BAB 2a. AMANAT PRESIDEN, KEMUDIAN TUGAS DEPERNAS
AMANAT PRESIDEN I; 28VIII1959
§ 4. Adapun Amanat Pembamgunan jang pertama ini diutjapkan dikota Djakarta dan berbunji sebagai berikut.
„Pada hari ini kita menjaksikan sidang pleno pertama daripada Dewan Perantjang Nasional atau disingkat Depernas. Didalam si dang pleno pertama ini saja dipersilakan oleh Saudara Ketua. Deper nas, untuk memberi amanat.
Sebenarnja, Saudara2, banjak sekali hal2 jang hendak saja be rikan, pesankan, titipkan kepada Saudara2 anggota2 Depernas sebagai bekal bekerdja. Tetapi Saudara mengerti bahwa tidak semua hal itu bisa saja berikan sekaligus didalam amanat saja jang sekarang. Ter lebih2 pula oleh karena sidang pleno.pertama ini, mempunjai sifat seremoniil, sehingga amanat sajapun akan bersifat amanat seremoniil.
Saja telah membuat beberapa tjatatan2 jang harap diperhatikan oleh Depernas dalam menunaikan tugasnja menjusun pola daripada masjarakat adil dan makmur didalam waktu jang sesingkat2nja, tetapi berhubung dengan keseremoniilan sidang jang pertama ini, tjatatan2 itu tidak akan saja batjakan, melainkan naskahnja akan saja serahkan kepada Saudara Ketua, Saudara Ketua nanti meneruskan naskah itu kepada sidang, dan dapatlah naskah itu digunakan sebagai teks bagi Saudara2 sekalian sebagai anggota De pernas.
§. 5. I. Garis2 besar pekerdjaan (Presiden lalu menjerahkan Naskah jang tertulis kepada Ketua Depernas)
daripada segenap pedjoang2 bangsa Indonesia dan telah memberikan
korbannja diatas persada perdjoangan Bangsa Indonesia itu.
Maka pekerdjaan kita antara 17 Agustus 1945 sampai kepada kini, berupa pada hakekatnja tak lain tak bukan menjempurnakan djambatan itu, melalui beberapa tingkatan2 jang Saudara² semuanja
telah kenal terutjapkan melalui mulut saja, Ada tingkatan jang herois, tingkatan jang penuh dengan kepahlawanan, tingkatan jang kita bertindak dan bersikap sebagai satu bangsa jang kompak, ada tingkatan jang menundjukkan gedjala2 dan keadaan2 jang kurang
njaman, tingkatan² jang semuanja sudah saja sinjalir didalam pi dato saja pada tanggal 17 Agustus 1959 jang lalu. Dan achir2 ini kita pada tanggal 5 Djuli telah memproklamirkan kembali dengan Dekrit Presiden kembalinja djambatan emas itu diatas tiang2
Undang2 Dasar 1945. Segala sesuatu ini, Saudara² mengetahui
kupasan2 didalam pidato 17 Agustus 1959 jang lalu, jang sampai
sekarang terkenal sebagai „manifesto politik".
Sesudah 5 Djuli itu, maka dengan segera Kabinet Karya menje rahkan Imandatnja dan Tuhan Jang Maha Esa amat bermurah kita tidak lama kemudian daripada itu dapat membentuk Kabinet baru diatas dasar U.U.D. '45, Kabinet baru jang terkenal dengan nama Kabinet Kerdja. Pada tanggal 12 Djuli jang lalu, Dewan Nasional dibubarkan, sebagai kelandjutan daripada Dekrit 5 Djuli incasu se bagai landjutan kembalinja kita kepada U.U.D. '45. Dan pada tang gal 22 Djuli jang lalu dengan setjara simultan terbitlah 4 penetapan. Pertama, penetapan jang mengenai D.P.R. Dengan penetapan itu dinjatakan bahwa D.P.R. sekarang bekerdja terus didalam rangka penetapan mengenai Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan nomor 4 penetapan mengenai Depernas, jang Depernas itu pada Kabinet Kerdja, disaksikan oleh anggota Dewan Pertimbangan Agung, disaksikan oleh anggota2 jang terhormat para Perwakilan2
Asing di Djakarta, disaksikan oleh Saudara2 wakil2 D.P.R., di
saksikan, boleh dikatakan, oleh seluruh masjarakat Djakarta, dan didengarkan, diperhatikan oleh seluruh masjarakat Indo nesia dari Sabang sampai Merauke, dan saja jakin pula diperhati kan oleh seluruh umat manusia didunia ini jang berminat kepada segala sesuatu jang terdjadi di Indonesia ini. Sehingga pada tem patnjalah pada ini hari, setjara seremoniil saja sebagai Presiden Republik Indonesia memberi petundjuk, amanat kepada sidang De pernas, agar supaja sidang Depernas itu berdjalan lantjar dan bisa berdiri tetap diatas rel2nja jang ditugaskan kepadanja, jaitu mem
tjasila, jang hendaknja dengan selekas mungkin dalam batas2 ke mungkinan harus kita selenggarakan bersama, agar supaja tjita2
daripada Bangsa Indonesia jang sudah diperdjoangkan dengan korban berpuluh2 tahun itu, lekas dapat diketjap, dirasakan oleh seluruh Bangsa Indonesia. Saja mengharap agar supaja pola itu Iekas ter susun dan sebagai saja katakan didalam pidato 17 Agustus jang lalu, saja bermaksud Insja Allah S.w.t., membawa pola itu, melewati Kabinet ke Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Oleh karena M.P.R. saja anggap sebagai Madjelis jamg tertinggi daripada Negara Re publik Indonesia dan Rakjat Indonesia. Pola jang akan Saudara susup sebagai sering saja katakan, hendaknja mendjadi satu pola nasional, milik bukan lagi daripada Depernas, milik bukan lagi dari pada Pemerintah, tetapi milik daripada seluruh bangsa Indonesia, milik nasional.
§ 6. II. Pola Nasional MPRS
Maka oleh karena itulah saja berpendapat bahwa pola itu sedia nja dibawa kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat oleh karena M.P.R. itu adalah Madjelis kita jang terlengkap dan tertinggi. Dan sebagai saja katakan pada pidato 17 Agustus 1959, djikalau pola ini nanti sudah diterima oleh M.P.R., artinja djikalau pola itu sudah mendjadi satu milik nasional, mendjadi satu national property, men djadi satu national bezit, maka pola itu harus diselenggarakan oleh segenap rakjat Indonesia, agar supaja ia mendjadi.satu realitet. Didalam pidato 17 Agustus 1959, maka saja katakan segenap minat, segenap tenaga, segenap keringat dari Bangsa Indonesia harus di holopiskuntulbariskan, untuk menjelenggarakan, melaksanakan apa jang tergores diatas pola itu. Saudara2, dus mengerti, bahwa De
pernas menghadapi satu pekerdjaan jang amat besar sekali. Amat berat, tetapi Saudara2 mengetahui, amat mulia, djikalau pola ini sudah diterima oleh M.P.R., djikalau pola ini, dus, sudah mendjadi satu national property, djikalau pola ini sudah mendjadi nationaal bezit, tidak boleh satu orangpun merobahnja. Tidak boleh Peme rintah merobah pola ini. Tidak boleh seseorang Menteri merobah pola ini. Tidak boleh Presiden merobah pola ini. Tidak boleh Pang lima Tertinggi merobah pola ini, oleh karena sebagai tadi saja kata kan, pola ini telah diterima oleh Madjelis Tertinggi daripada seluruh bangsa Indonesia, antara Sabang dan Merauke.
Saudara2, sebagai tadi saja katakan, menghadapi satu peker djaan jang berat. Berat oleh karena bukan sadja scope daripada pe kerdiaan Saudara adalah amat besar, tetapi djuga berat oleh karena Saudara2 harus bekerdja dengan setjepat mungkin. Saja mimta su
paja Saudara2 mengambil tjermin, misalnja daripada Konstituante jang lalu. Konstituante jang lalu telah gagal. Konstituante jang lalu telah sampai kepada satu impasse. Konstituante jang lalu telah sampai kepada titik bertele2. Dan hendaknja Saudara2 djangan sam
pai mengalami keadaan jang demikian itu. Hendaknja djangan sampai Saudara bekerdja demikian rupa sehingga Saudara2 nanti datang kepada satu impasse bertele2.
