• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiripan Dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum Sp ) Dari Beberapa Tempat Di Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemiripan Dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum Sp ) Dari Beberapa Tempat Di Jawa Barat"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KEMANGI

(

Ocimum

sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

SANDI REKSA SUKMANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Sandi Reksa Sukmana

(4)

RINGKASAN

SANDI REKSA SUKMANA. Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat Dibimbing oleh ANAS DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.

Sayuran indigenous dapat dijadikan sebagai sayuran alternatif pengganti sayuran komersial. Pemanfaatan sayuran indigenous dapat dilakukan melalui eksplorasi. Sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah kemangi. Kemangi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar dan sebagai obat-obatan. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan salah satu sayuran indigenous ini menjadi varietas komersial. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat dan mendapatkan informasi potensi produksi beberapa aksesi kemangi.

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama adalah eksplorasi dan kemiripan antar aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat. Pengamatan dilakukan berdasarkan deskriptor tanaman kemangi, dan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi kemangi dilakukan analisis gerombol. Percobaan kedua adalah evaluasi produksi berbagai aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu 10 aksesi sebagai perlakuan.

Hasil analisis gerombol aksesi dikelompokkan menjadi 4 gerombol. Gerombol I berjumlah 31 aksesi dan terdiri dari empat spesies kemangi yaitu

Ocimum tenuiflorum L. (KM 2, KM 3, KM 5, KM 6, KM 7, KM 9, KM 10, KM 11, KM 13, KM 15, KM 16, 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 25, KM 26, KM 32, KM 33 dan KM 34), Ocimum basilicum L.(KM 4), Ocimum gratissimum

subsp. gratissimum (KM 8, KM 12, KM 14) dan Ocimum americanum L. (KM 24, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31). Gerombol II berjumlah satu aksesi yaitu KM 21 (Ocimum gratissimum subsp. gratissimum), gerombol III berjumlah satu aksesi yaitu KM 1 (Ocimum tenuiflorum L.), dan gerombol IV juga memiliki satu aksesi yaitu KM 23 (Ocimum basilicum L.).

Ciri utama gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama gerombol II adalah kerapatan tanaman padat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri utama gerombol III adalah kerapatan tanaman padat dan jumlah tunas yang berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama gerombol IV adalah terdapat warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.

Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25 dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati, dan aksesi KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Potensi panen kemangi berkisar mulai 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1.

(5)

SUMMARY

SANDI REKSA SUKMANA. Similarity and Production Potential of Landraces Basil (Ocimum sp.) from Several Places in West Java. guided by ANAS DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.

Indigenous vegetables can be used as an alternative for commercial vegetable. The comercialized of indigenous vegetables can be done through exploration. Basil is one of type indegenous vegetable that potential to be develop. Basil can consumed in fresh and can also be used as a medicine. This study is an initial step of develop these indigenous vegetables into commercial varieties. The purpose of research to identify the landraces of basil (Ocimum sp.) from several places in West Java and to measure potential yield.

This study consisted of two experiments. The first experiment was an exploration and similarity between landraces of basil (Ocimum sp.) from several places in West Java. Observations were based descriptors basil plants to determine the similarity using clusters analyzed. The second experiment evaluated the production of several landraces of basil (Ocimum sp.) from several places in West Java. This experiment using Randomized Complete Block Design (RCBD) single factor, namely the 10 landraces as treatment.

The results show that in the clusters analysis landraces were grouped into four clusters. Cluster I was consisted of 31 landraces and four species is Ocimum tenuiflorum L. (KM 2, KM 3, KM 5, KM 6, KM 7, KM 9, KM 10, KM 11, KM 13, KM 15, KM 16, 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 25, KM 26, KM 32, KM 33 dan KM 34), Ocimum basilicum L. (KM 4), Ocimum gratissimum subsp.

gratissimum (KM 8, KM 12, KM 14)and Ocimum americanum L. (KM 24, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31). Cluster II were only one landraces and species KM 21 (Ocimum gratissimum subsp. gratissimum), cluster III were one landraces and species KM 1 (Ocimum tenuiflorum L.), and cluster IV were only one landraces and species KM 23 (Ocimum basilicum L.).

The main characteristics of clusters I were absent of stem anthocyanin colouration, present of stem hairiness, with more than three of stem number of flowering shoots, and absent of leaf blade anthocyanin coloration of upper side. The main characteristics of clusters II were high in plant density of and present of stem anthocyanin coloration. The main characteristics of clusters III were high in plant density with only one stem number of flowering shoots. The main characteristics of clusters IV were present of stem anthocyanin colouration, absent of stem hairiness and present of leaf blade anthocyanin coloration of upper side.

Ten landraces were potential to developed into comercial varieaties. Landraces of KM 2, KM 10, KM 21 and KM 22 had seven best characters of eight that were observed. Whereas, KM 1, KM 25 and KM 29 had six best characters of eight observed. Landraces of KM 11 and KM 23 had five with best characters of eight that were observed, and KM 4 had four best characters of eight which were observed. Potential basil harvest ranged from 4.61 ton ha-1 to 9.63 ton ha-1.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KEMANGI

(

Ocimum

sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dari Beberapa tempat di Jawa Barat. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2013 sampai Mei 2014.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Anas Dinurrohman Susila, Msi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi selaku komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, kritik dan masukan hingga penulisan tesis. Sebagian dari tulisan ini dipublikasikan di Jurnal Agronomi Indonesia (JAI) dengan Judul Identifikasi Kemiripan Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dan potensi produksi aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Baratdari (dalam PROSES). Terima kasih juga disampaikan kepada Kemenristek yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Insentif Riset SINas Tahun 2013 an. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT). Ungkapan rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 TINJAUN PUSTAKA 4

3 EKSPLORASI DAN KEMIRIPAN ANTAR AKSESI KEMANGI (Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT 7

Pendahuluan 8

Bahan dan Metode 8

Hasil dan Pembahasan 12

Simpulan 22

4 EVALUASI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KEMANGI

(Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT 23

Pendahuluan 24

Bahan dan Metode 24

Hasil dan Pembahasan 25

Simpulan 31

5 PEMBAHASAN UMUM 33

6 SIMPULAN DAN SARAN 36

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 42

(12)

DAFTAR TABEL

1. Hasil eksplorasi aksesi kemangi dari beberapa tempat

di Jawa Barat 12

2. Hasil identifikasi aksesi kemangi dari beberapa tempat

di Jawa Barat 14

3. Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis

komponen utama 17

4. Nilai vektor ciri tiga komponen 17

5. Tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun

10 aksesi kemangi 25

6. Panjang tangkai daun, panjang malai, dan panjang ruas malai

10 aksesi kemangi 29

7. Umur berbunga dan hasil panen perpetak 10 aksesi kemangi 30 8. Rangkuman hasil pengelompokan karakter yang diamati 31

9. Tabel jarak Euclidean 69

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan alur penelitian 3

2. Tipe tanaman 9

3. Jumlah tunas yang berbunga pada batang (saat bunga penuh) 9

4. Bentuk helai daun 10

5. Profil penampang helai daun 10

6. Kedalaman gerigi helai daun 10

7. Panjang ruas rata-rata dan panjang malai 11

8. Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU I dan KU II 18 9. Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU I dan KU III 19 10. Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU II dan KU III 20 11. Dendogram hasil analisis 34 aksesi kemangi 21

12. Penampilan daun 10 aksesi kemangi 26

13. Penampilan daun kemangi yang panjang (KM 23 dan KM4)

dan daun kemangi yang pendek (KM 11 dan KM 25) 26 14. Penampilan daun kemangi yang lebar (KM 4) dan daun kemangi

yang kecil (KM 29) 27

15. Penampilan panjang tangkai bunga 10 aksesi kemangi 28 16. Penampilan tangkai batang berbunga yang paling panjang

(KM 10) dan yang paling pendek (KM 23 dan KM 21) 28 17. Penampilan ruas batang berbunga yang paling panjang (KM 23)

dan Yang paling pendek (KM 1, KM 25 dan KM 29) 29 18. Batang kemangi yang berwarna hijau dan berwarna ungu. 33 19. Beberapa bentuk malai pada tanaman angiospermae

pada umumnya 34

20. Peta pengambilan aksesi Bogor 62

21. Peta pengambilan aksesi Karwang 63

22. Peta pengambilan aksesi Subang 64

(13)

24. Peta pengambilan aksesi Majalengka 66

25. Peta pengambilan aksesi Garut 67

26. Peta pengambilan aksesi Bandung 68

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi 10 aksesi kemangi hasil percobaan 2 42

2. Peta pengambilan aksesi kemangi 62

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran indigenous merupakan sayuran asli Indonesia yang berasal dari daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia (Litbang Deptan 2013). Sayuran tersebut telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu serta dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Sayuran ini biasanya ditanam di pekarangan rumah atau di kebun dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur atau dimakan dalam bentuk segar (Disperta Jabar 2012).

