• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Tindakan Cyberbullying di Media Sosial. Cyberbullying di Media Sosial

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.2. Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Tindakan Cyberbullying di Media Sosial. Cyberbullying di Media Sosial

Opini dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: experience, attitude dan knowledge. Berikut adalah hasil analisis penelitian tentang Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Terhadap Cyberbully di Media Sosial.

Tabel 4.6.

Pengalaman Siswa Mengirimkan Pesan Berisi Hinaan atau Ancaman Media

social

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 67 72 19 20,4 4 4,3 3 3,2 Twitter 57 61,5 21 22,6 12 12,9 3 3,2 Path 74 79,6 6 6,5 7 7,5 6 6,5 Instagram 79 84,9 5 5,4 3 3,2 6 6,5 Ask.Fm 82 88,2 2 2,2 4 4,3 5 5,4 Youtube 82 89,2 2 2,2 3 3,2 5 5,4 Dll 92 98,9 1 1,1 0 0 0 0 Sumber: P.7/FC. 6-FC. 12

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayotitas responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman. Hal ini dibuktikan dari tabel, di setiap media sosial yang dipaparkan persentase tidak pernah berada di atas angka 60%.

Media sosial Path dan Instagram yang merupakan media sosial yang masih baru, mendapatkan persentase tertinggi yakni 6,5%. Kedua media sosial ini merupakan media sosial yang dibatasi akses dan penggunaanya, yaitu hanya dapat digunakan oleh smartphone tertentu (android dan ios).

Media sosial Path sendiri sesungguhnya merupakan media sosial yang berbasis ‘private social network’, yang bertujuan dipergunakan oleh penggunanya secara rahasia dengan terbatasnya jumlah pertemanan. Sedangkan media sosial Instagram merupakan media sosial yang diutamakan sebagai sarana album foto yang dapat dikomentari oleh siapa saja. Dapat dilihat bahwa, tidak sedikit remaja yang menyalahgunakan dan menggunakan media sosial tersebut secara tidak sesuai dengan ketentuan dan tujuan awal pembuatan media sosial tersebut.

Tabel 4.7.

Pengalaman Siswa Menyebarkan Gosip atau Kabar Burung di Media Sosial

Media sosial Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P (%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 73 78,5 8 8,6 8 8,6 4 4,3 Twitter 60 64,5 16 17,2 13 14 4 4,3 Path 71 76,3 15 16,1 7 7,5 0 0 Instagram 83 89,2 5 5,4 5 5,4 0 0 Ask.Fm 86 92,5 2 2,2 5 5,4 0 0 Youtube 88 94,6 1 1,1 4 4,3 0 0 Dll 92 98,9 1 1,1 0 0 0 0 Sumber: P.8/FC.13-FC.19

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying berupa menyebarkan gosip atau kabar burung di media sosial. Dapat dilihat bahwa lebih dari 60% responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying ini di semua media sosial.

Dari tabel di atas dapat dilihat pula bahwa twitter merupakan media sosial dengan pemakaian terbanyak dalam tindakan penyebaran gosip atau kabar burung di media sosial. Twitter merupakan media sosial dengan persentase tidak pernah terendah di antara media sosial lainnya, yakni 64,5%, jarang yakni 17,2%, biasa saja 14% dan sering 4,3%.

Perkembangan penyebaran gosip di media sosial Twitter berjalan sangat cepat karena sangat mudah diakses tanpa adanya batasan ruang dan waktu serta penggunaannya yang sangat mudah. Penyebaran gosip ini juga dimungkinkan akan sangat popular apabila banyak yang membincangkan atau melakukan retweet, yaitu dapat menjadikan gosip tersebut trending topic (topik terpopuler). Bahkan dapat mudah dicari karena adanya pilihan search (pencarian) yang dapat memuat semua kata kunci yang dituliskan.

Agnes Monica seorang artis yang terkenal Indonesia pun pernah menjadi korban kasus cyberbullying ini. Melalui media sosial Twitter ia dikabarkan meninggal dunia. Bahkan sejumlah artispun ikut bertanya-tanya akan kabar kematiannya. Hingga kabar negatif ini sampai ke telinganya ia hanya menanggapi dengan santai dan mengatakan dirinya baik-baik saja. Bahkan kematian Agnes Monica ini menjadi World Trending Topic karena cepatnya penyebaran ini dan banyaknya orang yang memperbincangkannya.