§ 7. III. Masjarakat Adil dan Makmur
Kita ini, sebagai pemimpin2 mernikul pertanggungan djawab jang
besar, terutama sekali kita2 ini jang memikul tugas kewadjiban un
tuk merealisasikan apa jang ditjita2kan oleh Bangsa Indonesia ber
puluh2 tahun. Dan terutama masjarakat adil dan makmurlah jang mendjadi tjita2 hidup, tjita2 jang dikorbani oleh segenap Rakjat In
donesia. Saja, sebagai Saudara2 mengetahui, dahulu didalam hidup
saja ini, telah berpuluh2 tahun duduk dalam matjam2 pergerakan
nasional, matjam2 aliran dalam pergerakan nasional antara bangsa banan jang hebat untuk mentjapai tjita2 ini, masjarakat adil dan
makmur. Saja melihat pemimpin2 berdjumlah ribuan, puluhan ribu,
masuk kedalam pendjara, dengan muka tersenjum masuk kedalam pendjara. Ada jang satu tahun, ada jang dua tahun, ada jang dua puluh tahun. Saja melihat ribuan pemimpin2 dibuang ketempat pe
ngasingan jang djauh daripada tempat ibu dan bapaknja. Mereka
pada orang2 jang besok paginja akan digantung oleh Pemerintah
Belanda. Semuanja surat itu berbunji : Selamat tinggal, Bung Kar no, saja akan menaiki tiang penggantungan dengan rela dan ichlas karena saja berkorban untuk tertjapainja tjita2 kita, satu masjarakat
jang adil dan makmur". Sehingga tidak salahlah djikalau saja kata
terdahulu, boleh dikatakan hidup didalani tjita2, didalam angan2, di
dalam alam berkorban untuk tjita2. Kita sekarang ini hidup didalam
satu alam harus merealisasikan angan2 itu.
Saudara2, keadaan jang demikian ini, menempatkan kita kepada
kesulitan2. Tetapi sebagai saja katakan didalam pidato 17 Agustus
jang lalupun, kesulitan2 hendaknja tidak mendjadi penghalang daripada tekad kita, tidak mendjadi penghalang daripada ke sediaan kita untuk terus berdjoang dan terus bekerdja, bahkan kesulitan2 itu hendaknja mendjadi satu tjambukan bagi kita untuk
berdjalan terus, bekerdja terus oleh karena memang diharapkan dari
pada kita sekarang ini realisasi daripada penjelenggaraan daripada masjarakat jang adil dan makmur jang telah lama ditjita2kan oleh
rakjat Indonesia itu. Kesulitan, karena memang keadaan2 objektif membawa kesulitan2 itu.
§ 9. V. Sosialisme a la Indonesia
Saja tadi memakai perkataan sosialisme, sosialisme a la Indo nesia. Kita harus menggolongkan diri kita kepada golongan jang tidak setudju dengan golongannja orang2 jang menjebutkan golongan
evolutionist. Golongan jang mengikuti teori evolusi, golongan jang mengatakan bahwa masjarakat sosialis a la Indonesia atau bukan a la Indonesia dengan sendirinja nanti akan datang.
Saudara2 mengetahui bahwa dalam evolusiteori, dikatakan bah wa masjarakat ini bertumbuh dari satu tingkat setjara evolutionair – tjepat atau tidaknja evolusi ini tergantung daripada keadaan – kelain tingkat. Dikatakan bahwa misalnja masjarakat manusia jang dulunja agraris, setjara evolutionair dengan sendirinja masuk ke dalam tingkat fase industri ketjil.
Dan bahwa tingkat industri ketjil, bertjampur dengan tingkat agraris ini, dengan sendirinja nanti automatis evolutionair masuk da lam tingkatan industriele kapitalisme. Dan dari tingkatan industriele kapitalisme itu setjara evolutionair, dengan sendirinja, masuk dida lam alam sosialis. Kita hendaknja djangan masuk didalam golongan orang2 jang berteori evolusi ini. Sebab njata bahwa teori jang demi
kian itu adalah salah.
Saudara2, tidak masjarakat itu dengan sendirinja dari satu ting
kat pindah kelain tingkat, tetapi pengerahan daripada dynamische krachten didalam masjarakat itulah jang membawa kita kepada tingkat² jang lebih tinggi. Dibalik daripada teori evolusi ini ada lagi teori lain jang didalam tahun 1928 saja namakan teori perlompatan fase, teori fasensiprong, jang mengatakan : dari masjarakat agraria kita bisa melompat kemasjarakat sosialis. Teori jang demikian itupun tidak benar.
Djadi hendaknja Anggota2 dari Depernas djangan masuk di
dalam golongan orang2 jang berevolusi teori, tetapi djuga djangan
masuk didalam golongan orang2 berteori fasensprong. Tidak ada
suatu masjarakat jang melompati fase. Satu fasediikuti lain fase, tetapi pertumbuhan, peraliran, perpindahan, transisi daripada satu fase kelain fase, itu minta pengerahan daripada segenap tenaga2
dinamik jang ada didalam masjarakat, dan tidak – sebagai saja tadi katakan – aliran sebagai alirannja air sungai jang tenang.
Perpindahan itu selalu membawa schokken, gontjangan2 didalam masjarakat. Maka oleh karena itu, kita dengan tegas, saja ulangi lagi, dengan tegas harus menudju kepada masjarakat adil dan mak mur, atau dengan lain perkataan, masjarakat sosialis a la Indonesia. Dan kita harus merealisasikan masjarakat adil dan makmur itu; tidak boleh tidak kita harus mengadakan planning dan kita harus mengadakan pimpinan dan haruskita mengadakan kerahan tenaga. Tanpa planning, tanpa pimpinan, tanpa pengerahan tenaga tak mung kin masjarakat jang ditjita2kan oleh Rakjat Indonesia itu bisa ter
tjapai dan terrealisasi.
Saudara2 mengetahui bahwa kita sedjak beberapa tahun ini
telah tidak senang pada apa jang dinamakan liberalisme, dan memang kita sebagai satu bangsa jang hendak merealisasikan tjita2 bangsa,
masjarakat jang adil dan makmur ini, harus meninggalkan alam fikiran dan alam tindakan2 daripada liberalisme itu.
Kita baik melihat kedunia luaran. Apa jang kita lihat didunia luaran, terutama sekali dialam Barat, dimana berdjalan dengan leluasa lebih dari satu abad lamanja liberalisme, baik liberalisme politik dan liberalisme ekonomi.
Kita lihat bahwa liberalisme selalu membawa konflik. Konflik di segala bidang. Konflik dilapangan politik, konflik dilapangan ekono mi, konflik dilapangan sosial, konflik jang achirnja semuanja meng udjung kepada exploitation de l'homme, baik exploitation ekonomis maupun exploitation politik, maupun exploitation moral. Ini adalah semuanja akibat daripada liberalisme. Konflik antara sikaja dan simiskin, konflik siterpeladjar dan sibukan terpeladjar, konflik antara satu golongan produsen dengan lain golongan produaen. Se muanja konflik adalah anak2 kandung daripada ibu imperialisme itu. Dan itu semuanja harus kita hindarkan agar supaja kita dengan – saja tidak berkata dengan senang – agar supaja kita dengan effisien dapat merealisasikan masjarakat adil dan makmur jang kita tjita2kan itu.
Lihat didunia Barat, konflik jang achirnja memuntjak didalam alam industriil kapitalisme; demikian besar konflik ini jang di timbulkan, sehingga achirnja terdjadilah revolusi sosial. Konflik jang amat besar tabrakannja antara industriil kapitalisme dengan tenaga2
revolusioner jang menghendaki satu masjarakat adil dan makmur, sehingga mendjadi revolusi pertumpahan darah. Revolusi jang berdjalan berpuluh2tahun,jang achirnja.baru bisa mendatangkan satu
masjarakat menurut tjita² ditempat itu, tjita² daripada bangsa itu. § 10. VI. Ekonomi Nasionial
Hal jang demikian itu harus kita hindari. Maka oleh karena itu dalam pada kita sebagai tadi saja katakan mengadakan planning, mengadakan pimpinan, mengadakan pengerahan tenaga kita harus bekerdja demikian rupa sehingga konflik² jang besar ini dihindari.
Opgave kita memang sangat sulit. Saja tadi berkata, bahwa kita tidak bisa menganut theori fasensprong jang kita sekonjong2 dari
pada alam agraris sekarang ini sudah tjampur agraris dengan sedikit industrialisme masuk kedalam alam masjarakat adil dan makmur sebagai jang kita tjita2kan.
Tetaipi didalam pada kita bekerdja jang demikian itu dengan planning, dengan pimpinan, dengan pengerahan tenaga, kita bisa membawa masjarakat Indonesia ini ketudjuan kiba jang terachir dengan menghindari konflik² sebagai tadi saja katakan.