Pelestarian sayuran indigenous lebih intensif dapat dilakukan melalui eksplorasi. Eksplorasi merupakan pencarian tanaman yang terdapat di beberapa daerah. Ekplorasi penting dilakukan untuk melestarikan plasma nutfah agar tidak punah serta untuk mengoleksi tanaman tersebut. Pengoleksian tanaman dapat dilakukan di luar habitat aslinya yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman.

Sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah kemangi. Kemangi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar berupa lalapan dan sebagai bumbu penyedap masakan. Pemanfaatan kemangi lainnya dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan karena mengandung minyak esensial (Omidbaigi et al. 2010).

Tanaman kemangi berasal dari daerah tropis Amerika, Afrika dan Asia (Paton et al. 1999; Labra et al. 2004). Keberadaan kemangi juga telah menyebar di beberapa tempat di negara lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Svecova dan Neugebauerova (2010) di Republik Ceko terdapat 34 kultivar kemangi yang memiliki keanekaragaman morfologi dan karakteristik biologi serta memiliki tingkat minyak esensial yang tinggi (1.8-14.3 ml kg-1). Dari koleksi yang dilakukan oleh Stanko et al. (2011) terdapat 46 aksesi kemangi yang diperoleh dari beberapa negara yaitu Kanada 16 aksesi, Jerman 8 aksesi, Italia 6 aksesi, Kroasia 4 aksesi, Macedonia 1 aksesi, Slovakia 3 aksesi, Austria 3 aksesi, USA 1 aksesi, dan Russia 4 aksesi. Menurut Singh (2012) di negara bagian Utara Pradesh, India terdapat 5 spesies kemangi dari genus Ocimum yaitu Ocimum americanum L., Ocimum basilicum L., Ocimum gratissimum Guerke., Ocimum kilimandscharicum Guerke. dan Ocimum tenuiflorum L.

Di Indonesia eksplorasi kemangi masih sedikit yang melakukannya. Penelitian yang dilakukan oleh Putrasamedja (2005) terdapat 4 aksesi kemangi di Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Subang. Penelitian yang dilakukan oleh Laksana (2007) dari hasil eksplorasi terdapat 9 aksesi kemangi yang berasal dari Kabupaten Bogor dan Pandeglang. Namun semua aksesi di atas belum dijadikan varietas komersial. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan salah satu sayuran indigenous ini menjadi varietas komersial.

Tujuan Penelitian

(16)

2

membangun deskripsi beberapa aksesi kemangi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Aksesi yang terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat mirip satu sama lain. 2. Aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat memiliki potensi yang

berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi tanaman kemangi. Tujuan dari eksplorasi adalah untuk mengkoleksi dan mengumpulkan aksesi kemangi yang telah dibudidayakan oleh petani atau masyarakat, serta untuk melestarikan plasma nutfah yang ada agar tidak punah. Eksplorasi dilakukan di delapan Kabupaten di Jawa Barat. Hasil dari eksplorasi diperoleh 38 aksesi kemangi yang berupa benih, buah yang sudah tua serta bibit kemangi. Hasil eksplorasi yang berupa benih dan buah kemangi dilakukan penyemain terlebih dahulu sebelum di tanam. Hasil eksplorasi yang berupa bibit kemangi langsung ditanam dilapangan.

Perbanyakan tanaman kemangi dilakukan menggunakan biji. Biji kemangi diperoleh dari buah yang sudah tua. Buah yang sudah tua berwarna coklat gelap. Ciri biji yang bagus untuk ditanam ialah berwama hitam, kering, bentuk utuh dan bernas, tidak terluka atau keriput.

Penanaman aksesi kemangi dilakukan di Kebun Percobaan IPB Tajur Bogor. Dari 38 aksesi yang diperoleh 4 aksesi tidak tumbuh saat penyemaian, sehingga yang dapat ditanam berjumlah 34 aksesi. Aksesi-aksesi tersebut kemudian dilakukan pengamatan dengan mengamati kemiripan antar aksesi (Percobaan 1) dengan menggunakan deskriptor tanaman kemangi, setelah itu dilakukan identifikasi oleh Pusat Konservasi Kebun Raya (PKT KR). Hasil pengamatan diperoleh informasi tentang kemiripan antar aksesi yang berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat.

(17)

3

Gambar 1. Bagan alur penelitian. Koleksi

Percobaan 2: potensi produksi berbagai aksesi kemangi Percobaan 1: Kemiripan antar

aksesi kemangi

Informasi kemiripan dan potensi produksi serta deskripsi beberapa aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat

Eksplorasi

38 aksesi kemangi asal

Jawa Barat

Deskripsi dan identifikasi aksesi kemangi

Informasi potensi produksi aksesi kemangi 34 aksesi

(18)

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kemangi

Tanaman kemangi merupakan tanaman tahunan, selain itu tanamn kemangi juga tergolong sebagai tanaman herba (Labra et al. 2004). Tanaman ini merupakan tanaman asli dari wilayah Asia, Afrika dan Amerika Selatan (Marotti

et al. 1996). Taksonomi tumbuhan mengklasifikasikan tanaman kemangi ke dalam Famili Lamiaceae, dan Genus Ocimum.

Tanaman kemangi terdiri dari 65 spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis, memiliki tinggi sekitar 20-60 cm. Kemangi asal India dan daerah Asia memiliki bunga berwarna putih-ungu (Klimankova et al. 2008). Daun kemangi mengandung minyak esensial yang beraroma khas aromatik dan dapat digunakan dalam bentuk segar dan kering untuk membumbui berbagai jenis makanan (Grayer et al. 2004). Komposisi minyak esensial pada tanaman kemangi menentukan aroma spesifik tanaman dan rasa bumbu tersebut. Tidak hanya jenis tetapi praktek budidaya dan kondisi lingkungan mempengaruhi komposisi minyak esensial (Jirovetz et al. 2003; Vina dan Murillo 2003).

Batang tanaman memiliki cabang banyak, berdaun tunggal, daun berbentuk bulat telur, ujung daun runcing dan pangkal daun tumpul. Tulang daun menyirip dengan panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, memiliki tangkai daun yang panjangnya sekitar 1 cm. Tanaman kemangi mulai berbunga berumur 8-12 minggu setelah tanam (Sunarto 1994).

Ocimum americanum L. dapat tumbuh dari ketinggian 500-2000 m dpl (Sunarto 1994), Ocimum tenuiflorum L. dapat tumbuh sampai ketinggian 600 m dpl (Guzman dan Siemonsma 1999), Ocimum gratissimum L dapat tumbuh sampai pada ketinggian 1500 m dpl (Sulistiarini 1999), dan Ocimum basilicum L. dapat tumbuh dari ketinggian 400-1100 m dpl (Aguilar et al. 1999). Kemangi yang ditanam pada dataran tinggi daunnya akan lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan kemangi yang ditanam pada dataran rendah umumnya mempunyai daun yang kecil, tipis dan berwama hijau pucat (Sunarto 1994). Tanaman kemangi belum begitu optimal dibudidayakan sehingga sebagian ada yang berada di pinggir jalan, dan tempat-tempat terbuka di pemukiman.

Keragaman Kemangi

Tanaman tahunan dan aromatik ini merupakan famili Lamiaceae. Ada sekitar 35 spesies tumbuhan yang sudah diketahui. Sebagian besar spesies tersebut berasal dari daerah beriklim tropis dan hangat. Beberapa spesies kemangi adalah

Ocimum americanum L., Ocimum basilicum L., Ocimum basilicum

var thyrsiflora. atau Thai basil, Ocimum campechianum atau basil Amazon,

Ocimum gratissimum L. atau Basil Afrika, dan Ocimum tenuiflorum L. (Ocimum sanctum L.). Ocimum tenuiflorum L. biasa disebut Holy Basil atau Tulsi (Grayer

et al. 1996).

