• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap d

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Optimasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap d

Perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, dimulai dari kegiatan praproduksi (identifikasi dan estimasi sumberdaya ikan;

penyediaan sarana penangkapan ikan) dan pascaproduksi (pemasaran dan pengolahan hasil tangkapan). Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap harus dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh yang mencangkup seluruh komponen atau sub-sistem terkait di dalamnya. Menurut Kesteven (1973) dan Monintja (2001), komponen utama dari system perikanan tangkap adalah sumberdaya ikan, unit penangkapan ikan, masyarakat (nelayan), prasarana pelabuhan,sarana penunjang (galangan kapal), bahan alat tangkap ikan dan mesin kapal), unit pemasaran dan unit pengolahan. Keseluruhan komponen perikanan tangkap tersebut, sangat menentukan dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Kode Etik Perikanan yang Bertanggung Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries/CCRF) yang dikeluarkan oleh FAO tahun1995.

Fauzi dan Anna (2005) mengemukakan bahwa apabila dalam mengembangkan perikanan tangkap tidak memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutannya, tangkapan berlebih dan praktek-praktek penangkapan ikan yang merusak. Hal ini dipicu karena keinginan untuk memenuhi kepentingan sesaat atau masa kini, sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat. Akibatnya, kepentingan lingkungan diabaikan dan penggunaan teknologi yang menghasilkan secara cepat( quick yielding) yang bersifat merusak dapat terjadi.

Pegembangan perikanan tangkap pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,khususnya nelayan,dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) Perikanan No. 31 tahun 2004 pasal 3, yaitu: 1) meningkatkan taraf hidup nelayan 2) meningkatkan penerimaan dan devisa Negara, 3) mendorong perluasan kerja, 4) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumberdaya ikan, 5) mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan,6) meningkatkan produktivitas,mutu,nilai tambah dan daya saing,7) meningkatkan ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan,8) mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan secara optimal,9) menjamin kelestarian sumberdaya ikan.

Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan akan terwujud dengan baik, apabila komponen-komponen utamannya berjalan secara

optimum dan terintegrasi. Pengadaaan dan penyediaan sarana produksi harus mampu mendukung kebutuhan kegiatan produksi atau sebalikya. Demikian pula dalam kegiatan produksi selain memperhatikan kondisi ekosistem perairan dan sumberdayanya, juga harus mengaitkan dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Belum tercapainya tingkat produktivitas dan efisiensi usaha perikanan tangkap yang optimum, disebabkan oleh belum terintegrasinya perencanaan pengembangan antara komponen produksi hingga paskaproduksi, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan atau ketimpangan nilai kecukupan diantara komponen tersebut.

Walaupun setiap komponen utama ini memiliki fungsi dan peran berdiri sendiri, karena adanya saling keterkaitan antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pengembangan kegiatan perikanan tangkap bertanggung jawab dengan hasil yang optimum di kawasan perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud, perlu diakukan estimasi nilai optimum dari setiap komponen perikanan tangkap tersebut. Selanjutnya, dengan melihat kondisi perikanan tangkap yang ada di kawasan perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud ini, dapat diformulasikan suatu rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang tepat.

1. Optimasi unit penangkapan ikan

Linear Goal Programming dalam penelitian ini bertujuan untuk mengalokasikan jumlah unit penangkapan ikan yang optimum di perairan laut Kepulauan Talaud. Berdasarkan analisis sebelumnya, unit penangkapan ikan yang menangkap sumber daya ikan utama adalah: pukat cincin, jaring insang hanyut, dan pancing tonda. Untuk pengolahan data, unit penangkapan pukat cincin disimbolkan dengan X1, jaring insang hanyut disimbolkan dengan X2, dan pancing tonda disimbolkan dengan X3.

Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis ini antara lain adalah:

(1) Mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya ikan utama atau unggulan di perairan laut Kabupaten Talaud.

