• Tidak ada hasil yang ditemukan

( Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

Abstrak

Bagian yang dikonsumsi dari tanaman kemangi yaitu daunnya. Daun kemangi ini biasa digunakan untuk lalapan atau digunakan sebagai salah satu bumbu untuk masakan. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi produksi 10 aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat. Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25 dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati, dan aksesi KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Sembilan aksesi secara umum digunakan sebagai sayuran dalam bentuk segar yaitu aksesi KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 dan KM 29. Satu aksesi digunakan sebagai pestida nabati yaitu aksesi KM 23. Potensi panen kemangi berkisar mulai 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1.

Kata kunci: kemangi (Ocimum sp.), potensi panen kemangi. Abstract

Edible part of the basil plant is the leaves. Basil is used for fresh vegetables or used as a spice for cooking. Basil is used commonly for vegetables or a spice for cooking. The objective of this studi is to observation potential yield of 10 basil landraces (Ocimum sp.) which were obtain in exploration of several places in West Java. As many as ten landraces were potential to developed into varieaties. Landraces of KM 2, KM 10, KM 21 and KM 22 had seven with best characters of eight that were observed. Whereas, KM 1, KM 25 and KM 29 had six best characters of eight observed. Landrace of KM 11 and KM 23 had five with best characters of eight that were observed. and KM 4 had four best characters of eight which were observed. Nine landraces are commonly used as a vegetable in fresh form. namely accession KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 and KM 29. The landraces is used as an organic pesticides is landraces KM 23. Potential yield basil ranged from 4.61 ton ha-1 to 9.63 tons ha-1.

24

PENDAHULUAN

Pemanfaatan kemangi biasanya digunakan sebagai lalapan atau digunakan sebagai salah satu bumbu untuk masakan, tetapi kemangi juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Haryanti dan Katno (2011) melaporkan bahwa ekstrak etanolik kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan pad sel kanker kolon WiDr sehingga cukup potensial dikembangkan sebagai agen kemopreventif.

Pemanenan daun kemangi dapat dilakukan sekitar 2-3 bulan setelah tanam. dan selanjutnya dilakukan secara berkala. Panen biasanya dilakukan dengan pemotongan tunas muda sekitar 10 cm (Sunarto 1994). Untuk peningkatan hasil panen daun kemangi dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang. Penelitian yang dilakukan Balittro (2008) dosis pupuk kandang sebesar 400 g tanaman-1 dapat menghasilkan panen terna kemangi selama satu periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar antara 34.117- 83.958 kg plot-1 (50 tanaman) tergantung spesies tanaman. Menurut Hartatik dan Widowati (2005) aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi produksi beberapa aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dimulai bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014 di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu 10 aksesi sebagai perlakuan, dengan 3 ulangan sebagai kelompok, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman.

Bahan yang digunakan pada percobaan 2 adalah benih kemangi hasil dari seleksi pada percobaan 1. Sebelum dilakukan penanaman di lapangan benih disemai terlebih dahulu. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan tray semai 72 sel. Media tanam yang digunakan adalah media komersil. Media tanam tersebut terdiri atas fine kompos/pakis, fine skin powder, coconut skin powder,

arang sekam, dan humus. Bibit kemangi yang sudah berdaun enam (atau ± 20 cm) ditanam pada bedengan dengan ukuran 1x2 m2. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam double row, jarak antar baris tanaman 30 cm, dan jarak antar tanaman dalam baris 20 cm. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi dengan dosis 25 ton ha-1. Pupuk diberikan sekali yaitu pada saat awal tanam. Interval panen yaitu satu minggu. Pemanenan untuk konsumsi dilakukan pada umur 33 hari setelah tanam. Pemetikan akan merangsang pertumbuhan cabang-cabang yang memungkinkan lebih banyak tunas baru tumbuh, sehingga tunas baru ini dapat dipanen pada periode panen berikutnya (Sunarto 1994).