Tabel 4.8.

Pengalaman Siswa Berbagi/Meneruskan (Forward) Gambar Orang Dikenal Tanpa Izin

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering Sangat Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 58 62,4 17 18,3 17 18,3 1 1,1 0 0 Twitter 43 46,2 28 30,1 19 20,4 3 3,2 0 0 Path 55 59,1 15 16,1 16 17,2 6 6,5 1 1,1 Instagram 63 67,7 18 19,4 9 9,7 3 3,2 0 0 Ask.Fm 76 81,7 12 12,9 5 5,4 0 0 0 0 Youtube 77 82,8 11 11,8 5 5,4 0 0 0 0 Dll 88 94,6 3 3,2 2 2,2 0 0 0 0 Sumber: P.9/FC.20-FC.26

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka pengalaman siswa dalam melakukan tindakan cyberbully berupa berbagi/meneruskan (forward) gambar orang dikenal sangat rendah, di mana presentasi tidak pernah melakukan paling besar. Mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan mengaku

bahwa tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa berbagi/meneruskan (forward) gambar orang yang dikenal di media sosial yang telah dipaparkan.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa media sosial Path merupakan media sosial dengan angka tertinggi akan tindakan cyberbullying ini. Dalam media sosial path terdapat fasilitas repath yaitu bentuk penerusan status yang di-update oleh seseorang bisa berbentuk gambar, lokasi, video, lagu yang didengarkan dan lain-lain, yang sangat mudah dan praktis digunakan (hanya dengan meng-klik status yang telah di-update oleh seseorang). Walaupun jumlah pertemanan path sangat terbatas tetapi dengan kemudahan dalam berbagi(repath) ini membuat hal apapun yang dianggap menarik sangat mudah untuk disebarluaskan. Dari alasan yang dikemukakan oleh siswa bahwa alasan mereka melakukan tindakan ini didasari hanya untuk bercandaan antar teman saja agar adanya rasa malu yang dirasakan targetnya tanpa maksud akan efek yang lebih buruk.

Tabel 4.9.

Pengalaman Berbagi Gambar Meneruskan (Forward) Gambar Orang Tidak Dikenal Tanpa Izin

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering Sangat Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 65 69,9 15 16,1 9 9,7 4 4,3 0 0 Twitter 56 60,2 21 22,6 11 11,8 5 5,4 0 0 Path 67 72 13 14 6 6,5 6 6,5 1 1,1 Instagram 69 74,2 15 16,1 7 7,5 2 2,2 0 0 Ask.Fm 83 89,2 5 5,4 5 5,4 0 0 0 0 Youtube 83 89,2 5 5,4 5 5,4 0 0 0 0 Dll 88 94,6 4 4,3 1 1,1 0 0 0 0 Sumber: P.10/FC.27-FC.33

Dari tabel 4.9. dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah melakukan perilaku cyberbullying yaitu berbagi gambar meneruskan (forward) gambar orang tidak dikenal tanpa izin. Dapat

dilihat angka presentase tidak pernah melakukan tindakan ini di media sosial yang dipaparkan melebihi dari setengah sampel (yaitu lebih dari 50%).

Disamping itu, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa media sosial yang paling sering digunakan dalam jenis tindakan cyberbullying ini adalah media sosial Path, yaitu sebanyak 6,5% dari jumlah populasi dan 1,1% mengaku sangat sering. Meskipun media sosial Path yang tergolong masih baru dengan dibatasinya jumlah pertemanan dan juga smartphone yang dapat mengakses media sosial ini tidak menjadi alasan para penggunanya untuk tidak melakukan tindakan cyberbullying. Fasilitas repath yang sangat mudah dilakukan membuat perkembangan dalam penerusan gambar sangatlah cepat pada media sosial ini. Perkembangan penerusan gambar bahkan tidak mengenal ruang dan waktu, dapat menimpa siapa saja dan di mana saja walaupun keamanan penggunaan path itu sendiri dianggap sangat memenuhi standar dalam mengatur privacy penggunanya.

Tabel 4.10.