(19)

5 yang tinggi ramping), Italian basil (berdaun besar dan kuat), Bush basil (jenis kerdil yang pendek dan berdaun kecil), Thai basil, Purpurascens (berwarna ungu), Dark opal, dan Citriodorum. Menurut Sunarto (1994) di Malaysia kemangi dibedakan menjadi 4 spesies antara lain: Ocimum americanum L., Ocimum basilicum L., Ocimum gratissicum L., dan Ocimum tenuiflorum L.

Hadipoentyanti dan Wahyuni (2008) mengelompokan 7 spesies kemangi menjadi 2 kelompok berdasarkan analisis gerombol. Gerombol pertama adalah

Ocimum basilicum (daun hijau) (basil) dan Ocimum minimum (selasih ngombol). Gerombol kedua terdiri dari nomor koleksi Ocimum gratissimum (ruku-ruku hutan), Ocimum gratissimum (ruku-ruku hutan), Ocimum sanctum (ruku-ruku),

Ocimum basilicum (daun keunguan) (basil) dan Ocimum canum (kemangi).

Produksi Kemangi

Penelitian Lestari (2008) menunjukkan bahwa pemupukan pada tanaman kemangi dapat meningkatkan jumlah cabang, panjang cabang, jumlah daun, bobot basah panen per tanaman dan bobot basah panen per bedeng. Pupuk buatan (N: 100 kg ha-1, P2O5: 135 kg ha-1, K2O: 135 kg ha-1) dapat meningkatkan panen per bedeng menjadi 1511.00 g, dengan potensi panen sekitar 3.15 ton ha-1. Pupuk kandang + Pupuk Buatan (pukan: 5 ton ha-1 + N: 100 kg ha-1, P2O5: 135 kg ha-1, K2O: 135 kg ha-1) dapat meningkatkan bobot basah panen per bedeng menjadi 1371.30 g, dengan potensi panen sekitar 3.09 ton ha-1.

Jarak tanam juga berpengaruh terhadap produksi kemangi. Penelitian Pambayun (2008) menunjukkan jarak tanam yang longgar dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot panen per tanaman. Perlakuan terbaik diperoleh pada dua jarak tanam, jarak tanam pertama 50 cm x 10 cm (populasi 200 000 tanaman ha-1) dan jarak tanam kedua 50 cm x 13.3 cm (populasi 150 000 tanaman ha-1). Kedua jarak tanam tersebut menghasilkan panen per bedeng sebanyak 1053.33 g, dengan potensi panen sekitar 2.63 ton ha-1.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2010), pemberian dosis pupuk kandang pada dua aksesi kemangi (Ocimum basilicum L.) meningkatkan pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri kemangi. Dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam memberikan rata-rata produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang msing-masing 5.16 dan 4.52 g bobot kering total. Rendemen minyak atsiri aksesi kemangi Bogor dan Karawang yang diberikan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang ayam. Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 30 ton ha-1 menghasilkan randemen minyak atsiri sebanyak 0.11% untuk aksesi Bogor, dan 0.21% untuk aksesi Karawang. Randemen minyak atsiri tanpa pemberian pupuk kandang ayam lebih sedikit randemennya, aksesi Bogor randemen minyak atsirinya sebanyak 0.04% sedangkan aksesi Karawang randemen minyak atsirinya sebanyak 0.16%.

Manfaat Kemangi

(20)

6

tradisional di berbagai bagian dunia. Tanaman kemangi mengandung minyak esensial yang memberikan rasa dan aroma yang unik (Svecova 2010).

Tingkat minyak esensial dan senyawa lainnya bervariasi antara aksesi kemangi, hal ini tergantung pertumbuhannya. Menurut Svecova (2010) variasi kandungan minyak esensial dari Ocimum basilicum L. juga disebabkan oleh kondisi lingkungan serta faktor genetik aksesi tersebut. Berdasarkan penelitian Sulianti (2008) perbedaan tempat tumbuh Ocimum sp. sangat berpengaruh terhadap komposisi kimia minyak esensial yang dihasilkan. Minyak esensial kemangi dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan komponen kimia utama seperti terpineol sebesar 1.32% sedangkan minyak esensial dari Kenya, Afrika, dan Togo menghasilkan senyawa terpineol di atas 40%. Hasil destilasi penelitian menghasilkan minyak atsiri kemangi sebesar 0.061% per berat basah bagian tumbuhan.

Bagian yang paling banyak untuk dikonsumsi dari kemangi ini adalah daunnya. Pada daun kemangi ini banyak mengandung vitamin A dan C, serta mineral P, Ca, dan Fe. Daun Ocimum sanctum L. juga mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi ini juga dapat berfungsi sebagai antiseptik (Andarwulan dan Faradila 2012).

Tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun. Kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh, lalapan kemangi segar dapat mengatasi masalah bau badan, bau mulut, dan ASI kurang subur. Tanaman kemangi juga dapat sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik. Selain itu juga kemangi dapat digunakan dalam pengobatan sakit kepala, batuk, diare, sembelit, kutil, dan kerusakan ginjal (Ozcan

et al. 2005).

Selain dikonsumsi sebagai sayuran segar dan sebagai bahan obat-obatan kemangi juga dapat digunakan sebagai bahan pewangi pada sabun cuci tangan cair melalui ekstraksi dan pemanfaatan minyak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) (Anggraini 2002). Selain itu juga pemanfaatan kemangi juga dapat dilakukan dengan menjadikannya permen tablet melalui ekstraksi daun kemangi (Ocimum basilicum L.) (Rosadi 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Zheljazkov et al. (2008) tentang hasil dan komposisi Ocimum basilicum L. dan Ocimum sanctum L. yang ditanam di empat lokasi di Mississippi menunjukan secara keseluruhan, kultivar kemangi dapat tumbuh dengan baik, dengan daun segar dan hasil minyak esensial yang tinggi. Kandungan minyak esensial dan hasil minyak atsiri dalam bobot kering adalah sebagai berikut: sweet basil menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0.07% menjadi 0.50% dan kandungan minyak atsiri sebanyak 0.7-11.0 kg ha-1. Sweet basil Jerman menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0.2% menjadi 0.5% dan dan kandungan minyak atsiri sebanyak 1.4-13.0 kg ha-1. Holy basil varietas lokal menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0,08% menjadi 0,40% dan kandungan minyak atsiri sebanyak 0,6-5,3 kg ha-1. Komponen utama sweet basil

(21)

7

3

EKSPLORASI DAN KEMIRIPAN ANTAR AKSESI

KEMANGI (

Ocimum

sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT

DI JAWA BARAT

Abstrak

Kemangi merupakan sayuran indigenous yang potensial dikembangkan menjadi varietas komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aksesi kemangi yang terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat. Hasil analisis gerombol dikelompokkan menjadi 4 gerombol. Gerombol I yaitu KM 2, KM 3, KM 4, KM 5, KM 6, KM 7, KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14, KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 dan KM 34. Gerombol II yaitu KM 21, gerombol III yaitu KM 1, dan gerombol IV yaitu KM 23.Ciri utama gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama gerombol II adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri utama gerombol III adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan jumlah tunas yang berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama gerombol IV adalah terdapat warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.

Kata Kunci: Analisis gerombol, eksplorasi, Ocimum sp. Abstract

Basil is the potential of indigenous vegetables to be developed commercial varieties. This study was conducted to identify some characters of basil landraces wich grow in West Java. The results of the clusters analysis were grouped into four clusters. Clusters I was consisted of KM 2, KM 3, KM 4, KM 5, KM 6, KM 7, KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14, KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 and KM 34. Clusters II, III, and IV were only consisted of one landraces wich were KM 21, KM 1, KM 23 respectively. The main characteristics of clusters I were absent of stem anthocyanin colouration, present of stem hairiness, with more than three of stem number of flowering shoots, and absent of leaf blade anthocyanin coloration of upper side. The main characteristics of clusters II were high in plant density of and present of stem anthocyanin coloration. The main characteristics of clusters III were high in plant density with only one stem number of flowering shoots. The main characteristics of clusters IV were present of stem anthocyanin colouration, absent of stem hairiness and present of leaf blade anthocyanin coloration of upper side.