Tugas kita berat sekali. Pertama, tugas kita apa ? Didalam alam pendjadjahan kita punja ekonomi adalah ekonomi kolonial dan eko nomi kolonial ini harus kita robah mendjadi ekonomi nasional jang bersih daripada imperialisme, bersih daripada penghisapan, daripada exploitasi oleh tenaga² luar.
Ekonomi nasional ini harus kita robah mendjadi ekonami jang sesuai dengan apa jang ditulis dalam U.U.D. '45 fasal 33 jaitu dengan kata gampangnja, masjarakat adil dan makmur.
Ini bukan opgave jang ketjil. Ekonomi kolonial pindah ke ekonomi nasional, pindah keekonomi sebagai jang kita tjita2kan
bukan suatu opgave jang ketjil, malahan salahlah kita, djikalau kita mengertikan tiga golongan ini sebagai terpisah satu sama jang lain. Djanganlah kira bahwa kita dengan proklamasi 17 Agustus 1945 telah bisa membuat satu.dinding daripada besi atau daripada beton kita kerdjakan didalam transisi ekonomi kolonial mendjadi ekonomi nasional. Tidak berdjalanlah hal ini dengan litjin, tidak berdjalan produk2 negeri pendjadjahan atau negeri2 luar ditanah air kita. Satu. Nomor dua : Indonesia mendjadi tempat pengambilan bahan2
pokok bagi industriil kapitalisme dinegeri pendjadjah atau negeri2
lain. Tiga : Indonesia mendjadi tempat investasi daripada modal2
pendjadjah dan modal2 asing jang lain. Tiga pokok ini telah beheersen
hidup bangsa kita kalau tidak beratus2 tahun, sedikitnjaberpuluh2
tahun.
Indonesia mendjadi pasar pendjualan barang2 produk dari satu negara sana. Indonesia mendjadi tempat pengambilan bahan2 pokok
bagi industriil kapitalisme disana. Indonesia mendjadi investasi gebied daripada modal asing. Dan tiga tenaga ini bekerdja exploitasi bukan utjapan kita sendiri. Proses jang berdjalan berpuluh2 tahun
jang telah membuat kita mendjadi "A nation of coolies and a coolie amongst nations" ini. Sedjak 17 Agustus 1945 dengan banjak ke
sulitan, dengan banjak rintangan, dengan banjak perdjoangan, de ngan banjak mengatasi tantangan2 dan konflikten didalam negeri sendiri, achirnja bisa kita transformir mendjadi satu keadaan jang sekarang, jang, sebagai tadi saja katakan, lebih daripada 70 persen daripada hidup perekonomian itu didalam tangan kita. Dan sekarang kita harus merobah ini pula didalam alam sosialisme a la Indonesia dan Saudara2 harus mengadakan planning untuk itu. Tanpa planning tak dapat kita kerdja.
§ 11. VII. Planned policy
Kita hidup didalam abad ke20, abad ke20 penuh dengan turbulensi, abad ke20 jang segala hal menimpa kepada umat ma nusia ini setjara simultan. Abad ke20 jang telah melemparkan kita kedalam satu revolusi jang djuga simultan. Tidaklah berulang² saja katakan bahwa revolusi kita ini satu revolusi jang multi kompleks. Tidakkah':didalam pidato 17 Agustus 1950 saja katakan bahwa re volusi kita adalah "A summing up of many revolutions in one ge neration ?" Tidakkah saja berkata bahwa seorang sardjana asing mengatakan bahwa kita punja revolusi ini adalah satu "revolution of many generation in one". Revolusi kita ini adalah satu "telescoped revolution", satu revolusi jang ditelescoopkan, "een getelescopeerde revolutie". Ja revolusi politik kataku ja revolusi ekonomi, ja revolusisosial, ja revolusi kulturil bahkan saja berkata, ja re volusi jang mengenai idee manusia ini revolusi jang multi kom pleks. Dan agar supaja tiap2 revolusi kita, ja jang politik, ja jang ekonomi, ja jang sosial, ja jang mental, ja jang kulturil, ja jang mengenai isi manusia berdjalan dengan sebaik2nja, maka kita harus mengadakan pimpinan dan planning. Tanpa pimpinan dan planning maka revolusi kita jang multi kompleks ini mendjadi satu kom pleksitet daripada kekatjauan. Kita harus mengadakan "planned policy", politik jang terentjana.
§ 12. VIII. Overall planning
planning", planning semesta, planning jang meliputi semua bidang, planning jang mengenai ja ekonomi, ja kulturil, ja mental, planning diatas segala bidang. Planning overall. Maka oleh karena itulah Depernas disusun demikian rupa sehingga dianggap Depernas mampu mengadakan planning overall jang saja maksudkan itu.
Maka djikalau Saudara2 mulai bekerdja untuk mengadakan planning jang demikian itu, sebagai tadi saja katakan, seluruh rakjat melihat kepada Saudara2, seluruh rakjat menunggu² kepada pola pembangunan semesta jang kita djandjikan sebagai hasil daripada Depernas. Seluruh rakjat mengharap agar supaja Saudara² bekerdja dengan tjepat dan tidak bertele2. Saja tadi berkata bahwa kita ini menjaksikan rakjat telah berpuluh² tahun berdjoang untuk tjita2 kita ini. Didalam beberapa pidato saja katakan, bahwa rakjat sekedar mempunjai angan2, sekedar mempunjai tjita2. Didalam beberapa pi dato saja katakan, bahwa tjita² rakjat itu sekedar tampak dengan remeng². Dimuka pandangan rakjat tampak dengan remeng² suatu masjarakat jang adil dan makmur. Dengan remeng² dilihatnja : Ha, didalam masjarakat jang demikian itu aku akan tjukup sandang dan tjukup pangan, didalam masjarakat jang demikian itu anakku tidak lagi menderita, didalam masjarakat jang demikian itu aku tidak lagi basah djikalau hudjan turun, dan tidak lagi kepanasan djikalau matahari terik. Didalam masjarakat jang demikian itu aku mudah sekali bergerak dari suatu tempat kelain tempat. Didalam masjarakat jang demikian itu aku mudah sekali menghirup segala udara segar daripada kebudajaan jang tinggi. Didalam masjarakat jang demikian itu aku akan hidup bahagia menurut tjita² orang tua djaman dahulu "tata tentrem kerta rahardja". Remeng² dilihatnja, remeng² dengan maksud kata saja tidak djelas apa jang men djadi bagian² daripada apa jang mereka lihat itu. Maka sebagaimana jang saja katakan didalam beberapa pidato, orang jang memerlukan atau jang berhadjat membuat rumahpun, biasanja pun tidak tahu dengan d3elas bagaimana rupanla rumah itu. Sekedar dengan remeng2 didalam tjita2nja orang mengingini suatu rumah tinggal dimana ia dapat hidup dengan anakisterinja, dimana dia bisa bernaung dari pada hudjan, dimana ia bernaung daripada teriknja matahari, di mana dia bisa menghadapi hari kemudian dengan tenteram dan sedjahtera. Tetapi djikalau ditanja kepadanja : "He Saudara, apa kah engkau mengetahui persis dan bagaimana rumah jang kau tjita2 kan itu harus diselenggarakan ?" Ia akan mendjawab : ,Saja tidak tahu. Saja sekedar berpuluh2 tahun mengumpulkan uang untuk nantinja uang ini aku bikinkan rumah bagiku, bagi isteriku, bagi anakku, bagi tjutjuku". Maka orang jang demikian itu memanggil seorang arsitek, kataku didalam pidato² jang populer, dan kepada arsitek itu diwadjibkan, diminta, ditugaskan untuk membuat blue print daripada rumah itu. ,,Saudara arsitek, saja ada uang sekian. Saja ingin dengan uang sekian ini membuat suatu rumah, mempunjai suatu rumah untuk anak saja, untuk isteri saja, untuk tjutju2 saja, untuk hari kemudian saja, rumah berisi sekian kamar, bidang tanah nja sekian. Saja tidak bisa membuat rumah jang demikian itu. Saja minta kepada Saudara arsitek untuk membuat blueprint bagi rumah demikiaan itu". Maka sang arsiteklah membuat blueprintnja. Dan djikalau blueprint ini sudah diterima baik oleh sang opdrachtgever,
maka blueprint ini harus diselenggarakan. Dan penjelenggaraan blueprint ini tidak dapat berdjalan dengan tanpa pimpinan. Saja sendiri adalah seorang insinjurarsitek. Saja mengetahui bahwa pe njelenggaraan sesuatu pola, sesuatu blueprint tidak dapat didjalan kan dengan tjara melepaskan sadja semua orang2 pekerdja. Tidak! Tetapi harus dengan pimpinanku sebagai insinjurarsitek, dengan pimpinanku atau dengan pimpinan overheer, opseter2. Segala sesuatu diselenggarakan dengan pimpinan agar supaja blueprint ini terse lenggara mendjadi suatu rumah jang baik.