Sumberdaya ikan dominan dan unggulan di Kabupaten Talaud yang dioptimumkan adalah kelompok ikan pelagis yang terdiri dari ikan layang, tongkol, cakalang, dan tuna. Kemudian nilai produktivitas rataan dari ketiga jenis alat tangkap yang menangkap ikan utama tersebut, berturut-turut sebesar 125 ton/kapal/tahun untuk pukat cincin, 1,5 ton/kapal/tahun untuk

jaring insang hanyut, dan 2 ton/kapal/tahun untuk pancing tonda. Sementara untuk nilai potensi yang digunakan sebagai nilai pembatasnya adalah nilai MEY, yakni sebesar 5145.21 ton/tahun. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:

DB1 - DA1 + 125 X1 + 1.5 X2 + 2 X3 = 5145.21

(2) Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Talaud.

Untuk mengalokasikan tenaga kerja (nelayan) di Kabupaten Talaud, maka diperlukan data jumlah nelayan. Jumlah nelayan di Kabupaten Talaud adalah sebanyak 5174 orang. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa alat tangkap pukat cincin rata-rata membutuhkan 24 tenaga kerja/unit, alat tangkap jaring insang hanyut rata-rata memerlukan 4 tenaga kerja/unit, dan alat tangkap pancing tonda rata-rata membutuhkan 4 tenaga kerja/unit. Dengan demikian, persamaan kendala tujuan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

DB2 + 24X1 + 4X2 + 4X3 ≥ 5174

(3) Meminimumkan penggunaan BBM di Kabupaten Talaud.

Untuk mengetahui pengalokasian BBM di Kabupaten Talaud maka perlu diketahui ketersediaan BBM disana, serta penggunaan BBM pada masing- masing alat tangkap. BBM dalam hal ini dibagi dalam dua kategori, yakni solar dan minyak tanah.

1) Solar

Berdasarkan data dari Kantor Cabang Pertamina Kabupaten Talaud, ketersediaan solar di Kabupaten Talaud adalah sebesar 134000 kiloliter. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut: 64,20X1 + 13,52X2 + 10,80X3 – DA3 ≤ 134.000

2) Minyak tanah

Berdasarkan data dari Kantor Cabang Pertamina Kabupaten Talaud, ketersediaan minyak tanah di Kabupaten Talaud adalah sebesar 612.000 kiloliter. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

3,71X1 + 31,55X2 + 5,40X3 –DA4 ≤ 612.000

(4) Memaksimumkan nilai produksi usaha penangkapan ikan yang optimal di Kabupaten Talaud.

Schaefer, diperoleh nilai estimasi penerimaan (revenue) yang optimum lestari dari pemanfaatan sumberdaya ikan utama di perairan Kepulauan Talaud adalah sebesar Rp 30. 871.280.000. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah (dalam ribuan Rp):

DB5 + 600.000 X1 + 6.000 X2 + 18.000 X3 >= 30.871.280

Hasil analisis linear goal programming (LGP) dari persamaan-persamaan diatas dengan alat bantu software LINDO disajikan dalam Gambar 16.

Gambar 16 Hasil analisis Linear Goal Programming

Berdasarkan Gambar 16 diatas diketahui bahwa semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini ditunjukkan dari nilai variabel deviasional (DA atau DB) yang sama dengan nol. Dengan demikian, pemanfaatan sumberdaya ikan utama (laying, tongkol, cakalang, dan tuna) sebesar nilai MEY dapat tercapai, penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.174 juga tercapai, penggunaan bahan bakar minyak juga tidak melebihi kapasitas yang tersedia, dan

penerimaan nilai sumberdaya ikan yang optimal juga dapat terpenuhi.

Pengalokasian unit penangkapan ikan yang optimal di perairan Kepulauan Talaud dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut: pukat cincin sebanyak 19 unit, jaring insang hanyut sebanyak 685 unit, dan pancing tonda sebanyak 832 unit (Tabel 31).

