• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Paska pendaratan ikan di PPI

5.2.1 Operasional Unit Penangkapan Ikan (UPI) Pancing Tonda

Menurut monintja (1986) Aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang perlu diperhatikan adalah jenis alat dan ukurannya, jenis perahu/kapal, kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, jumlah trip per bulan, jumlah trip tahun, penanganan hasil tangkapan selama operasi, daerah penangkapan, waktu penangkapan dan kapasitas tangkap dari unit yang diusahakan. Pancing Tonda merupakan alat tangkap ikan tradisional yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan jenis pelagis. Pancing Tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing (Hook and Line).

5.2.1.1 Kapal pancing tonda

Kapal pancing tonda yang terdapat di PPI Ujong Baroeh memiliki ukuran GT yang bervariasi dengan kisaran 5-12 GT. Menurut hasil penelitian Wijaya (2012) menyatakan bahwa nelayan pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu Sukabumi menggunakan kapal 4-6 GT.

5.2.1.2 Alat tangkap kapal pancing tonda

Alat tangkap pancing tonda yang digunakan nelayan Ujong Baroeh terdiri dari beberapa bagian yaitu tali utama, pemberat, mata pancing dan roll pengulung.

Alat tangkap pancing tonda di PPI Ujong Baroeh tidak menggunakan kili – kili akan tetapi langsung di simpulkan ke tali utama. Dalam satu kapal terdapat dua unit pancing tonda dalam setiap beroperasi dan saat melakukan operasi penangkapan pancing diletakkan pada belakang (buritan) kapal.

Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) diacu dalam Wijaya (2012), tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan, karena pengaruh tarikan dalam air akan merangsang ikan buas untuk menyambarnya. Alat tangkap pancing tonda ini sangat dikenal oleh nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan mudah dijangkau oleh nelayan kecil.

Secara garis besar kontruksi pancing tonda yang dimiliki nelayan terdiri dari tali pancing yang terdiri dari dua jenis yaitu tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), kili – kili (swivel), mata pancing (hook), roll penggulung tali. Gambaran umum dari bentuk pancing tonda sebagai berikut tali utama diikatkan pada ujung kili – kili. Kemudian ujung kili – kili yang belum terikat, diikatkan pada tali cabang. Selanjutnya, tali cabang diikatkan pada mata pancing. Ditengah – tengah tali cabang diberi pemberat.Umpan yang digunakan adalah dari jenis umpan buatan. Umpan dipasang di bagian atas mata pancing yaitu dengan mengikatkan umpan pada lubang mata pancing yang merupakan tempat mengaitkan tali cabang. Pemasangan umpan dibagian atas mata pancing berfungsi untuk menutupi mata pancing agar tidak terlihat ikan sehingga dapat mengelabuhi pandangan ikan (Wijaya, 2012).

Dalam satu kapal terdapat enam unit pancing tonda dalam setiap beroperasi. Dua pancing berada disamping kapal dan empat buah pancing terdapat pada belakang (buritan) kapal. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil tangkapan (Wijaya, 2012).

5.2.1.3 Nelayan

Nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh dalam satu unit penangkapan sebanyak 2 - 3 orang ABK. Hal ini sesuai dengan wijaya (2012) yang menyatakan bahwa dalam satu unit penangkapan pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu Sukabumi menggunakan 2 orang ABK.

Nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh melakukan penangkapan ke daerah ke Pantai Murami (Sabang), Pantai kausar (Sinabang), dan garis merah (perbatasan laut Hindia). Titik kordinat daerah penangkapan tentukan dengan bantuan GPS (Global Positioning System) dan informasi dari sesama nelayan. Lama perjalanan dari pelabuhan perikanan (Fishing base) ke daerah penangkapan (Fishing ground) tiga hari tiga malam dengan kecepatan kapal 8 -10 knot.

Putra dan Manan (2014) menyebutkan pada operasi alat tangkap pancing tonda yang dilakukan nelayan prigi pada umumnya dilakukan di daerah sekitar rumpon laut dalam. Titik koordinat daerah penangkapan ikan ditentukan dengan Global Positioning System (GPS). Lama perjalanan untuk menuju letak rumpon tersebut 12 jam dengan kecepatan 9 knot.

5.2.1.5 Kegiatan penangkapan

Kegiatan operasi penangkapan yang dilakukan nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh yaitu persiapan, penurunan, dan penarikan. Kecepatan kapal saat melakukan penarikan pancing (trolling) 5 – 6 knot. Penangkapan dilakukan pada jam 06.00 – 18.00 atau selama 12 jam. Penurunan pancing hanya dilakukan satu kali dalam sehari. Hal ini sesuai dengan Wijaya (2012) yang menyebutkan kecepatan kapal pada saat penarikan (trolling) berkisar antara 2 – 6 knot. Selain itu, Putra dan Manan (2014) juga menyatakan saat setting kapal tetap berjalan mengelilingi posisi rumpon dengan kecepatan 4-5 knot, sambil mengamati arus dengan posisi menebar jaring. Dalam operasi penangkapan ini kapal menurunkan 6 set pancing tonda, dan membutuhkan 3 orang dimana 1 ABK nya mengoperasikan 2 set pancing. Posisi setiap ABK saat mengoperasikan pancing tersebut yaitu dua orang di bagian belakang samping kapal setelah sebelah kanan dan kiri, serta satu orang lainnya di bagian belakang kapal.