§ 13. IX. Depennas arsitek blueprint
Nah, bangsa Indonesia adalah aematjam jang demikian itu, bangsa Indonesia jang 88 djuta sekedar remeng2, remeng² dalam garis2nja, tetapi, tjahajanja gilanggemilang, tjahajanja selalu me manggil² ditjakrawala, tjahajanja selalu menarik kepada fantasi dan inspirasi dari kesediaan berkorban daripada rakjat. Indonesia itu, tjahajanja gilanggemilang, sehingga rakjat Indonesia bersedia untuk berkorban mentjapai tjahaja gemilang itu, tetapi garis² besarnja remeng² didalam matainja. Ia membutuhkan seorang arsitek. Maka arsitek itu adalah Saudara2. Saja sendiri, terus terang sadja, pun tidak tahu garis² presis daripada masjarakat adil dan makmur itu. Saja sekedar mengetahui garis² besarnja, saja sekedar sebagai penjambung lidah daripada rakjat, ikut tertarik kepada tjahaja gemilang jang telah berpuluh² tahun bersinar memanggil2 ditepi langit. Saja serahkan sekarang kepada Saudara2, dibawah pimpinan Saudara Ketua, Mr, Muhammad Yamin, untuk bertindak sebagai arsitek, membuat blueprint daripada masjarakat jang demi lcian itu, agar supaja blueprint ini nanti djikalau sudah diterima oleh Madjelis Permusjawaratan Rakjat, bisa dilaksanakan, diseleng garakan oleh seluruh rakjat Indonesia jang 88 djuta, dengan mengholopiskuntulbariskan segenap ia punja minat dan tenaga pe kerdja. Blueprint jang achirnja, Saudara², harus membawa kita ke pada paradiso jang tertulls didalam kitab Divina Commedianja Dante Alighieri.
§ 14. X. Berkat Tuhan; restu Presiden
Saudara2, demikianlah amanat seremoniil jang saja berikan ke pada Saudara2. Sebagai tadi saja katakan, tjatatan² tertulis didalam naskah sudah saja serahkan kepada Ketua Saudara2.
Moga² Tuhan Jang Maha Esa memberkati pekerdjaan Saudara². Moga2 saudara dengan pimpinanNja dapat mengadakan blueprint jang demikian itu, dan nanti djikalau blueprint itu sudah selesai, marilah kita semua, Saudara2, mengerahkan kita punja tenaga agar supaja blueprint itu terselenggara. Kita hidup didalam masjarakat adil dan makmur jang Saudara2 rentjanakan.
BAB 2. AMANAT PRESIDEN JANG TERTULIS : 2881959
Amanat Presiden jang disampaikan pada tanggal 28 Agustus 1959 setjara tertulis isinja adalah sebagai berikut:
I. : DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA 20
A. Artinja satu perentjanaan, overall. 21 B. Hubungan Pembangunan dalam Demokrasi terpimpin dan Ekonomi terpimpim 22 C. Faktor penghambat pembangunan sedjak 1950. 25
a. Faktor politis. 25
b. „ psychologis. 26
c. „ pendidikan. 26 d. „ administrasi Negara. 27 e. „ potensi rakjat. 27 f. „ tjampur tangan negara asing. 27 D. Faktor pelantjarkan Pembangunan. 28
1. Inventarisasi dan mobilisasi alat2 produksi. 30
2. Kegiatan Ekonomi dengan hubungan luar Negeri 30
3. Standard Kebutuhan. 31
4. Ketjepatan. 31
5. Gotongrojong. 31 II. : PERANAN DEPERNAS 32 A. Tugas Depernas. 32 B. Pengaruh Depernas. 32 III. : PEMBENTUKAN POLA PEMBANGUNAN 34 1. Umum dan tudjuan. 34
2. Pokok2 Perencanaan. 37
3. Kenjataan2. 39
4. Pembentukan pola. 40
a. Watak Pembangunan. 40
b. Tentang Struktur. 41
c. Sifat Pembangunan. 41
d. Kombinasi dan Penjelarasan. 42
e. Modal. 42
f. Pembangunan Terpimpin. 43
A. Pola projek pembangunan.
1. Umum. 43
2. Rentjana bertahun. 45
3. Titik Berat dan Susunan Utama Pembangunan. 46
4. Pimpinan Management. 48
5. Pokok2 keselarasan. 49
B. Pola Pendjelasan Pembangunan 50
1. Unsur Pokok. 51
2. Menaikkan Produksi. 51
3. Industrialisasi. 54
4. Agraria. 54
5. . Pimpinan. 55
C. Pola Pembiajaan 55
PENUTUP 60
DASAR DAN TUDJUAN PEMBANGUNAN SEMESTA DAN
BERENTJANA
§ 15. Dalam pergolakam Revolusi Kemerdekaan sedjak hari Pro klamasi 1945 maka Rakjat Indonesia telah berhasil membentuk ne gara kesatuan Republik Indonesia jang bebas dan berkedaulatan Rakjat dari Sabang sampai Merauke. Negara kesatuan itu ialah Negara Kebangsaan.
Setelah 14 tahun berdjuang dalam kantjah Revolusi Indonesia, maka datanglah kini waktunja, karena keamanan dalam negeri telah membuka kemungkinan untuk itu, supaja melandjutkan pembangu nan semesta dan berentjana dengan bertekad bulat hendak menudju masjarakat jang adil dan makmur. Pembangunan berentjana dengan pengerahan Rakjat Indonesia ialah djalanutama mentjapai tudjuan membentuk masjarakat sosialis a la Indonesia, seraja meng habiskan dan membinasakan, segala penghalang sebagai sisa² im perialisme, kolonialisme dan feodalisme jang masih bertjokol dalam masjarakat kita.
Rentjana pembangunan semesta atau overall seperti jang akan selesai diselenggarakan oleh Dowan Perantjang Nasional ditahun depan itu, adalah Pembangunan dizaman peralihan. Zaman transisi ini bermula sedjak waktu sekarang sampai kewaktu sudah terben tuknja negaraikesatuan Republik Indonesia berdasarkam Pantjasila dengan meliputi masjarakat Indonesia jang adil dan makmur jang djuga berdasarkan adjaran Pantjasila. Berapa lamanja zamanper alihan itu, adalah tergantung kepada djajanja dan lekas putar roda nja Revolusi Kemerdekaan Indonesia dihari depan dan lekas terben tuknja masjarakat adil dan makmur itu. Banjak jang harus berlaku dalam perdjuangan kemerdekaan : menghilangkan tjatjat2, badan Rakjat dan Negara perdjuangan dalam Revolusi, atau karena ber tempur dan berdjuang; menghilangkan pengaruh Hollands denken dalam tjara kita berpikir dan dalam dunia perundang2an serta dalam tingkahlaku orang Indonesia, jang dipikulkan oleh pendja djahan Belanda selama 350 tahun kepada pundak kita. likwidasi masjarakat kolonial adalah sjaratmutlak untuk merintis djalan me nudju pembentukan masjarakat jang mengenal ekonomi nasional.
Sukar sekali kita dapat meramalkan berapa lamanja zaman peralihan itu. Mudah2an setelah beberapa kali pembangunan semesta berentjana berdjalan, misalnja sesudah lima atau enam kali, maka hendaknja kita telah memasuki atau minimal telah mendekati ma sjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila jang diidam2kan perdjuangan Rakjat Indonesia.
Djadi tudjuan dan maksud Pembangunan semesta ialah mem bangun masjarakat jang adil dan makmur; adil dan makmur jaitu menurut tindakam adjaran Pantjasila, jang saja duga telah dikenal dengan sempurna oleh para Anggota Dewan Perantjang Nasional sebelum dan sesudah mengangkat sumpah mendjadi Anggota Dewan Perantjang Nasional.
Mengenai dasar2 Pembangunan dan merenungkan pelbagai fak tor sekeliling perentjanaan Pembangunan itu adalah pula sumbangan
berisi djaminan kepada hasil pekerdjaan Dewan Perantjang Nasional jang diharapkan oleh Undang2 dan Peraturan Pembangunan.
