BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
F. Optimasi Formula
Krim yang diinginkan adalah krim yang memiliki penampilan yang menarik, tidak terlalu kental, mudah dioleskan, terasa halus dan lembut ketika diaplikasikan ke kulit, dan tidak rusak selama penyimpanan. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut dilakukan optimasi sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas (pergeseran viskositas krim selama penyimpanan 1 bulan).
Optimasi formula menggunakan contour plot persamaan regresi desain
faktorial. Contour plot persamaan regresi sifat fisis dan stabilitas digunakan untuk
menentukan area respon sifat fisis dan stabilitas krim yang kita kehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Masing-masing area dalam contour plot sifat fisis
dan stabilitas tersebut kemudian digabungkan untuk mendapatkan superimposed
contour plot yang akan menunjukkan area optimal formula krim yang memiliki
karakteristik sifat fisis dan stabilitas seperti yang kita kehendaki.
Dari data pengukuran respon daya sebar, dibuat persamaan regresi hubungan antara asam stearat dengan minyak wijen menggunakan metode desain faktorial. Hasil perhitungan persamaan regresi desain faktorial dari respon daya sebar adalah
Y= 6,2669 – 0,4669.X1 + 0.0337X2 +0,00371.X1.X2, dengan Y adalah respon daya
sebar, X1 adalah jumlah asam stearat, dan X2 adalah jumlah minyak wijen. Dari persamaan regresi tersebut dihasilkan contour plot pada gambar 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 9. Contour plot respon daya sebar = area optimal yang dipilih
Dari contour plot persamaan regresi desain faktorial respon daya sebar, area
optimal respon daya sebar yang kita kehendaki dapat dipilih, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Daya sebar krim yang baik memungkinkan krim dioleskan dengan mudah dan merata pada kulit. Menurut Garg et al. (2002) krim dengan sifat
semifluid memiliki respon daya sebar antara 5 – 7 cm. Berdasarkan Subjective
assessment yang telah dilakukan pada 20 orang, 40 % konsumen dapat menerima
formula 1 (daya sebar = 5,8 cm). Tetapi formula b (daya sebar 6,1 cm) hanya diterima oleh 10 % responden. Dari kedua pertimbangan tersebut dipilih respon daya sebar antara 5 – 6 cm. Karena kurva respon daya sebar 6 cm tidak berada di kuadran I (tidak tampak dalam grafik), area optimal yang didapatkan adalah area yang dibatasi oleh sumbu x, sumbu y, dan kurva daya sebar 5 cm.
53
Dari data pengukuran respon viskositas, dibuat persamaan regresi hubungan antara asam stearat dengan minyak wijen menggunakan metode desain faktorial. Hasil perhitungan persamaan regresi desain faktorial dari respon viskositas adalah
Y=5,3731+ 30,6926X1 -0,2677X2 -0,5309X1.X2, dengan Y adalah respon viskositas,
X1 adalah jumlah asam stearat, dan X2 adalah jumlah minyak wijen. Dari persamaan regresi tersebut dihasilkan contour plot pada gambar 10.
Dari contour plot persamaan regresi desain faktorial respon viskositas
(gambar 6) dapat ditentukan area optimal yang menghasilkan respon viskositas yang kita kehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Viskositas sediaan mempengaruhi penampilan sediaan secara umum dan kemudahan dalam pengolesan krim pada kulit. Sediaan dengan viskositas yang tinggi akan sulit diaplikasikan dan menghasilkan lapisan yang tidak merata. Demikian sebaliknya, sediaan yang memiliki viskositas yang rendah tidak diinginkan karena pada saat pengaplikasian banyak sediaan akan hilang. Berdasarkan subjective assessment, 40% konsumen
dapat menerima formula 1 (viskositas = 33, 67 dPa.s ) dan 50% konsumen menerima formula a (viskositas = 179 dPa.s). Karena sediaan sunscreen ini diindikasikan untuk penggunaan tubuh (area luas) maka dipilih viskositas rendah. Empat puluh persen (40%) konsumen menerima formula 1 sedangkan formula b (viskositas = 28,08 dPa.s) hanya diterima 10% konsumen sehingga diambil nilai tengahnya (30 dPa.s) sebagai batas bawah respon viskositas. Pada penelitian ini dipilih range area optimal
respon viskositas yang tidak terlalu besar sehingga diambil asumsi bahwa area respon viskositas optimal dalam penelitian ini adalah nilai viskositas antara 30 – 60 dPa.s.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 10. Contour plot respon viskositas = area optimal yang dipilih
Persaman regresi desain faktorial dari respon pergeseran viskositas adalah
Y=5,7846+ 0,314X1 +0,5271X2 -0,08X1.X2, dengan Y adalah respon pergeseran
viskositas, X1 adalah jumlah asam stearat, dan X2 adalah jumlah minyak wijen. Dari persamaan regresi diatas dihasilkan contour plot pada gambar 11.
Data formula desain faktorial menunjukkan bahwa semua formula mengalami pergeseran viskositas. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sistem emulsi merupakan sistem yang tidak stabil secara termodinamika sehingga stabilitas sediaan sulit dipertahankan. Oleh karena itu penurunan stabilitas emulsi merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan. Penurunan stabilitas pada percobaan ini diamati menggunakan parameter pergeseran viskositas.
55
Dari contour plot respon pergeseran viskositas (gambar 11) dapat dipilih
area optimal dengan pergeseran viskositas yang kita kehendaki, terbatas pada bahan yang diteliti. Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan referensi yang menyatakan parameter pergeseran viskositas untuk menggambarkan kestabilan sistem emulsi. Dengan demikian pada penelitian ini digunakan pergeseran viskositas < 10% sebagai parameter terjadinya ketidakstabilan emulsi.
Gambar 11. Contour plot respon pergeseran viskositas = area optimal yang dipilih
Dengan mempertimbangkan sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas krim (pergeseran viskositas) dapat dilakukan optimasi formula krim ekstrak kering polifenol teh hijau untuk mendapatkan karakteristik sediaan krim seperti yang kita inginkan. Formula optimal tersebut dapat diperoleh dengan menggabungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketiga area optimal yang telah dipilih dalam masing-masing contour plot respon
membentuk superimposed contour plot .
Area superimposed contour plot formula krim sunscreen polifenol teh hijau,
dengan batas jumlah bahan yang diteliti dapat diamati pada gambar 12. Respon yang dipilih untuk menentukan formula optimal tersebut adalah daya sebar lebih dari 5 cm, viskositas antara 30 – 60 dPa.s, dan pergeseran viskositas kurang dari 12%. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah asam stearat sangat mempengaruhi karakteristik dari krim sehingga range penggunaanya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan minyak wijen. Penggunaan minyak wijen memiliki range relative cukup lebar
dalam formula optimal.
Gambar 12 Superimposedcontour plot krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau = area optimal yang diperoleh
57