Peubah yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (cm). Dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran. Pengukuran ini dilakukan sebelum panen.

25 2. Panjang daun (cm). Panjang daun di ukur mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. dengan meggunakan penggaris. Pengukuran ini dilakukan sebelum panen.

3. Lebar daun (cm). Lebar daun kemangi dapat di ukur mulai dari tepi kiri hingga ke tepi kanan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

4. Panjang tangkai daun (cm). Tangkai daun diukur mulai dari pangkal tangkai daun hingga ke ujung pangkal daun. Pengukuran menggunakan penggaris dan dilakukan sebelum panen.

5. Umur mulai berbunga (HST). Umur bunga dihitung setelah tanaman ditanam hingga tanaman berbunga.

6. Panjang malai (cm). Diukur dari pangkal tangkai malai dekat batang hingga keujung tangkai dekat pangkal malai dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

7. Hasil panen per bedeng (g). Panen dihitung dengan mengumpulkan hasil daun kemangi yang dapat dipetik per bedeng tanam dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan pada saat panen. Panen dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval panen 1 minggu.

8. Panjang ruas malai (cm). Di ukur pada cabang batang pertama pada ruas pertama. di ukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

Data diolah dengan Analisis varian pada taraf 5% jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun 10 aksesi kemangi

Tinggi tanaman dari 10 aksesi beragam. Tanaman yang tinggi memudahkan petani dalam melakukan penyiangan gulma. Namun batang yang tinggi sangat rentan terhadap kerebahan. Semakin tinggi batang maka tingkat kerebahannya semakin tinggi. Umumnya sifat tanaman yang ideal untuk budidaya adalah tanaman yang tidak terlalu tinggi dan batang yang kuat sehingga dapat mengurangi resiko kerebahan.

Tabel 5. Tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun 10 aksesi kemangi.

Aksesi Karakter pengamatan

Tinggi tanaman (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm)

Tugu selatan (KM 1) 65.2 cd 5.8 b 2.8 d Bojong (KM 2) 73.6 b 6.1 b 3.1 c Mekar jaya (KM 4) 67.4 bcd 7.7 a 4.5 a Wangun jaya (KM 10) 71.7 bc 5.7 b 2.7 d Ciaruten hilir (KM 11) 66.6 cd 5.6 b 2.9 cd Dayeh luhur (KM 21) 64.7 cd 6.1 b 2.9 cd Suka merta (KM 22) 64.9 cd 5.8 b 2.8 cd Cisondari (KM 23) 92.3 a 7.8 a 3.5 b Sukadana (KM 25) 61.2 d 5.6 b 2.9 cd Dangder (KM 29) 63.4 d 5.7 b 2.7 d F Test ** ** **

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%.

26

Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. KM 23 memiliki ukuran tanaman paling tinggi dibandingkan 9 aksesi lainnya (92.3 cm) (Tabel 5). Aksesi ini berpenampilan batang yang berwarna ungu, selain itu tulang daun dan buah juga berwarna ungu. KM 23 termasuk spesies Ocimum basilicum L. Aksesi KM 25 memiliki ukuran tinggi tanaman terpendek (61.2 cm) (Tabel 5), dan termasuk spesies Ocimum tenuiflorum L. Aksesi ini memiliki penampilan berbeda dari KM 23. KM 25 tidak memiliki batang yang berwarna ungu tetapi semua bagian tanaman berwarna hijau. Tanaman ini digunakan sebagai lalapan di daerah asalnya.

Gambar 12. Penampilan daun 10 aksesi kemangi.

Gambar 13. Penampilan daun kemangi yang panjang (KM 23 dan KM 4) dan daun kemangi yang pendek (KM 11 dan KM 25) 10 aksesi kemangi.

27

Gambar 14. Penampilan daun kemangi yang paling lebar (KM 4) dan yang paling kecil (KM 29) 10 aksesi kemangi.