Terutama sekali maka sebelum Dewan Perantjang Nasional mulai memutar rodanja untuk bekerdja dengan pemandangan jang djelas dan kegiatan jang tangkas, haruslah para anggota jang ter hormat Iebih dahulu merenungkan sedalam2nja hubungan Pemba ngunan Semesta berentjana dengan Proklamasi Kemerdekaan Indo nesia 17 Agustus 1945, dengan U.U.D. 1945 dan dengan program Pemerintah Kabinet Kerdja serta pidato saja pada hari Proklamasi jang mendjadi pokokazasi landjutan Revolusi Kemerdekaan kita. Hubungannja itu terletak pada tenaga Rakjat dalam kesanggupan memberi isi dan tudjuan kepada Proklamasi jang luhur dan megah Atau Iebih tegas lagi dapat saja ulangi dengan memakai perkataan lain :
Kemerdekaan jang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agus tus 1945 itu mengandung pesanan luhur supaja diisi dengan pem bangunan. Membangun mempunjai arti jang sangat luas, jaitu mem bangun dalam segala bidang kehidupan Negara dan Masjarakat, membangun dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial, dalam bidang pendidikan dan kebudajaan dan jang tidak kurang pentingnja dalam bidang spirituil, guna mentjapai penghidupan jang berbahagia bagi seluruh Rakjat Indonesia. Oleh karenanja mendjadi lah kewadjiban bagi setiap warganegara tanpa perketjualian, karena Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu adalah manifestasi dari pada perdjuangan seluruh Bangsa. Indonesia jang penuh dengan pengorbanan.
Dalam Revolusi Kemerdekaan jang belum selesai itu, Rakjat Indonesia telah berhasil memberi isipolitik kepada Proklamasi de ngan membentuk negarakesatuan Republik Indonesia sebagai pen djelmaan adjaran Pantjasila. Organisasi negara kita telah diabadi kan resmi dalam tiga Undang2 Dasar jang,berturut2 berlaku sedjak tahun 1945 sampai kini. Konstituante Bandung tidak berhasil me njusun Konstitusi jang keempat, jang akan menuliskan dalam buku kodifikasi dengan djari para wakil pilihan rakjat bersama² dengan Pemerintah Republik Indonesia.
Kini sesudah 14 tahun berdjuang maka UUD '45 telah berlaku lagi. Dewan Perantjang Nasional akan memberi isi kepada Prokla masi dengan bertudjuan masjarakat Indonesia jang adil dan makmur dengan mempertimbangkan faktor2 dibawah.ini.
A. ARTINJA ADA SUATU PERENTJANAAN OVERALL
§, 16. Oleh karena soal pembangunan adalah soal jang tidak ber diri sendiri, jang tidak lepas dari hubungannja dengan bidang2 lain jaitu kehidupan Negara dan masjarakat, maka dalam melaksanakan pembangunan semesta, perlu adanja suatu perentjanaan overall, suatu perentjanaan semesta, jang didasarkan kepada kebutuhan dan ke pribadian Rakjat Indonesia, tanpa mengabaikan tjontoh pengalaman2 dalam pembangunan diluar negeri dengan perpaduan pengalaman dan keadaan jang konkrit didalam negeri.
Perlu kiranja kita mengambil perbandingan dari pada pengalam an pembangunan jang dilaksanakan oleh beberapa negara2 jang kita
ambil sebagai bahan2 perbandingan, kesemuaja menudju kepemba ngunan sosialisme. Tidaklah sadja kemadjuan pembangunan diluar negeri kita harus perhatikan, tetapi djuga bidang2 pembangunan jang menemui kegagalan diluar negeri karena bersifat individualisme harus diperhatikan. Dengan berpokok kepada kebutuhan dan kepri badian Bangsa Indonesia, maka tjontoh pembangunan diluar negeri jang sesuai atau sedjadjar dengan kebutuhan dan kepribadian na sional itu dapat dipertimbangkan untuk diteladani.
Berlainan dengan beberapa negara dibenua Asia, maka Republik Rakjat Tiongkok, mendasarkan pembangunannja kepada kolekti visme dan pengalaman2 pembangunan diluar negeri jang disesuaikan dengan keadaan serta pengalaman jang konkrit di Tiongkok sendiri. Pembangunan R.R.T., India dan Yugoslavia ini ternjata telah ber hasil dengan memuaskan dengan rentjana2 lima tahunnja. Hal itu ternjata dalam masa proses pembangunan selama 8 tahun belakang an ini. Dan suatu kenjataan jang tidak dipungkiri ialah, bahwa pembangunan di R.R.T. tersebut; adalah pembangunan dengan ren tjana keseluruhannja dibawah pimpinan kebidjaksanaan daripada Demokrasi Baru atau Demokrasi Rakjat, jaitu auatu bentuk ketata negaraan jang sesuai dengan kepribadian bangsa Tionghoa, seperti Demokrasi Terpimpin ditanah Indonesia jang akan kita laksanakan dewasa ini untuk menggantikan Demokrasi liberal jang telah usang dan tidak memenuhi tuntutan zaman. Terutama hasrat Rakjat jang dikerahkan tenaganja untuk ikut membangun dengan melihatkan tendens untuk berhemat pembiajaan, waktu dan tenaga, hendaklah diperhatikan benar2, eiipaja ditimbulkam pula pada Rakjat memba ngun : berhemat biaja, waktu dan bahan.
§ 17. Untuk ini perlu adanja blueprint, adanja rentjana overall jang konkrit berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia jang pada hakekatnja bukanlah barang baru bagi kita, jang telah dirumuskan dengan kata2 jang bersahadja, jaitu gotongrojang dan dilengkapi dengan pengalaman2 pembangunan jang baik diluar negeri.
B. HUBUNGAN PEMBANGUNAN DENGAN DEMOKRASI TERPIMPIN DAN EKONOMI TERPIMPIN
§ 18. Oleh karena tidak ada suatu persoalam dalam kehidupan Negara dan Bangsa jang berdiri sendiri, terpisah antara satu sama lain, maka hal inipun perlu mendapat perhatian dari.Dewan Pe rantjang Nasional, apabila kita tidak mau gagal dalam pekerdjaan kita.
Ekonomi sebagai sendi darvpada kehidupan dan kesedjahteraan Nasional, haruslah dapat dilaksanakan sebagai dasar dari pada pem bangunan keseluruhannja. Sistim ekonomi itu ialah Ekonomi Ter pimpin dan untuk melaksanakan ekonomi terpirripin ini diperlukan suatu kebidjaksanaan dalam sistim pemerintahan, jang memungkin kan stabilisasi politik. Bentuk ketatanegaraan kita pada waktu sekarang memungkinkan dan membuka pintu seluas2nja bagi pe laksanaan Demokrasi Terpimpin. Dasar Demokrasi Terpimpin telah didjamin dan tersusun pada garis2 besarnja dalam U.U.D. '45 jang kini berlaku lagi.
§ 19. Atas alasan2 diatas, maka dalam merentjanakan Pemba ngunan, hendaklah diperhatikan benar2
Pedoman dasar Ekonomi Terpimpim
1. Supaja, sesuai dengan tjita2 Proklamasi 17 Agustus 1945 me negaskan, bahwa tudjuan daripada segala usaha dalam Iapangan ekonomi dan keuangan ialah mewudjudkan keadilan, melenjap kan pendjadjahan dalam bentuk apapun, memberantas penin dasan dan perbudakan, jang memandang manusia hanja sebagai alat untuk kepentingan sendiri atau golomgan sendiri.
2. Supaja mengarahkan segala usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan kesuatu masjarakat,jang adil dan makmur bendasar kan Pantjasila, dan jang sesuai dengan kepribadian dan kebu tuhan bangsa Indonesia. Kepribadian bamgsa Indonesia menge nai sifat gotongrojong dan azas kekeluargaan. Hal ini perlu diperkembang dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuang an.
3. Supaja Pembangunan mewudjudkan dengan tegas apa jang di tentukan oleh Pasal 33 Undang2 Dasar.
4. Supaja Pembangunan menjempurnakan ekonomi terpimpin se djalan dengan tjita2 demokrasi.terpimpin, untuk melenjapkan sisa2 ekonomi kolonial, bahaja2 paham kapitalisme dan free fight liberalism, baik dari Iuar negeri maupun dari dalam ne geri.
5. Supaja dalam menjusun pola pembangunan harus dipikirkan DEPERNAS konsentrasi produksi, distribusi dan pembangunan. untuk memenuhi hadjat hidup rakjat terbanjak dikuasai oleh Negara.
