• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI

7.1. Optimalisasi Produksi Susu Olahan KUD Mitrayasa 1. Tingkat Produksi Optimal

Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis susu yang seharusnya dihasilkan oleh pabrik MT-KUD Mitrayasa agar menghasilkan keuntungan yang maksimal. Perbandingan antara tingkat produksi aktual dengan optimalnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Produk Susu Olahan Pabrik KUD Mitrayasa Tahun 2006 (liter)

Jenis Produk Tingkat produksi

Aktual Optimal

Pasteurisasi cup coklat 17.253,000 16.624,000 Pasteurisasi cup strawberry 17.253,000 15.675,000 Pasteurisasi cup vanila 5.752,000 5.433,000 Pasteurisasi cup melon 5.752,000 5.340,000 Pasteurisasi cup plain 5.752,000 214.070,859 Yoghurt strawberry 1.092,000 984,000 Yoghurt melon 1.092,000 984,000 Yoghurt plain 1.092,000 1.532,000 Susu dingin 1.387.332,000 1.181.593,000

Jumlah 1.442.370,000 1.442.235,859

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah produksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain belum optimal. Hal ini dikarenakan jumlah produksi pada kondisi optimalnya lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktualnya. Sedangkan produksi selain susu susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain sudah optimal. Jumlah produksi tertinggi pada kondisi optimal yaitu susu dingin. Hal ini disebabkan untuk memproduksi susu dingin ini tidak diperlukan bahan penolong seperti pada susu pasteurisasi dan yoghurt. Produksi tertinggi kedua yaitu susu pasteurisasi cup plain sebesar 214.070,859 liter. Dikarenakan biaya untuk memproduksi susu produksi pasteurisasi cup plain merupakan yang paling

rendah. Sehingga sumbangan keuntungan per liter produknya paling tinggi. Selain itu juga dalam proses pembuatan susu pasteurisasi cup plain tidak memerlukan bahan penolong yang terlalu banyak hanya kemasan. Sedangkan untuk produksi selain susu pasteurisasi cup plain, sumbangan keuntungan perliter produknya kecil dikarenakan penggunaan bahan penolongnya lebih banyak. Disamping itu adanya batasan permintaan minimum untuk tiap jenis produk tersebut.

Apabila koperasi ingin berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya, sebaiknya memproduksi susu pasteurisasi cup plain, yoghurt plain masing- masing sebesar 214.070,859 liter dan 1.532 liter. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain sudah optimal. Sedangkan pada kondisi optimal untuk susu pasteurisasi cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, susu dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, susu dingin belum optimal.

Pengiriman produksi susu dingin sebesar 1.181.593 liter lebih rendah dibandingkan dengan aktualnya. Hal in tidak akan menjadi masalah karena IPS akan menerima berapapun jumlahnya susu yang dikirim oleh KUD. Tingginya produksi susu dingin pada kondisi aktual karena KUD masih memprioritaskan pemasaran susunya ke IPS yang merupakan pasar utama.

Total produksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain pada tingkat optimal masing- masing sebesar 214.070,859 dan 1.532 menunjukkan bahwa

pabrik MT-KUD Mitrayasa masih dalam keadaan kapasitas berlebih untuk sumberdaya produk-produk tersebut.

Produksi yang tinggi untuk susu pasteurisasi cup plain tidak akan menimbulkan permasalahan jika didukung upaya pemasaran. Upaya tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan memasukan produk ini ke supermarket, bekerjasama dengan dinas kesehatan dengan mempromosikan susu pasteurisasi cup plain sebagai minuman bergizi tinggi karena tanpa pewarna dan kandungan susunya alami. Pada pembahasan selanjutnya mengenai penggunaan sumberdaya akan diketahui bahwa pembatas utama pada produksi adalah pada bahan penolong.

Dengan asumsi seluruh produk dapat terjual pada tingkat harga seperti pada Tabel 4, maka keuntungan yang dapat diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 788.310.800,00 sedangkan aktualnya sebesar Rp 481.902.939,00. Sehingga terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 306.407.860,00. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kuntungannya maka KUD harus mengalokasikan sumberdayanya sesuai dengan kondisi optimal untuk menghasilkan susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain dan mengurangi produksi susu lainnya.

7.1.2. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Optimal

Bahan baku yang digunakan pada pengolahan susu ini berupa susu segar yang diterima pabrik MT-KUD Mitrayasa dari peternak dengan berat jenis 1,027, kadar lemak 3,6 dan SNF 7,5. Sedangkan bahan penolong merupakan bahan tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk. Bahan penolong ini terdiri

dari gula, bubuk coklat, flavour strawberry, flavour melon, flavour vanila, pewarna strawberry, melon, Lactobacillus, cup, lid cup, dan plastik. Penggunaan bahan-bahan tersebut pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Kondisi Aktual

dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 Bahan Baku dan

Penolong

Aktual Optimal

Penggunaan Penggunaan Slack/surplus

Susu segar 1.440.074 1.440.074 0 Bubuk coklat 121 116,368 243,632 Gula 4.819,40 4.504 1.996 Flavour strawberry 36,1 33 3,68 Flavour vanila 8,6 8 0,85 Flavour melon 6,89 6,32 1,676 Pewarna strawberry 0,367 0,333 0,667 Pewarna melon 0,137 0,127 0,873 Lactobacillus 33 35 0 Cup 345.081 1.800.000 3.000.000 Lid cup 345.081 1.800.000 0 Plastik 21.840 162.500 2.237.500

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pabrik MT-KUD Mitrayasa harus mengolah seluruh susu segar yang masuk menjadi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt, persyaratan ini dipenuhi terlihat dari slack susu segar yang bernilai nol. Kondisi optimal dicapai dengan menggunakan sepenuhnya persediaan susu segar, lactobacillus, dan lid cup sehingga penggunaan bahan penolong lainnya juga dapat dioptimalkan karena belum digunakan sepenuhnya. Untuk lactobacillus, cup, lid cup dan palstik penggunaannya lebih tinggi dibandingkan kondisi aktualnya. Namun penggunaan bahan penolong, hampir semua masih terdapat sisa. Hal ini disebabkan karena pada kondisi optimal produksi susu pasteurisasi cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, susu dingin belum optimal.