Pengalaman Siswa Membagikan (Share) Foto Orang yang Dikenal Tanpa Izin

Media sosial Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 55 59,1 20 21,5 10 10,8 8 8,6 Twitter 45 48,4 26 28 15 15,1 7 7,5 Path 50 53,8 21 22,6 11 11,8 11 11,8 Instagram 57 61,3 17 18,3 14 15,1 5 5,4 Ask.Fm 73 78,5 9 9,7 11 11,8 0 0 Youtube 81 87,1 7 7,5 5 5,4 0 0 Dll 88 94,6 5 5,4 0 0 0 0 Sumber: P.11/FC.34-FC.40

Dari tabel 4.10. dapat dilihat bahwa 6 media sosial yaitu Facebook, Path, instagram, Ask.Fm, youtube dan media sosial lainya berada di atas angka 50% di mana setengah dari total responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa membagikan (share) foto orang dikenal tanpa izin melalui media sosial Twitter, berbeda dengan media sosial

lainnya. Berbeda halnya dengan media sosial twitter hanya kurang dari setengah total responden (48,4%) mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying ini .

Disamping itu media sosial dengan persentase sering melakukan tindakan membagikan (share) foto orang terkenal tertinggi adalah media sosial Path, yaitu 11,8% dari jumlah responden. Dari pertanyaan terbuka bebrapa responden menyatakan mereka melakukan tindakan membagikan (share) foto ini hanya untuk bercanda saja dan hanya diwaktu tertentu (seperti target sedang merayakan ulang tahun).

Tabel 4.11.

Pengalaman Siswa Membagikan (Share) Foto Orang yang Tidak Dikenal Tanpa Izin

Media sosial

Tidak

Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 68 73,1 14 15,1 8 8,6 3 3,2 Twitter 56 60,2 20 21,5 13 14 4 4,3 Path 59 63,4 18 19,4 11 11,8 5 5,4 Instagram 70 75,3 15 16,1 6 6,5 2 2,2 Ask.Fm 78 83,9 12 12,9 3 3,2 0 0 Youtube 80 86 10 10,8 3 3,2 0 0 Dll 85 91,4 8 8,6 0 0 0 0 Sumber: P.12-FC.41-FC.47

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa membagikan (share) foto orang yang tidak dikenal tanpa izin. Lebih dari 60% responden mengaku tidak pernah melakukan kegiatan cyberbully ini di media sosial.

Dari tabel di atas dapat dilihat pula bahwa Path merupakan media sosial dengan jumlah persentase sering terbesar yaitu 5,4%, Path merupakan media sosial yang masih baru dan hanya dapat digunakan pada smartphone tertentu. Tetapi untuk di Indonesia sendiri, media sosial Path telah banyak yang menggunakan, seiring pengguna smartphone yang kian semakin meningkat dikarenakan gadget dianggap merupakan bagian dari gaya hidup.

Media sosial path sendiri yang dianggap sebagai private social media, tidak lepas dari penyalahgunaan pengguna yang kurang bertanggung jawab, termasuk tindakan cyberbully berupa pembagian foto orang yang tidak dikenal. Pembagian foto ini didasarkan sebagai bahan candaan yang terkadang pembagi tidak memikirkan dampak yang besar di balik perbuatannya tersebut yang sesungguhnya diluar dari ketentuan pemakaian media sosial.

Tabel 4.12.

Pengalaman Siswa Membeberkan Informasi Pribadi Seseorang Ke Media Sosial Tanpa Izin

Media sosial

Tidak

Pernah Jarang Biasa Saja Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 64 68,8 13 14 15 16,1 1 1,1 Twitter 61 65,6 16 17,2 14 15,1 2 2,2 Path 73 78,5 9 9,7 9 9,7 2 2,2 Instagram 77 82,8 8 8,6 8 8,6 0 0 Ask.Fm 82 88,2 7 7,5 4 4,3 0 0 Youtube 84 90,3 6 6,5 3 3,2 0 0 Dll 90 96,8 3 3,2 0 0 0 0 Sumber: P.13/FC.48-FC.54

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah jumlah sampel tidak pernah melakukan tindakan membeberkan informasi pribadi seseorang tanpa izin ke media sosial yang telah tertera. Sedangkan dapat dilihat bahwa angka persentase sering dalam tindakan pembeberan informasi pribadi seseorang ke media sosial tanpa izin ini seimbang pada media sosial Path dan Twitter yaitu masing-masing pada angka 2,2%.