6. Supaja djuga dalam lapangan ekonomi dan keuangan memegang teguh pada politik bebas dan actief terhadap luar negeri, ter utama dalam mendjalankan export, import dan kredit.
1. Untuk mentjapai kedudukan selfsufficiency dilapangan san dang pangan, bahan makanan dan pakaian dan obat2an, di lakukan intensifikasi pertanian untuk menaikkan produksi dalam negeri, berupa hasil2 bahan makanan dan bahan pa kaian, supaja dalam waktu jang pendek produksi sandang pangan mendjadi selfsupporting.
2. Untuk memperkokoh alat2 pembajaran luar. negeri, harus diintensiveer menaikkan produksi bahan2 ekspor.
3. (a) Inventarisasi dan penggunaan industri2 jang sudah ada setjara efficient,
(b) Mendahulukan pefidirian industri2 pengolahann bahan² mentah hasil Indonesia mendjadi barang2 jang siap untuk dipakai.
(c) Memperluas/mengusahakan industri2 besar/ketjil dan sedang jang menghasilkan barang2 kebutuhan konsumsi Rakjat sehari2.
(d) Mengusahakan industri2, jang menghasilkan bahan un tuk keperluan pertanian dan perkebunan.
(e) Mempergiat dan memperluas pertambangan bahan2 galian dan bahan2 tenaga nuklir.
(f) Memulai research jang berentjana dan usaha2 kearah pendirian industri2 berat. usul djaminan pemilikan dan penggunaan tanah setjara lajak dan adil untuk petani, perdjamdjian kerdja jang pan tas antara pemilik dan penjewa atau pemaro serta pengua saan negara atas tanah untuk memudahkan penjebaran dan herverkaveling, sesuai dengan semangat Pasal 33 U.U.D. 1945.
5. Pindjaman dari dalam dan luar negeri, dimana perlu dengan memperhitungkan plafond pindjaman dan kesanggupan pembajaran kembali.
D. Apparatuur sebagai akibat Pembangunan Semesta 1. Kerdja, Organisasi dan Pimpinan :
a) Mengeffektifkan pekerdjaan2 menurut ketentuan djam kerdja 40 djam seminggu dengan maximum 7 djam se hari, disertai perbaikan2 nasib buruh.
b) Memperluas kesempatan kerdja dengan mendjalankan ploeg system.
c) Memperhebat pendidikan dalam lapangan tehnik dan pimpinan (technical and managerial skill), dengan dja lan antara lain mengadakan applikasicursus.
d) Menghargai serta menggunakan ketjakapan berdasar kan prestasi kerdja.
e) Mempertjepat Indonesianisasi, industrialisasi dan me kanisasi.
2. Mengenai Koperasi
Menjempurnakan bimbingan dan mengawasi perkoperasian Rakjat dibidang produksi, distribusi dan industri.
C. Faktorfaktor penghambat Pembangunan sedjak tahun 1950 :
21. Pembangunan semesta dan berentjana baru dapat berdjalan setelah kembali keU.U D. 1945 jang memungkinkan demokrasi ter pimpin dan ekonomi terpimpin.
Sebelum tahun 1959 pembangunan terbentur pada berbagai ma tjam faktor jang mendjadi penghambat bagi terlaksananja Pemba ngunan tersebut. Sebab2 pokok sudah sama kita fahami, sehingga pada achir2 ini setelah pikiran liberalisme, sabotage, pertjobaan in tervensi dan gerakan subversif dan pemberontakan berhasil ditindas, timbul kebulatan fikiran untuk mengadakan retooling dalam susunan ekonomi, ketatanegaraan dan susunan masjarakat, jang tentu akan berakibat besar bagi kebidjaksanaan politik dalam struktizra ketata negaraan Indonesia, jaitu suatu susunan jang pada hakekatnja bu kan merupakan barang baru bagi masjarakat Indonesia jang disebut pelaksanaan Demokrasi Terpimpin atau jang disebut dengan kata2 jang sederhana oleh Rakjat kita, ialah masjarakat Gotongrojong, sebagai satu2nja djalan keluar menudju kepada Pembangunan se mesta atau pembangunan sosialisme a Ia Indonesia.
Faktor2 jang telah merupakan kebulatan fikiran itu kiranja ti dak perlu kita kupas lagi, akan tetapi karena persoalan itu merupa kan suatu persoalan jang sangat luas, karena tidak berdiri sendiri, maka.perlulah kiranja meminta perhatian kepada aspek2 jang di timbulkan oleh sebab2 pokok itu, agar kita mendapat hasil jang tetap guna tertjapainja pembangunan semesta.
a. Faktor politis
Pelaksanaan pembangunan.berlangsung atas stabilisasi dibidang politik, sehingga pelaksanaannja itu tidak terbentur pada sering
kali diadakannja pergantian program Pemerintah jang mungkin se kali berlainan dengan program jang semula, bahkan mungkin ber tentangan dengan jang telah dilaksanakan. Akan tetapi praktek membuktikan sebaliknja. Dalam kehidupan politik Negara kita se djak Proklamasi kemerdekaan, belum pernah ditjapai stabilisasi jang kuat dan kokoh sehingga hampir setiap tahun, bahkan kadang2 ku rang dari setahun kabinet sudah harus berganti. Perpetjahan tim bul dikalangan masjarakat luas. Opposisi didjalankan sebagai suatu hobby; opposisi didjalankan hanja untuk mendjatuhkan lawan politik dan menggantikannja. Lebih djauh faktor itu mengakibatkan le mahnja kedudukan kita diforum politik Internasional. Pada waktu ini semendjak 5 Djuli 1959, ketika Bangsa Indonesia dengan tegas kembali ke U.U.D. 1945 stabilisasi dan keamanan dalam negeri sudah sampai ketaraf jang memungkinkan pelaksanaan pembangun an semesta berentjana. Situasi politik 1959 membuka pintu kearah itu.
b. Faktor psychologis
Tekanan ekonomi, kegontjangan politik, pertentangan ideologi dan akibat2 revolusi bersendjata masih sangat berkesan pada kaum Buruh, Tani dan Pemuda serta potensi nasional lainnja ditambah pula dengan politik adudomba imperialisme jang, dengan sadar atau tidak, telah dilaksanakan djustru oleh gembong2 politik, mengakibat kan Rakjat diam dalam seribu bahasa dalam perdjuangan menjele saikan Revolusi. Mereka bersikap menanti, atau apatis dalam meng hadapi pekerdjaan pembangunan. Faktor psychologis ini akan dapat dihidupkan kembali dengan melaksanakan pembangunan semesta.
c. Faktor Pendidikan
Sistim pendidikan jang sebagian besar menurut dasarnja masih mempergunakan sistim lama, jaitu sistim pendidikankolonial sudah tidak aesuailagi dengan tuntutan nasional. Pendidikan jang diberi kan setjara umum itu memang memberikan pengetahuan kepada seseorang tentang berbagai matjam ilmu, akan tetapi sangat ter batas, sehingga sukar untuk menudju kepada differensiasi, dimana tiap2 bidang ilmu pengetahuan ada ahli2nja. Tidak adanja literatur jang bernilai tinggi bagi para pemuda kita, pun telah menjebabkan unsur2 jang baik dan tenaga kreatif dalam kebudajaan kfta itu mendjadi samar.
Semua ini telah menambahkan kekurangan keahlian dikalangan bangsa kita jang seharusnja didalam masa Pembangunan ini meme gang peranan penting. Pada hal pembangunan semesta dan berentja na sangat memerlukan tenaga ahlipembangunan jang kini sangat terbatas djumlahnja. Tetapi pembangunan tak boleh ditangguhkan karena djumlah ahlipembangunan jang terbatas itu. Melainkan kita harus bersemangat : Sambil membangun akan memperkaja ke ahlian dengan pengalaman jang dibutuhkan untuk melandjutkan pembangunan. Sekolah teknik hendaklah ditindjau kembali dan di arahkan kepada penanaman tenaga pembangunan jang ahli dan ber djiwa 1945.
d. Faktor Administrasi Negara
Dalam pembangunan raksasa, maka organisasi dan adminis trasipun menentukan berhasil atau tidaknja pelaksanaan dari sesua tu planning. Walaupun planning itu telah disusun dengan sebaik2 nja, semuluk2nja, akan tetapi dengan organisasi dan administrasi jang tidak teratur dan tepat, maka rentjana itu mungkin akan me rwpakan suatu impian belaka. Oleh karenanja faktor itu harus di laksanakan dengan baik disemua instansi dan/atau Iembaga jang mengatur kebidjaksanaan politik, ekonomi dan sosial bagi masja rakat. Birokrasi jang berlebih2an jang meradjalela diinstansi Peme rihtah, mengakibatkan pekerdjaan jang seharusnja dapat diselesai saikan dalam waktu sehari, mendjadi berbulan2.
