• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Audit Going Concern dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opini Audit Going Concern dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

SKRIPSI

Oleh :

GUSTI NGURAH RAKATENDA NIM : 1206305050

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

SKRIPSI

Oleh :

GUSTI NGURAH RAKATENDA NIM : 1206305050

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

(3)

3

Universitas Udayana Denpasar

2016

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 28 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Made Yenni Latrini, SE, M.Si. ...……….

2. Sekretaris : Drs. I Wayan Putra, M.Si. ………....

3. Anggota : Dra. Ni Ketut Lely Aryani M, M.Si., Ak. ………....

Mengetahui,

(4)

4

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. Drs. I Wayan Putra, M.Si

NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19520626 198003 1 006

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 28 Januari 2016

(5)

5

Gusti Ngurah Rakatenda NIM. 1206305050

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Penerimaan Opini Audit dengan Modifikasi Going Concern dan Faktor-Faktor Prediktornya (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., MSi., Ak., dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., Ak., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suryanawa, MSi., Ak. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Drs. I Wayan Putra, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Made Yenni Latrini, SE, MSi. selaku dosen pembahas yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga tercinta Ibu dan Ajik, A.A Rai Asmani K dan I Gusti Nyoman Putra Wijaya serta adik tersayang Gusti Ayu Raisa Ersania dan Gusti Ngurah Giri Tohlangkir, atas dukungan, perhatian, dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 8. Sahabat dan kawan sepermainan, serta teman-teman Akuntansi angkatan 2012

(6)

6

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan

Denpasar, 28 Januari 2016

(7)

7

Judul: Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya

Nama: Gusti Ngurah Rakatenda NIM : 1206305050

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh faktor leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, audit tenure, dan reputasi auditor pada opini audit going concern. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. Sampel yang diperoleh sebanyak 76 perusahaan dengan metode non probability sampling, khususnya purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil analisis menemukan bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Auditor lebih condong mepertimbangkan faktor-faktor lain selain leverage dalam memberikan opini audit going concern terhadap auditee, faktor-faktor tersebut antara lain seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, kinerja keuangan lainnya termasuk kondisi ekonomi nasional di Indonesia. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit

going concern. Audit tenure tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan Ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap opini audit going concern. Kata kunci: Opini Audit Going Concern, Leverage, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, Audit Tenure, Reputasi Auditor ABSTRACT

(8)

non-8

probability sampling methods, particularly purposive sampling. Data analysis technique used is the logistic regression analysis. The analysis finds that leverage does not affect the going concern audit opinion. Auditor more inclined to weigh other factors besides leverage in providing a going concern audit opinion on the auditee, these factors, among others such as liquidity ratios, activity ratios, other financial performance including national economic conditions in Indonesia. Profitability does not affect the going concern audit opinion. Audit tenure does not affect the going concern audit opinion. Reputation auditor does not affect the going concern audit opinion. In contrast to the size of the company that affect the going concern audit opinion.

Keywords: Going Concern Audit Opinion, Leverage, Profitability, Company Size, Audit Tenure, Auditor Reputation

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Auditing ... 15

2.1.3 Opini Audit ... 19

2.1.4 Opini Audit Going Concern ... 22

(9)

9

2.1.6 Profitabilitas ... 30

2.1.7 Ukuran Perusahaan ... 30

2.1.8 Audit Tenure ... 31

2.1.9 Reputasi Auditor ... 32

2.2 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 39

3.3 Objek Penelitian ... 40

3.4 Identifikasi Variabel ... 40

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 41

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.6.1 Jenis Data ... 43

3.6.2 Sumber Data ... 44

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 44

3.7.1 Populasi ... 44

3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 44

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.9 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

4.2.2 Analisis Regresi Logistik ... 54

4.2.3 Model Regresi Logistik yang Terbentuk dan Pengujian Hipotesis ... 57

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

4.3.1 Pengaruh Leverage pada Opini Audit Going Concern ... 60

4.3.2 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit Going Concern 61 4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit Going Concern ... 61