Dari tabel di atas secara keseluruhan Twitter merupakan media sosial yang paling banyak digunakan dalam jenis tindakan cyberbully ini. Dapat dilihat sebanyak 16% dari responden mengaku jarang dan 15,1 % yang mengaku biasa saja (tidak jarang dan juga sering) dan twitter merupakan media sosial dengan persentase tidak pernah paling rendah yaitu 65,6%. Twitter merupakan media sosial yang berupa microblogging terdiri dari pesan

dan isi tweet yang telah di-post sangat mudah untuk dapat dibaca oleh pengguna twitter lain di seluruh dunia dan dapat diteruskan (retweet) dengan sangat mudah. Untuk itu pembeberan informasi melalui media sosial twitter kerap terjadi dan perkembangan pembeberan informasi tersebut sangatlah cepat. Menurut alasan yang dijawab oleh beberapa responden pada pertanyaan terbuka, perbuatan cyberbully ini dilakukan karena keinginan untuk membalaskan dendam kepada target yang tidak dapat diutarakan secara langsung sehingga media sosial dijadikan alat pengutaraan.

Tabel 4.13.

Pengalaman Mengunggah Video Memalukan Seseorang yang Dikenal di Media Sosial

Media sosial

Tidak

Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 76 81,7 9 9,7 8 8,6 0 0 Twitter 77 82,8 6 6,5 8 8,6 2 2,2 Path 67 72 9 9,7 11 11,8 6 6,5 Instagram 71 76,3 8 8,6 8 8,6 6 6,5 Ask.Fm 85 91,4 4 4,3 4 4,3 0 0 Youtube 83 89,2 4 4,43 6 6,5 0 0 Dll 90 96,8 2 2,2 1 1,1 0 0 Sumber: P.14/FC.55-FC.61

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di 7 media sosial yang disebutkan lebih dari setengah responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying berupa mengunggah video memalukan seseorang yang dikenal di media sosial. Terbukti persentase tidak pernah pada media sosial yang dipaparkan tersebut berada pada angka di atas 50%.

Dari tabel tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa media sosial Path dan Instagram merupakan media sosial yang paling sering digunakan untuk pengunggahan video memalukan seseorang yang dikenal, yaitu pada angka 6,5%. Kedua media sosial tersebut meiliki fasilitas video di mana durasi video sangat pendek yaitu 30 detik. Secara rata-rata Path merupakan media sosial yang paling banyak digunakan dalam perilaku cyberbullying ini.

Dapat terlihat dari tabel 72% responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying ini, 8,6% mengaku jarang, 8,6 % biasa saja (tidak jarang dan tidak pula sering) dan 6,5% sering. Hal ini berbanding terbalik dengan penggunaan media sosial Youtube yang memang dikhususkan untuk video, bahkan youtube bisa memuat video berdurasi

sangat panjang.

Tabel 4.14.

Pengalaman Pernah Mengunggah Video Memalukan Seseorang yang Tidak Dikenal di Media Sosial

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 85 91,4 4 4,3 4 4,3 0 0 Twitter 86 92,5 2 2,2 5 5,4 0 0 Path 75 80,6 5 5,4 8 8,6 5 5,4 Instagram 78 83,9 6 6,5 6 6,5 3 3,2 Ask.Fm 89 95,7 1 1,1 3 3,2 0 0 Youtube 90 96,8 0 0 3 3,2 0 0 Dll 93 100 0 0 0 0 0 0 Sumber: P.15/FC.62-FC.68

Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying di media sosial berupa mengunggah video memalukan seseorang yang tidak dikenal. Terlihat dari jumlah persentase di media sosial yang dipaparkan lebih dari 80% dari total responden yang mengaku tidak pernah melakukan tindakan ini.

