• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Siklus I

3. Observasi – Interpretasi

Hasil pengamatan atau observasi pada siklus III dapat dideskripsikan bahwa siswa telah melakukan kegiatan apresiasi cerita rakyat dengan baik. Pelaksanaan tersebut tercipta karena siswa telah melakukan persiapan sebelumnya, yakni

persiapan ini menjadikan proses menceritakan kembali isi cerita rakyat dengan kata-kata sendiri dapat berjalan efektif.

Siswa lebih termotivasi dalam belajarnya, merasa senang dan bersemangat dalam melakukan kegiatan apresiasi cerita rakyat karena kegiatan dilakukan secara kelompok, adanya kerja sama sesama teman yang kompak mulai dari aktivitasnya dalam mendengarkan pembacaan cerita pendek oleh guru, menentukan unsur-unsur dalam cerita, mengidentifikasi peristiwa penting dalam cerita, menceritakan kembali isis cerita rakyat, memberi komentar, dan selama mengikuti diskusi. Tanpa disuruh dan diarahkan guru, siswa dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik. Cara menceritakan kembali isi cerita telah disampaikan oleh siswa secara runtut.

Tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan kriteria baik pada siklus III dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut :(1) mendengarkan dengan baik pembacaan cerita rakyat oleh guru 82,35%, (2) menentukan dengan baik unsur cerita rakyat 85,29%, (3) mengidentifikasi dengan baik peristiwa penting dalam cerita 94,11%, (4) mengikuti dengan baik diskusi kelompok 91,17%; dan (5) menceritakan kembali dengan baik isi cerita rakyat dengan kata-kata sendiri 76,47%. Jadi, rerata aktivitas siswa dengan baik 85,87% (lihat Lampiran 9).

Sementara itu, hasil pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada siklus III disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

Siswa Kelas V SD Negeri Jatisobo 02 Polokarto Sukoharjo pada Siklus III

Nilai

1 Siswa yang memperoleh nilai di bawah 70 0

2 Siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 70 34

3 Nilai rata-rata 76,88

4 Ketuntasan klasikal 100%

Hasil pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari (di bawah) 70. Sebanyak 34 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Secara individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-rata kelas 76,88. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100 % (lihat Lampiran 6). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan klasikal yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.

4. Refleksi

Siswa merasa termotivasi dalam belajar, senang hati, dan antusias dalam melakukan kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan temannya secara kompak. Kemampuan mereka dalam menentukan unsur-unsur dalam cerita dapat dilakukan dengan baik, sehingga sangat membantu ingatan maupun penunjang kelancaran mereka dalam kegiatan menceritakan kembali isi cerita rakyat dengan kata-kata sendiri.

Siswa sudah dapat melakukan kegiatan apresiasi cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dengan efektif, karena ditopang dengan hasil

catatan-catatan penting yang dipersiapkan dengan lengkap. Aktivitas dalam berdiskusi meningkat, karena siswa telah merasakan manfaat diskusi tersebut.

Pada akhir pembelajaran, siswa merasakan bahwa pembelajaran apresiasi cerita rakyat bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasakan adanya ketertarikan untuk mencoba apresiasi cerita rakyat yang lain. Untuk itu, kepada siswa perlu diberikan keleluasaan ruang-gerak untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam apresiasi cerita rakyat. Guru banyak menyediakan ragam cerita rakyat yang memadai.

C. Pembahasan Tiap Siklus 1. Pembahasan Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran ini, masih tampak didominasi oleh segi-segi teoretik. Guru masih banyak menjelaskan tentang hal-hal cerita rakyat dari segi pengetahuan atau teoretik cerita rakyat itu sendiri. Siswa mencatat semua penjelasan guru, sehingga pembelajaran hanya berjalan searah. Dengan kondisi demikian, siswa sangat pasif selama mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek pembelajaran. Kerja sama antarteman untuk membina sosialisasi siswa sangat kurang sebab pembelajaran lebih banyak dikerjakan secara perorangan (individual). Motivasi belajar dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran pun sangat rendah.

Konsep pembelajaran tentang apresiasi cerita rakyat hanya diterima dari guru lewat penjelasan/keterangan yang panjang lebar. Kemampuan menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi atau menilai unsur-unsur cerita kurang ditanamkan. Siswa kurang mampu mengonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksikan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sehingga, pembelajaran belum terasa berfaedah bagi siswa dalam kehidupannya.

Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi penilaian produk atau hasil dan umumnya hanya menitikberatkan pada aspek pengetahuan (ingatan) semata. Penilaian proses belum mendapatkan perhatian penuh dari guru. Siswa sama sekali belum dilibatkan dalam penilaian.

Sebelum melakukan kegiatan apresiasi cerita rakyat, siswa tidak melakukan upaya-upaya yang bisa membantu kelancaran mereka mengapresiasi cerita rakyat, seperti menentukan dan menganalisis unsur-unsur yang ada dalam cerita. Misalnya, pesan atau amanat yang disampaikan lewat cerita rakyat tersebut, tokoh-tokoh yang digambarkan sekaligus perwatakannya, tempat, dan waktu terjadinya peristiwa (latar/setting). Guru hanya memberikan tugas apresiasi cerita rakyat tanpa arahan dan bimbingan, bagaimana upaya mengapresiasi cerita rakyat tersebut secara efektif. Kemudian, siswa disuruh langsung mengemukakan isinya. Setelah selesai, hasil kerja siswa dikumpulkan tanpa dilakukan umpan balik, di mana letak kesalahan dan kekurangannya.

Pada akhir kegiatan apresiasi cerita rakyat, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok dan tidak melakukan revisi terhadap hasil kerjanya, sehingga masih

ditemukan kesalahan-kesalahan. Berdasarkan hasil tes pada kondisi awal, diketahui sejumlah 20 siswa mendapat nilai kurang dari (di bawah 70). Sebanyak 14 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 68,44. Ketuntasan secara klasikal sebesar hanya 41,18% (lihat Lampiran 6).

Pada kondisi awal ini, kepada siswa diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan motivasi belajar siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa rerata nilai motivasi belajar mereka pada kondisi awal sebelum pembelajaran dilakukan dengan tindakan Strategi Cooperative Learning sebesar 62,60 (lihat Lampiran 12).

2. Pembahasan Tiap Siklus