akan karir subjek

1. Pribadi

a. Tanda fisologis 1) sehat

b. Gejala psikologis:

1) munculnya kepuasan diri

2. Sosial

a. Relasi interpersonal yang dekat dan akrab

b. Kelancaran dalam berkomunikasi dengan siswa

c. Kepercayaan keluarga pada karir subjek

3. Tugas sekolah

Pemenuhan tugas sekolah

3. Tugas sekolah

Pemenuhan tugas sekolah belum maksimal

secara maksimal

Tabel 2. Tabel Kategorisasi Faktor Penyesuaian Diri Subjek Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor pendukung:

1. Latar belakang pendidikan psikologi

2. Kemauan untuk belajar 3. Pengetahuan kemampuan diri

Faktor pendukung:

1. Diklat atau pelatihan tentang ke-plb-an dan MMR

2. Fasilitas sekolah

3. Informasi dari rekan kerja Faktor penghambat:

1. Latar belakang pendidikan non-plb

2. Tidak terbiasa dengan budaya teguran langsung

Faktor penghambat:

i. Pengawasan rekan kerja senior saat menjadi observer

D. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Masa Awal Mengajar (Periode 3 Bulan Pertama)

Masa awal mengajar merupakan periode masa observasi setelah subjek resmi diterima bekerja di SLB-B Karnnamanohara.

Periode masa awal adalah 3 bulan pertama subjek mengajar di sekolah.

Di masa awal mengajar, subjek mendapatkan kelas di kelas taman.

Pada masa awal mengajar, subjek masih didampingi oleh guru senior.

Tugas dari guru senior tersebut adalah memberikan contoh cara mengajar di kelas dan sekaligus melakukan observasi terhadap cara

mengajar subjek. Observasi ini digunakan sebagai bahan untuk evaluasi dalam penempatan guru baru di SLB-B Karnnamanohara.

Ditinjau dari aspek yang ada dalam penyesuaian diri, berikut ini adalah pembahasan hasil penelitian terhadap subjek berdasarkan aspek penyesuaian diri di masa awal mengajar.

a. Aspek Pribadi 1) Tanda fisiologis

Berdasarkan hasil wawancara, subjek menyatakan bahwa selama proses awal mengajar tidak mengalami sakit atau terjangkit suatu penyakit (sht.76). Sakit yang dimaksud bisa berupa pusing, sakit perut, kejang hingga penyakit membahayakan lainnya. Selama menjalani masa masa-masa awal, subjek merasa tidak mengalami gangguan terkait dengan kondisi tubuhnya. Tidak adanya keluhan terkait dengan kesehatan menjadi salah satu faktor yang membantu subjek melewati masa observasinya dengan lancar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Lazarus (1961) bahwa tubuh manusia juga bisa menjadi salah satu tanda bagi perkembangan diri. Hal tersebut juga berlaku ketika seseorang menyesuaikan diri, dimana penyesuaian diri yang baik akan membentuk fisik yang sehat.

Saat masa observasi, subjek sempat menangis melihat kondisi anak-anak yang berada di kelas (mng.21). Reaksi spontan

subjek ini muncul ketika melihat kondisi anak di dalam kelasnya.

Pemikiran subjek yang membuatnya menangis adalah saat melihat anak dalam satu kelas tersebut hampir semuanya tidak dapat berbicara (kbs.22).

Di sisi lain, subjek yang merasakan tubuhnya sehat mengalami gejala fisik lainnya. Subjek menjelaskan bahwa pada saat awal masa mengajar, subjek sempat mengalami keringat dingin dan jantung berdebar kencang (kdj.65-67). Gejala fisik ini muncul beberapa kali ketika masa observasi berlangsung.

2) Gejala psikis

Subjek sempat mengalami penurunan rasa percaya diri.

Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah subjek sempat berpikir tidak bisa dan ini diungkapkan beberapa kali (kpd.22, kpd.33, kpd.60). Pemikiran subjek didasari oleh munculnya rasa keraguan dalam dirinya (kpd23, kpd.60-63).

Rasa percaya diri subjek yang menurun akhirnya mempengaruhi respon mental secara keseluruhan. Subjek mengatakan bahwa dirinya merasa “down” ketika pertama kali masuk dan bergabung dengan rekan kerja di kelas (kpd.20).

Persiapan mental yang subjek katakan menjadi bukti bahwa dirinya merasa kesulitan untuk menjalani masa observasi. Hal ini diperkuat dengan kebingungan subjek ketika harus mengajar.

Pertanyaan mulai muncul dalam diri subjek yaitu tentang

bagaimana cara mengajar, cara penyampaian (ct.23-24), semua membuat subjek semakin merasa cemas dan takut.