Path media sosial yang termasuk baru kehadirannya menjadi media sosial yang sering digunakan oleh 5,4% siswa, dan merupakan media sosial dengan persentase sering tertinggi dalam perilaku cyberbullying ini. Sedangkan youtube yang merupakan media sosial yang memang dikhususkan untuk video, bahkan dapat memuat video yang berdurasi sangat panjang merupakan media sosial dengan persentase tertinggi setelah pilihan media sosial lainnya (dan lain-lain) yang digunakan dalam perilaku cyberbullying ini.

Salah satu faktor yang dapat diperhitungkan mengapa media sosial path lebih banyak digunakan daripada Youtube dalam tindakan cyberbullying. Karena untuk waktu saat ini Path lebih banyak digandrungi oleh remaja, pemakaian yang tidak ada batasan dan lebih mudah, video yang ingin dimasukkan pun tidak melewati sensor yang seharusnya seperti Youtube yang mau me-block video yang tidak layak.

Tabel 4.15.

Pengalaman Siswa Pernah Mencuri Identitas Online atau Membuat Akun (Account) dan Profil Palsu Mengenai Seseorang

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 72 77,4 13 14 7 7,5 1 1,1 Twitter 72 77,4 14 15,1 7 7,5 0 0 Path 86 92,5 4 4,3 3 3,2 0 0 Instagram 85 91,4 5 5,4 3 3,2 0 0 Ask.Fm 89 95,7 4 4,3 0 0 0 0 Youtube 88 94,6 1 1,1 4 4,3 0 0 Dll 93 100 0 0 0 0 0 0 Sumber: P.16/FC.69-FC.75

Dari tabel 4.15. dapat dilihat bahwa lebih dari setengah total responden tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa mencuri identitas online atau membuat akun (account) dan profil palsu mengenai seseorang. Terlihat lebih dari 70% responden mengaku tidak pernah di setiap media sosial yang dipaparkan.

Dari 4.15. kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa Facebook adalah media sosial yang paling banyak digunakan dalam perbuatan cyberbully ini. Terlihat dari persentase tidak pernah Facebook berada di angka terendah yaitu 77,4%, sedangkan yang mengaku jarang sebanyak 14%, biasa saja 7,5%, dan sering 1,1 %.

Pemalsuan akun Facebook memang sering terjadi. Hal ini dilakukan pada banyak kalangan dari anak-anak hingga dewasa. Dengan berbagai alasan seperti untuk mempermudah stalking user lain, ketidakpercayadirian akan

profil asli, penipuan yang menghasilkan keuntungan (seperti shopping online) dan lain sebagainya.

Di Indonesia sendiri pemalsuan identitas di media sosial ini sudah menjadi sorotan untuk ditanggapi secara serius. Menurut Edmond Makarim, menggunakan atau memalsukan identitas orang lain, misalnya menggunakan data palsu, kemudian identitas orang seolah-olah sama itu termasuk illegal. Edmond juga menyatakan bahwa pemalsuan data otentik, karena menggunakan data pribadi milik orang lain ada sanksinya dan itu semua ada dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. Berdasarkan pasal 35 UU No 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE), yang berbunyi: setiap orang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi penciptaan, perubahan, penghilangan, perusakan Informasi Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. Ancaman hukuman atas pelanggaran pasal 35 UU ITE di atas adalah 12 tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp. 12 Milyar (okezone.com).

Tabel 4.16.

Pengalaman Siswa Melakukan Aktivitas Update Status Mengenai Seseorang yang Merusak Nama Baik dan Hubungan Sosial

Media social

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering Sangat Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 68 73,1 14 15,1 8 8,6 3 3,2 0 0 Twitter 68 73,1 9 9,7 9 9,7 7 7,5 0 0 Path 75 80,6 5 5,4 8 8,6 5 5,4 0 0 Instagram 82 88,2 7 7,5 4 4,3 0 0 0 0 Ask.Fm 86 92,5 2 2,2 4 4,3 1 1,1 0 0 Youtube 87 93,5 2 2,2 4 4,3 0 0 0 0 Dll 92 98,9 1 1,1 0 0 0 0 0 0 Sumber: P.17/FC.76-FC.82

Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lebih dari setengah responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa aktivitas update status mengenai seseorang yang merusak nama baik dan

hubungan sosialnya. Terlihat dari tabel bahwa lebih dari 70% responden mengaku tidak pernah di setiap media sosial yang dipaparkan.