Pada kondisi optimal sebagian besar bahan penolong juga masih dalam jumlah yang berlebih dengan nilai slack yang lebih besar dari nol antara bahan penolong tersebut. Kesenjangan tersebut menunjukkan jumlah pembelian bahan penolong yang dilakukan pabrik MT-KUD masih belum terencana dengan baik. Pada aktualnya KUD melakukan pembelian beberapa bahan-bahan penolong yang ketersediaannya sangat besar karena batasan minimal pembelian selain itu tidak pada waktu yang bersamaan tetapi tergantung dari persediaan masing- masing bahan penolong. Namun dengan berproduksi pada tingkat optimal, dapat mengurangi resiko kerusakan karena penyimpanan bahan penolong yang terlalu banyak dan meningkatkan keuntungan.

7.1.3. Penggunaan Jam Kerja Mesin dan Tenaga Kerja Optimal

Penggunaan mesin- mesin pabrik MT-KUD pada kondisi aktual dan optimalnya dapat dilihat pada Tabel 8. Kondisi optimal dicapai dengan penggunaan mesin cup paling tinggi sebesar 3.214,286 jam. Hal ini dikarenakan pada kondisi optimal produksi susu pasteurisasi cup plain sebesar 214.070,859 liter. Namun penggunaan selain mesin cup yang digunakan untuk memproduksi susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain belum optimal penggunaannya seperti penggunaan tangki penyalur serta PHE.

Produksi yoghurt plain sebesar 1.532 liter menyebabkan penggunaan kompor gas, alat pencampur I, incubator, alat pencampur II mendekati optimal. Namun penggunaan mesin plate cooler belum dapat digunakan sepenuhnya karena produksi susu dingin yang lebih rendah dibandingkan aktualnya. Perubahan kombinasi produk susu olahan dari kondisi aktual ini berdasarkan

sumbangan keuntungan masing- masing produk serta ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Penggunaan tangki penerima yang digunakan pada kondisi optimal sebesar 7,193 jam karena pada produksi susu pasteurisasi cup plain tidak menggunakan tangki ini untuk pencampuran bahan-bahan penolong.

Dari Tabel 8 terlihat bahwa hampir semua jam kerja mesin masih tersisa dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh belum berproduksinya pabrik selama tiga bulan dan adanya permintaan minimum pasar dari masing-masing produk sehingga berproduksi ketika produk habis. Dengan demikian pabrik MT-KUD masih dapat mengoptimalkan produksi susu olahannya dengan mengggunakan mesin yang tersedia.

Tabel 8. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (jam)

Mesin Aktual Optimal

Penggunaan Penggunaan Slack/surplus

Plate cooler 532,74 453,732 3.914,268 Tangki Penyalur 40,08 214,200 3.425,800 Tangki Penerima 7,19 7,193 3.632,807 PHE 481,20 257,143 8.478,857 Mesin Cup 601,45 3.214,286 1.153,714 Kompor Gas 73,80 87,500 4.280,500 Alat Pencampur I 12,30 14,584 3.625,416 Incubator 9,83 11,655 4.356,345 Alat Pencampur II 2,71 2,716 3.637,284 Alat pengemas yoghurt 98,30 116,550 3.523,450 Penggunaan tenaga kerja langsung pada kondisi optimal diperoleh dari nilai selisih ketersediaaan jam tenaga kerja langsung dengan nilai slack or surplus. Dimana nilai slack or surplus menunjukkan jumlah jam tenaga kerja langsung yang tidak digunakan. Data penggunaan jam tenaga kerja langsung pada kondisi aktual dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006

Mesin Aktual Optimal

Penggunaan Slack/surplus TK Teknis 1.300,45 1.533,919 13.037,081 TK Mesin 1.500,94 4.826,274 75.253,726 TK Pencampur 24,35 24,493 7.255,507 TK Mesin Cup 1.294,05 6.428,572 851,428 TK pengemas yoghurt 438,98 234,500 7.045,500

Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa ketersediaan jam tenaga kerja langsung masih terdapat sisa, terutama ketersediaan untuk tenaga kerja bagian mesin sebesar 75.253,726 jam. Hal ini disebabkan karena selama tiga bulan pabrik belum memulai produksi untuk susu pasteurisasi dan yoghurt. Selain itu juga produksi selain susu pasteurisasi cup plain dan yoghurt plain menyebabkan penggunaan tenaga kerja langsung untuk masing- masing produk belum optimal. Namun dapat dilihat bahwa berproduksi pada tingkat optimal mengurangi jam menganggur dari seluruh bagian kecuali bagian mesin untuk susu dingin karena penggunaannya menjadi lebih sedikit dibandingkan aktualnya. Dengan demikian pabrik masih dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerjanya untuk meningkatkan produksi, sehingga tidak terjadi banyak pemborosan biaya tenaga kerja.

Dokumen terkait