DAFTAR GAMBAR
PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Dasar Humas
2.1.3. Opini Publik Sebagai Dasar Pembentukan Citra
Opini publik adalah pandangan atau anggapan yang dimiliki oleh
objek dalam perusahaan (Muntaha,1985). Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa peran humas adalah untuk menciptakan opini publik yang
berkualitas sehingga diperlukan sikap saling percaya dan terbuka antara publik
dan perusahaan. Dengan adanya sikap terbuka terhadap publik akan memudahkan
orang untuk dapat membentuk dan mengembangkan opini publik.
Bagi humas opini publik merupakan suatu konfirmasi dan merupakan
suatu pernyataan terhadap suatu keinginan dan kebutuhan yang diungkapkan
melalui berbagai macam ide, pendapat, usulan, kritik, keluhan, tulisan dan
gambar. Bagi organisasi, lembaga atau perusahaan opini publik ini penting untuk
mengadakan perbaikan dan koreksi, mengadakan perkembangan, menjadikan
organisasi semakin kompetitif dan mampu bersaing dengan organisasi sejenisnya
dan menjadikan organisasi atau perusahaan unggulan sehingga dapat menjamin
eksistensinya. (Kusumastuti, 2001).
Sebelum menggunakan opini publik maka hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya adalah: siapa kelompok publiknya, apa tujuannya, kapan harus
dicapai, mengapa hal tersebut harus dilaksanakan, media apa yang tepat bagi
pelaksanaan, apa yang harus dicapai, apa yang dapat dicapai, siapa yang harus
melaksanakannya dan bagaimana evaluasi masing-masing kegiatan secara
keseluruhan (Assumpta & Rumanti, 2001).
Menurut Djanalis (1993) hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk
dan mempengaruhi opini publik, yakni: (1) Pembentukan atau perubahan opini
publik memerlukan keterbukaan yang akan mempermudah dan menguatkan opini
publik tersebut; (2) Humas dalam fungsinya bertujuan untuk mencapai sikap
dari keterbukaan suatu kehidupan manusia atau kehidupan publik; (3) Humas
berusaha untuk mempengaruhi opini publik,sebaliknya opini publik akan
memberikan masukan pada humas. Dengan penjelasan tentang pentingnya
kepercayaan dan keterbukaan dalam menciptakan opini publik dan pentingnya
opini publik bagi perusahaan maka humas dan opini publik akan sangat erat
hubungannya dan akan saling berhubungan.
Opini publik akan mempengaruhi relasi terhadap keterbukaan humas.
Misalnya, ketika organisasi mendapatkan masalah yang berhubungan dengan
lingkungan maka opini publik merupakan dasar dalam mengatasi masalah
tersebut. Setelah diproses bersama manajemen, humas dapat menyampaikan hal
tersebut secara terbuka kepada umum. Keadaan terbuka untuk umum merupakan
gejala umum pada publik yang ditekankan pada kegiatan sebagai relasi humas dan
opini publik. Misalnya, perkembangan masyarakat yang diwujudkan dapat
merupakan kebutuhan publik yang penting terhadap strategi humas dalam
organisasi. Dengan kesadaran bahwa opini publik tersebut memiliki arti seimbang
untuk saling mempengaruhi, adanya rasa saling percaya, saling pengertian, dan
mementingkan kepentingan umum ( Kasali,1994).
Ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian untuk
menciptakan opini publik yang efektif, diantaranya yaitu: (1) Dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa yang tepat; (2) Dengan metode penyampaian
pesan atau cara mengadakan pendekatan pada publik; (3) Dengan intensitas
informasi dan pesan yang tinggi.
Kegiatan humas internal dalam rangka menciptakan opini publik internal
pegawai/employee communication). Ada tiga bentuk komunikasi pegawai, yakni komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke atas (upward communication) dan komunikasi sejajar (sideways communication). Komunikasi ke bawah adalah komunikasi dari atasan ke bawahan dalam hal ini adalah dari
pihak manjemen atau pimpinan perusahaan kepada para pegawai. Komunkasi ke
atas adalah komunikasi dari atasan ke bawahan dalam hal ini adalah dari pegawai
ke pihak manajemen. Sementara komunikasi sejajar adalah komunikasi yang
berlangsung antara sesama pegawai (Anggoro, 2000).