Media sosial Twitter menjadi media sosial dengan persentase tidak pernah terendah yaitu 73,1%, jarang yakni 9,7%, biasa saja 9,7%, dan menempati posisi media sosial yang paling sering digunakan oleh 7,5% responden. Media sosial Twitter sendiri memang sering digunakan untuk perusakan nama baik. Media sosial Twitter sangat mudah diakses oleh seluruh pengguna di seluruh dunia, perkembangan berita yang ada di Twitter-pun berkembang sangat cepat tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Alasan siswa kerap melakukan tindakan cyberbully ini yang tertera di jawaban pertanyaan terbuka yakni karena adanya dendam terhadap target dan menganggap target layak mendapatkannya.

Tabel 4.17.

Pengalaman Siswa Melakukan Aktivitas Komentar Yang Merusak Nama Baik Seseorang

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

Sangat Sering F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 70 75,3 10 10,8 9 9,7 4 4,3 0 0 Twitter 63 67,7 12 12,9 13 14 5 5,4 0 0 Path 72 77,4 11 11,8 7 7,5 3 3,2 0 0 Instagram 75 80,6 7 7,5 5 5,4 4 4,3 2 2,2 Ask.Fm 91 97,8 1 1,1 1 1,1 0 0 0 0 Youtube 85 91,4 2 2,2 6 6,5 0 0 0 0 Dll 91 97,8 1 1,1 1 1,1 0 0 0 0 Sumber: P.18/FC.83-FC.89

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa melakukan aktivitas komentar yang merusak nama baik seseorang. Hal itu terbuktikan dari tabel, persentase tidak pernah pada setiap media sosial berada di atas angka 60%.

Dari tabel dapat dilihat, sebanyak 2,2% responden mengaku sangat sering melakukan perbuatan cyberbully ini di media sosial Instagram. Media sosial instagram merupakan media sosial yang dikhususkan untuk gambar/video singkat (30 detik). Di Instagram siapa saja yang memiliki akun

ini dapat bebas melakukan aktivitas komentar pada akun lain yang tidak mengunci akunnya untuk dapat di akses oleh akun lain.

Penghinaan yang dilakukan oleh remaja melalui komentar pada media sosial marak terjadi. Tidak hanya pada orang yang mereka kenal, bahkan orang awam yang tidak mereka kenal secara langsung bahkan artispun sering menjadi korban tindakan bullying ini.

Tabel 4.18.

Pengalaman Siswa Mengirimkan Pesan Pada Seseorang Yang Merusak Nama Baik Dan Hubungan Sosial

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 72 77,4 8 8,6 13 14 4 4,3 Twitter 71 76,3 9 9,7 13 14 0 0 Path 78 83,9 5 5,4 10 10,8 0 0 Instagram 82 88,2 3 3,2 8 8,6 0 0 Ask.Fm 85 91,4 8 8,6 0 0 0 0 Youtube 85 91,4 0 0 8 8,6 0 0 Dll 91 97,8 1 1,1 1 1,1 0 0 Sumber: P.19/FC.90-FC.96

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir semua responden tidak pernah melakukan tindakan cyberbully berupa mengirimkan pesan pada seserang yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya. Dapat dilihat pada tabel, persentase tidak pernah di atas 70%.

Media sosial Facebook mendapatkan persentase sering tertinggi, yakni 4,3%. Pengiriman pesan melalui Facebook sendiri dapat dilakukan di wallteman ataupun fasilitas fanpage. Pesan melalui Facebook juga dapat terkirim secara private melalui message.

Facebook merupakan media sosial yang paling banyak digunakan di dunia. Media sosial Facebook-pun menjadi media yang paling banyak sebagai sarana perbuatan cyberbully terutama pada perbuatan cyberbully berupa pengiriman pesan yang merusak nama baik. Seperti yang terjadi pada seorang gadis cantik asal Italia, bernama Carolina Picchio yang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis, setelah video yang menampilkan dirinya sedang

mabuk beredar luas di Facebook. Remaja berusia 14 tahun tersebut berusaha melaporkan ke Facebook agar menghapus video tersebut. Namun gagal. Dirinya pun mendapatkan pesan yang merendahkan dengan kalimat-kalimat vulgar. Karena tak kunjung mendapatkan balasan dari Facebook, tanpa berpikir panjang Picchio mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Melihat kasus ini, pihak pengadilan Italia berencana untuk menuntut Facebook atas dugaan kelalaian yang menyebabkan nyawa orang lain melayang. Sebelum meregang nyawa endiri, Carolina melakukan update status terakhir yang mengatakan permohonan maaf karena sudah tak kuat lagi (Sumber: detik.com).