Aksesi memiliki bentuk daun yang beragam, serta memiliki ukuran panjang dan lebar daun juga beragam. Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun dan lebar daun. Aksesi yang memiliki ukuran daun terpanjang yaitu KM 23 (7.8 cm) dan KM 4 (7.7 cm) (Tabel 5), dan aksesi yang memiliki daun terpendek adalah KM 11 dan KM 25 dengan ukuran daun 5.6 cm. KM 23 memiliki ukuran daun paling panjang tetapi tidak terlalu lebar sehingga KM 23 memiliki bentuk daun bulat panjang (Gambar 13). Berbeda dengan KM 4, aksesi ini memiliki ukuran daun terpanjang juga memiliki ukuran daun terlebar sehingga memiliki bentuk daun yang bulat lebar (Gambar 13). Aksesi KM 4 memiliki bentuk daun yang paling lebar dari pada 9 aksesi lainnya (Gambar 14). Di daerah asalnya aksesi ini lebih banyak digunakan sebagai lalapan bila dibandingkan dengan aksesi yang berdaun kecil. KM 4 termasuk spesies Ocimum basilicum L. dan aksesi ini berasal dari Kabupaten Garut, Kecamatan Tarogong, Desa Mekar Jaya. KM 29 memiliki ukuran daun yang terkecilbila dibandingkan dengan 9 aksesi lainnya. Aksesi ini berasal dari Desa Dangder Kecamatan Subang Kabupaten Subang (Gambar 14).

Panjang tangkai daun, panjang malai dan panjang ruas rata-rata malai pada 10 aksesi kemangi

Pengamatan karakter panjang tangkai daun ditampilkan pada tabel 6. Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tangkai daun. Beberapa aksesi memiliki ukuran panjang tangkai daun yang sama. Aksesi yang memiliki tangkai daun terpanjang adalah KM 4 dan KM 23. dan aksesi yang memiliki tangkai daun terpendek yaitu KM 1, KM 10, KM 22 dan KM 29.

Sepuluh aksesi memiliki ukuran malai yang beragam (Gambar 15). Aksesi berpengaruh nyata terhadap panjang malai. Ukuran panjang malai berbeda-beda. Satu aksesi memiliki bentuk malai yang berbeda yaitu KM 23 (Gambar 16). Aksesi ini memiliki cabang di malai. rata-rata memiliki 4 cabang. KM 23 berasal dari Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung. Aksesi KM 21 juga memiliki warna ungu tetapi hanya terdapat pada bulu buah saja tidak tersebar di seluruh malai. Aksesi ini merupakan spesies Ocimum gratissimum subsp.

gratissimum. KM 21 berasal dari Desa Dayeh Luhur Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang.

Malai yang terpanjang yaitu KM 10 (31.3 cm). Aksesi ini berasal dari Kabupaten Bogor, Desa Wangun Jaya. Setelah dilkukan identifikasi oleh PKT

28

Kebun Raya Bogor aksesi ini merupakan spesies Ocimum tenuiflorum L. Malai aksesi ini semuanya berwarna hijau. Ukuran malai yang pendek yaitu KM 23 (24.3 cm) dan KM 21 (24.4 cm) (Gambar 16).

Gambar 15. Penampilan panjang malai 10 aksesi kemangi.

Gambar 16. Penampilan ukuran malai yang paling panjang (KM 10) dan yang yang paling pendek (KM 23 dan KM 21).

29 Tabel 6. Panjang tangkai daun, panjang malai dan panjang ruas malai 10 aksesi

kemangi. Aksesi

Karakter pengamatan Panjang tangkai

daun (cm) Panjang malai (cm)

Panjang ruas malai (cm)

Tugu selatan (KM 1) 2.1 b 26.4 bc 1.3 b

Bojong (KM 2) 2.2 b 30.9 a 1.4 b

Mekar jaya (KM 4) 3.1 a 27.7 abc 1.9 a

Wangun jaya (KM 10) 2.1 b 31.3 a 1.4 b

Ciaruten hilir (KM 11) 2.3 b 27.9 abc 1.4 b

Dayeh luhur (KM 21) 2.4 b 24.4 c 1.4 b Suka merta (KM 22) 2.1 b 30.1 ab 1.5 b Cisondari (KM 23) 3.1 a 24.3 c 2.1 a Sukadana (KM 25) 2.2 b 26.2 bc 1.3 b Dangder (KM 29) 2.1 b 27.3 abc 1.3 b F Test ** * **

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%. ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%. * = berpengaruh nyata pada taraf 5%.

Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang ruas malai. Ukuran ruas terpanjang adalah KM 23 (2.1 cm), dan ruas yang terpendek adalah KM 1, KM 25, dan KM 29. KM 1 dan KM 25 memiliki ruas yang pendek sehingga jarak antar buahnya sangat padat dan rapat. KM 1 dan KM 25 merupakan spesies

Ocimum tenuiflorum L. KM 29 juga memiliki ukuran ruas malai yang pendek sehingga jarak antar buah sangat dekat dan padat. Aksesi ini merupakan spesies

Ocimum americanum L.

Ukuran ruas pada malai terpanjang adalah KM 23 yaitu 2.1 cm (Gambar 17). KM 23 memiliki ruas malai terpanjang antar buahnya. Aksesi ini memiliki bau yang berbeda dibandingkan dengan aksesi yang lain, cenderung lebih harum sehingga pada saat berbunga aksesi ini lebih banyak menarik serangga.

Gambar 17. Penampilan ruas malai yang paling panjang KM 23 dan yang paling pendek KM 1. KM 25 dan KM 29.

Ukuran ruas pada malai terpendek yaitu KM 1, KM 25, dan KM 29 (Gambar 17). KM 1 memiliki ruas yang pendek sehingga jarak antar buahnya

30

sangat padat dan rapat. Aksesi ini berasal dari Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Setelah dilakukan identifikasi oleh PKT Kebun Raya Bogor aksesi ini merupakan spesies Ocimum tenuiflorum L. KM 25 juga memiliki ukuran ruas malai pendek sehingga jarak antar buah sangat rapat. KM 25 berasal dari Desa Argapura Kecamatan Sukadana Kabupaten Majalengka. KM 29 juga memiliki ukuran ruas malai yang pendek dan merupakan spesies Ocimum americanum L.

Umur berbunga dan hasil panen perpetak 10 aksesi asal Jawa Barat

Aksesi berpengaruh nyata terhadap umur berbunga. Umur berbunga berkisar antar 38-50 Hst (Tabel 7), dan mulai dihitung ketika 10% tanaman telah berbunga. Umur berbunga paling lama (dalam) yaitu KM 4 selama 50 Hst. dan umur berbunga paling cepat (genjah) yaitu KM1, KM 2, KM 10, KM 11, KM 23, KM 25, dan KM 29 yaitu selama 38 Hst.

Tabel 7. Umur berbunga dan hasil panen per bedeng. Aksesi Karakter pengamatan Umur berbunga (hst) Panen I (g) Panen II (g) Panen III (g) Total panen (g) Tugu selatan (KM 1) 38 b 166.00 d 305.67 d 441.67 bc 1038.3 cd Bojong (KM 2) 38 b 303.67 bc 568.00 abc 566.67 abc 1434.0 bc Mekar jaya (KM 4) 50 a 198.00 d 318.67 d 407.00 bc 946.0 d Wangun jaya (KM 10) 38 b 379.33 b 586.33 abc 590.00 ab 1613.7 ab Ciaruten hilir (KM 11) 38 b 164.67 d 446.33 bcd 486.00 abc 1059.3 cd Dayeh luhur (KM 21) 43 b 234.33 cd 619.33 ab 558.00 abc 1416.3 bc Suka merta (KM 22) 44 b 255.00 cd 495.33 abcd 529.00 abc 1318.7 bcd Cisondari (KM 23) 38 b 478.67 a 688.00 a 677.33 a 1925.7 a Sukadana (KM 25) 38 b 193.33 d 436.00 bcd 429.00 bc 1060.7 cd Dangder (KM 29) 38 b 162.00 d 402.67 cd 356.67 c 921.4 d

F Test * ** * * *

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%. ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%. * = berpengaruh nyata pada taraf 5%.

Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panen I. Panen I terbanyak yaitu KM 23 (478.67 g) dan panen yang sedikit yaitu KM 29, KM 11, KM 1, KM 25 dan KM 4. Aksesi berpengaruh nyata terhadap panen II. Pemanen kemangi yang ke II. semua aksesi mengalami peningkatan. Panen II terbanyak yaitu KM 23 (688.00 g) dan panen II yang sedikit yaitu KM 4 (318.67 g) dan KM 1 (305.67 g). Aksesi berpengaruh nyata terhadap panen III. Panen III terbanyak yaitu KM 23 (677.33 g) dan panen III yang sedikit yaitu KM 29 (356.67 g). Pemanenan kemangi yang ke III beberapa aksesi mengalami penurunan jumlah panen. Aksesi tersebut adalah KM 2, KM 21, KM 23, KM 25, dan KM 29. Aksesi berpengaruh nyata terhadap total panen. Total panen terbanyak yaitu KM 23 (1925.7 g) dan total panen paling sedikit yaitu KM 4 (946.0 g) dan KM 29 (921.4 g).

Potensi panen berkisar antara 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1. KM 1 memiliki potensi panen per ha berjumlah 5.19 ton ha-1. KM 2 memiliki potensi panen cukup tinggi yaitu berjumlah 7.17 ton ha-1. KM 4 dan KM 29 memiliki potensi panen yang sedikit dibandingkan dengan delapan aksesi lainnya yaitu berjumlah 4.73 ton ha-1 dan 4.61 ton ha-1. KM 10 memiliki potensi panen tinggi

31 yaitu 8.07 ton ha-1. KM 11 dan KM 25 memiliki potensi panen yang jumlahnya sama yaitu 5.30 ton ha-1. KM 21 memiliki potensi panen berjumlah 7.08 ton ha-1. KM 22 memiliki potensi panen berjumlah 6.59 ton ha-1, dan KM 23 memiliki potensi panen tertinggi yaitu berjumlah 9.63 ton ha-1.

Tabel 8. Rangkuman hasil pengelompokan karakter yang diamati

Aksesi Tt Pd Ld PtD Pm PrM Ub Hp Total keunggulan KM 1 65.2* 5.8* 2.8* 2.1* 26.4 1.3* 38 1038.3 5 KM 2 73.6 6.1* 3.1* 2.2* 30.9* 1.4* 38 1434.0* 6 KM 4 67.4* 7.7* 4.5* 3.1* 27.7 1.9 50* 946.0 5 KM 10 71.7 5.7* 2.7* 2.1* 31.3* 1.4* 38 1613.7* 6 KM 11 66.6* 5.6* 2.9* 2.3* 27.9 1.4* 38 1059.3 5 KM 21 64.7* 6.1* 2.9* 2.4* 24.4 1.4* 43* 1416.3* 7 KM 22 64.9* 5.8* 2.8* 2.1* 30.1* 1.5 44* 1318.7* 7 KM 23 92.3 7.8* 3.5* 3.1* 24.3 2.1 38 1925.7* 4 KM 25 61.2* 5.6* 2.9* 2.2* 26.2 1.3* 38 1060.7 5 KM 29 63.4* 5.7* 2.7* 2.1* 27.3 1.3* 38 921.4 5 Keterangan: * : keunggulan

Tt : Tinggi tanaman (cm) Pd : Panjang daun (cm)

Ld : Lebar daun (cm) PtD : Panjang tangkai daun (cm) Pm : Panjang malai (cm) PrM : Panjang ruas malai (cm) Ub : Umur bunga (hst) Hp : Hasil panen perpetak (g)

Ideotipe tanaman kemangi yang diinginkan adalah memiliki tinggi batang yang pendek untuk mengurangi resiko kerebahan, daun panjang dan lebar untuk efisiensi penyerapan cahaya sebagai bahan proses fotosintesis, umur berbunga yang dalam agar pemanenan kemangi untuk konsumsi lebih lama, dan produksi yang tinggi.

Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati (Tabel 8). Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati (Tabel 8). Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25 dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. dan aksesi KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati (Tabel 8). Sembilan aksesi secara umum digunakan sebagai sayuran dalam bentuk segar yaitu aksesi KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 dan KM 29. Satu aksesi digunakan sebagai pestida nabati yaitu aksesi KM 23.

SIMPULAN

Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25 dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. dan aksesi KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Sembilan aksesi secara

32

umum digunakan sebagai sayuran dalam bentuk segar yaitu aksesi KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 dan KM 29. Satu aksesi digunakan sebagai pestida nabati yaitu aksesi KM 23. Potensi panen kemangi per ha berkisar 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1.

33

5 PEMBAHASAN UMUM

Sayuran indigenous dapat dijadikan sayuran alternatif untuk dikonsumsi pengganti sayuran komersial. Sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah kemangi. Perawatan tanaman ini tidak terlalu sulit dan tidak memerlukan luasan lahan yang banyak tetapi dapat juga dijadikan sebagai tanaman pekarangan. Kemangi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar (lalapan), bumbu masakan. serta juga dapat digunakan sebagai obat dan pestisida nabati. Pemanfaatan tanaman ini dapat dilakukan dengan eksplorasi. Eksplorasi bertujuan untuk mencari tanaman kemangi yang sudah ditanam olah masyarakat atau yang telah dibudidayakan oleh petani. Eksplorasi dilakukan di delapan Kabupaten di Jawa Barat (Bogor, Karawang, Subang, Kuningan, Majalengka, Garut, Bandung Barat dan Bandung), dan eksplorasi dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013.

Secara umum aksesi yang diperoleh memiliki batang yang berwarna hijau. daun berwarna hijau, malai berwarna hijau dan bunga berwarna putih (Gambar 18). KM 23 memiliki batang yang berwarna ungu, bagian atas daun juga berwarna ungu (pada tulang daun), malai berwarna ungu, dan bunga berwarna putih (Gambar 18).

Gambar 18. Batang kemangi yang berwarna hijau dan berwarna ungu. Holman dan Robbins (1928) mengelompokkan bentuk malai tumbuhan angiospermae menjadi 7 kelompok yaitu raceme, panicle, corymb, umbel, spike, cyme, dan head (Gambar 19). Hampir semua aksesi yang diperoleh memiliki bentuk malai raceme, tetapi satu aksesi memiliki bentuk malai panicle. Malai berbentuk panicle ini memiliki cabang dalam satu malai tersebut, sedangkan bentuk malai yang lain tidak terdapat cabang.

Gerombol I memiliki total panen per bedeng yang beragam. KM 2 memiliki total panen sebanyak 1434.0 g, KM 4 sebanyak 946.0 g, KM 10 sebanyak 1613.7 g, KM 11 sebanyak 1059.3 g, KM 22 sebanyak 1318.7 g, KM 25 sebanyak 1060.7 g, dan KM 29 sebanyak 921.4 g. Gerombol II (KM 21) total panen per bedeng sebanyak 1038.3 g. Gerombol III (KM 1) memiliki total panen per bedeng sebanyak 1416.3 g. Gerombol IV (KM 23) memiliki total panen per bedeng sebanyak 1925.7 g.

34

Raceme Spike Head Panicle

(Prunus virginiana) (Plantago sp.) (Helianthus) (Syringa vulgaris)

Corymb Cyme Umbel

(Crataegus sp.) (Silene vulgaris) (Hydrocotyle umbellate) Gambar 19. Beberapa bentuk malai pada tanaman angiospermae pada umumnya

(Holman dan Robbins 1928).

