• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Optimasi Formula

% ) level rendah gliserin level tinggi gliserin 98 98.4 98.8 99.2 99.6 100 100.4 100.8 17 20 23 26 29 32 35 Polysorbate 80 (gram ) S ta b il it a s l o ti o n ( % ) (14a) (14b)

Gambar 14. Grafik hubungan antara stabilitas lotion-gliserin (14a) dan grafik hubungan antara stabilitas lotion-polysorbate 80 (14b)

Peningkatan level gliserin akan mempengaruhi stabilitas lotion.

Peningkatan level gliserin pada penggunaan polysorbate 80 level rendah akan

meningkatkan stabilitas lotion. Sedangkan peningkatan level gliserin pada

penggunaan polysorbate 80 level tinggi akan menurunkan stabilitas lotion

(gambar 14a).

Peningkatan level polysorbate 80 akan mempengaruhi stabilitas lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada penggunaan gliserin level rendah akan

meningkatkan stabilitas lotion. Peningkatan level polysorbate 80 pada

penggunaan gliserin level tinggi akan menurunkan stabilitas lotion (gambar 14b).

D. Optimasi Formula

Optimasi formula dilakukan untuk mendapatkan formula yang optimum, di mana formula tersebut memiliki sifat fisik yang diharapkan. Sifat fisik yang

diharapkan adalah mampu memenuhi kemampuan spreadability fomula lotion.

sebar dan viskositas lotion. Daya sebar mempengaruhi pemerataan sediaan saat diaplikasikan di kulit. Viskositas yang terlalu tinggi dapat mempersulit pengemasan dan pengeluaran sediaan dari kemasannya. Perubahan viskositas dan stabilitas lotion berhubungan dengan kestabilan sediaan. Lotion dengan daya sebar baik, viskositas yang cukup, pergeseran viskositas seminimal mungkin, dan

stabilitas lotion semaksimal mungkin diharapkan didapat dari hasil optim

3asi.

Hasil pengukuran sifat fisik lotion yang berupa daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion dapat dibuat contour plot. Contour plot

dibuat berdasarkan hasil perhitungan persamaan desain faktorial. Contour plot

masing-masing uji sifat fisik dapat ditentukan area optimum untuk mendapatkan respon yang dikehendaki. Area tersebut digabungkan dalam contour plot super imposed untuk kemudian ditentukan area komposisi optimum lotion berdasarkan

emulsifying agent yang digunakan.

1. Daya Sebar

Daya sebar merupakan parameter kemudahan lotion dalam

diaplikasikan di kulit. Lotion diharapkan mempunyai daya sebar yang baik yang dapat menjamin lotion mudah diaplikasikan di kulit. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = 12,4028 - (0,1806X1) - (0,0837X2) + (0,0028X1X2). Persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut :

Gambar 15. Contour plot daya sebar lotion

Berdasarkan contour plot daya sebar lotion dapat dilihat area

komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon daya sebar yang

dikehendaki yaitu 7,5 cm sampai 8 cm. Pemilihan diameter daya sebar

optimum ini didasarkan pada sensory assessment yang lebih menyukai

formula a di mana diameter rata-rata formula a sebesar 7,6667 cm dan berada dalam rentang daya sebar yang optimum. Daya sebar 7,5 cm sampai 8 cm diharapkan memberikan kemudahan saat diaplikasikan dan nyaman seperti yang diinginkan konsumen.

2. Viskositas

Viskositas lotion yang dikehendaki adalah cukup yang berarti

viskositas tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Viskositas yang terlalu besar akan menyulitkan pengemasan, pengeluaran sediaan dari kemasan, dan mempersulit pemerataan sediaan saat diaplikasikan di kulit. Viskositas yang terlalu kecil akan merepotkan konsumen karena sediaan terlalu cair sehingga sediaan banyak yang terbuang.

Persamaan desain faktorial untuk viskositas lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = - 53,6368 + (3,1752X1) + (1,1213X2) - (0,0531X1X2).

Persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut :

Gambar 16. Contour plot viskositas lotion

Berdasarkan contour plot viskositas lotion dapat dilihat area

komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon viskositas yang

dikehendaki yaitu 12 dPa.s sampai 17 dPa.s. Rentang viskositas 12 dPa.s

sampai 17 dPa.s dipilih berdasarkan pada sensory assessment yang lebih

menyukai formula a dengan viskositas rata-rata sebesar 12,2 dPa.s yang berada dalam rentang viskositas yang digunakan, sehingga rentang viskositas yang dipilih dianggap sebagai viskositas lotion yang optimum.