Tabel 31 Alokasi jumlah armada penangkapan yang optimum di perairan Kepulauan Talaud

No. Unit penangkapan ikan Ukuran Jumlah

(unit)

1. Pukat cincin 15 GT 19

2. Jaring insang hanyut 4 GT 685

3. Pancing tonda 7 GT 832

Jumlah 1.536

Bila membandingkan hasil analisis alokasi ini dengan jumlah unit penangkapan yang ada pada tahun 2008, maka perlu ada penyesuaian komposisi jumlah dari ketiga unit penangkapan tersebut seperti disajikan pada Tabel 32. Ada jenis unit penangkapan yang disarankan untuk ditambah atau ditingkatkan, yaitu: unit penangkapan pukat cincin dan pancing tonda, dan ada yang dikurangi, yaitu: unit penangkapan jaring insang hanyut. Hal ini secara umum disebabkan oleh pengalokasian yang memperhitungkan beberapa aspek, yaitu aspek efektivitas, penyerapan tenaga kerja dan efisiensinya, sehingga unit penangkapan yang kurang efektif, ketersediaan SDI nya sedikit, jumlah penyerapan tenaga kerjanya minim dan kontribusi usahanya yang tidak tinggi, tentu jumlah yang akan dialokasikannya sedikit, bahkan mungkin tidak dialokasikan.

Tabel 32 Perbandingan jumlah optimum dan eksisting pada tahun 2008 dari 3 jenis unit penangkapan ikan terpilih di perairan Kepulauan Talaud

No. Unit penangkapan ikan

Estimasi jumlah yang optimum

(unit)

Jumlah yang ada pada tahun 2008

(unit)

1. Pukat cincin 19 47

2. Jaring insang hanyut 685 718

3. Pancing tonda 832 208

Selanjutnya, untuk mengimplementasikan hasil ini, tentunya tidak langsung melakukan pembatasan atau pengurangan secara drastis bagi unit penangkapan yang berlebih tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rasional dan bertahap, seperti melakukan pengalihan usaha dari unit penangkapan yang berlebih ke unit penangkapan yang belum optimal jumlahnya, dan menutup atau tidak memperpanjang ijin usaha unit penangkapan yang jumlahnya berlebih hingga mencapai titik optimalnya.

2. Optimasi prasarana pelabuhan perikanan

Prasarana pelabuhan atau yang biasa disebut dengan pelabuhan perikanan merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kegiatan usaha perikanan tangkap, karena kegiatan proses produksi dapat terhambat atau bahkan sulit dilakukan bila tidak tersedia komponen ini. Tanpa pelabuhan perikanan, kegiatan bongkar muat tidak mungkin dilakukan dengan baik dan lancar.

Pelabuhan perikanan di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan ukuran GT kapal yang dilayani, daerah penangkapan armadanya, panjang dermaga dan kedalaman kolamnya, produksinya, tujuan pemasarannya, dan fasilitas kawasan industrinya (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.16/Men/2006). Pembagian kelas pelabuhan perikanan tersebut adalah:

(1)

Pelabuhan Perikanan Samudera atau PPS, dicirikan dengan melayani kapal

ikan ≥ 60 GT, daerah penangkapannya di laut teritorial, ZEE Indonesia dan

laut lepas, panjang dermaga minimal 300 m dengan kedalam kolam minimal minus 3 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 100 - 200 ton/hari atau sekitar 40.000 ton/tahun, hasil tangkapannya untuk ekspor, dan memiliki kawasan industri.

(2)

Pelabuhan Perikanan Nusantara atau PPN, dicirikan dengan melayani kapal ikan 15 - 60 GT, daerah penangkapannya di di laut teritorial dan ZEE Indonesia, panjang dermaga minimal 150 m dengan kedalam kolam minimal minus 3 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 40 - 50 ton/hari atau sekitar 8.000 – 15.000 ton/tahun, dan memiliki kawasan industri.