(22)

8

PENDAHULUAN

Sayuran indigenous dapat dijadikan sebagai bahan pangan sayuran alternatif. Salah satu jenis sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan adalah kemangi. Kemangi menyebar di beberapa tempat di banyak negara. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Svecova dan Neugebauerova (2010) di Republik Ceko terdapat 34 kultivar kemangi yang memiliki keanekaragaman morfologi dan karakteristik biologi serta memiliki tingkat minyak esensial yang tinggi (1.8-14.3 ml kg-1). Koleksi yang dilakukan oleh Stanko et al. (2011) terdapat 46 aksesi kemangi yang diperoleh dari beberapa negara yaitu 16 aksesi asal Kanada, 8 aksesi asal Jerman, 6 aksesi asal Italia, 4 aksesi asal Kroasia, 1 aksesi asal Macedonia, 3 aksesi asal Slovakia, 3 aksesi asal Austria, 1 aksesi asal USA, dan 4 aksesi asal Russia. Menurut Singh (2012) di negara bagian Utara Pradesh, India terdapat 5 spesies kemangi dari genus Ocimum yaitu Ocimum americanum L.,

Ocimumbasilicum L., Ocimumgratissimum Guerke, Ocimumkilimandscharicum

Guerke dan Ocimum tenuiflorum L.

Di Indonesia, eksplorasi aksesi kemangi masih belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian telah mengeksplorasi aksesi kemangi yaitu empat aksesi dari Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Subang (Putrasamedja 2005), sembilan aksesi kemangi berasal dari Kabupaten Bogor dan Pandeglang (Laksana 2007), satu aksesi asal Serang, satu aksesi asal Malang, dan lima aksesi asal Bogor (Hadipoentyanti dan Wahyuni 2008). Namun semua aksesi di atas belum dijadikan varietas komersial.

Eksplorasi aksesi kemangi sangat penting dilakukan dalam rangka memanfaatkan dan melestarikan plasma nutfah. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan salah satu sayuran indigenous ini menjadi varietas komersial. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Eksplorasi aksesi kemangi di beberapa tempat dijawa barat

Eksplorasi dilakukan di beberapa tempat di Jawa Barat yaitu Bogor (9 lokasi), Karawang (9 lokasi), Subang (6 lokasi), Kuningan (3 lokasi), Majalengka (4 lokasi), Garut (2 lokasi) dan Bandung (5 lokasi). Hasil ekplorasi kemangi berupa benih kemangi, buah kemangi yang sudah tua, dan bibit kemangi. Eksplorasi dimulai Mei-Juli 2013. Penanaman dilakukan pada Mei-November 2013 di Kebun Percobaan IPB Tajur.

Eksplorasi dimulai dengan mencari informasi tentang petani atau masyarakat yang membudidayakan kemangi di Dinas Pertanian, apabila informasi tidak tersedia biasanya Dinas Pertanian merekomendasikan salah seorang PPL untuk memberikan informasi tentang petani atau masyarakat yang membudidayakan kemangi. Pencarian informasi juga dapat dilakukan di pasar dengan melakukan wawancara para pedagang yang menjual kemangi. Informasi yang kita peroleh dari kedua sumber tersebut dapat kita jadikan acuan untuk mencari petani atau masyarakat yang menanam kemangi.

Identifikasi dan kemiripan aksesi kemangi

(23)

9 penyemaian terlebih dahulu. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan tray semai 72 sel. Media tanam yang digunakan adalah media komersil. Media tanam tersebut terdiri atas fine kompos/pakis, fine skin powder, coconut skin powder, arang sekam, dan humus. Bibit kemangi yang sudah berdaun enam (atau ± 20 cm) ditanam pada bedengan dengan ukuran 1x2 m2. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam double row, jarak antar baris tanaman 30 cm, dan jarak antar tanaman dalam baris 20 cm.

Pengamatan dilakukan berdasarkan deskriptor tanaman kemangi (UPOV 2003). Skoring untuk karakter kemiripan yang diamati adalah:

1) Tipe tanaman : bulat (1), menengah (2) dan tegak (3). 2) Tinggi tanaman : pendek (3), sedang (5) dan tinggi (7).

3) Kerapatan tanaman : longgar (3), sedang (5) dan padat/rapat (7). 4) Warna antosianin batang : tidak ada (1) dan ada (9).

Bulat (rounded) Menengah (intermediate) Tegak (erect) Gambar 2. Tipe Tanaman.

5) Intensitas warna antosianin batang : lemah (3), sedang (5) dan kuat (7). 6) Bulu pada batang : tidak ada (1) dan ada (9).

7) Jumlah tunas yang berbunga (pada saat bunga penuh) pada batang : satu (1), tiga (2) dan lebih dari tiga (3).

Satu Tiga Lebih dari tiga (One) (three) (more than three) Gambar 3. Jumlah tunas yang berbunga pada batang (saat bunga penuh). 8) Bentuk helai daun : bulat lebar (1), bulat telur (2) dan bulat panjang (3). 9) Panjang helai daun : pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

(24)

10

11) Warna antosianin pada bagian atas helai daun : tidak ada (1) dan ada (9). 12) Warna antosianin pada bagian bawah helai daun : lemah (3), sedang (5) dan

kuat (7).

13) Penyebaran antosianin helai daun : beberapa (1), banyak (2) dan penuh (3).

Bulat lebar Bulat telur Bulat panjang (broad ovate) (ovate) (ecliptic)

Gambar 4. Bentuk Helai daun.

14) Varitas tanpa antosianin saja: warna hijau helai daun: terang (3) sedang (5) dan gelap (7).

15) Kecerahan helai daun :sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7) dan sangat kuat (9).

16) Melepuh helai daun : sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5) dan kuat (7). 17) Profil di penampang helai daun : cembung (1), datar (2), cekung (3) dan

berbentuk V (4).

Cembung Datar Cekung Berbentuk v (Convex) (Flat) (Concave) (V-shape)

Gambar 5. Profil penampang di helai daun. 18) Tepi bergerigi helai daun : tidak ada (1) dan ada (9).

19) Kedalaman gerigi helai daun : dangkal (3), sedang (5) dan dalam (7).

(25)

11 20) Tepi bergelombang helai daun : sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5) dan

kuat (7).

21) Panjang tangkai daun : pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

22) Panjang ruas rata-rata flowering stem (malai) (akhir pembungaan): pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

23) Panjang total (akhir pembungaan) flowering stem (malai) : pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

24) Bulu pada flowering stem (malai) : tidak ada (1) dan ada (9). 25) Warna mahkota bunga : putih (1), pink (2) dan violet gelap (3) 26) Warna bunga : putih (1) dan violet cerah (2).

27) Umur berbunga (10 % tanaman berbunga) : sangat genjah (1), genjah (3), sedang (5), dalam (7) dan sangat dalam (9).

Gambar 7. Panjang ruas rata-rata dan panjang malai.

(26)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Aksesi Kemangi di Beberapa Tempat di Jawa Barat

Eksplorasi dari berbagai tempat di Jawa Barat mendapatkan 38 aksesi (Tabel 1). Aksesi-aksesi tersebut memiliki penampilan yang beragam. Berdasarkan informasi dari lokasi eksplorasi sebagian besar kemangi digunakan sebagai sayuran dalam bentuk segar (lalapan), serta ada yang dapat digunakan sebagai minuman seperti teh dan pestisida nabati.

Tabel 1. Hasil eksplorasi aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat.

