• Tidak ada hasil yang ditemukan

OMNeT++ adalah extensible, modular, komponen kerangka dan library simulasi berbasis C++, paling utama digunakan untuk simulator membangun jaringan. Jaringan yang dimaksud dalam arti yang luas mencakup jaringan komunikasi kabel dan nirkabel, jaringan on-chip, antrian jaringan, dan sebagainya. Fungsi spesifik dari OMNeT++ adalah mendukung jaringan sensor, jaringan ad-hoc nirkabel, protokol internet, pemodelan kinerja, jaringan fotonik, dan lain lain yang disediakan oleh kerangka model yang dikembangkan sebagai proyek independen.

OMNeT++ menyediakan komponen arsitektur sebagai modelnya. Komponen (modul) diprogram dalam bahasa C++, kemudian dirakit menjadi komponen yang lebih besar dan dimodelkan menggunakan bahasa tingkat tinggi (NED). Penggunaan model dilakukan secara gratis.

OMNeT++ memiliki dukungan GUI yang luas, dan karena arsitektur OMNeT++ modular, kernel simulasi (dan model) dapat tertanam dengan mudah ke dalam aplikasi kita.

OMNeT++ bukan simulator jaringan saja, namun untuk saat ini OMNeT++ lebih dikenal luas sebagai platform simulasi jaringan dalam komunitas ilmiah serta dalam pengaturan industri, dan membangun sebuah komunitas pengguna yang besar. OMNET++ menawarkan IDE berbasis Eclipse, lingkungan graphical runtime, dan sejumlah alat-alat lain. Ada ekstensi untuk real-time simulasi, emulasi jaringan, bahasa pemrograman alternatif (Java, C#), integrasi database, integrasi SystemC, dan beberapa fungsi lainnya. OMNeT++ dirilis dengan full source code, dan bebas untuk digunakan, dimodifikasi dan didistribusikan di lembaga-lembaga akademik dan pendidikan di bawah lisensi sendiri (Academic Public License).

Komponen OMNeT++ : a. Simulation kernel library

b. NED topology description language c. OMNeT++ IDE berbasis Eclipse

d. Tampilan pengguna untuk eksekusi simulasi dan link ke simulation executable (Tkenv)

e. Tampilan pengguna berupa baris perintah untuk eksekusi simulasi (Cmdenv)

f. Utilitas (make file creation tool dan lain-lain) g. Dokumentasi dan contoh simulasi

28 3. BAB III

PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN

3.1Parameter Simulasi

Pada penelitian ini sudah ditentukan parameter-parameter jaringan. Parameter-parameter jaringan ini bersifat konstan dan akan dipakai terus pada setiap pengujian yang dilakukan. Parameter-parameter simulasi jaringan yang dimaksud adalah:

Tabel 3.1 Parameter-parameter Jaringan

Parameter Nilai

Luas Area Jaringan 1000x1000 m2 Jumlah Node 30, 40, dan 50 Kecepatan Node 2 dan 5 mps Banyak Koneksi 1 dan 3 UDP

Waktu Simulasi 1000s

Pola Penyebaran Node Random Way Point

Traffic Source UDP

3.2Skenario Simulasi

Jaringan MANET merupakan jaringan lokal wireless yang bersifat dinamis. Beberapa skenario yang digunakan untuk analisis perbandingan unjuk kerja protokol routing proaktif (OLSR) terhadap protokol routing reaktif (DSR) adalah sebagai berikut.

Dalam pembentukan skenario dasar, pertama-tama dibentuk jaringan dengan luas area 1000x1000 m2, kecepatan 2 mps, 1 koneksi UDP, 30 node, 40 node, dan 50 node dengan node mobility random way point.

Tabel 3.2 Skenario dasar OLSR dan DSR

Luas Area (m2) Node Kecepatan (mps) Koneksi UDP

a 1000x1000 30 2 1

b 1000x1000 40 2 1

c 1000x1000 50 2 1

Skenario selanjutnya menambah kecepatan menjadi 5 mps.

Tabel 3.3 Skenario dengan pertambahan kecepatan 5 mps OLSR dan DSR Luas Area (m2) Node Kecepatan (mps) Koneksi UDP

a 1000x1000 30 5 1

b 1000x1000 40 5 1

c 1000x1000 50 5 1

Skenario selanjutnya menambah koneksi UDP menjadi 3 koneksi UDP.

Tabel 3.4 Skenario dengan pertambahan 3 koneksi UDP OLSR dan DSR Luas Area (m2) Node Kecepatan (mps) Koneksi UDP

a 1000x1000 30 2 3

b 1000x1000 40 2 3

Skenario yang terakhir menambah kecepatan menjadi 5 mps dan koneksi UDP menjadi 3 koneksi UDP.

Tabel 3.5 Skenario dengan pertambahan kecepatan 5mps dan 3 koneksi UDP OLSR dan DSR

Luas Area (m2) Node Kecepatan (mps) Koneksi UDP

a 1000x1000 30 5 3

b 1000x1000 40 5 3

c 1000x1000 50 5 3

Setiap skenario pengujian akan diulangi sebanyak 2 kali. Hasil dari pengujian tersebut akan diambil rata-ratanya dan ditampilkan ke dalam sebuah tabel dan grafik.

3.3Parameter Kinerja

Tiga parameter yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah: a. Throughput jaringan

Throughput adalah jumlah bit data yang diterima oleh node tujuan per satuan waktu (biasanya detik). Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth [4]. Karena throughput memang bisa disebut sebagai bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat tetap, sementara throughput sifatnya dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Throughput mempunyai satuan bps (bit per second).