Secara umum 10 aksesi yang ditanam pada percobaan 2 memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. KM 21 memiliki keunggulan batang yang rendah (64.7 cm), ukuran daun yang panjang (6.1 cm) dan lebar (2.9 cm), ukuran tangkai daun panjang (2.4 cm), umur berbunga dalam (43 HST), dan potensi panen sekitar 7.08 ton ha-1. KM 22 memiliki keunggulan batang yang pendek (64.9 cm), ukuran daun yang panjang (5.8 cm) dan lebar (2.8 cm), ukuran tangkai daun panjang (2.1 cm). umur berbunga dalam (44 HST), dan potensi panennya sekitar 6.59 ton ha-1. KM 21 dan KM 22 memiliki potensi dikembangkan menjadi varietas kemangi

35 untuk konsumsi. KM 4 mempunyai 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Keunggulan KM 4 adalah memiliki batang yang rendah (67.4 cm), ukuran daun yang panjang (7.7 cm) dan lebar (4.5 cm), ukuran tangkai daun yang panjang (3.1 cm), umur berbunga dalam (50 HST). dan potensi panennya sekitar 4.73 ton ha-1. Aksesi ini berpotensi dikembangkan menjadi varietas untuk konsumsi, meskipun potensi panennya lebih sedikit bila dibandingkan dengan KM 21 dan KM 22 tetapi KM 4 ini memiliki bentuk daun yang paling lebar dari 33 aksesi hasil eksplorasi, serta memiliki warna daun hijau terang dengan permukaan yang mengkilat sehingga mengundang selera untuk dikonsumsi. Berdasarkan informasi dari daerah asal KM 4, aksesi ini lebih banyak peminatnya untuk dikonsumsi sebagai lalapan bila dibandingkan dengan aksesi yang berdaun kecil.

KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. KM 2 mempunyai keunggulan ukuran daun yang panjang (6.1 cm) dan lebar (3.1 cm), tangkai daun yang panjang (30.9 cm), memiliki malai yang panjang (30.9 cm) dan ukuran ruas yang pendek (1.4). Aksesi 10 mempunyai keunggulan ukuran daun yang panjang (5.7 cm) dan lebar (2.7 cm), ukuran tangkai daun panjang (2.1 cm), ukuran malai yang panjang (31.3 cm) dan ukuran ruas malai yang pendek. Kedua aksesi ini dapat dikembangkan menjadi varietas untuk perbanyakan benih kemangi karena memiliki malai yang panjang dan ukuran ruas malai yang pendek. sehingga diharapkan dapat menghasilkan biji yang banyak.

KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Keunggulan tersebut antara lain memiliki ukuran daun yang panjang (7.8 cm) dan lebar (3.5 cm), ukuran tangkai daun yang panjang (3.1 cm), dan mempunyai potensi hasil paling tinggi (9.63 ton ha-1). Aksesi ini mempunyai manfaat dapat menarik lalat buah. sehingga berpotensi untuk menjadi varietas sebagai bahan pestisida nabati.

Peningkatan hasil panen dapat dilakukan dengan cara memodifikasi jarak tanam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pambayun (2008) panen terbaik diperoleh pada jarak tanam 50x10 cm2 dengan hasil panen perpetak 1053.33 g. dengan potensi panen sebesar 2.63 ton ha-1. Sedangkan pada penelitian menggunakan jarak tanam 20x30 cm2, hasil panen terbaik diperoleh sebanyak 1925.7 g dengan potensi panen sebesar 9.63 ton ha-1. Hal ini jauh lebih tinggi jika menggunakan jarak tanam 50x10 cm2.

Peningkatan jumlah panen juga dapat dilakukan dengan menambah jumlah dosis pupuk kandang. Simatupang (2010) melaporkan dengan menggunakan dosis pupuk kandang 30 ton ha-1 menghasilkan panen terbaik aksesi kemangi bogor dan

Dokumen terkait