• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3. Objektifitas

Objektifitas merupakan etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Di dalam kode etik pasal 3

HEADELINEE/EJUDULEBERITA LEADE

BRIDGEE

BODYE

disebutkan bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan azas praduga tak bersalah.

Dari ketentuan tersebut dapat debrikan tafsiran sebagai berikut :

a. Menguji informasi, berani melakukan cek dan ricek tentang kebenaran informasi.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretative, yaitu pendapat uang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Azaz praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Pers senantiasa dituntut untuk mengembangkan pemberitaan yang obyektif. James boylan, pendiri Columbia Jurnalism Revieew menggatakan, objektifitas secara bertahap semakin dimenggerti hanya sebagai gaya penulisan berita impersonal yang berimbang, melainkan juga mewakili tuntutan jurnalisme yang lebih luas bagi posisinya did lam masyarakat, yakni sebagai pihak ketiga yang tidak memihak, pihak yang berbicara demi kepentingan umum. Objektifitas adalah metode yang dipakai untuk menghadirkan suatu gambaran dunia yang sedapat mungkin jujur dan cermat di dalam batas-batas praktek jurnalistik. (William dan Clevev, 1994: 105)

McQuail menjelaskan bahwa prinsip obektifitas memiliki fungsi yang tidak boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitan kualitas informasi, secara singkat ia menyatakan objektifitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas.(1991:128)

Komponen utama objektifitas berita menurut J. Westerstahl, ahli ilmu pengetahuan Swedia digambarkan pada skema di bawah ini :

Gambar 2.2. Komponen utama objektifitas berita J. Westerstahl

Dalam skema tersebut, kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Imparsialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan, suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan. Kefaktualan ditentukan oleh beberapa criteria kebenaran, antara lain ke4utuhan laporan, ketepatan yang ditopang oleh pertimbangan independen, dan tidak adanya keinginan untuk menyalaharahkan atau menekan semua itu menunjang kualitas informasi.

Kebenaran Relevansi Keseimbangan Netralitas

Kefaktualan Imparsialitas

Relevansi lebih sulit ditentukan dan dicapai secara objektif. Namun demikian pada dasarnya relevansisama pentingnya dengan kebenaran dan berkenaan dengan proses seleksi. Proses seleksi dilakukan menurut prinsip, kegunaan yang jelas, demi kepentingan calin pnerima dan masyarakat. (McQuail, 1994:130)

Fakta yang disajikan hendaknya tidak berpihak pada kelompok tertntu atau netral. Sikap netral ditunjukkan media pers dengan tidak berpihak pada sisi manapun dari apa yang ditulis. Dengan kata lain dapat dilihat dari berita yang mendukung, memojokkan salah satu pihak, atau tidak bersikap apapun.

` objektifitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, dan bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada khalayak (Rakhmad, 1991 : 42). Setiap berita disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsure objektifitas. Objektifitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian suatu berita. Penyajian berita yang tidak memnuhi unsure objektifitas dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan artinya bahwa berita hanya disajikan hanya berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Objektifitas dalam penyajian suatu berita harus memnuhi beberapa unsure objektifitas yang diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsure objektifitas ini, banyak sekali berita yang disajikan kurang memenuhi unsure

objektifitas. Suatu berita yang akan disajikan secara objektif hanya akan menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain.

Janes seorang redaktur dan pendiri Columbia journalism Review, menggambarkan objektifitas bukan hanya sebagai gaya penulisan berita impersonal “yang berimbang’ melainkan juga mewakili tuntutan jurnalisme yang lebih luas posisinya di dalam masyarakat, yakni sebagai pihak ketiga yang tidak memihak, pihak yang berbicara demi kepentingan umum. Bagaimanapun objektifitas dalam arti luas ataupun dalam sempit merupakan sarana bagi sebuah tujuan. Objektifitas adalah suatu metode yang dipakai untuk menghadirkan suatu gambaran dunia yang sedapat mungkin jujur, cermat dalam batas-batas prektek jurnalisme (Rivers dan Nathews, 1994: 104)

Indikasi objektifitas pemberitaan pers menurut Rahmah Ida, Ph.D, adalah: (Krisyantono,2006: 247)

A.Faktual

Untuk mrenilai faktual atau tidaknya, nilai factual ini dapat dilihat dari dua aspek berikut ini:

1. Akurasi

Akurasi pemberitaan yaitu kejujuran dalam pemberitaan, menunjukkan ketepatan dalam menyajikan suatu pemberitaan. Akurasi ini dilihat dari dua kategori :

a. Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari kalimat yang

sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Dengan demikian ada dua kategori, yaitu :

1)Sesuai, yaitu bila judul berita merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada pada berita.