Berbagai gejala psikis tersebut mempengaruhi kepuasan diri subjek secara menyeluruh. Masa awal mengajar bagi subjek merupakan masa yang cukup sulit hingga menimbulkan rasa cemas dan takut. Namun, subjek juga merasakan bahwa apa yang dihadapinya adalah sebuah tantangan.

b. Aspek Sosial

1) Relasi interpersonal yang masih kaku

Lingkungan sekolah menjadi ruang lingkup yang diteliti oleh peneliti. Subjek menjadi guru sejak tahun 2005 sampai dengan saat ini. Subjek sebagai guru memiliki peran ganda di dalam sekolah, sebagai guru bagi siswa dan sebagai karyawan untuk sekolah. Selama masa awal mengajar, subjek merasa banyak sekali bantuan yang diperoleh dari rekan kerja yang senior meskipun belum terlalu mengenal karateristik mereka (rik.31-32). Namun, di awal masa mengajar ini subjek juga melihat rekan kerja tersebut sebagai senior dan observer. Hal ini berpengaruh pada cara subjek berelasi, cenderung kaku karena adanya batasan antara observer dan yang diawasi (rik.65-66).

Selain dengan rekan kerja, relasi interpersonal subjek juga dibangun dengan siswa. Relasi yang terjalin diantara

keduanya juga menunjukkan adanya kekakuan, terutama dalam berkomunikasi. Subjek yang merupakan warga baru sekolah tersebut belum begitu terampil dan terbiasa dalam berkomunikasi dengan siswa yang kondisinya tidak bisa mendengar.

2) Kesulitan berkomunikasi dengan siswa

Berbahasa dengan siswa menjadi salah satu aspek yang menurut subjek cukup sulit dilakukan di masa awal mengajar ini (kks.244). Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman subjek yang masih nol atau sama sekali belum pernah berelasi dengan anak tunarungu. Kesulitan ini juga menjadi salah satu pemicu rasa cemas yang muncul dalam diri subjek. Rasa cemas yang muncul tersebut dikarenakan pemikiran subjek akan penerimaan siswanya di kelas. Subjek merasa takut jika tidak bisa menyampaikan dengan baik. Selain itu, ada kecemasan dari diri subjek jika maksud dari pembicaraannya tidak dapat dimengerti oleh anak (kks.61-62).

3) Keraguan keluarga akan karir subjek

Relasi dengan keluarga merupakan salah satu relasi yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses penyesuaian diri individu. Begitu pula dengan subjek, dimana relasi yang terjalin diantara keduanya cukup baik. Namun, subjek sempat merasakan bahwa ada semacam keraguan akan karirnya sebagai pengajar di SLB-B dari pihak keluarga. Hal ini nampak pada sikap keluarga

subjek dengan menunjukkan reaksi terkejut ketika mendengar subjek memutuskan untuk bekerja di SLB-B sebagai pengajar (krk.127). Subjek menuturkan juga bahwa dirinya tidak memiliki rencana sama sekali untuk menjadi seorang guru, terlebih guru anak tunarungu. Hal inilah yang mungkin membuat keluarga menjadi ragu dengan karir subjek ke depan. Dalam hal ini, subjek menjelaskan kepada keluarganya bahwa pilihannya tersebut akan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab (krk.127-130).

c. Tugas Sekolah (Pemenuhan Tugas Sekolah Belum Maksimal)

Sekolah adalah sebuah lembaga. Jadi bagaimanapun, subjek termasuk ke dalam sebuah lembaga dengan segala peraturan dan tanggungjawabnya. Salah satu tanggungjawab ketika subjek menjalani tugas sebagai guru adalah menjaga kelas agar tetap terkondisi sehingga memudahkan guru untuk mengajar (ptbm.89).

Di awal masa mengajar, subjek sempat mengalami kesulitan atas banyaknya tuntutan yang harus dilaksanakan, khususnya terkait dengan pengajaran di kelas, dimana pengetahuan subjek belum banyak. Salah satu contohnya adalah keutamaan guru untuk bisa menulis latin dan menggambar (ptbm.68-69). Hal ini juga menjadi salah satu pemicu munculnya ketakutan subjek dalam menjalani masa awal mengajar. Kemampuan menulis latin menjadi sangat

penting karena cara penulisan ini adalah sebagai sarana untuk memudahkan anak dalam pengenalan kata dan bahasa.