4.3.4 Pengaruh Audit Tenure pada Opini Audit Going Concern ...62

4.3.5 Pengaruh Reputasi Auditor pada Opini Audit Going Concern 63 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 65

(10)

10

DAFTAR RUJUKAN ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 4.1 Proses Pemilihan Sampel ... ……… 56

4.2 Distribusi Auditee Berdasarkan Opini Audit ... 56

4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 57

4.4 Hasil Uji Regresi Logistik ... 60

4.5 Tabel Klasifikasi ... 61

(11)

11

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 74

2 Hasil Tabulasi ... 83

3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 78

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Dalam

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 dijelaskan bahwa tujuan

utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Agar dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas. Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting karena hal tersebut akan secara positif memengaruhi penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.

(14)

2

tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Perilaku manajemen ini tentu saja dapat memengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang disajikan. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen.

(15)

3

Clarkson dan Simunic (1994) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat laporan auditor, terutama yang menyangkut kelangsungan usahanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi (Levitt, 1998 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Laporan audit merupakan hasil dari pelaksanaan audit seorang auditor yang digunakan sebagai media komunikasi penyampaian informasi kepada pihak-pihak berkepentingan. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan (Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2013).

(16)

4

tambahan bahasa penjelasan, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan pendapat.

Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut opini audit going concern (Mayangsari, 2003). Kasus bangkrutnya perusahaan energy Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al, 2003). Opini audit going

concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah

perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanyanya (SPAP 2013).

(17)

5

aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jika

Return On Asset (ROA) semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin

(18)

6

Nilai total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Aktiva mencerminkan investasi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan volume bisnis yang merupakan aktivitas operasi utama perusahaan. Semakin besar investasi perusahaan, maka akan semakin tinggi volume bisnis perusahaan tersebut. Opini audit dengan modifikasi going concern lebih sering dikeluarkan oleh auditor pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya dibanding perusahaan kecil (Mutchler et al., 1997). McKeown et al. (1991), Mutcher

et al. (1997), Januarti (2009), dan Widyantari (2012) mengungkapkan bahwa faktor

ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern. Namun penelitian Ramadhany (2004), Rudyawan dan Badera (2008), dan Junaidi dan Hartono (2010) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going

concern.

Faktor hubungan antara klien dengan auditor juga dapat memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Lamanya keterikatan seorang auditor dengan

auditee yang sama dalam jangka waktu tertentu (audit tenure) dikhawatirkan akan

(19)

7

argumen bahwa waktu keterikatan yang lebih lama dengan klien memungkinkan auditor untuk mendapatkan pemahaman mendalam atas laporan entitas terhadap ketidakpastian kemampuan going concern. Sebaliknya dalam penelitian Widyantari (2011) ditemukan bahwa audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

Komalasari (2004), Januarti dan Fitrianasari (2008) menyebutkan bahwa reputasi auditor tidak signifikan memengaruhi opini audit going concern, sedangkan menurut Geiger dan Rama (2006) reputasi auditor memengaruhi opini audit going

concern. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat dimana auditor big six

cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami

financial distress dibandingkan auditor non big six. Auditor berskala besar dapat

(20)

8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1) Apakah Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern? 2) Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern? 3) Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern? 4) Apakah Audit Tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern? 5) Apakah Reputasi Auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Leverage terhadap opini audit going

concern.

2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Profitabilitas terhadap opini audit

going concern.

3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap opini audit going concern.

4) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Audit Tenure terhadap opini audit going concern.

(21)

9 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis antara lain sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi terutama berkaitan dengan auditing, khususnya dalam bidang keputusan opini audit.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis dan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik untuk dapat menyediakan jasa audit yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan sebagai pemilik Laporan keuangan maupun kepada masyarakat sebagai pengguna Laporan Keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan

(22)

10 Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yaitu mengenai faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern dan perumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini disajikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan data penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik-teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini dikemukakan tentang gambaran umum daerah penelitian, analisis statistik deskriptif dan pembahasan hasil penelitian teknik analisis regresi logistik.

