• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Simpulan dan Saran

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.4 Opini Audit Going Concern

Laporan audit dengan modifikasi going concern merupakan suatu indikator bahwa dalam sudut pandang penilaian auditor ditemukan risiko auditee tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Menurut Belkaoui (2006) going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Analisis auditor sebelum memutuskan pemberian opini dengan modifikasi going concern meliputi pertimbangan hasil dari operasi perusahaan, kondisi ekonomi yang memengaruhi, kemampuan membayar utang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

13

SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya terhadap opini auditor sebagai berikut.

1) Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus.

a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

2) Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3) Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut, dan.

a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.

14

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar.

Menurut Vanstraelen (2002), yang termasuk dalam opini audit going concern terdiri dari.

1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

Jika auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan tentang kelangsungan usaha dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan mengenai sifat, dampak kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha, mitigating factor dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut memadai maka auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

2) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report).

15

Opini wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee apabila auditor menyangsikan kelangsungan usahanya dan auditee melaksanakan rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi ketidakmampuan atas kelangsungan usahanya. Tetapi auditor berkesimpulan bahwa manajemen tidak membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak, kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan usahanya. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan pengecualian dan dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Auditor juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk keparagraf penjelas di dalam paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian.

“Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan

pengungkapan faktor risiko tertentu yang berdampak signifikan terhadap kondisi perusahaan yang dilaporkan atau operasi perusahaan di masa depan. Laporan keuangan terlampir tidak berisi pengungkapan tentang dampak memburuknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Banyak negara di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami memburuknya kondisi ekonomi yang

terutama sebagai akibat depresiasi mata uang di wilayah tersebut.”

“Menurut pendapat kami, kecuali tidak diungkapkannya informasi sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

16

keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 2007, hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia”

3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Jika pengungkapan di dalam rencana manajemen tidak memadai dan tidak dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan memberikan opini tidak wajar. Paragraf yang berisi penjelasan tentang alasan yang menyebabkan auditor memberikan pendapat tidak wajar yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat tidak wajar.

“Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material

terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku 2007.[Uraikan di sini dampak sangat material memburuknya kondisi ekonomi tersebut terhadap pos pos tertentu dalam laporan keuangan]. Manajemen tidak mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan dan tidak melakukan penyesuaian sebagaimana yang seharusnya dilakukan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”

“Menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukannya

pengungkapan dan penyesuaian sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas terhadap laporan keuangan tahun buku 2007, laporan keuangan tersebut di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

17

umum di Indonesia, posisi keuangan perusahaan tanggal 31 Desember 2007 dan hasil usaha, dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal

tersebut.”

4) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).

Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi perusahaan, auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Auditor akan memberikan penjelasan atas keputusan untuk tidak memberikan pendapat pada paragraf sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pernyataan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat.

“Catatan X atas laporan keuangan terlampir berisi ringkasan dampak memburuknya kondisi ekonomi Indonesia atas posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dan langkah-langkah yang ditempuh dan rencana yang dibuat oleh manajemen di dalam merespon kondisi tersebut. Laporan keuangan terlampir mencakup dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut, sepanjang hal itu dapat ditentukan dan diperkirakan. Oleh karena sangat tidak stabilnya kurs mata uang asing dan tarif bunga, yang berakibat terhadap kurangnya likuidasi dan memburuknya kondisi ekonomi Indonesia, adalah tidak mungkin untuk

18

menentukan dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut terhadap kondisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam tahun 2008.”

“Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas”

Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih. Karena pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Mc Keown et al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan pada suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun kedepan atau mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usaha.

Boynton (2002) menyatakan bahwa informasi yang mampu mengindikasikan perusahaan mempunyai permasalahan going concern antara lain mencakup.

1) Tren negatif, seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari aktivitas operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.

2) Petunjuk lain dari kemungkinan kesulitan keuangan, seperti tidak dapat membayar utang atau perjanjian pinjaman, penunggakan pembayaran dividen, restrukturisasi utang, dan ketidaktaatan terhadap persyaratan modal dasar.

19

3) Masalah internal, seperti penghentian kerja, ketergantungan yang besar pada keberhasilan proyek tertentu, dan komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. 4) Masalah eksternal, seperti pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya

undang-undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kerugian pada franchise atau waralaba yang penting, lisensi atau paten penting, kerugian akibat bencana besar yang tidak diasuransikan.

2.1.5 Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio

leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai

debt ratio yang rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian

yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern karena semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk dan menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Di saat

Dokumen terkait