Putra dan Manan (2014) juga menyebutkan Proses trolling merupakan proses penarikan alat tangkap pancing tonda oleh kapal pada kecepatan 3-4 knot, dengan jarak kapal kurang lebih 40 m dari posisi rumpon agar tali pancing tidak tersangkut dengan bagian – bagian rumpon. Kapal mengitari rumpon ini berlangsung secara terus menerus ampai kegiatan pengoperasian istirahat, dalam mengitari rumpon, kapal berjalan dengan posisi berlawanan arus. Karena dalam posisi ini kapal membelakangi ikan dengan posisi alat tangkap berada di depan

ikan. Ketika posisi kapal berjalan yang dilakukan yaitu menyentakkan pancing tonda turun naik. Perlakuan ini berfungsi agar posisi pancing dan umpan seolah – olah dapat bergerak aktif naik turun atau melayang - layang sehingga ikan – ikan yang bersifat pemangsa akan tertarik atau terangsang oleh gerakan ikan tersebut. 5.2.1.6 Jenis umpan

Umpan yang digunakan nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh berupa rumbai – rumbai tali rafia yang berwarna cerah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Putra dan Manan (2014) yang menyebutkan bahwa jenis umpan yang sering digunakan oleh nelayan pancing tonda di daerah prigi biasanya terbuat dari rumbaian benang yang berwarna emas atau perak dan tali pita berwarna merah dan biru, tali rafia, kain sutera, bulu ayam serta plastik warna perak. Proses pembuatan masing – masing umpan buatan dari benang emas / perak dengan panjang 5-7 cm. Untuk benang pita panjang dengan panjang 4-6 cm, dimana kesemua bahan tersebut dibuat merumbai.55 Selanjutnya masing – masing bahan dipasangkan pada mata pancing dan diikat menggunakan benang sampai menutupi bagian atas mata pancing.

Umpan yang terpasang pada pancing tonda memiliki posisi di atas simpul mata pancing. Pemasangan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan pipa cotton bud yang sudah digabungkan dengan benang emas/perak atau tali pita yang terubai sedemikian rupa. Pipa cotton bud dimasuki senar yang digunakan untuk mengait mata pancing. Untuk memasukkan senar, terlebih dahulu senar tidak dikaitkan dengan mata pancing. Apabila senar masuk ke dalam pipa cotton bud, maka mata pancing baru dikaitkan pada senar (Putra dan Manan, 2014).

5.2.1.7 Jenis ikan hasil tangkapan

Jenis ikan pelagis yang sering tertangkap oleh nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), tongkol (Euthynnus affinis) dan salem (Elagatis bipinnulata). Menurut Subani dan Barus (1989), salah satu alat tangkap rawai atau pancing tonda dapat menangkap beberapa ikan pelagis besar, antara lain : tuna sirip kuning (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna mata besar (Thunnus obesus), albacora (Thunnus alalunga). Adapun hasil tangkapan sampingan (by catch) adalah : ikan layaran (Istophorus orientalis), setuhuk putih (Makaira mazara),

ikan pedang (xiphias gladius), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk loreng (tetrapturus mitsukurii), berbagai jenis cucut (cucut mako, cucut martil dan sejenisnya).

Selain itu, hasil penelitian Putra dan Manan (2014) menyebutkan bahwa ikan hasil tangkapan pancing tonda adalah ikan tuna jenis kecil (baby tuna) (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynnus affinis). Jenis ikan tuna yang sering tertangkap adalah jenis tuna sirip kuning (yellow fin).

5.1.2.8 Penanganan hasil tangkapan diatas kapal

Kecepatan kapal pada saat pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal 1,5 – 2,5 knot. Putra dan Manan (2014) menyebutkan proses hauling merupakan proses pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal kecepatan kapal saat hauling ditambah menjadi 3,5 - 4,5 knot. Proses ini dilakukan dengan cara menarik pancing secara cepat setelah ikan memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh ABK secara cepat yang bertujuan agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi ke perairan. Ikan hasil tangkapan tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah selanjutnya dilakukan penanganan paska tangkap.

Cara penanganan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh yaitu ikan yang tertangkap dilepas dari mata pancing dan dilakukan pembuangan insang dan isi perut. Pembuangan insang dan isi perut hanya dilakukan untuk ikan yang berukuran dibawah 2 kg di karenakan ikan yang berukuran di bawah 2 kg akan cepat mengalami pembusukan. Ikan yang sudah di buang insang dan isi perut langsung dimasukkan ke dalam palkah yang sebelumnya sudah berisi es balok.

Putra dan Manan (2014) menyebutkan Ikan yang tertangkap dilepas dari kail dan langsung dimasukkan ke dalam cool box yang berisi balok es dan serutan es (es balok yang dihaluskan) dengan maksud untuk menjaga mutu kesegaran ikan. Kapal dengan palkah (cool box) terisi penuh menuju pelabuhan untuk segera melakukan bongkar muatan. Bongkar muatan dilakukan oleh ABK yang dibantu oleh kuli angkut keranjang yang menunggu di pelabuhan. ABK membuka palkah dan mengeluarkan ikan hasil tangkapan untuk dimasukkan ke dalam keranjang dengan melakukan sortir berdasarkan jenis dan ukuran ikan. Hasil penelitian di

PPI Ujong Baroeh nelayan pancing tonda tidak menggunakan serutan serutan es. Namun hanya menggunakan es balok. Nelayan tidak menggunakan serutan es diduga untuk menghemat biaya melaut dan palkah belum sesuai dengan standar palkah, sehingga ditakutkan jika menggunakan es serutan tersebut akan cepat mencair.

Anonim (2010) menyatakan teknik penanganan pasca penangkapan dan pemanenan berkolerasi positif dengan kualitas ikan dan hasil perikanan yang diperoleh. Semakin baik teknik penanganannya maka semakin bagus kualitas ikan, dan semakin tinggi nilai jual ikan tersebut.

5.2.2 Alternatif pengembangan UPI pancing tonda

Dokumen terkait