Bab V Simpulan dan Saran

(23)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Agensi, Auditing, Opini Audit, Opini Audit Going Concern, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Audit Tenure, dan Reputasi Auditor.

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini.

(24)

2

terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri.

2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Faktanya kontrak yang mengikat agen dan prinsipal tidak serta merta akan mengurangi munculnya masalah keagenan. Menurut teori keagenan dari Jensen dan Meckling (1976), permasalahan keagenan ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan dan informasi yang tidak lengkap (asymetry information) di antara pemilik perusahaan dengan agen. Prinsipal menginginkan hasil akhir keputusan yang menghasilkan laba sebesar-besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan. Agen pun pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan. Kepentingan ekonomis yang berbeda bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya asimetri informasi (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders) dan manajemen. Informasi asimetri biasanya terjadi disebabkan karena pihak agen memiliki informasi keuangan yang dinilai lebih daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri kerena memiliki keunggulan kekuasaan

(discretionary power). Asimetri informasi merupakan kondisi dimana informasi yang

(25)

3

keagenan (agency cost) yang meliputi monitoring costs, bonding costs, dan residual

losses (Jensen dan Meckling, 1976).

1) Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk

memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi.

2) Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan

mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen bertindak untuk kepentingan prinsipal, misalnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya akan mengijinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi

monitoring cost.

3) Residual losses timbul dari kerugian yang diterima prinsipal atas keputusan

agen yang tidak optimal.

(26)

4

(27)

5 2.1.2 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Mulyadi (2008:9), secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut Jusup, Al Haryono (2014:10) auditing atau pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(28)

6

pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi secara objektif, sehingga dapat ditentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut.

Menurut Jusup, Al Haryono (2014:169) dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan berikut ini.

1) Penerimaan penugasan audit

(29)

7

a) Mengevaluasi integritas manajemen,

b) Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa, c) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit, d) Menilai independensi,

e) Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesional, f) Membuat surat perikatan audit.

Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa (Jusup, Al Haryono 2014:169).

2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya adalah sebagai berikut.

a) Memahami bisnis dan industri klien, b) Melaksanakan prosedur audit,

(30)

8

e) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama,

f) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan, g) Memahami pengendalian intern klien.

3) Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien.

4) Pelaporan Temuan

(31)

9

a) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan.

b) Menerbitkan laporan audit.

2.1.3 Opini Audit

(32)

10

menyatakan mengenai kewajaran laporan keuangan dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum berdasarkan keyakinan profesionalnya.

Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini.

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, c) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material,

d) Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,

(33)

11

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila.

a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan,

b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila. a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun

(34)

12 b) Auditor tidak independen terhadap klien.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat pada hal-hal yang ditampilkan dalam laporan keuangan tetapi juga harus lebih mewaspadai kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu tertentu (SPAP SA 341). Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atau opini disclaimer. PSA 29 paragraf 1 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan auditor.

2.1.4 Opini Audit Going Concern

(35)

13

SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya terhadap opini auditor sebagai berikut.

1) Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus.

a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

2) Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3) Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut, dan.

a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.

(36)

14

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar.

Menurut Vanstraelen (2002), yang termasuk dalam opini audit going concern terdiri dari.

1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

Jika auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan tentang kelangsungan usaha dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan mengenai sifat, dampak kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha, mitigating factor dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut memadai maka auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

(37)

15

Opini wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee apabila auditor menyangsikan kelangsungan usahanya dan auditee melaksanakan rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi ketidakmampuan atas kelangsungan usahanya. Tetapi auditor berkesimpulan bahwa manajemen tidak membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak, kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan usahanya. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan pengecualian dan dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Auditor juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk keparagraf penjelas di dalam paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian.

“Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan

pengungkapan faktor risiko tertentu yang berdampak signifikan terhadap kondisi

perusahaan yang dilaporkan atau operasi perusahaan di masa depan. Laporan

keuangan terlampir tidak berisi pengungkapan tentang dampak memburuknya

kondisi ekonomi Indonesia terhadap kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Banyak negara di wilayah Asia

Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami memburuknya kondisi ekonomi yang

terutama sebagai akibat depresiasi mata uang di wilayah tersebut.”

