• Tidak ada hasil yang ditemukan

Operasi perekaman audio digital 1. Menggunakan Perangkat DAW

Dalam dokumen RANCANGAN MODUL 5 TEKNIK AUDIO VIDEO (Halaman 75-81)

Materi 4. Studio Rekaman

H. Operasi perekaman audio digital 1. Menggunakan Perangkat DAW

a. Langsung ke sound card

Cara ini sederhana, yaitu dari sumber suara langsung ke soundcard, kemudian diproses oleh perangkat lunak DAW. Pada line out soundcard dapat di dengar oleh pendengaran melalui speaker monitor.

Routing diagram perekaman:

Cara ini masih terdapat kekurangan, gain yang terekam kecil, noise besar, suara yang terdengar seperti di beri FX flanger. Kelemahan ini diatasi dengan memberikan peralatan tambahan.

b. Dengan alat tambahan

Peralatan tambahan yang diperlukan seperti Preamp, DI Box, Exiter, Mixer yang dilengkapi Preampnya, Equalizer, FX (stombox).

Routing diagram perekaman:

c. Merekam vokal

untuk merekam vokal dengan MICROPHONE routing nya ada dua teknik. Routing diagram perekaman 1:

in soundcard software daw out soundcard speaker monitor Mic Alat tambahan

Routing diagram perekaman 2:

Contoh:

mic condenser → preamp / mixer yang mempunyai panthom power → in soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor (untuk mic condenser, harus mempunyai power sendiri, yaitu dengan menggunakan preamp / mixer yang mempunyai panthom power) d. Merekam Guitar / Bass

1). Dengan teknik direct

Routing diagram perekaman:

Guitar / bass → in soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

Guitar / bass → alat tambahan → in soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

alat tambahannya bisa berupa preamp, di box, fx stombox, fx digital, head cabinet.

Contoh:

Guitar / Bass → FX Stombox → DI Box → Preamp → Head Cabinet → soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

Teknik ini memerlukan amplifier dan mikrophon (untuk menodong amplifier).

Routing diagram perekaman:

Guitar / Bass → Alat Tambahan → Head Ampli → Amplifier → Todong Dengan Mic → Alat Tambahan → soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

Contoh:

Guitar / Bass → FX Stombox → DI Box → Preamp → Head Cabinet → Amplifier → todong dengan Microphone → Preamp → soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

e. Record Drum

Untuk merekam drum, soundcard harus mempunyai 8 atau lebih cha-nnel input dan jumlah mic yang sesuai dengan banyaknya Kit drum (snare, kick) yang ingin di todong.

Routing diagram perekaman:

Drum → Di Todong Dengan Mic → alat tambahan → soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

Contoh:

Drum → Di Todong Dengan Mic → preamp → Mixer → soundcard → diolah di software daw → out soundcard → speaker monitor

2. Menggunakan perangkat lunak.

Untuk melakukan perekaman dengan komputer, peralatan yang perlu diper-siapkan adalah:

a. Komputer,

1). Terinstall dengan sound card, dapat bekerja dengan baik. sebuah sound card standar minimal mempunyai 3 port, yaitu port untuk speaker, port mikrofon, dan port line in.

2). Terinstall software aplikasi perekam suara seperti sound recorder bawaan yang merupakan windows atau software lain misalnya Cool Edit Pro 2.0. b. Mikrofon, beserta kabel sebagai penghubung dengan jack sesuai port pada

soundcard.

c. Speaker, terhubung dengan port output soundcard. e. Rangkuman

1) Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input di replika (copied) dan kemudian di reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Audio Amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi memperkuat sinyal audio dari sumber-sumber sinyal yang masih kecil sehingga dapat menggetarkan membran speaker dengan level tertentu sesuai kebutuhan.

2) Pengatur nada bertujuan menyamakan (equalize) suara yang dihasilkan pada speaker agar sesuai dengan aslinya (Hi-Fi). Pengatur nada minimal mempunyai pengaturan untuk nada rendah dan nada tinggi. Selain itu ada juga jenis pengatur nada yang mempunyai banyak kanal pengaturan pada frekuensi tertentu yang biasa disebut dengan Rangkaian Equalizer. Prinsip dasar pengaturan nada diperoleh dengan mengatur nilai R/C resonator pada rangkaian filter..

3) Dalam rekaman suara dan reproduksi, dan sistem penguatan suara, Mixer Audio adalah perangkat elektronik untuk menggabungkan suara dari banyak sinyal audio yang berbeda. Input mixer termasuk mikrofon yang digunakan oleh penyanyi dan untuk mengambil instrumen akustik, sinyal dari instrumen listrik atau elektronik, atau musik yang direkam. Tergantung pada jenisnya, mixer dapat mengontrol sinyal analog atau digital. Sinyal yang dimodifikasi dijumlahkan untuk menghasilkan sinyal output gabungan, yang kemudian dapat disiarkan, diperkuat melalui sistem penguatan suara atau direkam. Mixer digunakan dalam banyak aplikasi, termasuk studio rekaman, sistem penguatan suara, penyiaran, televisi, dan pasca-produksi film. Aplikasi sederhana dan sederhana menggabungkan sinyal dari mikrofon di panggung menjadi amplifier yang menggerakkan satu set pengeras suara untuk audiens. Mixer panggung

untuk pertunjukan musik mungkin memiliki 24 saluran untuk mencampur sinyal dari bagian musik, gitar utama, dan beberapa vokalis. Konsol mixing di studio rekaman profesional mungkin memiliki 96 saluran.