Tabel 4.19.

Pengalaman Siswa Membuat Pernyataan yang Berisi Kebencian pada Seseorang

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 57 61,3 16 17,2 14 15,1 6 6,5 Twitter 40 43 27 29 20 21,5 6 6,5 Path 63 67,7 17 18,3 10 10,8 3 3,2 Instagram 81 87,1 3 3,2 6 6,5 3 3,2 Ask.Fm 84 90,3 3 3,2 6 6,5 0 0 Youtube 85 91,4 4 4,3 4 4,3 0 0 Dll 93 100 0 0 0 0 0 0 Sumber: P.29/FC.97-FC.103

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan membuat pernyataan yang berisi kebencian kepada seseorang di media sosial yakni: Facebook, Path, Instagram, Ask.Fm, Youtube, dan media sosial lainnya (dan lain-lain). Terbukti dari hasil persentase dari media sosial terebut lebih dari 60% total responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan ini.

Lain halnya dengan media sosial Twitter, hanya sebanyak 43% responden yang mengaku tidak pernah membuat pernyataan yang berisi kebencian pada seseorang melalui media sosial ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa media sosial Twitter adalah media sosial yang paling banyak digunakan untuk perilaku cyberbullying ini. 29% mengatakan jarang

melakukannya, 21,5% yang mengaku biasa saja dan 6,5% yang mengaku sering. Perilaku cyberbully pada remaja berupa pernyataan yang berisikan kebencian terhadap seseorang ini terkadang tidak hanya ditujukan kepada teman mereka saja bahkan orang tidak dikenal seperti artis, politikus dan lain-lain yang tidak dikenal secara dekatpun kerap menjadi target.

Seperti yang terjadi pada Yoga Cahyadi tepat di bulan Mei 2013 lalu. Yoga diketahui bekerja di sebuah event organizer untuk sebuah acara konser music yang pada saat itu ia diketahui sedang menggarap proyek konser ‘lockstockfest’. Acara tersebut dianggap gagal, selaku ketua panitia Yogapun menerima hujatan penuh kebencian di Twitter. Karena stress tidak terima dengan cyberbullying yang diterimanya Yoga Cahyadi melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta api yang melintas (tribunnews.com).

Tabel 4.20.

Pengalaman Siswa Membuat Kampanye Di Jejaring Sosial terhadap Seseorang Agar Dibenci dan Di-Bully

Media sosial

Tidak Pernah Jarang Biasa Saja Sering

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%) Facebook 82 88,2 2 2,2 6 6,5 3 3,2 Twitter 76 81,7 5 5,4 12 12,9 0 0 Path 85 91,4 2 2,2 6 6,5 0 0 Instagram 87 93,5 0 0 6 6,5 0 0 Ask.Fm 88 94,6 1 1,1 4 4,3 0 0 Youtube 89 95,7 0 0 4 4,3 0 0 Dll 93 100 0 0 0 0 0 0 Sumber: P.21/FC.104-FC.110

Dari tabel 4.20. di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas siswa SMA Negeri 1 Medan tidak pernah melakukan tindakan siswa membuat kampanye di jejaring sosial terhadap seseorang agar dibenci dan di-bully di media sosial. Dapat dilihat di setiap media sosial yang dipaparkan lebih dari 80% responden mengaku tidak pernah melakukan tindakan cyberbullying ini.

Facebook merupakan media sosial dengan persentase terbesar sebagai media sosial tersering dalam perilaku cyberbullying ini, yakni sebesar 3,2 %.

Facebook mungkin sudah kurang popular digunakan untuk remaja di Indonesia pada saat ini, tetapi secara mendunia Facebook merupakan media sosial yang masih menjadi pihan banyak orang dari segala usia karena

Dokumen terkait