(3)

Pelabuhan Perikanan Pantai atau PPP, dicirikan dengan melayani kapal ikan 5 - 15 GT, daerah penangkapannya di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial, panjang dermaga minimal 100 m dengan

kedalam kolam minimal minus 2 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 15 - 20 ton/hari atau sekitar 4000 ton/tahun.

(4)

Pangkalan Pendaratan Ikan atau PPI, dicirikan dengan melayani kapal ikan ≤ 5 GT, daerah penangkapannya di di perairan pedalaman dan perairan kepulauan, panjang dermaga minimal 50 m dengan kedalam kolam minimal minus 2 m, memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sekitar 10 ton/hari atau sekitar 2.000 ton/tahun.

Kebutuhan minimal prasarana pelabuhan di perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasikan dengan menggunakan pendekatan klasifikasi diatas dan jumlah alokasi armada yang optimum. Tahap pertama dalam estimasi adalah menentukan kelas pelabuhannya berdasarkan ukuran kapal atau armada yang akan dilayani. Setelah itu menghitung kebutuhan jumlahnya dengan cara membagi perkiraan jumlah produksi kapal ikan yang ada dengan daya tampung kelas pelabuhan yang telah ditentukan. Berdasarkan pendekatan ini, ada 2 kelas pelabuhan yang dibutuhkan, yaitu pelabuhan perikanan pantai (PPP) untuk menampung dan melayani armada pukat cincin dan tonda, dan pangkalan pendaratan ikan (PPI) untuk menampung dan melayani armada jaring insang hanyut. Selanjutnya, hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah prasarana pelabuhan perikananyang optimum untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Kepulauan Talaud adalah 1 unit PPP dan 1 unit PPI. Rincian perhitungan jumlah kebutuhan prasarana pelabuhan diperairan Kepulauan Talaud ditunjukkan pada Tabel 33.

Tabel 33 Jumlah kebutuhan optimum prasarana pelabuhan di perairan Kepulauan Talaud Unit penangkapan ikan Produktivitas (ton/kapal/tahun) Jumlah kapal (unit) Jumlah Estimasi Produksi per tahun (ton) Klasifikasi Pelabuhan Jumlah kebutuhan Pelabuhan (unit) Pukat cincin 125,0 19 2.375,0 PPP 1 Pancing tonda 2,0 832 1.664,0 PPP Jaring insang hanyut 1,5 685 1.027,5 PPI 1 Keterangan:

Estimasi jumlah optimum prasarana pelabuhan =

3. Optimasi sarana pemasaran hasil tangkapan

Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen, pedagang, pengolah sampai konsumen (Hanafiah dan Saefudin, 1983 dalam Sutisna, 2007). Seharusnya semua kegiatan pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan oleh nelayan harus dilaksanakan secara lelang di tempat pelelangan ikan (TPI) yang merupakan bagian dari fasilitas fungsional pada prasarana pelabuhan perikanan. Aktivitas pelelangan ikan bertujuan untuk memperoleh harga ikan yang optimum bagi kedua belah pihak, yaitu nelayan dan pedagang/pembeli ikan. Agar proses pemasaran ikan melalui pelelangan ini dapat berjalan lancar, tentu diperlukan suatu kapasitas atau luasan tempat pelelangan ikan (TPI) yang cukup untuk menampung semua produksi hasil tangkapan yang didaratkan.

Estimasi kebutuhan luas gedung TPI yang ideal diperlukan di perairan selatan Kepulauan Talaud, dapat didekati dengan formula baku dalam pokok- pokok desain pelabuhan perikanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan

Perikanan, yakni:

. . R k P S

keterangan: S = Luas gedung TPI (m2)

P = Jumlah produksi yang didaratkan per hari (ton/hari) k = Koefisien ruang daya tampung produksi (m2/ton) R = Frekuensi lelang per hari

a = Koefisien perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,27-0,394)

Untuk nilai koefisien ruang daya tampung produksi (k), digunakan nilai yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan di Indonesia seperti terilhat pada Tabel 34.