“Menurut pendapat kami, kecuali tidak diungkapkannya informasi

sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang kami

(38)

16

keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 2007, hasil usaha, serta arus kas

untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia”

3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Jika pengungkapan di dalam rencana manajemen tidak memadai dan tidak dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan memberikan opini tidak wajar. Paragraf yang berisi penjelasan tentang alasan yang menyebabkan auditor memberikan pendapat tidak wajar yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat tidak wajar.

“Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material

terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku

2007.[Uraikan di sini dampak sangat material memburuknya kondisi ekonomi

tersebut terhadap pos pos tertentu dalam laporan keuangan]. Manajemen tidak

mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan dan tidak melakukan

penyesuaian sebagaimana yang seharusnya dilakukan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”

“Menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukannya

pengungkapan dan penyesuaian sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas

terhadap laporan keuangan tahun buku 2007, laporan keuangan tersebut di atas

(39)

17

umum di Indonesia, posisi keuangan perusahaan tanggal 31 Desember 2007 dan

hasil usaha, dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal

tersebut.”

4) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).

Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi perusahaan, auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Auditor akan memberikan penjelasan atas keputusan untuk tidak memberikan pendapat pada paragraf sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pernyataan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat.

“Catatan X atas laporan keuangan terlampir berisi ringkasan dampak

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia atas posisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan dan langkah-langkah yang ditempuh dan rencana yang dibuat oleh

manajemen di dalam merespon kondisi tersebut. Laporan keuangan terlampir

mencakup dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut, sepanjang hal itu

dapat ditentukan dan diperkirakan. Oleh karena sangat tidak stabilnya kurs mata

uang asing dan tarif bunga, yang berakibat terhadap kurangnya likuidasi dan

(40)

18

menentukan dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut terhadap kondisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam tahun 2008.”

“Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami kemukakan dalam

paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan,

dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas”

Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih. Karena pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Mc Keown et al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan pada suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun kedepan atau mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usaha.

Boynton (2002) menyatakan bahwa informasi yang mampu mengindikasikan perusahaan mempunyai permasalahan going concern antara lain mencakup.

1) Tren negatif, seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari aktivitas operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.

(41)

19

3) Masalah internal, seperti penghentian kerja, ketergantungan yang besar pada keberhasilan proyek tertentu, dan komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. 4) Masalah eksternal, seperti pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya

undang-undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kerugian pada franchise atau waralaba yang penting, lisensi atau paten penting, kerugian akibat bencana besar yang tidak diasuransikan.

2.1.5 Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio

leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai

debt ratio yang rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian

(42)

20

perusahaan mengalami ketidakpastian mengenai kelangsungan hidupnya, di saat itulah auditor akan memberikan opininya.

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Rasio ini merupakan variabel penting dalam pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

(43)

21

menunjukkan arus kas yang positif sehingga bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai titik maturity dengan prospek yanag baik dalam jangka waktu panjang. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm) (Widyantari, 2011). Auditor yang mengetahui ukuran perusahaan akan memiliki pemahaman memadai mengenai seberapa besar volume bisnnis perusahaan tersebut. Untuk perusahaan besar yang dianggap mampu mengatasi

turbulence kondisi keuangan, auditor cenderung lebih sering memberikan opini audit

non going concern. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih cenderung

diberikan opini audit dengan modifikasi going concern karena auditor mempertimbangkan kesangsian atas kemampuan perusahaan tersebut mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.8 Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya waktu perikatan yang terjalin antara Kantor

Akuntan Publik dengan klien atau auditee yang sama. Kedekatan antara auditor dengan

auditee sangat mungkin memengaruhi independensi seorang auditor terutama

(44)

22

Bagian Praktik Securities of Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif

(American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Widyantari,

2011) menyatakan laporan tentang audit tenure yang berisi beberapa argumen bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan menyebabkan masalah sebagai berikut ini.

1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien yang menyebabkan auditor untuk mengidentifikasi masalah manajemen dan kehilangan skeptisisme profesional.

2) Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang mampu untuk mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.

3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan klien dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi keinginan manajemen klien mungkin menjadi prioritas auditor, dibandingkan mengikuti standar profesional.

2.1.9 Reputasi Auditor

Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini audit going

concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo

(45)

23

besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Krishnan dan Schauer (2000) mengelompokkan Kantor Akuntan Publik besar dan kecil sebagai berikut: (1) Kantor Akuntan Publik besar adalah Kantor Akuntan yang termasuk dalam big six accounting firm, dan (2) Kantor Akuntan Publik kecil adalah kantor akuntan yang tidak termasuk dalam big six accounting firm. Choi et al. (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang belum mempunyai reputasi.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern.

(46)

24

dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan Return On Asset (ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(47)

25

2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan misalnya besarnya total aktiva. Krishnan dan Schauer (2000) berpendapat bahwa, semakin besar perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga semakin besar. Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan total aktiva besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang. Mutchler (1991) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit

going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan

besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangannya daripada perusahaan kecil. Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh McKeown et al. (1991), Mutcher et al. (1997), Pendley (1998), Januarti (2009), Widyantari (2012), serta Gama dan Astuti (2014) bahwa faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(48)

26

2.2.4 Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going Concern.

Tenure adalah lamanya hubungan auditor-klien diukur dengan jumlah tahun

(Geigher dan Raghunandan 2002). Ketika auditor mempunyai jangka waktu hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan cenderung untuk mendeteksi masalah going concern. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berberturut-turut-berturut-turut. KAP dan akuntan publik tersebut dapat menerima kembali jasa audit umum setelah satu tahun tidak mengaudit klien tersebut. Semakin lama hubungan penugasan KAP oleh perusahaan, dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap tingkat independensi dari KAP tersebut. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka dikhawatirkan semakin rendah pengungkapan atas ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Hal tersebut akan memengaruhi penerimaan opini audit going

concern terhadap perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010). Didukung oleh penelitian

Geiger dan Raghunandan (2002), Januarti (2009), dan Junaidi dan Hartono (2010) menyebutkan bahwa audit tenure memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(49)

27

2.2.5 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit Going Concern.

Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo (1981) secara teoritis telah menganalis hubungan antara kualitas audit dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Dia berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee total akan dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Krishnan dan Schauer (2000) mengelompokkan Kantor Akuntan Publik besar dan kecil sebagai berikut: (1) Kantor Akuntan Publik besar adalah Kantor Akuntan yang termasuk dalam big six accounting firm, dan (2) Kantor Akuntan Publik kecil adalah kantor akuntan yang tidak termasuk dalam big six accounting firm. Choi et al. (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang belum mempunyai reputasi. Hal tersebut didukung juga oleh Lennox (1999), Choi et al. (2010), Francis dan Yu (2009).

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kinerja non keuangan terhadap karyawan Kantor Kecamatan Nganjuk adalah 78,27% dengan rincian masing-masing perspektif adalah perspektif bisnis internal sebesar

Riset kesehatan dasar atau yang lebih dikenal dengan Riskesdas menyediakan data status kesehatan masyarakat tingkat nasional hingga level kabupaten/kota secara berkala setiap 5

Dari beberapa informasi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian anggota kepanitiaan tidak mengetahui apakah mereka akan mendapatkan honor atau tidak

Sehingga semua kegiatan usaha pertambangan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan sebelum

ini tercermin dalam wawancara penulis ke 4 anggota Dalmas yang berada di Polres Jakarta Timur pada tanggal 10 juli 2014, hasil wawancara dari beberapa anggota Dalmas

profesionalis dalam menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metode untuk pembelajaran peserta didik dengan cara yang tidak konstan, artinya seorang guru

Dalam perkuliahan ini dibahas teori menulis meliputi pengetahuan dasar yang harus dipahami oleh setiap orang yang ingin mengembangkan keterampilan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi asertif dari para suster kongregasi SCMM. Pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah: 1) Bagaimana tingkat asertivitas