2. Masa Mengajar Saat Ini

Masa mengajar sekarang merupakan periode waktu mengajar subjek setelah masa observasi hingga sekarang, yaitu 8 tahun masa kerja. Berbagai usaha dilakukan oleh subjek untuk bisa melewati masa awal mengajar dan memasuki dunia pengajaran yang sesungguhnya yaitu dengan mendapatkan kelas sendiri. Berikut ini adalah pembahasan hasil penelitian terhadap subjek berdasarkan aspek penyesuaian diri di masa awal mengajar.

a. Aspek Pribadi 1) Tanda fisiologis

Masa awal mengajar bisa dengan baik dilewati oleh subjek, meskipun sempat merasakan tanda fisik seperti keringat dingin dan jantung berdebar kencang serta menangis. Namun, setelah melewati 3 bulan pertama tersebut subjek tidak lagi mengalaminya (kd.201). Secara umum, kesehatan subjek juga baik, tidak ada penyakit yang diderita dari masa awal mengajar sampai dengan sekarang. Adanya pengetahuan tentang diri yang sehat ini menunjukkan bahwa subjek memliki wawasan tentang diri yang baik.

2) Gejala psikis

Setelah melewati masa awal mengajar, subjek mulai merasakan kenyamanan di sekolah tersebut (mkd.287).

Ungkapan subjek akan kepuasan dirinya adalah ketika subjek mengatakan merasa nyaman dan betah bekerja di sekolah, subjek juga memperjelas pernyataannya dengan kata “manteb”

(mkd.225). Kepuasan diri subjek ini juga dipengaruhi oleh usaha subjek untuk bisa mengatasi masalah di awal masa mengajar.

Dimulai dengan mempelajari karateristik siswa yang di kelasnya sendiri, lalu rekan kerja yang lebih senior dan lingkungan keluarga subjek. Berdasarkan hasil wawancara, subjek mulai bangkit dari rasa cemasnya ketika sedang di posisi terendah dalam hidupnya, rekan kerja yang senior memberinya semangat.

Subjek seperti diberi suntikan, terlebih lagi melihat siswa di kelas yang setiap harinya berusaha untuk belajar. Subjek merasa tertantang dengan melihat kondisi siswa yang setiap hari semakin berkembang. Subjek mulai mengamati cara mengajar guru senior di kelas, cara mengatasi anak pada guru senior, bertanya dengan rekan kerja, mencari buku-buku penunjang pendidikan di kelas dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada. Hal ini semata dilakukan demi perkembangan dirinya dan kemajuan anak didiknya.

b. Aspek Sosial

1) Relasi interpersonal yang dekat dan akrab

Relasi subjek dengan berbagai pihak di sekolah, seperti rekan kerja, siswa dan wali murid semakin akrab setelah masa awal mengajar terlewati. Relasi tersebut menurut subjek sudah jauh lebih dekat, seperti relasi dengan rekan kerja dimana mereka bisa saling bertukar informasi, bisa saling mengarahkan satu sama lain dan bertukar pengalaman (rid.275). Adanya keterbukaan dengan rekan kerja juga membuat subjek merasa senang. Misalnya, subjek melakukan kesalahan dalam mengajar maka akan langsung mendapatkan teguran dan sekaligus informasi mengenai bagaimana pengajaran yang benar (rid.385). Saat ini, subjek telah menjadi guru kelas dan memiliki guru pendamping yang membantunya.

Dalam relasi tersebut subjek juga mengungkapkan bahwa tidak ada hambatan, seperti yang dicontohkan subjek, guru pendamping diberitahu untuk mengarahkan anak-anak supaya bisa fokus (rid.275-279). Penerimaan oleh rekan kerja ini menjadi salah satu hal yang membuat subjek merasa nyaman bekerja di sekolah tersebut.

Relasi dengan siswa juga semakin lama semakin akrab.

Subjek sudah bisa memahami karateristik anak secara lebih mendalam. Subjek mengungkapakan bahwa untuk saat ini, subjek sudah hafal dengan anak-anak (rid.177). Meskipun demikian,

subjek juga terkadang masih kesulitan untuk menghadapi beberapa anak yang karakternya berbeda dengan yang lain (rid.257).

Berkumpul dengan anak-anak setiap hari, berdinamika bersama membuat subjek sebagai guru pada akhirnya mengetahui bagaimana karakter masing-masing anak (rid.94-97). Setiap tahun berganti siswa dan disinilah peran guru sangat penting karena di kelas kecil, pendampingan guru adalah mutlak. Adanya relasi yang dekat dengan siswa juga berpengaruh pada relasi subjek dengan orangtua mereka. Hubungan yang khusus memang terjalin diantara guru dengan wali murid ini karena di sekolah sendiri setiap bulan ada pertemuan dengan mereka dalam rangka memberikan laporan perkembangan anak.