No Kabupaten Lokasi Koordinat Elevasi

(m dpl)

Perolehan No aksesi 1

Bogor

Ciaruten hilir S : 06032’05” T : 106040’33” 154 Buah tua KM 11 2 Bojong S : 06031’06” T : 106045’15” 165 Bibit KM 2 3 Wangun Jaya S : 06032’27” T : 106040’32” 181 Buah tua KM 10 4 Semplak Barat S : 06032’22” T : 106044’33” 204 Buah tua KM 19 5 Karekel S : 06032’54” T : 106038’30” 221 Buah tua KM 7 6 Warung Loa S : 06039’38” T : 106044’18” 712 Buah tua KM 9 7 Tugu Selatan S : 06041’17” T : 106057’00’ 963 Bibit KM 1 8 Cibereum Ceremai S : 06034’32” T : 106044’23” 150 Buah tua KM 26 9 Padati Mondok S : 06032’49” T : 106040’27” 182 Buah tua KM 3 10

Karawang

Karawang

Suka Merta S : 06014’43” T : 107022’11” 32 Buah tua KM 22 11 Kedaung S : 06017’35” T : 107026’29” 32 Buah tua KM 16 12 Dayeh Luhur S : 06013’22” T : 107023’40” 35 Buah tua KM 21 13 Rengas Dengklok Utara S : 06008’46” T : 107018’10” 36 Buah tua KM 8 14 Plawad S : 06017’34” T : 107020’48” 45 Buah tua KM 37 15 Talaga Sari S : 06017’03” T : 107023’01” 50 Buah tua KM 18 16 Maja Laya S : 06018’24” T : 107022’07” 50 Buah tua KM 20 17 Parakan S : 06020’12” T : 107028’08” 53 Buah tua KM 6 18 Taman Sari S : 06025’44” T : 107012’48” 93 Buah tua KM 17 19

Subang

Padaasih S : 06032’33” T : 107051’42” 54 Bibit KM 5 20 Karesek S : 06030’11” T : 107046’09” 88 Buah tua KM 12 21 Dangder S : 06032’21” T : 107044’20” 123 Buah tua KM 29 22 Dauwan kaler S : 06033’06” T : 107042’26” 127 Buah tua KM 38 23 Bunihayu S : 06039’45” T : 107041’09” 520 Buah tua KM 31 24 Palasari S : 06043’22” T : 107040’07” 850 Buah tua KM 13 25

Kuningan

karamat Mulya S : 06055’35” T : 108029’28” 550 Buah tua KM 33 26 Sukamukti S : 06055’54” T : 108027’37” 718 Buah tua KM 27 27 Cisantana S : 06057’41” T : 108027’04” 798 Buah tua KM 35 28

Majalengka

Majalengka Barat S : 06049’41” T : 108012’14” 115 Buah tua KM 28 29 Kulur S : 06052’42” T : 108015’32” 346 Buah tua KM 32 30 Sindangkerta S : 06052’26” T : 108017’21” 498 Buah tua KM 34 31 Sukadana S : 06054’13” T : 108019’48” 891 Buah tua KM 25 32

Bandung Barat

Sandang Mekar S : 06046’32” T : 107030’15” 1011 Buah tua KM 36 33 Sandang Mekar S : 06046’33” T : 107030’13” 1008 Buah tua KM 15 34 Cigugur Girang S : 06050’46” T : 107035’02” 1054 Buah tua KM 30 35

Bandung Cisondari S : 07 007’54”

T : 107029’34” 1380 Buah tua KM 23 36 Cibodas S : 07006’15” T : 107029’19” 1152 Buah tua KM 24 37

Garut

Mekar Jaya S : 07011’25” T : 107051’29” 890 Buah, Bibit

KM 4

38 Cipicung S : 07009’57” T : 107057’05” 719 Buah tua KM 14

(27)

13 berbunga lebih dari tiga, tepi daun bergerigi dengan kedalaman gerigi dangkal,warna bunga dan mahkota bunga putih serta waktu berbunga cepat.

Di Kabupaten Garut didapatkan dua kelompok aksesi, aksesi berdaun lebar dan aksesi berdaun kecil. Aksesi berdaun lebar merupakan aksesi Mekar Jaya dan aksesi yang berdaun kecil merupakan aksesi Cipicung. Aksesi Mekar Jaya memiliki bentuk daun yang lebih lebar dengan warna hijau yang lebih cerah, dan memiliki batang yang berwarna hijau cerah. Aksesi ini paling banyak digunakan sebagai lalapan. Aksesi Cipicung memiliki bentuk daun yang lebih kecil dan berwarna hijau gelap, serta memiliki batang yang juga berwarna hijau gelap. Aksesi ini biasanya digunakan sebagai bumbu masakan untuk penyedap rasa.

Kemangi selain dimanfaatkan sebagai lalapan juga dapat dijadikan sebagai minuman seperti teh. Aksesi ini bernama kalingsir, yang diperoleh dari Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Cisarua Desa Sandang Mekar dengan elevasi 1011 m dpl. Aksesi Sandang Mekar memiliki bentuk biji yang bulat dan berwarna coklat muda, serta memiliki batang yang lebih keras. Aksesi ini juga memiliki bau yang sangat harum bila dibandingkan dengan aksesi lainnya.

Aksesi Cisondari memiliki manfaat yang lain, yaitu dapat dijadikan sebagai pestisida nabati yang dapat berfungsi untuk menarik lalat buah. Aksesi ini memiliki batang dan tulang daun berwarna ungu, dan memiliki bau yang berbeda bila dibandingkan dengan aksesi yang lainnya. Pemanfaatan kemangi sebagai pestisida nabati di Desa Cisondari digunakan oleh kelompok tani pertanian organik. Di Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung aksesi ini disebut selasih.

Manfaat kemangi yang lain yaitu dapat digunakan sebagai inhibitor korosi seng (Sharma et al. 2009), dan mempercepat penyembuhan infeksi

Staphylococcus aureus pada punggung kelinci (Naibaho et al. 2013). Di India kemangi digunakan dalam pengobatan tradisional yang bermanfaat sebagai obat sakit kepala, demam, diare dan pneumonia (Prabhu et al. 2009). Menurut Rajalakshmi et al. (2013), ekstrak etanol daun kemangi dapat dijadikan sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas sp., Klebsiella pnuemoniae, Shigella sonnei dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50, 100, 150, 200

dan 250 μl.

Identifikasi dan Kemiripan Aksesi Kemangi Identifikasi Aksesi Kemangi

Tiga puluh delapan aksesi yang diperoleh 4 aksesi tidak tumbuh saat dilakukan penyemaian yaitu 1 aksesi Karawang, 1 aksesi Kuningan, 1 aksesi Subang, dan 1 aksesi Bandung Barat, sehingga aksesi yang dapat ditanam berjumlah 34 aksesi, dan kemudian diidentifikasi. Identifikasi dilakukan oleh Pusat Kajian Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 34 aksesi termasuk ke dalam 4 spesies kemangi yaitu

Ocimum tenuiflorum L., Ocimum basilicum L., Ocimum gratissimum subsp.

gratissimum, dan Ocimum americanum L. (Tabel 2) (Identifikator : Ruspandi dan Ikar Supriyatna). The Plant List (2010) melaporkan terdapat 333 spesies dari genus Ocimum sp.

(28)

14

KM 22, KM 25, KM 26, KM 32, KM 33 dan KM 34. Ocimum tenuiflorum L. merupakan sinonim dari Ocimum sanctum L. (Aguilar at al. 1999; Kalita dan Latif 2013). Spesies ini mempunyai ciri utama batang tanaman pendek, batang dan daun berwarna hijau, bentuk helai daun bulat lebar, panjang ruas rata-rata malai yang panjang, malai yang panjang dan cepat berbunga. AVRDC (2004) melaporkan bahwa terdapat 13 spesies Ocimum tenuiflorum L. telah dikoleksi yang berasal dari 3 Negara yaitu 11 dari Thailand, 1 dari Bangladesh dan 1 berasal dari Lao People's Democratic Republic. Tiga belas spesies memiliki 3 warna bunga yaitu pink, ungu dan putih. Tujuh dari spesies tersebut telah memiliki nama kultivar. Umur berbunga Ocimum tenuiflorum L. berkisar dari 66 HST sampai dengan 178 HST, sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa umur berbunga spesies ini lebih cepat yaitu 38 HST dan 44 HST.

Tabel 2. Hasil identifikasi aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat. No No Aksesi Nama Suku Asal 1 KM 01 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 2 KM 02 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 3 KM 03 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 4 KM 04 Ocimum basilicum L. Lamiaceae Garut 5 KM 05 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Subang 6 KM 06 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 7 KM 07 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 8 KM 08 Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum Lamiaceae Karawang 9 KM 09 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 10 KM 10 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 11 KM 11 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 12 KM 12 Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum Lamiaceae Subang 13 KM 13 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Subang 14 KM 14 Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum Lamiaceae Garut 15 KM 15 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bandung 16 KM 16 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 17 KM 17 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 18 KM 18 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 19 KM 19 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 20 KM 20 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 21 KM 21 Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum Lamiaceae Karawang 22 KM 22 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Karawang 23 KM 23 Ocimum basilicum L. Lamiaceae Bandung 24 KM 24 Ocimum americanum L. Lamiaceae Bandung 25 KM 25 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Majalengka 26 KM 26 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Bogor 27 KM 27 Ocimum americanum L. Lamiaceae Kuningan 28 KM 28 Ocimum americanum L. Lamiaceae Majalengka 29 KM 29 Ocimum americanum L. Lamiaceae Subang 30 KM 30 Ocimum americanum L. Lamiaceae Bandung 31 KM 31 Ocimum americanum L. Lamiaceae Subang 32 KM 32 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Majalengka 33 KM 33 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Kuningan 34 KM 34 Ocimum tenuiflorum L. Lamiaceae Majalengka

Terdapat dua aksesi yang termasuk ke dalam spesies Ocimum basilicum L.