Throughput akan semakin baik jika nilainya semakin besar. Besarnya throughput akan memperlihatkan kualitas dari kinerja

protokol routing tersebut. Karena itu throughput dijadikan sebagai indikator untuk mengukur performansi dari sebuah protokol.

Rumus untuk menghitung throughput adalah :

Throughput= r w y r

w r

b. Delay jaringan

Delay yang dimaksud adalah end to end delay. End to end delay adalah waktu yang dibutuhkan paket dalam jaringan dari saat paket dikirim sampai diterima oleh node tujuan. Delay merupakan suatu indikator yang cukup penting untuk perbandingan protokol routing, karena besarnya sebuah delay dapat memperlambat kinerja dari protokol routing tersebut. [11]

Rumus untuk menghitung delay :

Delay =

y r

c. Overhead Ratio

Overhead ratio adalah ratio antara banyaknya jumlah control message oleh protokol routing dibagi dengan jumlah paket (bit) yang diterima. Jika nilai overhead ratio rendah maka dapat dikatakan bahwa protokol routing tersebut memiliki kinerja yang cukup baik dalam hal pengiriman paket.

Rumus untuk menghitung overhead ratio :

Overhead Ratio = ℎ � r

3.4Topologi Jaringan

Bentuk topologi dari jaringan ad hoc tidak dapat diramalkan karena itu topologi jaringan ini dibuat secara random. Hasil dari simulasi baik itu posisi node, pergerakan node dan juga koneksi yang terjadi tentunya tidak akan sama dengan topologi yang sudah direncanakan [3].

Berikut adalah bentuk snapshoot jaringan yang akan dibuat dengan node 30, terlihat perbedaan letak node pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

34 4. BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk melakukan perbandingan unjuk kerja protokol routing proaktif (OLSR) terhadap protokol routing reaktif (DSR) ini maka akan dilakukan seperti pada tahap skenario perencanaan simulasi jaringan pada Bab 3. Hasil dari simulasi dapat ditemukan pada file *.anf pada program OMNeT++.

4.1OLSR

4.1.1 Throughput Jaringan

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada OLSR Jumlah Jumlah Hasil Throughput (bit/s)

Koneksi Node Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps 1 UDP 30 node 8301,7 8223,9 40 node 8325,6 8240,3 50 node 8381,2 8261,4 3 UDP 30 node 8274,7 7845,9 40 node 8317,7 8014,1 50 node 8365,1 8177,2

Gambar 4.1 menunjukan bahwa penambahan kecepatan akan menurunkan throughput UDP pada simulasi ini, tetapi penurunan terjadi lebih besar pada skenario 3-Koneksi-UDP. Hal ini terjadi karena beban paket data di jaringan bertambah dan semakin cepat topologi di jaringan berubah akan membutuhkan jumlah control message / update yang lebih banyak. Sedangkan penambahan node menunjukan peningkatan hasil throughput UDP pada kedua skenario. Hal ini terjadi karena semakin bertambah node membuat kerapatan (density)

semakin padat dan MPR bekerja lebih baik / efektif maka jalur antar node peluang terputus menjadi semakin kecil.

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Throughput Jaringan

OLSR

4.1.2 Delay Jaringan

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada OLSR Jumlah Jumlah Hasil Delay (ms)

Koneksi Node Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps 1 UDP 30 node 0,692 0,755 40 node 0,558 0,735 50 node 0,536 0,655 3 UDP 30 node 0,828 0,969 40 node 0,737 0,773 50 node 0,713 0,747

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Delay Jaringan OLSR

Gambar 4.2 menunjukan bahwa penambahan kecepatan akan meningkatkan delay pada simulasi ini. Hal ini terjadi karena semakin cepat topologi di jaringan berubah sehingga membutuhkan jumlah control message / update yang banyak. Sedangkan penambahan node menunjukan penurunan hasil delay pada kedua skenario meskipun tidak signifikan.

4.1.3 Overhead Ratio Jaringan

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada OLSR

Jumlah Jumlah Hasil Overhead Ratio Koneksi Node Kecepatan 2

mps Kecepatan 5 mps 1 UDP 30 node 57,53 65,24 40 node 128,83 140,88 50 node 223,09 262,77 3 UDP 30 node 20,01 21,33 40 node 42,80 44,90 50 node 75,32 83,50

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan

OLSR

Gambar 4.3 menunjukan bahwa skenario 3-Koneksi-UDP lebih efisien dibandingkan dengan skenario 1-Koneksi-UDP. Overhead ratio di skenario 3- Koneksi-UDP jauh lebih kecil dari pada overhead ratio di skenario 1-Koneksi-

UDP. Hal ini terjadi karena OLSR merupakan protokol routing proaktif yang selalu meng-update informasi seluruh rute, baik dibutuhkan ataupun tidak. Sebagai konsekuensi, jika koneksi hanya satu, maka overhead ratio akan tinggi. Tetapi jika koneksi diperbanyak misal 3 koneksi UDP maka hasil overhead ratio akan semakin baik.

Dari kedua skenario, terlihat penambahan jumlah node akan meningkatkan overhead ratio. Tetapi peningkatan terlihat lebih besar di skenario 1-Koneksi- UDP. Sedangkan penambahan kecepatan tidak secara signifikan meningkatkan jumlah overhead ratio baik di skenario 1-Koneksi-UDP maupun 3-Koneksi- UDP.

Dokumen terkait