2)Tidak sesuai, bila judul berita bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau bukan bagian dari kutipan yang jelas-jelas nada pasa isi berita.

a. Pencantuman waktu terjadinya peliputan yang dilakukan wartawan saat menggali informasi. Hal ini sangat penting dalam menunjang akurasi suatu pemberitaan. Ini untuk melihat akurasi fakta atau opini. Dengan demikian ada dua kategori, yaitu :

1)Mencantumkan waktu, yaitubila berita mencantumkan waktu, tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya.

2)Tidak mencantumkan waktu, yaitu bila berita tidak mencantumkan waktu, tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya.

2. Validitas

Validitas ini dilihat dari dua hal, diantaranya adalah :

a. Atribusi, pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan ricek). Ada dua kategori, yaitu :

1)Sumber berita jelas, apabila dalam berita dicantumkan identitas sumber berita, seperti : nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi.

2)Sumber berita tidak jelas, apabila dalam berita tidak dicantumkan identitas sumber berita, seperti : nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi.

b. Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari sumber berita yang menguasai persoalan atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutanatau karena jabatannya. Berita dikatakan valid apabila berasal dari pelaku langsung atau sumber berita yang berkompeten. Ada dua kategori, yaitu :

1)Pelaku langsung atau sumber yang berkompeten, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut (pelaku langsung interaksi social) atau sumber berita yang berkompeten untuk memberikan keterangan, misalnya : saksi mata, pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban. 2)Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil

wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengetahui dengan pasti peristiwa tersebut atau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut serta tidak berkompeten dalam memberikan informasi lalu menjadi sumber berita, misalnya : petugas humas, juru bicara, masyarakat yang tidak berada di lokasi.

B.Imparsialitas

Dimensi imparsialitas terdiri dari aspek: a. Keseimbangan (Fairnes)

Keseimbangan dalam penyajian bentuk penulisan berita dikaitkan dengan sumber berita yang digunakan. Menyajikan dua atau lebih gagasan atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan (dalam topic bahasan berita yang sama). Dilihat dengan pemunculan dua pihak yang berlawanan atau porsi dari sumber berita yang digunakan dapat memperlihatkan keseimbangan yang disajikan, yaitu :

1)Seimbang, apabila masing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

2)Tidak seimbang, apabila pihak-pihak yang berkepentingan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya. b. Netralitas

Netralitas ini dilihat dari beberapa hal, antara lain :

a) Ada tidaknya pencampuran antara fakta dan opini. Dalam hal ini dikatakan berita terdapat pencampuran antara fakta dan opini apabila dalam pemberitaan terdapat kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, seolah, agaknya, dan kata-kata opinionative lainnya. b)Dramatis, adalah penyajian fakta secara tidak proporsional sehingga

menimbulkan kesan berlebihan (simpati, senang, jengkel, ngeri, antipati, dan sebagainya). Ada dua kategori, yaitu :

1. Berita mengalami dramatisasi apabila dalam pemberitaan terdapat kata yang mampu memunculkan kesan berlenbihan.

2. Berita tidak mengalami dramatisasi apabila dalam pemberitaan tidak terdapat kata yang mampu memunculkan kesan berlenbihan.

c) Penghakiman, adanya penyajian fakta yang disertai oleh penghakiman wartawan terhadap pihak tertentu yang terlibat dalam sengketa.

Objektifitas dalam penyajian suatu berita harus memenuhi beberapa unsur, diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari bebrapa unsure objektifitas ini, banyak sekali berita yang disajikan kurang memenuhi unsure objektifitas. Suatu berita yang tidak disajikan secara objektif hanya akan menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain.

Dokumen terkait