(29)

15 yang sangat lebar, batang dan daun berwarna hijau terang. Aksesi kedua adalah KM 23 mempunyai ciri utama batang yang tinggi, terdapat warna ungu di batang, tulang daun, dan malai. Malai memiliki cabang lebih dari tiga cabang. Menurut Kardinan (2011) dan Darwiati (2012), aksesi ini dapat bermanfaat sebagai pestisida nabati yang dapat berfungsi untuk menarik lalat buah.

Koleksi yang dilakukan oleh AVRDC (2004) terdapat 8 spesies Ocimum basilicum L. kemangi yang berasal dari 4 negara yaitu 5 berasal dari Thailand, 1 dari Taiwan, 1 dari Vietnam dan 1 berasal dari Jepang. Tiga dari delapan spesies tersebut telah memiliki nama kultivar. Kultivar Horaphaa berasal dari Thailand, memiliki penampilan batang berwarna ungu, bunga berwarna pink, dan umur berbunga 66 HST. Kultivar Phak Khom berasal dari Thailand, memiliki penampilan batang berwarna hijau, warna daun hijau, warna bunga pink dan umur berbunga 113 HST. Kultivar Hung Que berasal dari Vietnam, memiliki penampilan batang berwarna ungu, warna daun hijau, warna bunga pink, dan umur berbunga 66 HST. Menurut Sajjadi (2006), di Iran bunga Ocimum basilicum

L. ada yang berwarna putih, merah dan ungu.

Stanko et al. (2011) mengelompokkan Ocimum basilicum L. menjadi enam kelompok menurut tipe morfologinya. Kelompok pertama adalah kemangi berdaun kecil. Kelompok kedua adalah kemangi berdaun mirip selada. Kelompok ketiga adalah true basil. Kelompok keempat adalah kemangi ungu A ditandai dengan batang dan bunga berwarna ungu tetapi daun berwarna hijau. Kelompok kelima kemangi ungu B ditandai dengan hampir semua bagian tanaman berwarna ungu. Kelompok keenam kemangi ungu C ditandai dengan kombinasi spesifik dari sifat kecerahan helai daun seperti pada kemangi daun selada dan warna ungu pada morfologi kemangi ungu B. Berdasarkan hasil pengelompokkan tersebut KM 4 termasuk kedalam kelompok ketiga (true basil) dan KM 23 termasuk ke dalam kelompok empat (kemangi ungu A) tetapi memiliki perbedaan warna bunga yaitu KM 23 memiliki warna bunga putih sedangkan kemangi ungu A bunganya berwarna ungu.

(30)

16

Ocimum americanum L. memiliki ciri utama tipe tanaman bulat, tinggi batang tanaman sedang, bentuk daun bulat telur, warna batang dan daun hijau, panjang ruas rata-rata malai sedang dan panjang total malai panjang. Hasil identifikasi dari 34 aksesi kemangi, yang termasuk dalam spesies ini yaitu KM 24, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31. AVRDC (2004) telah mengoleksi 8 spesies Ocimum americanum yang berasal dari Thailand (7 spesies) dan Indonesia (1 spesies). Tiga dari delapan spesies tersebut telah memiliki nama kultivar yaitu Maeng-lak. Kultivar pertama memiliki penampilan, hipokotil berwarna hijau, batang berwarna hijau, warna daun hijau, bentuk daun lanset, warna bunga putih, dan umur berbunga 112 HST. Kultivar kedua memiliki penampilan hipokotil pada bagian bawah setengahnya berwarna ungu, batang berwarna hijau, warna daun hijau, warna bunga putih, dan umur berbunga 66 HST. Kultivar yang ketiga berpenampilan hipokotil pada bagian bawah setengahnya berwarna ungu, batang berwarna hijau, warna bunga putih, dan umur berbunga 66 HST. Koleksi AVRDC (2004) yang berasal dari Indonesia memiliki penampilan hipokotil berwarna ungu, warna batang hijau, warna daun hijau, bentuk daun bulat panjang, warna bunga ungu, dan umur berbunga 171 HST.

Kemiripan Aksesi Kemangi Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama (AKU) bertujuan untuk mengelompokkan aksesi yang diamati dengan cara mereduksi karakter pengamatan yang cukup banyak menjadi beberapa komponen utama yang berdimensi lebih kecil dan saling bebas. Jumlah komponen utama yang terbentuk dapat dilihat dari nilai akar ciri. Hasil analisis komponen utama menunjukan bahwa terdapat 5 komponen yang memiliki akar ciri diatas 1. Nilai akar ciri menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis dan nilai akar ciri kurang dari satu tidak valid digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk (Yunianti et al. 2007). Lima komponen tersebut adalah hasil dari reduksi 18 peubah yang dapat menerangkan keragaman sebesar 72.96% (Tabel 3).

(31)
[image:31.595.102.505.80.796.2]

17 Tabel 3. Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen utama.

Komponen

Akar Ciri Ekstraksi Akar Kuadrat

Total % Keragaman

%

Kumulatif Total

% Keragaman

% Kumulatif 1 4.604 25.58 25.58 4.604 25.58 25.58 2 3.243 18.018 43.598 3.243 18.018 43.598 3 2.577 14.317 57.914 2.577 14.317 57.914 4 1.501 8.339 66.254 1.501 8.339 66.254 5 1.208 6.712 72.965 1.208 6.712 72.965 6 0.978 5.431 78.397

7 0.861 4.785 83.182 8 0.706 3.92 87.102 9 0.53 2.945 90.047 10 0.422 2.346 92.393 11 0.345 1.918 94.311 12 0.315 1.752 96.063 13 0.233 1.295 97.358 14 0.169 0.938 98.296 15 0.151 0.839 99.135 16 0.099 0.551 99.686 17 0.056 0.314 100

[image:31.595.103.502.96.403.2]

18 7.18E-17 3.99E-16 100

Tabel 4. Nilai Vektor Ciri Tiga Komponen.

Karakter Kode Komponen I II III Tipe tanaman P1 0.566 -0.555 -0.239 Tinggi tanaman P2 0.588 -0.153 -0.101 Kerapatan tanaman P3 -0.181 0.778 0.09 Warna antosianin batang P4 0.334 0.592 -0.666 Bulu pada batang P6 -0.419 -0.563 0.696 Jumlah tunas yang berbunga pada batang P7 -0.178 -0.381 -0.517 Bentuk helai daun P8 -0.206 -0.407 -0.31 Panjang helai daun P9 0.78 -0.043 0.345 Lebar helai daun P10 0.756 -0.023 0.372 Warna antosianin pada bagian atas helai daun P11 0.524 0.372 -0.613 Varitas tanpa antosianin saja: warna hijau helai daun P14 0.435 0.083 -0.021 Kecerahan helai daun P15 0.037 0.564 0.096 Melepuh helai daun P16 0.021 0.651 0.169 Profil di penampang helai daun P17 -0.646 0.499 0.089 Tepi bergelombang helai daun P20 -0.189 0.333 0.459 Panjang tangkai daun P21 0.798 0.104 0.19 Panjang ruas rata-rata malai P22 0.884 0.006 0.296 Panjang total malai P23 0.163 0.259 0.443

(32)

18

KM 3, KM 4, KM 5, KM 6, KM 7, KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14, KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 dan KM 34. Kelompok II terdiri dari satu aksesi yaitu KM 21. Kelompok III terdiri dari satu aksesi yaitu KM 1. Kelompok IV terdiri dari satu aksesi yaitu KM 23.

[image:32.595.78.487.75.787.2]

Ciri utama kelompok I adalah tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama kelompok II adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri utama kelompok III adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan jumlah tunas yang berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama kelompok IV adalah terdapat warna antosianin pada batang. tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.