Sementara menurut Greener (1995) menjelaskan bahwa tingkat efektifitas
dari humas internal sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yakni: (1) Keterbukaan dari
pihak manjemen; (2) Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan
arti penting komunikasi dengan para pegawai; (3) Keberadaan seorang manajer
komunikasi atau manajer humas tidak hanya seorang ahli yang berpengalaman
namun juga didukung oleh sumber daya teknis yang modern.
Dalam memilih perangkat bantu komunikasi (media internal) umumnya
akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi, jumlah dan strata personel dan
juga lokasi kerja. Tujuan penggunaan media internal adalah untuk menjalin
hubungan baik dan komunikasi yang berkesinambungan baik komunikasi ke atas,
ke bawah maupun komunikasi sejajar sehingga dapat meningkatkan citra positif
perusahaan di mata publik internal (Assumpta & Rumanti, 2001).
Ada beberapa media internal yang dapat digunakan oleh humas untuk
membentuk citra positif perusahaan terhadap publik internal di antaranya adalah:
langsung; (5) Literatur informasi; (6) Konfrensi staf; (7) Acara kekeluargaan
(Greener, 1995).
Semua pegawai berhak untuk mengetahui apakah per usahaannyaa masih
layak dan bernilai untuk dijadikan tempat sandaran hidup, baik dari segi
penghasilan maupun prospek karir jabatan. Pertimbangan inilah yang kemudian
merupakan intisari kepuasan kerja dari setiap orang. Seeorang akan bekerja jauh
lebih baik dan merasa puas terhadap pekerjaannya jika mengetahui nasib dan
masa depannya. Dengan demikian kepuasan kerja itu sangat erat sekali
hubungannya dengan pengetahuan dan pemahaman yang merupakan tujuan inti
dari dunia kehumasan. Hal penting terakhir yang dapat memicu tumbuhnya suatu
komunikasi positif antar pihak manjemen dan pegawainya adalah yang harus
diupayakan adalah dengan menciptakan rasa saling memiliki dan tanggung jawab
bersama sehingga masing-masing pihak merasa dibutuhkan dan dihargai. Model
iklan, gaya bangunan, nama perusahaan dan kemasan produk harus dapat
dimanfaatkan untuk dapat menumbuhkan sikap dan perusahaan positif tersebut
(Anggoro, 2000).
Komunikasi eksternal dapat menciptakan opini publik sebagai efeknya.
Maka dari itu komunikasi eksternal akan menciptakan relasi dan
mengembangkannya yang selanjutnya akan menentukan keberlangsungan hidup
sebuah organisasi. Ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan oleh seorang
praktisi humas dalam melakukan komunikasi eksternal dalam rangka menciptakan
citra positif perusahaan, diantaranya adalah: (1) Seorang praktisi humas harus
mampu menyusun konsep dan menentukan strategi, sebagai penasehat harus
Sebagai seorang teknisi harus mampu mengoperasikan suatu konsep secara
terkoordinir, terorganisir; (3) Perlu memiliki keahlian yang diperlukan dan
sebagai bagian dari tim kerja perlu memiliki berbagai macam ilmu (Assumpta &
Rumanti, 2001).
Sementara menurut Greener (1995) dalam melaksanakan tugasnya, humas
menggunakan media. Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk: (1)
Membantu untuk mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk
dan jasa; (2) Menjalin komunikasi berkesinambungan; (3) Meningkatkan
kepercayaan publik; (4) Meningkatkan citra baik perusahaan.
Untuk mendukung tujuan tersebut, secara garis besar media humas dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: (1) Media cetak, termasuk di
dalamnya house journal, surat kabar, tabloid, majalah; (2) Broadcasting media atau media audio visual; (3) Special event, termasuk di dalamnya konferensi pers, seminar, dan pameran; (4) Media luar ruang, termasuk di dalamnya spanduk,
papan reklame, dan lain-lain.
Penggunaan dari variasi media publikasi yang ada bertujuan untuk
menciptakan atau mempertahankan reputasi perusahaan pada publiknya dengan
cara membangun citra perusahaan melalui karakteristik, misi, maupun sifat-sifat
positif dari perusahaan yang akan disosialisasikan oleh media publisitas tersebut.
Semua hal ini merupakan upaya humas dalam rangka menciptakan citra positif