-
-
-
FOTO: LIPUTAN6.COM
rajat) berpotensi menyebabkan le- dakan dan longsor
Ledakan yang kemudian diikuti long- sor, kemungkinan disebabkan ting- ginya akumulasi gas dalam timbunan sampah yang tidak dilengkapi venti- lasi gas (produksi minimal gas rata- rata 2 -5 m3/ton sampah/tahun atau di TPA Bantar Gebang 25.000m3/ha- /tahun), beratnya beban sampah tan- pa tanggul penahan, dan tingginya volume air hujan dalam timbunan sampah (tidak ada saluran drainase yang dapat mengalirkan air hujan keluar timbunan).
Leachate dengan BOD yang tinggi (umumnya > 5.000 ppm) mengalir begitu saja ke saluran/sungai tanpa proses pengolahan dan mencemari lingkungan.
Tidak adanya zona penyangga (buffer zone) menyebabkan dampak negatif aktifitas TPA akan langsung menge- nai lingkungan atau permukiman ter- dekat
Aspek Manajemen
Sebagaimana TPA-TPA lain di Indo- nesia, pada umumnya pengelolaan
TPA tidak dilakukan secara profesio- nal dan hanya mengandalkan petu- gas, bukan ahli, bahkan ada kalanya sopir truk dapat menentukan sendiri lokasi penimbunan setiap harinya. Keterbatasan biaya. Alokasi biaya pe- ngelolaan TPA Leuwigajah kurang le- bih Rp 5.000 per m3 sedangkan untuk menerapkan operasi landfill secara benar sedikitnya dibutuhkan biaya Rp. 10.000 per m3
Retribusi sampah tak mencukupi biaya pengelolaan. Rendahnya pene- rimaan retribusi biasanya karena ti- dak jelasnya sistem perhitungan retri- busi. Sebagai contoh di Jakarta, ma- syarakat sudah membayar mahal iuran pengumpulan sampah sampai TPS (dikelola oleh RT/RW, besarnya iuran bervariasi antara Rp.5000- Rp.20.000) sedangkan untuk peng- angkutan dan pembuangan akhir sampah hanya Rp.1.000-Rp. 2.000. Padahal komponen pembiayaan yang proporsional antara pengumpulan : pengangkutan : pembuangan akhir adalah 30%: 40% : 30 %
Lemahnya penerapan peraturan yang ada (perda, SNI dan NSPM) serta
lemahnya kordinasi antarinstansi maupun antardaerah. Selain itu juga mekanisme pengawasan dan sanksi atas penyimpangan pelaksanaan pe- ngelolaan sampah atau pengelolaan TPA tidak pernah ada.
Masyarakat sebagai penghasil utama sampah kurang berperan dalam upaya-upaya pengurangan volume sampah maupun pembayaran ret- ribusi secara cost recovery sehingga semua sampah hanya dibuang ke TPA yang berujung pada masalah pence- maran lingkungan
Rekomendasi
Belajar dari berbagai pengalaman buruk pengelolaan sampah selama ini dan mengantisipasi terulangnya tragedi TPA Leuwigajah, diperlukan kesung- guhan semua stakeholders dalam me- ningkatkan sistem pengelolaan sampah secara profesional sebagai berikut : Jangka pendek
Melaksanakan rehabilitasi TPA ber- masalah seperti TPA Leuwigajah, TPA Lembang dan TPA lainnya dengan mengacu pada hasil kajian para ahli (saat ini telah ada tim peduli TPA Le- uwigajah dari ITB , Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri)
Mempersiapkan lokasi TPA baru de- ngan mengacu pada proses pemilihan yang memenuhi kriteria teknis (SNI No 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA)
Mempersiapkan DED TPA baru seca- ra akurat dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis dan SOP yang memadai. Sebaiknya juga diren- canakan ekstraksi landfillgas, selain untuk menghindari terjadinya le- dakan atau efek gas rumah kaca juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
Mempersiapkan kelayakan teknologi tinggi pengolahan sampah sebagai alternatif mengurangi volume sam- pah yang dibuang ke TPA