(33)

19 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 dan KM 34. Kelompok III terdiri dari satu aksesi yaitu KM 1.

[image:33.595.113.514.240.566.2]

Kelompok I mempunyai ciri utama tinggi tanaman tinggi, terdapat warna antosianin batang, tidak terdapat bulu pada batang, terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun, panjang tangkai daun panjang, dan panjang ruas rata-rata malai panjang. Kelompok II mempunyai ciri utama tinggi tanaman pendek, tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang satu, tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun, panjang tangkai daun panjang, dan panjang ruas rata-rata malai panjang. Kelompok III mempunyai ciri utama tidak terdapat warna antosianin pada batang, terdapat bulu batang, tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun, panjang tangkai daun pendek, dan panjang ruas rata-rata malai pendek.

(34)

20

[image:34.595.100.483.215.564.2]

Ciri utama kelompok I adalah kerapatan tanaman sedang, terdapat warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama kelompok II adalah kerapatan tanaman padat, terdapat warna antosianin pada batang, terdapat bulu batang dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama kelompok III adalah kerapatan tanaman padat, tidak terdapat warna antosianin pada batang, terdapat bulu pada batang, jumlah tunas yang berbunga satu, dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama kelompok IV adalah kerapatan tanaman sedang, tidak terdapat warna antosianin pada batang, terdapat bulu pada batang, tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.

Gambar 10. Pengelompokkan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU II dan KU III.

Analisis Gerombol

Analisis ini bertujuan mengelompokkan aksesi ke dalam beberapa kelas. sehingga aksesi di dalam satu kelas lebih homogen (serupa) dibandingkan dengan aksesi di dalam kelas lain. Kriteria pengelompokan dapat didasarkan pada kemiripan. Kemiripan ini dapat diukur menggunakan sebuah indeks dengan makna tertentu seperti jarak euclidean (akar ciri) atau jarak lain, sejenis indeks peluang, atau yang lainnya dan semakin kecil jarak akar ciri antar dua aksesi, semakin mirip aksesi tersebut satu sama lain (Yunianti et al. 2007).

(35)
[image:35.595.91.513.133.752.2]

21 19, KM 20, KM 22, KM 25, KM 26, KM 32, KM 33 dan KM 34). Ocimum basilicum L. (KM 4). Ocimum gratissimum subsp. gratissimum (KM 8, KM 12, KM 14) dan Ocimum americanum L. (KM 24, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31). Gerombol II berjumlah satu aksesi yaitu KM 21 (Ocimum gratissimum subsp. gratissimum). gerombol III berjumlah satu aksesi yaitu KM 1 (Ocimum tenuiflorum L.). dan gerombol IV juga memiliki satu aksesi yaitu KM 23 (Ocimum basilicum L.). Pengelompokkan tersebut sama dengan pengelompokkan yang dihasilkan oleh KU I dan KU II serta KU II dan KU III (Gambar 11).

(36)

22

Pengelompokan didasarkan pada pengamatan tipe tanaman, kerapatan tanaman, warna antosianin batang, batang berbulu, jumlah tunas yang berbunga pada batang, warna antosianin pada bagian atas helai daun, melepuh helai daun dan kecerahan helai daun. Ciri utama gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama gerombol II adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri utama gerombol III adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan jumlah tunas yang berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama gerombol IV adalah terdapat warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.

SIMPULAN

1. Tiga puluh empat aksesi dapat dikelompokkan menjadi 4 gerombol berdasarkan analisis gerombol. Gerombol I terdiri dari 31 aksesi yaitu KM 2, KM 3, KM 4, KM 5, KM 6, KM 7, KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14, KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 dan KM 34. Gerombol II memiliki 1 aksesi yaitu KM 21, gerombol III memiliki 1 aksesi yaitu KM 1, dan gerombol IV juga memiliki 1 aksesi yaitu KM 23. 2. Ciri utama gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin pada batang,

(37)

23

4

EVALUASI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KEMANGI

(

Ocimum

sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT

DI JAWA BARAT

Abstrak

Bagian yang dikonsumsi dari tanaman kemangi yaitu daunnya. Daun kemangi ini biasa digunakan untuk lalapan atau digunakan sebagai salah satu bumbu untuk masakan. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi produksi 10 aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat. Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25 dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati, dan aksesi KM 23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Sembilan aksesi secara umum digunakan sebagai sayuran dalam bentuk segar yaitu aksesi KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 dan KM 29. Satu aksesi digunakan sebagai pestida nabati yaitu aksesi KM 23. Potensi panen kemangi berkisar mulai 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1.

Kata kunci: kemangi (Ocimum sp.), potensi panen kemangi. Abstract

Edible part of the basil plant is the leaves. Basil is used for fresh vegetables or used as a spice for cooking. Basil is used commonly for vegetables or a spice for cooking. The objective of this studi is to observation potential yield of 10 basil landraces (Ocimum sp.) which were obtain in exploration of several places in West Java. As many as ten landraces were potential to developed into varieaties. Landraces of KM 2, KM 10, KM 21 and KM 22 had seven with best characters of eight that were observed. Whereas, KM 1, KM 25 and KM 29 had six best characters of eight observed. Landrace of KM 11 and KM 23 had five with best characters of eight that were observed. and KM 4 had four best characters of eight which were observed. Nine landraces are commonly used as a vegetable in fresh form. namely accession KM 1, KM 2, KM 4, KM 10, KM 11, KM 21, KM 22, KM 25 and KM 29. The landraces is used as an organic pesticides is landraces KM 23. Potential yield basil ranged from 4.61 ton ha-1 to 9.63 tons ha-1.

(38)

24

PENDAHULUAN

Pemanfaatan kemangi biasanya digunakan sebagai lalapan atau digunakan sebagai salah satu bumbu untuk masakan, tetapi kemangi juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Haryanti dan Katno (2011) melaporkan bahwa ekstrak etanolik kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan pad sel kanker kolon WiDr sehingga cukup potensial dikembangkan sebagai agen kemopreventif.

Pemanenan daun kemangi dapat dilakukan sekitar 2-3 bulan setelah tanam. dan selanjutnya dilakukan secara berkala. Panen biasanya dilakukan dengan pemotongan tunas muda sekitar 10 cm (Sunarto 1994). Untuk peningkatan hasil panen daun kemangi dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang. Penelitian yang dilakukan Balittro (2008) dosis pupuk kandang sebesar 400 g tanaman-1 dapat menghasilkan panen terna kemangi selama satu periode musim tanam (tiga kali panen) berkisar antara 34.117- 83.958 kg plot-1 (50 tanaman) tergantung spesies tanaman. Menurut Hartatik dan Widowati (2005) aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi produksi beberapa aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dimulai bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014 di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu 10 aksesi sebagai perlakuan, dengan 3 ulangan sebagai kelompok, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman.

Bahan yang digunakan pada percobaan 2 adalah benih kemangi hasil dari seleksi pada percobaan 1. Sebelum dilakukan penanaman di lapangan benih disemai terlebih dahulu. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan tray semai 72 sel. Media tanam yang digunakan adalah media komersil. Media tanam tersebut terdiri atas fine kompos/pakis, fine skin powder, coconut skin powder,

arang sekam, dan humus. Bibit kemangi yang sudah berdaun enam (atau ± 20 cm) ditanam pada bedengan dengan ukuran 1x2 m2. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam double row, jarak antar baris tanaman 30 cm, dan jarak antar tanaman dalam baris 20 cm. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi dengan dosis 25 ton ha-1. Pupuk diberikan sekali yaitu pada saat awal tanam. Interval panen yaitu satu minggu. Pemanenan untuk konsumsi dilakukan pada umur 33 hari setelah tanam. Pemetikan akan merangsang pertumbuhan cabang-cabang yang memungkinkan lebih banyak tunas baru tumbuh, sehingga tunas baru ini dapat dipanen pada periode panen berikutnya (Sunarto 1994).

Peubah yang diamati antara lain:

(39)

25 2. Panjang daun (cm). Panjang daun di ukur mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. dengan meggunakan penggaris. Pengukuran ini dilakukan sebelum panen.