Tabel 34 Nilai koefisien ruang daya tampung produksi (k) berdasarkan jenis kelompok ukuran ikan

Jenis kelompok

ukuran ikan Cara Penyusunan

Nilai koefisien ruang (k)

Udang Dalam peti disusun 10 lapis 1,56

Ikan kecil, cumi, lobster Dalam keranjang ditumpuk 3 lapis 6,00 Ikan sedang dan besar,

seperti: tongkol, cakalang, layang, dll

Kemudian, untuk mengestimasi kebutuhan luasan TPI tersebut juga diperlukan 3 (tiga) asumsi, yaitu:

(1) Jumlah hari kerja unit pelelangan ikan di pelabuhan perikanan setiap tahun adalah 250 hari.

(2) Dalam setiap hari kerja dilakukan 2 kali pelelangan.

(3) Ratio produksi yang didaratkan pada suatu pelabuhan perikanan adalah berbanding lurus dengan ratio jumlah estimasi produksi optimum dari kapal ikan yang dapat dilayaninya.

Berdasarkan pendekatan rumus, nilai-nilai koefisien dan asumsi diatas, jumlah luasan TPI yang minimum dibutuhkan untuk melayani pelelangan hasil tangkapan yang didaratkan di perairan Kepulauan Talaud adalah sebesar 441 m2, dengan rincian di setiap PPN memerlukan luasan TPI minimum sebesar 352 m2, sedangkan di setiap PPI memerlukan luasan TPI minimum sebesar 89 m2. Secara lengkap hasil estimasi disajikan pada Tabel 35 dan 36.

Tabel 35 Jumlah kebutuhan total luasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang optimum di perairan Kepulauan Talaud

Jenis Ikan optimum / Produksi MEY (ton/thn) Produksi per hari (ton/hari) Koefisien tempat (m2/ton)) Luas kebutuhan Gedung TPI (m2) Layang 5.145,21 20,58 15,00 441 Tongkol Cakalang Tuna 441

Tabel 36 Jumlah kebutuhan luasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang optimum di perairan Kepulauan Talaud untuk setiap kelas pelabuhan perikanan Kelas Pelabuhan Perikanan Jumlah Pelabuhan Perikanan (unit) Jumlah Produksi optimum (unit) Ratio luasan TPI Luasan total TPI (m2) Luasan TPI rata-rata disetiap kelas Pelabuhan Perikanan (m2) PPP 1 4039,0 0,80 441 352 PPI 1 1027,5 0,20 89 Keterangan: Ratio luasan TPI =

[ Jumlah produksi optimum disetiap kelas pelabuhan perikanan / Total produksi ] Luasan TPI rata-rata disetiap kelas pelabuhan perikanan =

4. Optimasi unit pengolahan ikan

Unit pengolahan ikan hasil tangkapan yang merupakan kegiatan pasca produksi dalam sistem perikanan tangkap, berperan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapan, daya awetnya dan juga guna meningkatkan nilai tambahnya. Kebutuhan jumlah unit pengolahan ikan yang ideal diperlukan dalam menunjang kegiatan pengembangan perikanan tangkap di perairan selatan Kepulauan Talaud, dapat diestimasi dengan menggunakan asumsi:

(1) Koefisien pengolahan untuk komoditi layang, tongkol, cakalang dan tuna diasumsikan idealnya adalah 70% dari produksi optimum.

(2) Jumlah hari kerja unit pengolahan ikan setiap tahun adalah 250 hari.

(3) Kapasitas rata-rata ideal unit pengolahan ikan diasumsikan sebesar 5 ton/hari.