3. Perubahan Viskositas

Perubahan viskositas lotion berhubungan dengan kestabilan lotion

sehingga untuk mendapatkan lotion yang dapat diterima konsumen maka

lotion harus mempunyai perubahan viskositas yang seminimal mungkin.

Oil adalah Y = 57,1633 - (0,9795X1) - (1,4025X2) + (0,0544X1X2). Persamaan tersebut dapat dibuat contour plot sebagai berikut :

Gambar 17. Contour plot perubahan viskositas lotion

Berdasarkan contour plot perubahan viskositas lotion dapat dilihat

area komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon perubahan

viskositas yang dikehendaki yaitu tidak terlalu besar karena perubahan

viskositas menentukan kestabilan lotion selama penyimpanan.

Menurut Zatz et al. (1996), emulsi yang mengandung 1% emulsifier

dan 1 % CMC (Carboxymethylcellulose), viskositasnya sebesar 780 mPa.s

pada waktu 1 minggu setelah pembuatan. Setelah penyimpanan selama 448 hari viskositas emulsi tersebut turun sepersepuluh kalinya. Umumnya

penyimpanan selama 2 bulan pada suhu 40°C menyebabkan perubahan

sebesar 15% atau lebih.

Lotion dalam penelitian mempunyai viskositas rata-rata kurang dari 50 dPa.s yang lebih kental daripada 780 mPa.s yang diharapkan mempunyai

dikarenakan nilai viskositas lotion dalam penelitian lebih besar dari perubahan viskositas emulsi yang diungkapkan Zatz et al., yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gerak Brown. Semakin kecil gerak Brown yang terjadi maka perubahan viskositas yang terjadi akan semakin kecil, akan tetapi perubahan viskositas yang terjadi dalam penelitian ini lebih besar dari 15%.

Sensory assessment menunjukkan formula a dengan perubahan viskositas lotion rata-rata sebesar 25% lebih disukai daripada formula yang lain. Dengan perubahan viskositas sebesar 25%, lotion masih dapat diterima

konsumen maka perubahan viskositas lotion yang dianggap optimum adalah

kurang dari 26%.

4. Stabilitas Lotion

Stabilitas lotion juga berhubungan dengan kestabilan sediaan

sehingga untuk mendapatkan lotion yang dapat diterima konsumen maka

lotion harus mempunyai stabilitas lotion yang semaksimal mungkin. Persamaan desain faktorial untuk stabilitas lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = 93,8920 - (0,2346X1) + (0,2187X2) - (0,0093X1X2). Persamaan tersebut dapat dibuat contour plot sebagai berikut :

Gambar 18. Contour plot stabilitas lotion

Berdasarkan contour plot stabilitas lotion dapat dilihat area

komposisi optimum lotion untuk mendapatkan respon stabilitas lotion yang dikehendaki yaitu tidak terlalu kecil karena semakin besar stabilitas lotion (

100%) maka lotion akan semakin stabil. Rentang stabilitas lotion 99,5%

sampai 100% dipilih sebagai rentang yang optimum berdasarkan pada sensory

assessment yang lebih menyukai formula a di mana stabilitas lotion rata-ratanya sebesar 99,9259%.

5. Contour Plot Super Imposed

Formula lotion yang optimum diprediksi dengan melihat area

optimum dari tiap-tiap uji sifat fisik yang kemudian digabungkan menjadi satu

Gambar 19. Contour plot super imposed

Melalui contour plot super imposed dapat diperkirakan area

komposisi optimum lotion Virgin Coconut Oil dengan sifat fisik yang

dikehendaki dalam batas level yang diteliti, yaitu 24 gram sampai 40 gram gliserin dan 20 gram sampai 32 gram polysorbate 80.

Jumlah emulsifying agent yang digunakan dapat mempengaruhi sifat

fisik lotion terutama viskositas dan perubahan viskositas. Area yang diwarnai

pada contour plot super imposed dianggap sebagai formula optimum lotion

A. Kesimpulan

1. Polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan daya sebar, viskositas,

dan perubahan viskositas (selama penyimpanan), sedangkan interaksi antara

gliserin dengan polysorbate 80 diprediksi dominan dalam menentukan

stabilitas lotion.

2. Ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent melalui contour plot

super imposed pada faktor dan level yang diteliti.

Dokumen terkait