4) Penguat Akhir adalah rangkaian penguat daya yang bertujuan memperkuat sinyal dari pengatur nada agar bisa menggetarkan membran speaker. Penguat akhir biasanya menggunakan konfigurasi penguat kelas B atau kelas AB. Syarat utama sebuah penguat akhir adalah impedansi output yang rendah antara 4-16 ohm) dan efisiensi yang tinggi. Karena kerja dari penguat akhir sangat berat maka biasanya akan timbul panas dan dibutuhkan sebuah plat pendingin untuk mencegah kerusakan komponen transistor penguat akhir karena terlalu panas.Merancang sistem pengaturan peralatan elektronik home theater, studio rekaman audio untuk kebutuhan ruang kecil (home studio) maupun untuk sistem audio pertunjukan

h. Daftar Pustaka

1. __________. "Multiple channel audio data and WAVE files". Microsoft.

2. __________. "Serial digital interface Design, SDI Video". Archived from the original on 12 December 2013. Retrieved 21 February 2014.

3. __________. "Video - HiDef Audio and Video". hidefnj.com. Archived from the original on 2017-05-14. Retrieved 2017-03-30.

4. __________. "Windows Media". windows.microsoft.com. Microsoft.

5. Andrew B. Watson (1986). "Temporal Sensitivity". Sensory Processes and Perception. Archived from the original on 2016-03-08.

6. Christos Manolas, and Sandra Pauletto (2009). "Enlarging the Diegetic Space: Uses of the Multi-channel Soundtrack in Cinematic Narrative". The soundtrack, 2(1), August 2009, pp. 39–55, doi:10.1386/st.2.1.39_1, Print ISSN 1751-4193 , Electronic ISSN 1751-4207, Abstract

7. Durand Begault et al (2005). "Audio-Visual Communication Monitoring System for Enhanced Situational Awareness"

8. Eargle, John (2005). The Microphone Book (Second ed.). Oxford: Focal Press. 9. Elen, Richard. "TV Technology 10. Roll VTR". Archived from the original on

2011-10-27.

10. Eliasson, Jens; Leijon, Ulrika; Persson, Emil (2001). "Multichannel cinema sound": 8. CiteSeerX 10.1.1.150.854 . 

11. Emil Torick (1998). "Highlights in the history of multichannel sound". Journal of the Audio Engineering Society, 46:1/2, pp. 27–31, February 1998 Abstract 12. Fundamentals of Telephone Communication Systems. Western Electrical

Company. 1969. p. 2.1.

13. Gernsheim, Helmut (1986). A Concise History of Photography (3 ed.). Mineola, New York: Dover Publications, Inc. ISBN 0-486-25128-4.

14. Graham Healy, and Alan F. Smeaton (2009). Spatially augmented audio delivery: applications of spatial sound awareness in sensor-equipped indoor environments. In: ISA 2009: First International Workshop on Indoor Spatial Awareness, 18 May 2009, Taipei, Taiwan. ISBN 978-1-4244-4153-2. Abstract 15. Gustavson, Todd (1 Nov 2011). 500 Cameras: 170 Years of Photographic

Innovation. Toronto, Ontario: Sterling Publishing, Inc. ISBN 978-1-4027-8086-8.

16. Gustavson, Todd (2009). Camera: a history of photography from daguerreotype to digital. New York, New York: Sterling Publishing Co., Inc. ISBN 978-1-4027-5656-6.

17. Holman, Tomlinson (2008). Surround Sound: Up and Running (Second ed.). Oxford: Focal Press.

18. Josephine Anstey, Dave Pape, Daniel J. Sandin (2000). Building a VR Narrative. Proc. SPIE, Vol. 3957, 370, doi:10.1117/12.384463. Abstract

19. Kendall, R. A. (1986). The role of acoustic signal partitions in listener categorization of musical phrases. Music Perception, 185-213.

20. Marc S. Dantzker (2004). Acoustics in the Cetaceans Environment: A Multimedia Educational Package. Article

21. Mark Kerins (2006). "Narration in the Cinema of Digital Sound". University of Texas Press, The Velvet Light Trap, 58, Fall 2006, pp. 41–54. doi:10.1353/vlt.2006.0030. Abstract

22. Mick M Sawaguchi, and Akira Fukada (1999), Multichannel sound mixing practice for broadcasting. IBC Conference, 1999 Article.

23. Olson, Harry F. Autor (1967). Music, Physics and Engineering. p. 249. ISBN 9780486217697.

24. Rumsey, Francis; McCormick, Tim (2009). Sound And Recording (Sixth ed.). Oxford: Focal Press.

25. Stephan Schütze (2003). "The creation of an audio environment as part of a computer game world: the design for Jurassic Park – Operation Genesis on the XBOX as a broad concept for surround installation creation". Cambridge University Press, Organised Sound, 8 : 171–180.

doi:10.1017/S1355771803000074. Abstract

26. Tomlinson, Holman (2007). Surround sound: up and running. Focal Press. p. 3,4. ISBN 978-0-240-80829-1. Retrieved 2010-04-03.

27. Wenczel, Norma (2007). "Part I - Introducing an Instrument". In Wolfgang Lefèvre. The Optical Camera Obscura II Images and Texts (PDF). Inside the Camera Obscura – Optics and Art under the Spell of the Projected Image. Max Planck Institute for the History of Science. pp. 13–30. Archived from the original (PDF) on 2 April 2012.

Dalam dokumen RANCANGAN MODUL 5 TEKNIK AUDIO VIDEO (Halaman 75-81)

Dokumen terkait