A W A S A N
W
- - - - - - - - - 1. 2. 3. 4. Mengungsi: Warga yang selamat mengungsi ke tempat aman. Jangka panjang
Menerapkan perubahan paradigma pembangunan persampahan yang ti- dak lagi bertumpu pada end of pipe system, di mana TPA menjadi muara pembuangan sampah, tetapi harus si- multan dengan upaya penanganan dengan pendekatan lain yang lebih ra- mah lingkungan seperti menjadikan sampah sebagai sumber daya, pena- nganan sampah sedekat mungkin de- ngan sumbernya, dan menerapkan sistem sanitary landfillsebagai peng- olahan akhir sampah dengan benar Lokasi TPA yang telah memenuhi kri- teria teknis (SNI No 03-3241-1994) sebaiknya dilengkapi dengan zona pe- nyangga dan diterapkan larangan izin tinggal di sekitar lokasi TPA minimal dalam radius 500 m (perlu diatur de- ngan Perda)
Fasilitas TPA harus disesuaikan de- ngan kondisi topografi lahan, mini- mal tersedia retaining wall/tanggul (jika diperlukan), saluran drainase (keliling TPA), jaringan pengumpul leachate, pengumpul gas/ventilasi gas, pengolahan leachate, alat berat dan tanah penutup (harian/ berkala) Pengoperasian TPA (sanitary land- fill/controlled landfill) de-
ngan basis sistem sel harus sesuai dengan Sistem Ope- rasi dan Prosedur
Untuk kota-kota besar/me- tropolitan yang menghadapi masalah keterbatasan lahan, perlu ada upaya mencari alternatif lain seperti pengo- lahan sampah dengan tek- nologi tinggi yang sesuai dengan karakteristik sam- pahnya (harus didahului dengan studi kelayakan) Perlu ditetapkannya ske- nario TPA regional secara nasional untuk menghin- dari terjadinya konflik an- tardaerah
Mempromosikan metode 3 R secara bertahap melalui proses pemilahan dan pengolahan sampah di sumber dengan mengembangkan forum-fo- rum lingkungan (serupa dengan Kel. Banjar Sari-Jakarta Selatan binaan Ibu Bambang) yang harus terintegrasi dengan metode pengumpulan dan pengangkutannya
Adanya dukungan institusi yang me- miliki kewenangan memadai dan
SDM yang profesional di bidang pe- ngelolaan sampah
Adanya dukungan prioritas pembi- ayaan baik untuk investasi maupun pengelolaan yang memadai dan pene- rapan sistem tarif yang mengarah pa- da full cost recoverysecara bertahap Adanya pengaturan kejelasan meka- nisme maupun besaran iuran (dikelo- la oleh masyarakat untuk jasa pe- ngumpulan sampah) dan retribusi sampah (dikelola oleh pihak pengelo- la untuk jasa pengangkutan dan pem- buangan akhir), untuk menghindari terjadinya kesan "double tariff" Adanya dukungan regulasi dan pene- rapan sanksi hukum yang memadai termasuk dalam pengaturan mekanis- me pengawasan atas penyimpangan pelaksanaan pengelolaan sampah khususnya TPA
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam perilaku pengelolaan sampah sejak usia dini melalui program pe- nyuluhan yang memadai dan masuk- nya persampahan dalam kurikulum pendidikan formal sejak dini. Penutup
Pembenahan masalah persampahan bukanlah hal yang terlalu sulit dan mustahil, tetapi sangat ditentukan oleh kemauan semua pihak termasuk kesadaran ma- syarakat sebagai peng- hasil sampah dan du- kungan politis kepala dae- rah. Dengan segala ke- mauan yang sungguh- sungguh dari setiap stake- holders dan belajar dari pengalaman baik dan bu- ruk yang ada selama ini, biarlah semua yang buruk diakhiri hanya oleh trage- di TPA Leuwigajah saja. *)Staff Ditjen TPTP Dep. PU
Anggota Pokja AMPL