BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
D. Pembahasan
35 4 , 35 + = KK 327 , 0 = KK
Untuk mengetahui keeratan pengaruh maka KK dibandingkan dengan KKmaks (Cmaks) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
k k KKmaks = −1
k
= jumlah kolom Sehingga diketahui 2 1 2− = maks KK 71 , 0 = maks KK Rasio KK/KKmaks = 0,327 / 0,71 = 0,461 Dari perhitungan di atas χ2= 35,4 dan dk = 9 taraf 5% maka χ2
tabel 16,9. Oleh sebab itu perhitungan data dapat disimpulkan χ2
hitung 35,4 > χ2 tabel 16,9 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau lingkungan belajar mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Dari hasil perhitungan koefisien kontigensi, diketahui KK/KKmaks 0,461 maka berarti pengaruhnya cukup erat.
D. Pembahasan
1. Pengaruh minat mahasiswa terhadap pilihan program studi di
perguruan tinggi.
Dari hasil analisa data, diketahui bahwa minat tidak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan χ2
hitung 12,216 < χ2
taraf signifikansi 0,05 dan dk = 9 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti minat tidak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Nilai koefisien kontigensi diketahui KK/KKmaks = 0,280 menunjukkan bahwa minat mempengaruhi mahasiswa
dalam memilih program studi sebesar 28%. Nilai koefisien kontigensi ini menyakinkan bahwa besarnya pengaruh minat mahasiswa dalam memilih program studi adalah rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat tidak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini kemungkinan karena mahasiswa terpaksa mengambil prodi yang bukan pilihannya karena mahasiswa tersebut tidak diterima di prodi yang dipilihnya, mahasiswa hanya ikut-ikutan teman sebaya atau hanya sebagai formalitas bahwa ingin menunjukkan bahwa dirinya sebagai mahasiswa. Hal ini senada dengan pendapat Giartama (1990:6) yang menyatakan bahwa minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya. Seharusnya dalam memilih program studi di perguruan tinggi disesuaikan dengan minat dan kemampuan diri, sehingga nantinya dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.
2. Pengaruh motivasi mahasiswa terhadap pilihan program studi di
perguruan tinggi
Dari hasil analisa data, diketahui bahwa motivasi mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan χ2
hitung 45,585 > χ2
tabel 16,9 pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 9 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti motivasi mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Nilai koefisien kontigensi KK/KKmaks = 0,515 menunjukkan bahwa motivasi mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi sebesar 51,5%. Nilai koefisien kontigensi ini menyakinkan bahwa besarnya pengaruh motivasi mahasiswa dalam memilih program studi adalah cukup erat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi akan berorientasi pada pencapaian tujuan yang terarah atau selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pada pencapaian tujuan. Hal ini senada dengan pendapat W.S Winkel (dalam Skripsi Kartika Atik, 2002:9) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
demi mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya belajar tidak hanya pada waktu ada ujian saja atau ada tugas rumah saja, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan hal yang berguna, tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya tersebut, selalu aktif dalam mengikuti perkulihaan, membaca ulang setiap materi kuliah dengan teman, selalu berusaha mencari bahan pelengkap dari sumber-sumber yang lain untuk menambah pengetahuan dan wawasan, selalu mengikuti kegiatan yang diarahkan dosen seperti diskusi kelompok atau diskusi kelas, berusaha memperbaiki nilai yang kurang dalam ujian dengan belajar giat.
Adanya motivasi belajar pada mahasiswa akan menyebabkan semakin kuatnya kemauan dalam diri mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar, sekaligus memberikan haluan atau arahan kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan yang telah dilakukannya. Dorongan motivasi juga akan menyebabkan mahasiswa mempunyai kemauan keras dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi dan ia akan selalu berusaha memperjuangkan keinginannya tersebut hingga mencapai cita-cita dalam hidupnya.
3. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua mahasiswa terhadap
pilihan program studi di perguruan tinggi
Dari hasil analisa data, diketahui bahwa status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan χ2
hitung 37,03 > χ2 tabel
16,9 pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 9 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program di perguruan tinggi. Nilai koefisien kontigensi KK/KKmaks = 0,470 menunjukkan bahnwa status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi sebesar 47%. Nilai koefisien kontigensi ini menyakinkan bahwa besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua adalah cukup erat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Secara teoritis memang dinyatakan bahwa orang tua yang status sosial ekonominya tinggi mampu membimbing, mengarahkan dan memberi masukan kepada anaknya dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Selain itu mereka juga mampu menyediakan kondisi atau lingkungan belajar serta sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk menunjang pendidikan anaknya. Hal ini senada dengan pendapat Agustinus Agus (2003:12) yang menyatakan bahwa keadaan keluarga berpengaruh pada perkembangan anak, ini dapat diartikan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua yang cukup, anak akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang berasal dari ekonomi lemah dan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya baik kebutuhan material maupun moril.
4. Pengaruh pekerjaan yang diharapkan mahasiswa terhadap pilihan
program studi di perguruan tinggi
Dari hasil analisa data, diketahui bahwa pekerjaan yang diharapkan mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan χ2
hitung 27,97 > χ2 tabel
16,9 pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 9 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti pekerjaan yang diharapkan mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi yang ditawarkan di perguruan tinggi. Nilai koefisien kontigensi diketahui KK/KKmaks = 0,414 menunjukkan bahwa pekerjaan yang diharapkan mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi sebesar 41,4%. Nilai koefisien kontigensi ini menyakinkan bahwa besarnya pengaruh pekerjaan yang diharapkan adalah cukup erat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan yang diharapkan oleh mahasiswa mempengaruhi dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Mahasiswa beranggapan bahwa program studi yang dipilihnya akan menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan program studi yang diambil selama kuliah. Pekerjaan yang diharapkan menurut Kartika Atik (2002:20) kecenderungan dalam mengarahkan seseorang untuk bekerja yang ditandai dengan adanya perasaan senang, merasa tertarik dan perasaan bahwa bekerja bersangkut paut dengan kebutuhan dan keahlian yang dimiliki. Mahasiswa yang menginginkan menjadi seorang pengajar maka akan mengambil program studi yang berhubungan
dengan keguruan dan mahasiswa yang ingin bekerja bukan sebagai guru maka akan memilih program studi non kependidikan.
5. Pengaruh lingkungan belajar terhadap pilihan program studi di
perguruan tinggi
Dari hasil analisa data, diketahui bahwa lingkungan belajar mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan χ2
hitung 35,4 > χ2 tabel 16,9 pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 9 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti lingkungan belajar mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Nilai koefisien kontigensi diketahui KK/KKmaks = 0,461 menunjukkan bahwa lingkungan belajar mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi sebesar 46,1%. Nilai koefisien kontigensi ini menyakinkan bahwa besarnya pengaruh lingkungan belajar adalah cukup erat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan belajar mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Mahasiswa akan memiliki semangat belajar yang tinggi jika lingkungan belajar yang di sekitarnya baik. Hal ini senada dengan pendapat Indarwati (2004) yang menyatakan bahwa mahasiswa yang merasa lebih nyaman dan tenang dengan lingkungan belajarnya akan dapat lebih berkonsentrasi lagi untuk belajar. Selain itu mahasiswa pun akan
lebih bergairah untuk belajar sehingga dengan begitu diharapkan memperoleh hasil belajar yang baik.
Lingkungan belajar mempunyai secara tidak langsung mempunyai pengaruh dalam menentukan pilihan program studi. Lingkungan belajar yang berpengaruh terhadap pilihan program studi mahasiswa berupa dorongan dari orang tua, dorongan dari teman baik di lingkungan rumah/kost maupun lingkungan kampus, hubungan dengan lingkungan sekitar, keadaan orang tua, praktek pengelolaan keluarga, letak rumah, itu semua dapat memberi dampak terhadap kegiatan belajar mahasiswa. Agar mahasiswa dapat berhasil dalam pendidikannya maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Lingkungan sosial kampus seperti dosen, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi belajar seorang mahasiswa. Dosen yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan dapat memberikan teladan dapat menjadi daya pendorong positif bagi kegiatan belajar mahasiswa.