3. Lebar daun (cm). Lebar daun kemangi dapat di ukur mulai dari tepi kiri hingga ke tepi kanan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

4. Panjang tangkai daun (cm). Tangkai daun diukur mulai dari pangkal tangkai daun hingga ke ujung pangkal daun. Pengukuran menggunakan penggaris dan dilakukan sebelum panen.

5. Umur mulai berbunga (HST). Umur bunga dihitung setelah tanaman ditanam hingga tanaman berbunga.

6. Panjang malai (cm). Diukur dari pangkal tangkai malai dekat batang hingga keujung tangkai dekat pangkal malai dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

7. Hasil panen per bedeng (g). Panen dihitung dengan mengumpulkan hasil daun kemangi yang dapat dipetik per bedeng tanam dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan pada saat panen. Panen dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval panen 1 minggu.

8. Panjang ruas malai (cm). Di ukur pada cabang batang pertama pada ruas pertama. di ukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebelum panen.

Data diolah dengan Analisis varian pada taraf 5% jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun 10 aksesi kemangi

[image:39.595.107.515.534.722.2]

Tinggi tanaman dari 10 aksesi beragam. Tanaman yang tinggi memudahkan petani dalam melakukan penyiangan gulma. Namun batang yang tinggi sangat rentan terhadap kerebahan. Semakin tinggi batang maka tingkat kerebahannya semakin tinggi. Umumnya sifat tanaman yang ideal untuk budidaya adalah tanaman yang tidak terlalu tinggi dan batang yang kuat sehingga dapat mengurangi resiko kerebahan.

Tabel 5. Tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun 10 aksesi kemangi.

Aksesi Karakter pengamatan

Tinggi tanaman (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm)

Tugu selatan (KM 1) 65.2 cd 5.8 b 2.8 d

Bojong (KM 2) 73.6 b 6.1 b 3.1 c

Mekar jaya (KM 4) 67.4 bcd 7.7 a 4.5 a

Wangun jaya (KM 10) 71.7 bc 5.7 b 2.7 d

Ciaruten hilir (KM 11) 66.6 cd 5.6 b 2.9 cd

Dayeh luhur (KM 21) 64.7 cd 6.1 b 2.9 cd

Suka merta (KM 22) 64.9 cd 5.8 b 2.8 cd

Cisondari (KM 23) 92.3 a 7.8 a 3.5 b

Sukadana (KM 25) 61.2 d 5.6 b 2.9 cd

Dangder (KM 29) 63.4 d 5.7 b 2.7 d

F Test ** ** **

(40)

26

[image:40.595.87.484.199.706.2]

Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. KM 23 memiliki ukuran tanaman paling tinggi dibandingkan 9 aksesi lainnya (92.3 cm) (Tabel 5). Aksesi ini berpenampilan batang yang berwarna ungu, selain itu tulang daun dan buah juga berwarna ungu. KM 23 termasuk spesies Ocimum basilicum L. Aksesi KM 25 memiliki ukuran tinggi tanaman terpendek (61.2 cm) (Tabel 5), dan termasuk spesies Ocimum tenuiflorum L. Aksesi ini memiliki penampilan berbeda dari KM 23. KM 25 tidak memiliki batang yang berwarna ungu tetapi semua bagian tanaman berwarna hijau. Tanaman ini digunakan sebagai lalapan di daerah asalnya.

Gambar 12. Penampilan daun 10 aksesi kemangi.

(41)

27

[image:41.595.111.511.67.216.2]

Gambar 14. Penampilan daun kemangi yang paling lebar (KM 4) dan yang paling kecil (KM 29) 10 aksesi kemangi.

Aksesi memiliki bentuk daun yang beragam, serta memiliki ukuran panjang dan lebar daun juga beragam. Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun dan lebar daun. Aksesi yang memiliki ukuran daun terpanjang yaitu KM 23 (7.8 cm) dan KM 4 (7.7 cm) (Tabel 5), dan aksesi yang memiliki daun terpendek adalah KM 11 dan KM 25 dengan ukuran daun 5.6 cm. KM 23 memiliki ukuran daun paling panjang tetapi tidak terlalu lebar sehingga KM 23 memiliki bentuk daun bulat panjang (Gambar 13). Berbeda dengan KM 4, aksesi ini memiliki ukuran daun terpanjang juga memiliki ukuran daun terlebar sehingga memiliki bentuk daun yang bulat lebar (Gambar 13). Aksesi KM 4 memiliki bentuk daun yang paling lebar dari pada 9 aksesi lainnya (Gambar 14). Di daerah asalnya aksesi ini lebih banyak digunakan sebagai lalapan bila dibandingkan dengan aksesi yang berdaun kecil. KM 4 termasuk spesies Ocimum basilicum L. dan aksesi ini berasal dari Kabupaten Garut, Kecamatan Tarogong, Desa Mekar Jaya. KM 29 memiliki ukuran daun yang terkecilbila dibandingkan dengan 9 aksesi lainnya. Aksesi ini berasal dari Desa Dangder Kecamatan Subang Kabupaten Subang (Gambar 14).

Panjang tangkai daun, panjang malai dan panjang ruas rata-rata malai pada 10 aksesi kemangi

Pengamatan karakter panjang tangkai daun ditampilkan pada tabel 6. Hasil analisis menunjukan bahwa aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tangkai daun. Beberapa aksesi memiliki ukuran panjang tangkai daun yang sama. Aksesi yang memiliki tangkai daun terpanjang adalah KM 4 dan KM 23. dan aksesi yang memiliki tangkai daun terpendek yaitu KM 1, KM 10, KM 22 dan KM 29.

Sepuluh aksesi memiliki ukuran malai yang beragam (Gambar 15). Aksesi berpengaruh nyata terhadap panjang malai. Ukuran panjang malai berbeda-beda. Satu aksesi memiliki bentuk malai yang berbeda yaitu KM 23 (Gambar 16). Aksesi ini memiliki cabang di malai. rata-rata memiliki 4 cabang. KM 23 berasal dari Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung. Aksesi KM 21 juga memiliki warna ungu tetapi hanya terdapat pada bulu buah saja tidak tersebar di seluruh malai. Aksesi ini merupakan spesies Ocimum gratissimum subsp.

gratissimum. KM 21 berasal dari Desa Dayeh Luhur Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang.

(42)

28

[image:42.595.81.485.95.745.2]

Kebun Raya Bogor aksesi ini merupakan spesies Ocimum tenuiflorum L. Malai aksesi ini semuanya berwarna hijau. Ukuran malai yang pendek yaitu KM 23 (24.3 cm) dan KM 21 (24.4 cm) (Gambar 16).

Gambar 15. Penampilan panjang malai 10 aksesi kemangi.

(43)

29 Tabel 6. Panjang tangkai daun, panjang malai dan panjang ruas malai 10 aksesi

kemangi. Aksesi

Karakter pengamatan Panjang tangkai

daun (cm) Panjang malai (cm)

Panjang ruas malai (cm)

Tugu selatan (KM 1) 2.1 b 26.4 bc 1.3 b

Bojong (KM 2) 2.2 b 30.9 a 1.4 b

Mekar jaya (KM 4) 3.1 a 27.7 abc 1.9 a

Wan

Gambar

Gambar 1. Bagan alur penelitian.
Gambar 3. Jumlah tunas yang berbunga pada batang (saat bunga penuh).
Gambar 6. Kedalaman gerigi pada helai daun.
Gambar 7. Panjang ruas rata-rata dan panjang malai.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Istilah pesan dakwah lebih tepat untuk menjelaskan tentang isi dakwah yang dapat berupa lukisan, gambar, kata dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman

Jika pemilihan topik dilakukan dengan baik, maka akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteks yang berarti/bermakna dalam pengembangan

Hal itu juga diperkuat oleh teori Organ 1988; Podsakoff dan MacKenzie, 2007, dalam Bolino, Turnley, dan Bloodgood (2002), bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB)

IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam | Volume 1 No.02 2018 | 301 Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro dalam mengembangkan kecakapan hidup jiwa sosial santri dari segi

Dengan usaha yang telah dilakukan Insya Allah dengan sungguh sungguh, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul,” Hubungan Antara Penyakit Malaria

OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak ( perforasi ) dan ditemukan

Tekanan yang diberikan kepada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah merupakan pernyataan dari

Menurut hukum Islam mengenai kewajiban seorang ayah yang telah melalaikan nafkah terhadap anak atau nafkah madliyah anak dalam putusan Mahkamah Agung RI nomor