Mismanagement dan korupsipun merupakan suatu kebobrokan atau faktor penghalang dalam suatu masjarakat jang disebabkan kurangnja ahli2 terutama dalam bidang administrasi kenegaraan. Penempatan tenagaahli pada Dewan Perantjang Nasional dan pe laksanaan perantjang pembangunan harus dipertimbangkan dari su dut bakat, ketjakapan dan keahlian, jang dibutuhkan.
e. Menghidupkan potensi Rakjat
Pembangunan semesta dan berentjana baru terdjamin akan berhasil baik, apabila pembangunan itu tidak sadja mempunjai tu djuan untuk membentuk masjarakat jang adil dan makmur, tetapi djuga harus didukung oleh Rakjat sendiri jang diikutsertakan da lam menjusun, mengesahkan, menilai, mengawasi dan melaksanakan pembangunan itu.
Sangatlah penting faktor potensi Rakjat, jang harus dihidup kan untuk mendjamin terlaksananja overall planning dengan ber hasil baik. Dalam hal pengerahan tenagabenda, baik berupa uang ataupun bahan pembangunan, harus lebih dahulu dikerahkan jang ada ditanah air kita, dan sesudah itu apabila tak tjukup baru di fikirkan pentjarian tenagabenda dari luar negeri. Begitu pula, un tuk menaikkan potensi Rakjat, supaja dapat berhemattenaga dan berhematwaktu dalam melaksanakan pembangunan, maka harus lah Dewan Perantjang Nasional menindjau sedalam2nja dan menun djukkan djalan setjara konkrit, bagaimana pada hari depan tenaga Rakjat dapat dikerahkan untuk pelaksanaan Pembangunan jang harus berhasil baik itu.
f. Faktor tjampurtangan negara asing
Kalau faktor2 jang dikemukakan diatas tadi merupakan faktor2 jang tumbuh didalam negeri, maka faktor2 lain dari luar negeripun banjak mempengaruhi djalannja pembangunan dinegara kita jang masih muda ini. Satu diantara faktor2 jang datangnja dari luar negeri, ialah faktor tjampurtangannja negara2 asing terhadap per soalan dalam negerl kita.
Sesudahnja selesai .perang dunia kedua, maka timbullah dua ,,matjam stabilisasi" didunia ini, jaitu stabilisasi kapitalisme dan stabilisasi sosialisme. Ketenangan jang ditimbulkan oleh stabilisasi ini hanja untuk sementara sadja, karena kedua belah pihak selalu bertentangan antara satu sama lain. Kalau stabilisasi kapitalisme
jang ditudjukan untuk kepentingan finanskapitalis mengandung pertentangan diantara sesama negara2 imperialisme dan diantara negara2 imperialisme dengan rakjat2 djadjahan, maka stabilisasi sosialisms mengandung konsolidasi kedalam dan keluar. Untuk meng imbangi stabilisasi sosialisme ini, maka negara2 imperialis dengan berbagai matjam djalan telah rnengusahakan mempengaruhi negara2 setengah djadjahan dan jang baru mendapatkan kemerdekaannja, terutama dengan menanamkan modal monopolinja dan mengikatnja dengan pakta2 militer jang tidak boleh tidak mengandung kerugian besar diipihak negara setengah djadjahan atau jang baru menerima kemerdekaannja. Timbullah kekatjauan2 dibidang ekonomi, politik dan sosial dan hal ini membawakan kesempatan bagi negara2, im perialis untuk mengadakan tjampurtangan jang langsung terhadap persoalan dalam negeri dari negara2 tersebut. Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin akan memimpin pembentukan masjarakat adil dan makmur, jang lepas daripada tindasan imperialisme dan kolonialisme berupa apapun.
Demikianlah diantaranja faktor2 jang telah menimbulkan peng hambatan bagi pembangunan semesta Negara kita ini.
D. FAKTOR2 PELANTJAR PEMBANGUNAN
§ 22. Stabilisasi Harga
Untuk pembangunan perlu adanja stabilisasi harga, dengan kon sentrasi perdagangan (jang menguasai hadjad hidup orang banjak dikuasai oleh negara – U.U.D. 1945 pasal 33).
Ha12 jang diuraikan dibawah ini akan dapat mentjapai stabilisasi harga tersebut malahan menekan harga itu.
Lapangan keuangan dan perusahaan
a . National saving
Menaikkan national saving dengan djalan :
1. penghematan sektor2 Pemerintah maupun partikelir. 2. intensifikasi sumber2 jang sudah ada : menggali sumber²
jang belum ada.
b. Deficit financing
1. menjalurkan keusaha2 produktip (agar supaja anggaran belandja dalam waktu tertentu dapat seimbang).
2. menarik "hotmoney" diantaranja dengan djalan mendjual obligasl (djuga perusahaan2 partikelir nasional didalam masa peralihan dibolehkan untuk mengeluarkan obligasi tidak bernama (aan toonder)).
c. . Sistim padjak mungkin akan ditindjau kembali
1. langsung. 2. progressip.
3. penjempurnaan aparat.
4. mentjari objek2 baru, tjontoh : mobil jang Iebih dari satu lebih berat padjaknja : rumah jang melebihi jang normal dikenakan padjak jang berat, dan sebagainja.
d. Bank
Pada dasarnja perputaran modal harus dikuasai oleh negara dan digunakan untuk membiajai pembangunan menudju masja rakat sosialis a la Indonesia; oleh karenanja Bank2 seharusnja dikuasai oleh negara.
Politik perkreditan seharusnja membantu untuk mentjapai tjita2 itu.
Mengusahakan terpentjarnja pembagian modal dalam negara. Modal warganegara diatur supaja dapat merupakan modal nasional dan dipakai utnuk membantu pembangunan negara. Pada prinsipnja modal asing dapat diterima hanja sebagai pindjaman.
Bank2 dan badan2 kredit jang banjak djumlahnja di Indonesia ini perlu diatur dan dikonsentreer oleh Pemerintah (sentralisasi ke uangan).
Bank Indonesia baik dipusat maupun didaerah hanja bekerdja sebagai Bank sentral. Bank2 Negara lain diberi fungsi jang tertentu sesuai dengan rentjana pembangunan semesta, diantara mana harus ada jang bekerdja aktip sebagai pelapor pembangunan (Bank Pem bangunan), Bank2 Negara ialah
Bank Industri. Bank Negara. Bank Rakjat. Bank Tani Nelajan.
Selain daripada itu ada pula bank asing jang baru diambil alih. Bank2 Nasional partikelir mengadakan gabungan2 sehingga merupa kan Bank2 jang mudah diawasi oleh Pemerintah. Sesuai dengan politik pada sektor usaha nasional partikelir masih dibolehkan un tuk bekerdja jang lambatlaun akan menjesuaikan diri dengan ren tjana Pemerintah sesuai dengan berkembangnja masjarakat jang adil dan makmur. Sesuai dengan tudjuan pokok, maka seharusnja Bank2 itu bekerdja menudju kemasjarakat jang adil dan makmur.
Sesuai dengan tudjuan, maka pembiajaan hendaknja ditudjukan kepada :
1. Usaha2 masjarakat desa.
2. Usaha Negara (Industri berat, pertanian, perkebunan, perhu bungan dan sebagainja).
3. Sedang usaha nasional partikelir (dalam masa peralihan, dus masa sebelum 1) dan 2) bertumbuh) dapat dibantu oleh ne gara dalam bidang2 jang sifatnja membantu usaha2, satu dan dua dengan diberi keuntungan tertentu.
Dalam rentjana pembiajaan perlu didjaga :
1. Inventarisasi dan mobilisasi alat2 produksi baik kepunjaan Pe merintah ataupun Partikelir
1. Jang hantjur akibat perang kolonial dipulihkan dan dipro duksikan kembali.
2. Jang masih ada, dikerahkan produksinja (pabrik2 tenun, pabrik2 beras, gula, dan lain2).
3. Segala peralatan, mesin2 dan sebagainja jang dapat diguna kan oleh negara untuk pembangunan. Baru kalau ada kekurangan2, dapat mengimpor dari luar negeri (penghe matan dan mengurangi pemakaian devisen).
4. Perusahaan2 Belanda jang dinasionalisasikan dengan umum nja didjadikaniperusahaan2 Negara jang keuntungannja di gunakan untuk pembangunan (perusahaan2, bank2, asuransi, dan lain2).
