BAB II LANDASAN TEORI
C. ORANG TUA
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan suatu sarana yang tepat untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan. Dilihat dari makna bahasanya, mendidik mempunyai arti memelihara dan memberi latihan. Istilah mendidik merupakan suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan atau kegiatan mendidik ini melibatkan pendidik (orang yang mendidik) disatu pihak serta pihak yang dididik di pihak lain atau berarti mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Muhabbin Syah, 1995:10) merupakan pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lebih jauh dikatakan, bahwa pendidikan akan mempersiapkan agar generasi mendatang matang dan siap dibekali ilmu pengetahuan serta ketrampilan dan kemampuan jiwa maupun jasmani untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua. Sedang yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini artinya adalah jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh orang tua yang dibuktikan dengan adanya ijazah yang paling akhir diperoleh misalnya: lulus SD, SMP, SLTA (SMU). Sarjana Muda atau Sarjana.
Yang dimaksud Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Pada umumnya tingkat pendidikan menentukan jenis pekerjaan atau jabatan seseorang. Menurut Muhibbin Syah (1995:10) pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan, memiliki informasi dan pengertian tentang segala hal serba terbatas, sehingga perkembangan anak-anaknya dihambat oleh keterbatasan itu (Vaizey John, 1992: 11).
Tingkat pendidikan formal yang dicapai membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat.
2. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Menurut Biro Pengembangan Sosial Budaya pada halaman 12, pekerjaan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber ukuran dari penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap, apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.
b. Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sifat pekerjaan sambilan ini adalah melengkapi kebutuhan pokok.
Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh orang tua setiap harinya sebagai mata pencaharian. Drs. James Spilance SJ (1982:14) mengelompokkan pekerjaan dan jabatan dalam sembilan golongan yaitu :
a. Golongan A
a) Meninggal dunia b) Pensiunan
c) Tidak mempunyai pekerjaan tetap b. Golongan B a) Buruh tani b) Buruh nelayan c) Petani kecil d) Penebang kayu c. Golongan C a) Petani penyewa b) Buruh tidak tetap c) Penarik becak
d. Golongan D a) Pembantu b) Penjual keliling c) Tukang cuci e. Golongan E a) Seniman b) Buruh tetap c) Sopir bis/colt d) Montir e) Pandai besi/perak/emas f) Tukang kayu g) Tukang listrik h) Penjahit i) Penjaga j) Tukang mesin f. Golongan F a) Pemilik bus/colt b) Pengawas keamanan c) Petani pemilik tanah d) Pedagang
e) Pegawai kantor f) Pemilik toko g) Pegawai sipil ABRI
h) Mandor i) Peternak j) Tuan tanah g. Golongan G
a) ABRI ( Tamtama, Bintara ) b) Pegawai Badan Hukum c) Kepala Kantor Pos Cabang d) Manajer Perusahaan Kecil e) Pamong Praja
f) Guru SD g) Kepala Bagian
h) Pegawai Negeri ( Golongan I/a-I/d ) h. Golongan H
a) Guru SLTP, SLTA b) Pekerja sosial
c) Perwira ABRI ( Letda, Lettu dan Kapten ) d) Pegawai Negri ( Golongan II/a-II/d ) e) Juru rawat f) Kepala Sekolah g) Kontraktor h) Wartawan i. Golongan I a) Ahli hukum
b) Majager perusahaan c) Ahli ilmu tanah Apoteker d) Penerbang
e) Arsitektur f) Dokter
g) Dosen Atau Guru Besar h) Gubernur
i) Walikota atau Bupati j) Kepala Kantor Pos Pusat k) Menteri
l) Pegawai Negri ( golongan IV/a keatas ) m) Pengarang
n) Peneliti
o) Kontraktor Besar 3. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi (T. Gilarso, 1991:63). Pendapatan keluarga dapat bersumber pada usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari miliknya sendiri. Pengertian pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan bahkan banyak orang menyamakan kedua pengertian tersebut. Dalam penelitian ini penulis tidak membedakan arti atau pengertian antara
pendapatan dan penghasilan, keduanya mempunyai pengertian yang sama yaitu besarnya arus uang dan barang yang masuk dalam suatu keluarga.
Pendapatan yang diterima oleh suatu keluarga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bagian terbesar dari pendapatan keluarga atau uang masuk itu dibelanjakan lagi guna membeli sesuatu yang dipergunakan untuk hidup (konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja tetapi mencakup seluruh pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup, contohnya rekreasi dan pendidikan.
Besarnya jumlah pengeluaran keluarga menurut Drs T. Gilarso tergantung dari berbagai hal antara lain:
a. Besarnya jumlah penghasilan yang masuk b. Besarnya keluarga
c. Tingkat harga kebutuhan hidup d. Tingkat pendidikan keluarga
e. Lingkungan sosial ekonomi keluarga itu
f. Kebijaksanaan dalam mengelola dan mengendalikan keuangan keluarga
Dalam kaitannya dengan pendidikan, keadaan keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Dengan adanya kondisi ekonomi keluarga yang cukup maka anak-anaknya akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapannya. Ia akan lebih banyak memperoleh kesempatan untuk terus sekolah tanpa harus menemui kesulitan dalam hal biaya dan
fasilitas-fasilitas pendukungnya. Kesempatan ini tidak akan diperoleh anak-anak dari keluarga yang tidak mampu karena anak-anak tersebut akan menghadapi problem-problem finansial sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah.
Pengeluaran suatu keluarga tidak selalu sama besarnya, lebih lebih antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain sangat mungkin terjadi perbedaan besar. Besarnya pengeluaran suatu keluarga tergantung dari beberapa hal seperti besarnya penghasilan keluarga, besarnya jumlah dan umur keluarga, dan lingkungan sosial ekonomi suatu keluarga.
4. Jumlah Anak yang Ditanggung Orang Tua
Keluarga adalah suatu kelompok kekerabatan yang menyelenggarakan pemeliharaan anak dan kebutuhan manusia tertentu lainnya. Anak menjadi tanggungjawab bersama dari seluruh keluarga, dan anak mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut Hassan Shadili ( 1983 : 263 ) sebuah keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kepandaian dan memperhatikan kualitas anak akan cenderung mempunyai anak dalam jumlah sedikit.
Dalam bidang pendidikan keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena segala pengetahuan, kecerdasan, intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Keluarga merupakan produsen sekaligus konsumen yang harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari. Setiap
anggota keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka dapat hidup lebih tenang. Sedangkan dalam penulisan ini pengertian jumlah keluarga adalah banyaknya jumlah anak yang masih ditanggung oleh orang tua.
Sebuah keluarga dalam kehidupan sekarang ini akan membatasi jumlah anak dengan maksud untuk biaya masing-masing anak dapat terpenuhi dan perhatian kasih sayang orang tua akan lebih terkontrol, namun ada juga yang sebaliknya orang tua akan memperoleh banyak anak maka orang tua juga menginginkan keuntungan dari keluarga besar dengan konsekuensi orang tua sanggup memelihara anak-anak hingga dewasa walaupun pendapatan mereka sedikit ( John Vaizey 1974 : 55 ).
Orang tua bertanggungjawab untuk membesarkan, mendidik dan menyekolahkan anaknya. Untuk melakukan itu maka orang tua harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, semakin besar jumlah anak semakin besar biaya yang harus ditanggung orang tua, misalnya untuk biaya makan, pakaian dan pendidikan. Bagi anak yang mempunyai saudara banyak, tentu akan mempengaruhi minat anak untuk melanjutkan sekolah setelah lulus SMU nanti, mengingat biaya yang dikeluarkan orang tua untuk pendidikan akan semakin mahal.