Berdasarkan asumsi tersebut dan menggunakan nilai produksi optimum, maka kebutuhan jumlah unit pengolahan ikan yang ideal untuk perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasi, yaitu sebanyak 3 unit. Secara lengkap hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37 Jumlah kebutuhan unit pengolahan hasil perikanan di perairan Kepulauan Talaud Jenis Ikan Produksi optimum / MEY (ton/thn) Koefisien untuk pengolahan Jumlah bahan baku (ton/tahun) Kapasitas unit pengolahan (ton/tahun/unit) Jumlah unit pengolahan (unit) Layang 5.145,21 70% 3.601,65 1.250 3 Tongkol Cakalang Tuna Keterangan:

Estimasi jumlah optimum unit pengolahan ikan =

[ (Jumlah produksi optimum x Koef. Pengolahan) / Kapasitas unit pengolahan ]

5. Optimasi jumlah tenaga kerja (nelayan dan tenaga kerja lain)

Para tenaga kerja perikanan tangkap yang biasa disebut dengan istilah nelayan merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Bahkan, komponen ini tidak dapat dipisahkan dengan komponen kapal/perahu dan alat tangkap yang menyatu dalam satu unit penangkapan ikan.

Jumlah nelayan dari unit penangkapan ikan yang terpilih di perairan Kepulauan Talaud berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara menunjukkan bahwa setiap pukat cincin atau purse seine dapat menyerap rata- rata 24 orang/unit, pancing tonda rata-rata sebanyak 4 unit/orang, dan jaring

insang hanyut rata-rata sebanyak 4 orang/unit. Kemudian, dengan menggunakan hasil analisis alokasi unit penangkapan ikan yang optimum, maka dapat diestimasikan bahwa kebutuhan jumlah nelayan optimum untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis utama di perairan Kepulauan Talaud adalah sebanyak 6.524 orang. Jumlah nelayan yang tercatat di perairan Kepulauan Talaud adalah sebanyak 5.174 orang, sehingga dengan pengalokasian ini masih dapat menyerap jumlah tenaga kerja nelayan sebanyak 1.350 orang. Kebutuhan jumlah nelayan optimum menurut jenis unit penangkapan ikan terpilih di perairan Kepulauan Talaud disajikan pada Tabel 38.

Tabel 38 Kebutuhan jumlah nelayan optimum di perairan selatan Kepulauan Talaud menurut jenis unit penangkapan ikan terpilih.

No. Unit penangkapan ikan

Jumlah Kapal (unit)

Jumlah nelayan per unit kapal

(orang) Jumlah Nelayan (orang) 1. Pukat cincin 19 24 456 2. Pancing tonda 832 4 3.328

3. Jaring insang hanyut 685 4 2.740

Jumlah 6.524

Selain itu, kebutuhan tenaga kerja lain yang terkait dengan kegiatan perikanan tangkap dalam upaya memenfaatakan sumberdaya ikan pelagis utama di perairan Kepulauan Talaud dapat diestimasi dengan pendekatan yang sederhanai, yaitu dengan cara mengalikan jumlah optimum dari setiap jenis sarana/prasarana yang diperlukan dalam pengembangan perikanan tangkap di perairan Kepulauan Talaud dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang ideal untuk setiap unitnya. Data kebutuhan jumlah tenaga kerja rata-rata atau yang ideal per unit untuk setiap jenis sarana/prasarana dari komponen perikanan tangkap diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait. Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja lain (diluar nelayan) yang dapat terserap dengan pola pengembangan ini adalah 1.500 orang. Rincian lengkap perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39 Kebutuhan jumlah tenaga kerja lain yang terkait dengan pengembangan perikanan pelagis di perairan Kepulauan Talaud.

Sarana/Prasarana Kapasitas Jumlah (unit)

Jumlah Tenaga Kerja per unit (orang/unit) Kebutuhan Tenaga Kerja (orang) PPP 4000 ton/thn 1 500 500 PPI 2000 ton/thn 1 200 400

Unit Pengolahan Ikan 1250 ton/thn/unit 3 200 600 Total Kebutuhan Tenaga Kerja (orang) 1.500

5.5 Strategi Pembangunan Perikanan Tangkap di Kawasan Perbatasan

Dokumen terkait