2) Kelancaran dalam berkomunikasi dengan siswa

Di masa awal mengajar, subjek sempat merasakan kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa. Subjek merasa cemas jika tidak bisa mengajar dengan baik karena adanya hambatan tersebut.

Pada saat mengalami hal tersebut, subjek tidak lantas berhenti dan putus asa. Subjek mencoba untuk mempelajari cara berkomunikasi dengan siswanya. Pembelajaran tersebut dimulai dengan mengamati rekan kerja ketika berkomunikasi dengan siswa, membaca buku, melihat video pengajaran dan mencoba sering berdinamika dengan siswanya. Subjek mengungkapkan bahwa

sudah tidak ada lagi kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan siswa (klbs.254).

3) Kepercayaan keluarga terhadap karir subjek

Salah satu relasi yang dijalani oleh subjek adalah relasi dengan keluarga. Di awal masa mengajar, keluarga subjek sempat merasa terkejut dan ragu akan kelanjutan karir subjek di bidang pengajaran. Setelah melewati masa awal mengajar, subjek mulai terbiasa dengan cara pengajaran di sekolah. Subjek mendapatkan kelas sendiri setelah masa observasi selesai. Subjek dipercaya untuk memegang kelas kecil sampai dengan saat ini.

Tanggungjawab inilah yang akahirnya bisa menjawab keraguan keluarga subjek akan karirnya. Masa awal mengajar telah terlewati oleh subjek dan mendapatkan posisi baru di sekolah. Di awal mengajar, subjek bertanggungjawab sebagai guru pendamping, setelah itu subjek memegang kelas sendiri dan berganti status menjadi guru kelas. Kepercayaan dari keluarga tersebut diwujudkan dengan mendukung penuh pekerjaan subjek saat ini, yaitu sebagai guru pengajar di SLB-B (kpk.331).

c. Tugas Sekolah (Pemenuhan Tugas Sekolah Secara Maksimal) Subjek yang telah melewati masa awal mengajar mengungkapkan bahwa sebagai warga sekolah tidak bisa lepas dari tuntutan dan tanggungjawab. Namun, di masa awal tersebut, subjek

masih mengalami kesulitan untuk memenuhi tugas dari sekolah.

Subjek berusaha untuk mempelajari berbagai hal terkait dengan pemenuhan tugas tersebut. Subjek semakin dekat dengan siswa dan mampu memahami bagaimana mengajar di kelas serta mendampingi di luar kelas (ptm.177).

Subjek mengungkapkan bahwa tugas yang dirasa sulit dicoba untuk dikomunikasikan dengan rekan kerja (ptm.383).

Selain itu, subjek juga mencari referensi bahan untuk menambah pengetahuannya tentang dunia pengajaran anak tunarungu.

Kelancaran dalam berkomunikasi dengan siswa juga membantu terwujudnya pemenuhan tugas dari sekolah tersebut. Tidak terlepas dari peran rekan kerja yang membantu subjek untuk terus belajar dan melanjutkan karirnya di dunia pendidikan anak tunarungu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Subjek Selama Masa Awal Mengajar hingga Masa Mengajar Saat Ini a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri subjek yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa faktor yang berasal dari diri pribadi subjek. Faktor tersebut antara lain.

1) Faktor Pendukung

a) Latar belakang pendidikan psikologi

Subjek merupakan lulusan dari program studi Psikologi dengan strata pendidikan S1 atau sarjana. Latar belakang pendidikan subjek yang berasal dari psikologi ini ternyata membawa pengaruh terhadap proses penyesuian selama mengajar. Subjek mengungkapkan bahwa ada beberapa referensi yang diambil dari literatur psikologi, seperti materi tentang perkembangan anak atau tugas masa perkembangan. Hal ini dirasa cukup membantu oleh subjek untuk memahami karakteristik siswa di kelasnya, terutama di masa awal mengajar. Oleh karena itu, subjek saat ini tidak terlalu mengalami kesulitan untuk memahami karakter siswanya.

b) Kemauan untuk belajar

Berdasarkan hasil wawancara, subjek mengungkapkan usahanya untuk bisa mengajar dengan baik. Subjek mengalami berbagai gejala psikis di awal masa mengajar, berbagai hal dihadapi dan sempat

Berdasarkan hasil wawancara, subjek mengungkapkan usahanya untuk bisa mengajar dengan baik. Subjek mengalami berbagai gejala psikis di awal masa mengajar, berbagai hal dihadapi dan sempat

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 56-0)

Dokumen terkait