5. Perusahaan2 Negara perlu diintensifeer dan dipimpin se baik2nja dan keuntungannja dipakai untuk pembangunan. Tjontoh : perusahaan2, bank2, dan lain2 perusahaan negara. 6. Nutsbedrijven jang hanja bersifat aoaial sadja dan
merugikan negara perlu ditindjau lebih dalam dan diatur setjara komersiil biasa jang harus menguntungkan bagi negara dengantidak meninggalkan sifat2 sosialnja. Tjontoh: air, tilpon, listrik,
2. Kegiatan Ekonomi berhubung dengan Luar Negeri 1. Pimpinan impor dan ekspor keluar negeri 2. Foreign aid dan lain2nja.
3. Pampasan.
Mengingat pentingnja pembangunan, tidak dibenarkan pe makaian pampasan untuk keperluan konsumptief.
Dalam masa peralihan, pindjaman luar negeri melalui par tikelir pun dipermudah dengan mengadakan modus : dapat menggunakan hasilnja untuk kepentingan pembangunan se suai dengan rentjana Pemerintah. Pindjaman luar negeri untuk kepentingan partikelir dibawah pengawasan dan dja minan Republik Indonesia hendaklah dimungkinkan.
4. Produksi bahan ekspor dipergiat untuk memperlipatganda kan devisen.
Dapatlah dengan segera setjara tegas dikuasai oleh negara ke butuhan penting rakjat (beras, gula, ikan asin, bahan pakaian). Sifat2 jang monopolistis hendaknja ditiadakan dan dialihkan kenegara, maupun koperasi2 rakjat. Memperbesar produksi barang2 konsumpsi jang dibutuhkan rakjat banjak mengurangi tenaga administrasi dan disalurkan dalam tenaga produksi. Untuk mentjegah inflasi perlu pembangunan besar2an untuk mengimbangi produksi dan peredaran uang.
3. Standard Kebutuhan
Untuk rakjat dibuat standard kebutuhan, dan selebihnja dikena kan pembajaran mahal.
Hal ini mendjadi intisari dari ekonomi terpimpin in a nutshell.
4. Ketjepatan
Sedang rentjana2 harus setjepat2nja dilaksanakan. 5. Tjara Gotong Rojong
Mengikutsertakan rakjat. Bekerdja dengan nlendapat upah. Memupuk kepribadian kita jang ada (gotongrojong) terutama didesa2.
Pembangunan jang kiranja sesuai dengan kebutuhan mereka dan dalam djangka pendek kelihatan hasilnja : misalnja : pemba ngunan waduk, saluran air, djalan2 dan sebagainja.
Dalam hal ini hendaknja para pemimpin memberi tjontoh untuk kepentingan mereka
II
PERANAN DEPERNAS
§ 23. Penting sekali peraman DEPERNAS dalam penjusunan ma sjarakat rakjat, negara serta kehidupan rochani Bangsa Indonesia pada hari depan.
Garisa besar jang membatasi peranan penting ini dapat diperhatikan dalam U.U.D: 1945 dan peraturan2 DEPERNAS sendiri. Saja
minta perhatian tentang tugas dan pengaruh DEPERNAS jang se wadjarnja.
A. TUGAS DEPERNAS
§ 24. Pelaksanaan menjusun blueprint dari rentjana overall planning itu tidaklah dapat dikerdjakan dengan sambil lalu. Harus lah semua fikiran dengan kesedaran dikonsentrir pada pekerdjaan tersebut. Penjusunan pola pembangunan adalah guna mendapatkan suatu rentjana overall disegala bidang kehidupan Negara dan Rak jat, menudju kepembangunan sosialisme a la Indonesia atau ke masjarakatan gotongrojong.
Belum tjukup sampai disana sadja tugas itu. Dewan Perantjang Nasional sesuai dengan namanja, bertugas pula menggembleng se mangat kerdja serta daja dari pada Rakjat jang 85 djuta djiwa djumlahnja ini dengan mengumpulkan semua faktor2 positif menudju tertjiptanja pembangunan sosialisme dengan tepat, berhasil baik dan dalam waktu jang sesingkat2nja, dengan tidak melupakan sum. ber keramat dari pada kepribadian bangsa Indonesia, ialah Pro
klatnasia 17 Agustus 1945 DEPERNAS bertugas merantjang, menin djau, menilai dan mengawasi Pembangunaut.
Perlu saja peringatkan, bahwa merantjang pola ialah dengan mempertimbangkan faktor pembiajaan dan waktu lamanja pemba ngunan akan dilaksanakan, demikian djuga spreiding daripada spe cial project diseluruh Indonesia. Djuga pertebaran atau spreiding dari objek pembangunan itu (hendaklah pula ditindjau dari sudut
strategi dan defense).
Selandjutnja jang diawasi dan dinilai oleh DEPERNAS ialah seluruh bidang pembangunan, djadi djuga masuk pembangunan jang telah direntjanakan oleh Biro Perantjang Negara, pembangunan routine Kementerian2, pembangunan Pemerintah Daerah dan pem bangunan oleh pihak Partikelir.
B. PENGARUH DEPERNAS
§ 25. Arti Dewam Perantjang Nasional bapi Tata Tertib dan Ke amarean
tepat, persiapan pelaksaYiaan jamg tepat dan pelaksanaan jang tepat
Pula.
Perentjanaan harus ditudjukan kepada segala sudut
pemba
tepat,
persiapan pelaksanaan jang tepat dan pelaksanaan jang tepat pula.Perentjanaan harus ditudjukan kepada segala sudut pemba
ngunan, djasmaniah dan rochaniah, technis, mental, etis dan spirituil menurut norma dan nilai2 jang tersimpul dalam alam adil dan •mak mur itu. Masjarakat jang kita idam2kan itu dapat ditjapai melalui proces pembangunan, jang sjarat mutlaknja adalah suasana tatatertib dalam segala segi kehidupan dan penghidupan kemasjarakatan dan kenegaraan.Bagi suatu Bangsa jang merasa tinggi kebudajaannja peraturanz itu lambatlaun mendjadi pengertian. Pengertian ini kemudian akan menimbulkan sopansantun serta kesadaran dan kedua2nja akan menghasilkan tatatertib.
Demikianlah peranan DEPERNAS pada hari akan datang. Ten tang tugas pokok dartpada DEPERNAS tetaplah kewadjiban me rantjang Dasar Undang2 Pembangunan jang akan dilandjutkan tin djauannja dalam bab keIII.
III
PEMBENTUKAN POLA PEMBANGUNAN SEMESTA DAN
BERENTJANA
1. Umum dan Tudjuan
§26. Tugas DEPERNAS ialah terutama menjusun Dasar Undang2 Pembangunan berentjana jang berisi blueprint atau tri pola jaitu :
pola projek pembangunan pola pendjelasan pembangunan pola pembiajaan pembangunan.
Tugas DEPERNAS ini adalah tugaskewadjiban pokok. Hasil baik atau gagalnja pekerdjaan DEPERNAS adalah bergantung ke pada penilaian tugaskewadjiban pokok itu.
Apakah jang hendak ditjapai dengan membuat tri pola pem bangunan oleh DEPERNAS itu ? Pertamjaan ini dapat didjawab dengan memikirkan kemadjuan negara dan masjarakat jang sewa djarnja dihari depan.
Salah satu tudjuan daripada pembangunan Negara ialah me madjukan negara kita dari negara jang sebagian kehidupan masih dikuasai oleh imperialisme dan feodalisme, kenegara jang merdeka penuh. Tudjuan ini dapat ditjapai dengan setapak demi setapak. Tjara kerdja setapak demi setapak itu sangat penting untuk diper hatikan supaja selalu menjesuaikan perentjanaan dengan perkem bangan masjarakat jang makin madiu dan aear supaja hasil jang ditjapai itu sesuai dengan harapan jang telah dapat dibangun di kalangan Rakjat, dan supaja tidak mengetjewakan Rakjat.
Negara kita jang setjara politis sudah merdeka, menundjukkan, bahwa dalam bidang ekonomi Rakjat kita masih tergantung dari pada suasana pendjadjahan. Banjak sektor² konomi jang belum sepenuhnja dikuasai oleh negara atau Pengusaha² Nasional. Oleh karena itu disamping angan2 untuk mendirikan industri berat, industri² pokok, tidak boleh dilupakan adanja keharusan untuk me nguasai sektor² ekonomi jang mendjamin kelantjaran pembangunan selandjutnja.